DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA"

Transkripsi

1 DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA RISALAH RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN FORUM KONSTITUSI DALAM RANGKA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Tahun Sidang : Masa Persidangan : III Jenis Rapat : Rapat Dengar Pendapat Umum (RDPU) Rapat Ke : -- Sifat Rapat : Terbuka Dengan : Forum Konstitusi (dihadiri 6 Anggota Komite I DPD RI) Hari / Tanggal : Rabu, 2 Maret 2011 Pukul : WIB selesai Tempat Rapat : Ruang Rapat Komisi II DPR-RI (KK. III/Gd Nusantara) Ketua Rapat : H. Chairuman Harahap, SH.,MH/Ketua Komisi II DPR RI Sekretaris Rapat : Arini Wijayanti, SH.,MH/Kabag.Set Komisi II DPR RI Acara : Mencari Masukan terkait dengan RUU Keistimewaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Anggota : 31 dari 49 orang Anggota Komisi II DPR RI 18 orang Ijin Nama Anggota : Pimpinan Komisi II DPR RI : 1. H. Chairuman Harahap, SH.,MH 2. Ganjar Pranowo 3. Drs. Abdul Hakam Naja, M.Si Fraksi Partai Demokrat : Fraksi Persatuan Pembangunan : 4. H. Abdul Wahab Dalimunthe, SH 5. Dr. H. Subyakto, SH, MH, MM 26. Drs. H. Nu man Abdul Hakim 27. Dr. AW. Thalib, M.Si 6. Rusminiati, SH 186

2 7. Drs. H. Amrun Daulay, MM 8. Kasma Bouty, SE, MM 9. Ir. Nanang Samodra, KA, M.Sc 10. Muslim, SH 11. Khatibul Umam Wiranu, M.Hum 12. Drs. Abdul Gafar Patappe Fraksi Partai Golkar : Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa : 13. Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM 28. Hj. Masitah, S.Ag, M.Pd.I 14. Drs. Agun Gunanjar Sudarsa, BcIP, M.Si 29. Dra. Hj. Ida Fauziyah 15. Drs. Murad U Nasir, M.Si 16. Agustina Basik-Basik. S.Sos.,MM.,M.Pd 17. Hj. Nurokhmah Ahmad Hidayat Mus Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan : Fraksi Partai Gerindra: 18. Dr. Yasonna H Laoly, SH, MH 30. Mestariany Habie, SH 19. Arif Wibowo 31. Drs. H. Harun Al Rasyid, M.Si 20. Vanda Sarundajang Fraksi Partai Keadilan Sejahtera: Fraksi Partai Hanura: 21. Hermanto, SE.,MM Drs. Almuzzamil Yusuf Fraksi Partai Amanat Nasional: 23. Drs. H. Rusli Ridwan, M.Si 24. H. Chairul Naim, M.Anik, SH.,MH 25. Drs. H. Fauzan Syai e Anggota yang berhalangan hadir (Izin) : 1. DR. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA 10. Budiman Sudjatmiko, MSc, M.Phill 2. Drs. H. Djufri 11. Alexander Litaay 3. Ignatius Moelyono 12. Agus Purnomo, S.IP 4. Dra. Gray Koesmoertiyah, M.Pd 13. Aus Hidayat Nur 5. Nurul Arifin, S.IP, M.Si 14. TB. Soenmandjaja.SD 6. Drs. Taufiq Hidayat, M.Si 15. H.M. Izzul Islam 7. Dr. M. Idrus Marham 16. Abdul Malik Haraman, M.Si 8. Drs. Soewarno 17. Miryam Haryani, SE, M.Si 9. H. Rahadi Zakaria, S.IP, MH 18. Drs. Akbar Faizal, M.Si 187

3 JALANNYA RAPAT: KETUA RAPAT (H. CHAIRUMAN HARAHAP, SH., MH/F-PG) Assalamu alaikum Wr.Wb Salam sejahtera bagi kita semua Yang terhormat, Ketua Forum Konstitusi Bapak Harun Kamil beserta seluruh anggota Forum Kosntitusi Yang terhormat saudara-saudara anggota komite I DPR RI Yang terhormat rekan pimpinan dan anggota Komisi II DPR RI Pertama-tama marilah kita memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, karena hanya atas perkenanya kita dapat menghadiri Rapat Dengar Pendapat Umum Komisi II DPR RI dengan Forum Konstitusi pada hari ini dalam keadaan sehat walafiat. Rapat ini memang tidak memerlukan kuorum karena dalam rapat ini tidak mengambil keputusan sesuai dengan tata tertib. Hanya menampung aspirasi dan masukan pemikiran-pemikiran dan lain sebagainya dari Forum Konsititusi maka perkenankanlah kami membuka rapat ini, dan rapat dinyatakan terbuka untuk umum. (RAPAT: DI BUKA) Saudara-saudara sekalin sesuai dengan tata tertib maka saya ingin minta persetujuan tentang acara rapat kita pada hari ini yaitu mendapatkan masukan terkait dengan RUU tentang keistimewaan DIY. Apakah acara ini disetujui? (RAPAT: DI SETUJUI) Bapak dan ibu sekalian dalam rangka mencari masukan RUU tentang keistimewaan Provinsi DIY komisi II DPR RI telah mengagendakan RPD dan RPDU untuk mendapatkan masukan dari berbagia pakar ahli, dalam hal ini pakar politik, pakar hukum tata negara, praktisi hukum serta element masyarakat DIY. Sebagaimana telah kami lakukan beberapa waktu yang lalu dengan Prof. Dr. Maswadi Rauf, Dr. Ismudoroini Dr. Ismudoroeini Suyanto,MA, Muhammad Fazrul Falah, SH., MH., Msi dan Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra dan Prof. Dr. Adnan Buyung Nasution, Sri Sultan Hamengkubuwono X dan Sri Paku Alam IX. Sebelumnya perlu kami sampaikan beberapa materi fokok di dalam RUU yang disampaikan pemerintah antara lain mengenai kewenangan Provinsi DIY sebagai daerah otonom selain mencakup kewenangan sebagaimana dimaksud dalam UU tentang pemerintahan daerah juga wewenang tambahan tertentu yang dimiliki Provinsi DIY. Bentuk dan susunan pemerintahan Provinsi DIY yang bersifat istimewa yang terdiri atas pemerintah Provinsi DIY dan DPRD Provinsi. Dan dalam rangka penyelenggaraan keistimewaan di provinsi Yogyakarta dibentuk Gubernur dan Wakil Gubernur Utaman sebagai satu kesatuan yang mempunyai fungsi sebagai simbol, pelindung dan penjaga budaya serta pengayom dan pemersatu masyarakat DIY dan mempunya kewenangan dan hak khusus. Tata cara pengisian jabatan Gubernur dan Wakil Gubenur, mekanisme pencalonan Sri Sultan Hamengkubuwono dan Sri Paku Alam, mekanisme pencalonan kerabat Kesultanan dan Pakualaman 188

4 serta masyarakat umum serta pemilihan dan pengesahan Gubernur. Pengaturan keistimewaan diantaranya penetapan kelembagaan pemerintah daerah provinsi dan kewenangan kebudayaan serta penyelenggaraan pertanahan dan penataan ruang sebagai badan hukum, pengaturan pendanaan dan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat khusus dianggarkan oleh APBN yang ditetapkan antara pemerintah dan DPR besrta usulan pemerintah Provinsi DIY yang mengalokasikannya melalui kementrian lembaga terkait, serta pada setiap akhir tahun anggaran Gubernur wajib melaporakan seluruh pelaksanaan kegiatan dan pertanggung jawaban keuangan yang terkait dengan keistimewaan kepada pemerintah. Untuk minta masukan kami telah meminta kepada Forum Konsititusi dan kami telah menyerahkan RUU dan naskah akademik yang untuk dipelajarai, untuk itu kami minta bagaimana pendapat Forum Konstitusi atau pandangan-pandangan pemikirannya dalam rangka pembahasan RUU Keistimewaan DIY. Untuk mempersingkat waktu kami persilahkan Pak Harun Kamil HARUN KAMIL/KETUA FORUM KONSTITUSI: Assalamu alaikum Wr.Wb Yang terhormat Ketua Pimpinan Komisi II, Bapak Chairuman Harahap Wakil Ketua Komisi II Bapak Ganjar Pranowo serta Bapak/ibu Anggota Komisi II sert Anggota Forum Konstitusi serta para undangan lainnya Tentu pertama kali Ketua Rapat: DPD. Rekan mulai berperan aktif mulai DPD sekarang, bagus kalau begitu. Kami berterima kasih atas kesempatan yang diberikan oleh Komisi II untuk menyampaikan masukan atau pendapat terhadap RUUK DIY. Mungkin untuk yang pernah mengetahui kami informasikan kembali, forum konstitusi itu adalah forum dimana anggota dulu para perancang.. berkumpul antara tahun dan mereka bergabung di sini, cuma bedanya kalau forum lain biasanya bertambah kalau kita berkurang tidak ada nambah lagi, karena ini sejarah. Dan kita sampai hari dan akan mendatang mencoba untuk mengikuti perkembangan pembuatan UU, terutama dari original inted atau maksud tujuan, latar belakang mengapa pasal itu dilahirkan supaya tetap sejalan dengan maksud itu jangan kemudian terjadi penyimpangan-penyimpangan, walaupun kami tahu bahwa DPR dan pemerintah mereka adalah yang berwenang membuat UU. Walaupun pemegang kekuasaan legislatif adalah DPR tapi untuk membuat UU itu lahir DPR dan Pemerintah, dua-duannya adalah lembaga politik, yang pasti kompromi-kompromi. Kompromi dalam politik adalah wajar tapi jangan sampai kemudian karena kompromi itu kemudian melanggar konstitusi. Itu yang kita harapkan dari kehadiran kita diberbagai kesempatan, baik di DPR maupun di pemerintah. Jadi intinya adalah itu bagaimana kemudian kita membaca, mempelajari dan akhirnya memberikan pendapat, hanya agar setiap UU itu mengacu pada konstitusi dan jangan sampai bertentangan apalagi kemudian mengingkarinya, kami tidak bermaksud untuk sebagai pengawas tapi maksudnya cuma menjelaskan menginformasikan, sebab kalau ini dilanggar juga terjadi pertentangan dengan konstitusi ada MK. Dari 189

5 pada MK sibuk oleh yudicial review lebih baik kita yang kasih masukan dulu, dipertimbangakan sebagai bahan masukan yang tentu akan membuat UU sebagaimana mestinya yang diharapkan pada waktu membuat UU tersebut dilakukan. Dan untuk secara rinci saya perkenalkan dulu anggotanya, dari kiri Saudara A. Zaki Siraaj (Sekretaris MK), Seto Haryanto, Ari Hardi (Bendahara), Pak Zain PJPR (senior kita), Pak Lutfi (Wakil Ketua Konstitusi), staf kami Hambali dan saya sendiri Ketua. Untuk mempersingkat waktu kami persilahkan Pak Zain untuk menguraikan lebih jauh tentang RUU keistimewaan DIY dari sudut pandang Forum Konstitusi yang berangkat dari UUD Kami persilahkan ZAIN BADJEBER/FORUM KONSTITUSI: Assalamu alaikum Wr.Wb Selamat siang untuk kita semuanya Kami langsung saja minta tolong untuk membuka transferannya. Kita ketahui bahwa pasal 18 dari UUD ini mulai kita bahas secara intensive pada perubahan ke dua. Pada perubahan pertama sudah disinggung sepintas lalu tetapi karena tidak memungkinkan waktu yang kurang lebih hanya 9 hari maka bahan-bahan yang pernah kita singgung ini diperintahkan ditugaskan oleh MPR kepada badan pekerja untuk melanjutkan sehingga termasuk pasal 18 UUD sebelum perubahan ini yang kita lanjutkan pembahasannya. Sehingga bagi kami Forum Konstitusi ini, perubahan pertama, kedua, ketiga, keempat itu kalau bicara amandemen baru satu kali amandemen dalam 4 tahapan. Karena seluruh materi sampai pada perubahan ke empat sudah kami bicarakan dalam perubahan pertama cuma tidak selesai sehingga tidak diadakan TAP MPR no 9/1999 yang kemudian juga tidak selesai pada perubahan kedua kita lanjutkan pada perubahan ketiga dengan perintah MPR melalui TAP MPR No. 11/2000, kemudian lagi TAP MPRNo. 11/2001 untuk mengakhiri perubahan pada perubahan keempat. Sehingga kami menganggap perubahan pertama sampai keempat itu adalah perubahan dalam tahapan, dalam satu amandemen kalau kita bicara amandemen. Oleh karena itu jangan sampai kita mengatakan amandemen pertama, kedua, ketiga dalam pengertian umum itu seolah-olah yang kedua mengubah lagi yang pertama padahal tidak seperti pengertian amandemen pada umumnya. Oleh karena itu perubahan kedua mengenai pasal 18 ini, ini lanjutan daripada perubahan pertama yang tidak selesai kemudian dibahas pada tahun Keadaan pada tahun 2000 pada kita membahas pasal 18 ini, khususnya pada waktu mau merumuskan pasal 18b tolong sebelum yang perubahan tadi mana? Jangan setelah perubahan- UU pemerintahan daerah yang berlaku selama ini. Saya tidak lagi memulai dari keputusan panitia persiapan kemerdekaan indonesia pada tanggal 18 Agustus lalu kemudian disusul oleh UU no. 1 tahun 1945 yang mengatur mengenai Komite Nasional Daerah yang kemudian juga dianggap semacam UU menyangkut pemerintahan daerah, tapi saya mau memulai dengan UU No. 22/1948 tentang pokok-pokok pemerintahan daerah. Kemudian diantara itu lahir UU No. 3/1950 tentang Daerah Istimewa Yogyakarta. Di sana disebutkan Gubernur itu Hamengkubuwono IX dengan Wakil Gubernur Paku Alam VIII sehingga menimbulkan penafsiran 190

6 bahwa itu personal. Sehingga beliau meninggal seolah-olah terjadi kekosongan, tetapi sudah menjadi pengetahuan umum bahwa untuk Yogyakarta itu kita tidak melakukan pemilihan penetapan daripada Gubernur. Sehingga pada UU No. 5/1974 tentang ketentuan-ketentuan pokok pemerintahan daerah, pasal 91 huruf b mengatakan pada saat berlakunya UU ini kepala daerah dan wakil kepala daerah Yogyakarta yang sekarang adalah Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah menurut UU ini. Dengan sebutan Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta dan Wakil Kepala Daerah Istimewa Yogyakarta yang tidak terikat pada ketentuan masa jabatan, syarat dan cara pengangkatan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah lainnya. Jadi UU NO. 5/1974 menegaskan bahwa untuk Daerah Istimewa Yogyakarta tidak tunduk pada UU NO. 5 mengenai masa jabatan 5 tahun kemudian tata cara pemilihannya melalui DPRD dan syarat-syarat tidak ditundukan kepada UU ini. Berarti dia mengacu pada UU No. 3/1950. Pada waktu terjadinya perubahan UUD 1945 yang berlaku UU No. 22/1999. Pada pasal 122 UU No. 22/1999 Keistimewaan untuk daerah istimewa Aceh dan Provinsi DIY sebagaimana dimaksud dalam UU No. 5/1974 adalah tetap. Dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan provinsi daerah Istimewa Aceh dan Provinsi DIY didasarkan pada UU ini. Jadi hanya penyelenggaraan pemerintahan ditundukan pada UU No. 22, tetapi penyelenggara tidak, tetap mengacu pada 5/1974 dan UU No. 5/1974 berbicara penyelenggara tidak tunduk pada UU No. 5/1974. Jadi artinya jiwa UU No. 3/1950 itu diakui terus, apakah ini tidak merupakan satu konvensi di dalam ketata negaraan kita. Dan situasi ini juga kita ketahui pada 1999 itu kan kita membuat provinsi Daerah Istimewa Aceh, kita membuat Provinsi Irian Barat No. 45/1999 situasi ini yang kita anggap ada di dalam benak wakil-wakil rakyat yang sedang merancang perubahan UUD, jadi kita tidak melakukan yang baru. Di dalam pembahasan, pertama-tama yang kami bahas ini masalah 250 self best torrende yang ada di dalam penjelasan pasal 18 tentang desa di Jawa dan Bali, Nagari di Minang, Palembang, Sumatera Selatan - Marga. Jadi masalah-masalah tentang keistimewaan daerah-daerah kecil ini yang ada 250. Lalu ditengah pembahasan itu kami terhenti, ini kita perlu memberi wadah kepada daerah istimewa dan daerah khusus, maksudnya wadah hukum sebagai dasar hukum di dalam konstitusi terhadap 4 daerah yang ada sekarang ini, 2 daerah khusus dan 2 daerah istimewa. Itulah timbulnya rumusan pasal 18a ayat 1. Sedangkan yang sedang dibahas panjang lebar itu berada pada ayat 2 mengenai masyarakat hukum adat. Oleh karena itu kalau kita lihat setelah perubahan, di sana disebutkan pasal 18b ayat 1, satuan pemerintah daerah yang bersifat khusus yang ini kesatuan masyarakat hukum. Penggunaan 2 istilah yang berbeda. Satuan pemerintahan daerah bersifat khusus istimewa dan kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-hak tradisionalnya dan seterusnya itu pada ayat 2 contohnya desa, nagari, dusun, marga dan sebagainya. Situasi ini atau keadaan ini yang ingin kita tampung dasar hukumnya di dalam pasal 18b ayat 1. Nah kita lihat pasal 18 tadi itu sebelum pindah sampai sekarang ini ada 29 provinsi di luar yang 4 tadi, 33. Tadinya mau 34 dengan Sulawesi Timur tapi tertunda terus karena perebutan ibu kota antara Luwuk dan Poso. Sehingga yang di luar khusus, istimewa ada 29 Provinsi. Di luar itu terbagi atas DKI Jakarta dan Papua kemudian DIA dan DIY, 191

7 semua ini di dalam lingkup NKRI, tidak keluar dari pasal 1 ayat 1 NKRI dan pasal 18 ayat 1. Dan pasal 18 ayat 1 mengatakan bahwa NKRI dibagi atas, bukan memakai kata terdiri atas. Kalau terdiri atas menurut tata bahasa ahli bahasa itu negara serikat. Terdiri atas dengan dibagi atas berbeda. Jadi ada NKRI dibagi-bagi atas provinsi tapi kalau terdiri atas, dari bawah dulu baru terbentuk ke atas. Ini dan juga sering saya singgung di DPD bahwa penggunaan kata Provinsi bukan propinsi menurut tata bahasa yang benar. Saya lihat pengresmian rumah rakyat propinsi Sulawesi Utara Pasific, saya kira kita yang membuat UUD, semua kata-kata Bahasa Indonesia dalam UU itu yang kita pergunakan sebagai acuan bahasa Indonesia yang benar. Kemudian kita lihat apa perbedaan-perbedaan daripada daerah istimewa dan daerah khusus ini. Ini saya masih mengutip, setelah perubahan maka rumusan seperti ini, UU No. 32/2004 yang berlaku sekarang pada pasal 225 mengatakan daerah-daerah yang memiliki status daerah istimewa dan diberikan otonomi khusus selain diatur dengan UU ini diberlakukan pula ketentuan khusus yang diatur dalam UU lain. Pada pasal 226 itu bukan 222b. Ketentuan dalam UU ini berlakuk bagi provinsi DKI Jakarta, Provinis Nangro Aceh Darussalam, Provinsi Papua, Provinsi DIY sepanjang tidak diatur secara khusus dalam UU tersendiri. Jadi UU 32 ini hanya berlaku kalau tidak ada pengaturan khusus dalam UU tersendiri. Keistimewaan dalam provinsi DIY sebagaimana dimaksud dalam UU No. 22/1999, jadi menuju lagi ke pasal 22, adalah tetap dengan ketentuan bahwa penyelenggaraan pemerintahan Provinsi DIY didasarkan pada UU ini, jadi hanya penyelenggaraannya tunduk pada UU No. 32 ini, selainnya dia menunjuk UU No. 22, 22 menunjuk 5/1974 nah ini saling menunjuk terus karena tidak mau merumuskan Yogyakarta itu bagaimana. Kita tidak mau jalan secara ini kita perdebatkan, lebih baik kita lempar pada masa lalu, itu rumusan-rumusan yang ada di dalam UU ini. Jadi ini pengetahuan kami yang merumuskan sehingga kami angkat ke dalam pasal 18b ayat 1 bahwa ini kalau dalam bahasa hukumnya yang 18 ini lecgeneralis, yang ini lex specialis, biasanya lex specialis derogat lex generalis yang khusus bisa dimengeyampingkan yang umum, itu juga di dalam hukum Islam ada. Sekarang mari kita berikutnya kita lihat bagaimana penyampingan daripada yang umum, DKI Jakarta yang kedua itu bukan DKI Jakarta tapi Papua. Ada Provinsi otonom di Jakarta tapi tidak ada Kabupaten-Kota menurut pasal 18. Dia mengatakan Kabupaten-Kotamadya yang tidak ada dalam UUD yang sifatnya administratif dan ini kekhususan dia, dia keluar dari ketentuan ini. Tidak ada DPRD di Kabupaten administratif Pulau Seribu dan Kota Madya Jakarta Selatan, Utara, barat dan Pusat tidak ada DPRD-nya, kan menyimpang dari pasal 18, karena tidak ada otonomi di situ. Ke empat Kota Madya dan Kabupaten administratif berarti bukan Kabupaten dan Kota otonom. Walikota Madya, dan Bupati Kabupaten diangkat oleh Gubernur. Ada Wakil Gubernur, ini artinya Wakil Gubernur itu tidak harus umum karena pasal 18 tidak mengenal Wakil Gubernur, Wakil Bupat, Wakil Walikota. Jadi sebenarnya kalau ada yang mau menguji ke MK bahwa UU No. 32/2004 yang memakai Wakil Gubernur dan Wakil Bupati, Wakil Walikota itu bertentangan dengan UUD, hanya dimungkinkan pada pasal 18b ayat 1, karena itu kami tonjolkan di sini di Jakarta ada Wakil Gubernur. Otonomi hanya di Provinsi. Di Papua yang di bawah ada Provinsi otonom, ada 192

8 Kabupaten dan Kota otonom, ada DPRD, ada MRP bukan MPR, ada Wakil Gubernur, ada Perda ada Perdasus, ada perlakuan-perlakuan khusus yang tidak sama dengan DKI. Lalu kita lihat Aceh, sebelum saya masuk ke Aceh di dalam pembahasan kami di panitia Ad hoc 1 badan pekerja MPR itu ada yang nyeletuk yang tidak dibantah oleh pembicara lain bahwa sebaiknya nanti UU tentang daerah khusus dan daerah istimewa ini tidak menyebut nama istimewa atau khusus tapi isinya yang istimewa dan khusus bukan judulnya, supaya tidak menimbulkan iri dari lain daerah untuk semua meminta khusus dan istimewa nah kalau semua sudah istimewa dan khusus tidak ada lagi yang umum, sudah jadi umum semua. Bali masih tahan-tahan mau minta Daerah Istimewa. Aceh kita ketahui bahwa UU No. 11/2006 itu judulnya pemerintahan Aceh tidak memakai istimewa, karena pada waktu itu tuntutan dari sana ingin tergambarkan, tapi isinya pemerintahan daerah walaupun judulnya bukan pemerintahan daerah Aceh tapi isiny adalah pemerintahan daerah. Dan istimewanya Aceh ada Provinsi ada otonom sama dengan daerah yang lain, ada Kabupaten-Kota yang otonom, ada DPRD Provinsi ada DPRD Kabupaten dan Kota, ada Majlis Permusyawaratan Adat, ada DPRA tidak disebut daerah tapi DPRA. Lalu ada Wakil Bupati, ada Wakil Walikota, ada Wakil Gubernur, ada Perda ada Konun. Konun ini adalah di dalam melaksanakan unsur syariat yang tingkatannya sama dengan Perda. Ada Mahkamah Syariah, kalau diluar Aceh namanya Pengadilan Agama semua, tapi di Aceh tidak ada Pengadilan Agama, namanya Mahkamah Syariah. Kalau di luar Aceh itu hanya Perdata tapi di Aceh dibenarkan Pidana tertentu. ini keistimewaan yang ada, kalau kita mau catat ada Wali Nagroe, ada lembaga adat. Di Yogyakarta kalau kita lihat ada Provinsi yang otonom, ada Kabupaten-Kota Otonom, ada DPRD Provinsi ada DPRD Kabupaten-Kota, ada Wakil Gubernur, ada Wakil Bupati dan Walikota, ini kita anggap yang wakil saja yang kita sebut karena menyimpang dari pasal 18 ayat 4, Gubernur, Bupati dan Walikota dipilih secara demokratis, ada Perda Provinsi, Kabupen dan Kota. Jadi kalau kita lihat dimana keistimewaannya? Semua yang umum di pasal 18 ada. Tentunya keistimewaannya kita lihat tadi rentetan UU yang mengatur Yogyakarta. Hanya kepada masalah Gubernur dan Wakil Gubernur. Dengan data-data ini kami ingin mempertentangkan dengan pasal 18, sebab ada yang mempertentangkan kalau nanti tidak dipilih di Yogyakarta itu bertentangan dengan pasal 18 ayat 4, padahal yang lain semua ayat, kalau DKI boleh dikatakan semua ayat bertentangan. Ayat 1 mengatakan ada Kabupaten-Kota dia tidak punya, ada DPRD dia tidak punya ditingkat Kabupaten-Kota. Jadi maslah Yogyakarta ini jangan kita pertentangkan dengan pasal 18 ayat 4 karena ini lex specialis, kita tarik pada sejarahnya. Apa yang terjadi sekarang? Yang berlaku sekarang UU NO. 32 merujuk ke UU NO. 22/1999, UU No. 22 merujuk kepada UU No. 5/1974, UU No. 5/1974 juga bilang hanya tunduk pada penyelenggaraan. Berarti dia masih melihat UU NO. 3/1950. Ini pemikiran yang ada pada kami. Sekarang kalau kita bicara demokratsi, kalau Gubernur dan Wakil Gubernur Yogyakarta ditetapkan oleh Presiden dan Presiden yang menetapkan itu adalah Presiden pilihan rakyat secara demokratis, bukan raja atau sultan atau amir. Lalu yang membuat dasarnya itu MPR pada pasal 18b, lalu yang membuat UU yang mengistimewakan Yogyakarta itu adalah wakil-wakil rakyat, yang 193

9 menentukan Gubernur dan Wakil Gubernur ditetapkan. Apakah ini tidak dalam pengertian lingkup demokratis? Sama dengan misalnya pada waktu kami merumuskan pasal 1 ayat 3, negara hukum. Itu ada perbedaan, termasuk pakar yang mendampingi kami pecah dua. Pakar yang mengatakan negara hukum cukup dan negara hukum yang demokratis. Lalu berdalil tidak perlu kita pakai demokratis, bahwa UUD yang berisi ada parlemennya ada MPR-nya, ada ini ada ini itu sudah menunjukkan demokratisnya negara hukum ini tidak perlu lagi kita cantumkan namanya. Jadi ini kira-kira perbandingan-perbandingan apakah perlu nempel terus kata demokratis itu hanya karena kita melihat dalam satu arah, tidak melihat dalam lingkup NKRI. Yang membuat UUD-nya MPR, yang memberikan kewenangan membuat daerah khusus dan daerah istimewa, yang membuat UU adalah DPR dan Presiden yang memberikan hak istimewa itu, presiden yang menetapkan adalah presiden yang dipilih oleh rakyat. Apakah dengan menetapkan itu tidak bisa diartikan juga demokratis? Saya kira saya batasi sampai sekian dulu uraian dari Forum Konstitusi mengenai masalah ini agar barangkali ada waktu untuk memperdalam Terima kasih Pak Ketua HARUN KAMIL/KETUA FORUM KONSTITUSI: Terima kasih Pak Zain yang telah menguraikan pandangan Forum Kosntitusi atas RUUK DIY berdasarkan sejarah perundang-undangan yang mengacu kepada konstitusi di pasal 18. Dimana kemudian ditegaskan pasal 18b ayat 1 tentang Daerah Istimewa dan Daerah Khusus. Pak Zain ini kamus hidup kita nih pak soal masalah ini. Kitakan sekarang akhirnya gampang, oh ini rupanya enggak pernah berubah dari UU No. 3/1950. Mungkin sebelumnya enggak punya gambaran apakah penetapan, apa pemilihan. Ada teman-teman lain yang ingin menambahkan? Baik Pak Lutfi akan menambahkah, silahkan. LUTFI/WAKIL KETUA FORUM KONSTITUSI: Terima kasih Hanya penekanan. Saya selalu terganggu kalau disebutkan ada usulan untuk melakukan amandemen ke 5, jadi seolah-olah sebentar-sebentar amandemen, itukan menggambarkan negara yang tidak stabil, dan tidak benar juga. Jadi waktu Pak Zain mengemukakan bahwa kita ini baru satu kali melakukan amandemen di dalam empat tahap. Yang berikutnya nanti kita populerkan amandemen ke 2 kalau usul, jangan ke 5, ini pikiran saya Terima kasih LUTFI/WAKIL KETUA FORUM KONSTITUSI: Kalau disetujui gitu kan yah? Jadi Pak Lutfi ini adalah perancang dan yang membangun Semanggi, kitakan paket setiap hari, yang merancangnya enggak tahu, ini orangnya Wakil Ketua Forum Konstitusi. Baik acara kami serahkan kepada Pimpinan atau melakukan tanya jawab agar bisa dilakukan pendalaman lebih jauh atas pikiran-pikiran yang ada dari Forum Konstitusi yang dikaitkan dengan RUU ini. 194

10 Terima Kasih. Wassalamu alaikum Wr.Wb KETUA RAPAT: Waalaikum Salam Pertama terima kasih sudah paparannya, dan demikian saya kira konkrit. Jadi ada satu gambaran yang jelas bagi kita semua bagaimana perubahan-perubahan yang dilakukan tetapi hakekatnya tetap sama di dalam sistemnya kecuali penyelenggaraannya tidak berubah. Barangkali di dalam RUU yang baru ini lebih diperjelas apa yang keistimewaannya itu. Ada perubahan barangkali di situ, yang tadinya tidak dipilih Gubernur langsung dan tidak ada jangka waktu jabatannya, saya juga masih, udahlah UU NO. 3 ini bagaimana sebetulnya itu. Sekarang seolah antara Pemerintahan itu dengan Sultan ada suatu pemisahan,. Sultan diberikan kewenangan-kewenangan khusus artinya disitu ada pengakuan kalau kemaren pembicaraannya, ada pengakuan monarkinya, ada pengakuan kerajaannya dan ada pemerintahan yang dilakukan. Ini hanya sekedar untuk mengantar di dalam kita berdiskusi ini. Saya persilahkan dari anggota DPR, Pak Abdul Gafar Patappe DRS. H. ABDUL GAFAR PATAPPE/F-PD: Assalamu alaikum Wr.Wb. Terima Kasih Bapak Pimpinan Komisi Bapak-Bapak para kelompok Forum Kosntitusi yang saya hormati Terima kasih masukan bapak tentang RUUK DIY, kemaren Komisi II juga sudah melakukan dengar pendapat dengan Bapak Sri Sultan dan Sri Paku Alam. Saya kemaren mengatakan bahwa antara RUU keistimewaam Yogyakarta yang dibuat oleh pemerintah dan harapansri Sultan itu sebenarnya ada titik temunya, ada persamaannya, karena kedua sumber ini mengaku bahwa landasan untuk mengatur atau menyusun RUU ini, itu landasannya adalah konstitusi, landasannya adalah republik, landasannya adalah NKRI, landasannya adalah kesejarahan dan juga adalah demokrasi. Baik Sri Sultan memberikan penjelasan tentang keinginan itu atau harapan itu dia tidak lepaskan unsur-unsur ini. Mungkin beliau tersinggung kalau dikatakan bahwa itu tidak demokratis, beliau tidak mau terima itu. Pemerintah juga seperti ini, jadi itu yang saya katakan kemaren ada pertemuan. Sekarang solusi dari pertemuan itu musyawarah mufakat. Tetapi musyawarah mufakat ini syaratnya ada kebesarn jiwa, ada ketulusan, ada keikhlasan, ada pengertian, tidak mau menang sendiri. Sedangkan perbedaannya tipis, karena pemerintah menghendaki bahkan memberikan pilihan dua. Pemerintah menyetujui Gubernur DIY itu dipilih sesuai konstitusi tapi tidak tertutup kemungkinan pemerintah memberi kesempatan Gubernur juga itu ditetapkan. Cuma memang yang berbeda satu, Gubernur Utama itu tidak memerintah, dia simbol. Sedangkan satu Gubernur itu yang memerintah, itu yang harus dipilih secara demokrasi sesuai konstitusi. Perbedaan itu untuk Sri Sultan tidak. Pak Sri Sultan itu tidak mau cuma satu-satunya pilihan, kedengarannya itu seperti harga mati bahwa itu harus penetapan. Untuk itu Bapak Forum Konstitusi, ada saran saya kemaren bagaimana kalau seperti yang dianut oleh negara-negara Eropa yang 195

11 kerajaan seperti Belanda, Inggris, Spanyol, kemudian Thailan, lantas Malaysia itu yang saya tawarkan kemaren. Tetapi rupanya jawaban Sultan kemaren itu pandangan saya itu dianggap keliru. Beliau mengatakan kalau mau samakan Yogyakarta dengan seperti itu, itu keliru, berarti saya ini keliru pendapat saya kemaren padahal hanya saran. Kalau mau terima ya diterima kalau tidak juga kan. Tapi saya tidak keliru karena negara-negara itu kerajaan tapi mengapa mau menerima, mau korban melepaskan kekuasaannya itu kepada pemerintah yang berkuasa sementara dia hanya menjadi simbol karena dijamin oleh pemerintah king can t do not wrong raja tidak bisa dipersalah karena bukan dia yang memerintah. Tapi dia langgeng sampai kapan saja turun-temurun. Tapi kalau sistem seperti di Indonesia ini tidak bisa langgeng, sekarang mungkin masih bisa. Contoh, di Indonesia ini kita anut demokrasi sejak kita merdeka Cuma istilah waktu itu demokrasi terpimpin, kemudian setelah Bung Karno Jatuh, karena demokrasinya terpimpin ada yang kompori, ada yang mendorong supaya menjadi Presiden seumur hidup, Tuhan marah pola sperti ini, jatuh. Orde baru juga demokrasi pancasila tapi semuanya diatur, orang dipilih diapa semua itu sudah diatur, sudah diketahui bahwa eh kamu nanti yang jadi ini, udah pemilihan formalitas di DPR. Sekarang demokrasi juga pada orde reformasi tapi demokrasinya sudah murni, rakyat menghendaki itu bukan siapa-siapa. Dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat, bukan dari rakyat oleh rakyat untuk raja. Mungkin ke depan bisa lebih kencang lagi ini seperti ini Jadi saya kira ini pandangan saya, kemudian saya ingin menyarankan kepada bapak, karena bapak itu adalah pakar, kemudian bapak adalah orang-orang tua kita, barangkali bisa berperan untuk memberikan satu pandangan yang lebih baik kepada Sri Sultan supaya untuk era sekarang ini harus sudah jauh-jauh kita tinggalkan pendekatan sejarah. Sejarah itu untuk kita kenang, untuk kita jadikan referensi tapi tidak bisa lagi dipertahankan karena sejarah itu sudah masa lampau. Tahun 1755 tahun kejadian itu, sekarang mau dipertahankan? Tidak mungkin pak. Begitu cepatnya reformasi sekarang, jangan bilang 1000 tahun, jangan dibilang 300 tahun, Mesir 30 tahun saja digilas. Di sana saja 40 tahun digilas, padahal dikita ini mau langgeng ini Kesultanan karena kesejarahan, budaya dan sebagainya Terakhir, ada teman saya, kenalan saya sekarang menjadi Gubernur di Sumater Utara, dia Wakil Gubernur saya tanya waktu kita kunjungan kerja pak kok bapak bisa jadi Gubernur di sini? waktu itu Wakil Gubernur karena Gubernurnya bermasalah sekarang naik Guburnur. kenapa bapak bisa dipilih orang Sumatera Utara, memang bapak orang di sini? tidak pak saya orang Yogyakarta dia bilang begitu saya orang Yogyakarta. Tapi ada hikmahnya dia bilang, kenapa kok saya tinggalkan Yogyakarta bisa jadi Gubernur di sini, kalau di Yogyakarta sampai kiamat dunia saya tidak bisa jadi Gubernur karena itu haknya raja, itu ucapannya. Jadi mohon kiranya bapak memberikan pertimbangan-pertimbangan supaya pendekatan kesejarahannya itu berubah menjadi pendekatan kesejahteraan. Terima Kasih. Wassalamu alaikum Wr.Wb. 196

12 KETUA RAPAT: Waalaikum salam Wr.Wb Terima Kasih Pak Abdul Gafar Patappe. Silahkan Pak Nu man Abdul Hakim Drs. H. NU MAN ABDUL HAKIM/F-PPP: Assalamu alaikum Wr.Wb Ketua, Wakil Ketua, para anggota Komisi II, anggota DPD dan Forum Konstitusi yang saya hormati Memaknai demokrasi nampaknya bagian yang tidak pernah selesai, jangan-jangan ada benarnya Pak Ketua, demokrasi adalah baju pinjaman dan kita sebetulnya kita tidak punya baju itu, baju itu tidak pas untuk diri kita. Perdebatan hari ini sebetulnya bagian dari cara mengepas-paskan makna demokrasi yang kita pinjam dari Barat ke tempat kita. Baik Pak Ketua saya udah mendapatkan penjelasan yang luar biasa dari Forum Kosntitusi ini. Ternyata dari UU 32/2004, 22/1999, 5/1974 itu penyelenggara daerah istimewa itu tetap merujuk pada UU 3/1950. Penyelenggaranya berubah penyelenggaraannya tetap. Terus terang saja ini baru dapatkan informasi yang luar biasa. Saya mohon penjelasan mengapa kita tidak memulai dari dulu memaknai keistimewaan 2 daerah dan kekhususan yang baru ini tidak dilakukan sejak awal, katakanlah di eranya masa-masa kita melakukan perubahan ini. Sehingga makna istimewa ini kemudian menjadi bias, orang mengatakan keistimewaan Yogyakarta itu salah satunya penetapan Sultan menjadi Gubernur tapi orang mengatakan tidak itu istimewanya. Yang keduanya Pak Ketua, saya mohon juga masukan bukan saran karena beliau berhak memberikan masukan kepada kita. Sebetulnya makna istimewa bagi bapak-bapak untuk khusus Yogyakarta itu apa? Apa betul salah satunya makna keistimewaan itu adalah menempatkan Sultan sekaligus sebagai Kepala Daerah, apa itu betul keistimewaannya? Kalau itu menjadi ciri khas salah satu keistimewaan maka UU ini memang harus seperti itu isinya. Tapi kalau bukan itu maka tawaran Pak Gafar juga bisa dipertimbangkan. Artinya memang kita membuat monarki konstitusional seperti halnya di Malaysia tapi ini menjadi Raja benaran. Sekarang kalau Sultan itukan tidak mendapatkan previlige sebagai raja sebetulnya sekarang ini, keluarganya tidak digaji, tidak ada pengawalan, raja hanya sebutan saja budaya. Tapi kalau mau dibikin tawaran seperti Pak Gafar, Raja beneran. Jadi Raja seperti di Malaysia yang mendapat jaminan konstitusi dari UU, hak pengawalannya, hak kehormatannya, hak protokolnya, hak keuangannya dan sebagainya. Yang kedua, saya mohon penjelasan mengenai pasal 18 ini, menurut Pak Zain sebagai kamus hidup ini ternyata pasal 18b ini itu sebetulnya isinya hanya 4 (empat). 2 daerah istimewa dan 2 daerah khusus. Kenapa maknanya cuma 4? Bukankah tadi bapak mengatakan diawal sebetulnya diawali dengan diasumsikan ada 250 self best torrende yang memungkinkan itu menjadi daerah khusus dan istimewa, kenapa dimaknai menjadi 4, hanya DKI, Yogyakarta, Papua dan khusus kenapa itu tidak diberi ruang? Khususnya itu mungkin juga khusus spesial misalnya daerah khusus parawisata, daerah khusus industri seperti Batam bisa saja sebetulnya. Ini mohon penjelasan saya kira waktu bapak merumuskan, mengapa pasal 18 ayat b ini hanya sekedar mewadahi 4 daerah itu. 197

13 Saya kira demikian Pak Terima Kasih KETUA RAPAT: Terima Kasih Pak Nu man. Sekedar informasi bahwa kemarin kita sudah mendengar Sri Sultan dan beliau merasa tidak sebagai raja, tidak sebagai Sultan dalam pengertian monarki itu, oleh karena itu beliau sangat keberatan kalau disebut monarki. Beliau tidak mendapat gaji, beliau tidak mendapat tunjangan untuk kerjaannya, untuk istananya dan sebagainya. Ini memang formula apa yang sebetulnya kita, jadi saya kira yang perlu kita diskusikan lebih jauh lagi dalam pembahasan tapi tentu Forum Konstitusi kita harapkan itu ada masukan-masukannya nanti. Dan saya belum tahu juga, ini saya baca UU no. 3 juga tidak ada yang menyebutkan sebetulnya Sultan itu langsung menjadi Kepala Daerah di sini. Mohon bantuannya untuk nanti lebih memperjelas dimana sebetulnya itu. Kemudian UU No. 3 ini juga tentu ada memungkinkan perubahan-perubahan yang dilakukan bahwa tidak mungkin tidak ada perubahan karena disini pasal 6 peraturan-peraturan DIY sebelum pembentukan UU ini belum diganti dengan peraturan DIY berlaku terus peralihannya sepanjang belum berubah, berarti semuanya juga ada bisa perubahan. Barangkali ini sebagai satu latar belakang saja untuk Forum Konstitusi tentu sangat kita harapakan masukannya sangat konprehensip. Karena memang ini nanti akan pembahasan pembentukan UU lebih serius tapi ini masukan-masukan untuk para anggota yang terhormat untuk lebih melakukan pemikiran-pemikiran yang terbaik. Bagaimana kita membuat UU ini, perlu? Kalau perlu bagaimana pengaturannya? Agar lebih jelas, jangan selalu menjadi seolah-olah tidak tersentuh, seolah-olah sudah demikian adanya kita terima tapi juga tidak ada kejelasannya, harus ada suatu pengaturan yang lebih jelas. Silahkan Pak Basuki Tjahaja Purnama Ir. BASUKI TJAHAJA PURNAMA, MM/F-PG: Terima Kasih Pak Pimpinan Yang saya Hormati Bapak-Bapak dari Forum Konstitusi Ada beberapa pertanyaan Pak, saya langsung saja. Inikan ada usulan soal Gubernur Utama dan Wakil Gubernur Utama, ini apa dibenarkan secara konstitusi istilah ini? Kalau kita bilang tidak dibenarkan, apakah bisa kita katakan bahwa pemerintah memaksakan ini. Sebetulnya pemerintah itu telah melanggar UUD 1945? Itu pertanyaan dari saya. Kemudian yang kentia, ada lagi pakar yang kami undang, saya tidak enak menyebutkan namanya, beliau mengusulkan ada masa transisi 5 tahun tetap menggunakan penetapan kemudian baru dilakukan pemilihan sesuai dengan pasal 18 tadi, saya sudah ngerti pak UU 18 itu. Saya hanya ingin tahu tanggapan bapak terhadap pakar ini seperti apa yang punya ide seperti itu? Ngakunya ngerti tata negara, apa dia ngerti tata negara atau tidak? Karena saya tidak ngerti soal tata negara, saya hanya ingin tahu saja supaya lain kali mungkin kita tidak undang lagi dia. Terus kemarin Sultan juga berbicara kalau di RUU DIY ini kita membuat penetapan, ada juga yang membawa yudisial review ke MK dibatalkan, kalau dibuat pemilihan juga akan dibatalkan. Jadi usulan dari Forum Konstitusi ini bagaiman mekanisme secara konstitusi yang terbaik supaya nanti jangan ada pasal penetapan atau pemilihan yang dibatalkan, sultan juga berpikir 198

14 akan ada kekhawatiran seperti itu. Yang terakhir, apakah Sultan dan Paku Alam boleh berpolitik praktis kalau menurut UU apakah dia boleh menjadi pengurus partai atau anggota kalau dengan sistem ditetapkan? terus bagaimana kalau melalui pemilihan di DPRD? Kalau di DPRD-kan biasanya kalau enggak menjadi anggota partaikan enggak mungkin diusulkan di dalam peraturan kita. Ini fikiran saya dan ingin mendapatkan jawabannya. Terima Kasih KETUA RAPAT: Terima Kasih Pak Basuki. Ini menarik, bagaimana berpolitiknya. Ini banyak usulan supaya sultan itu tidak berpolitik sedangkan dia nanti diusulkan untuk tetap menjadi kepala pemerintahan. Bagaimana seorang Kepala Pemerintahan tidak berpolitik? Rumusannya bagaimana kalau kita buat seperti itu, kan banyak usulan supaya tidak masuk partai politik atau tidak berpolitik sedangkan ada usulan beliau tetap sebagai kepala pemerintahan. Berbeda dengan fungsi sebagai Sultan, sebagai pengayom kebudayaan dan pemersatu masyarakat. Barangkali ada masukan seperti apa, atau kalau tidak sekarang barangkali boleh dipikirkan lagi utnuk bisa kita ketemu. Ini suatu hal yang memang, dan harus kita putuskan bagaimana caranya karena UU ini harus jangan lagi seperti Pak apa katakan, merubah pada UU yang lama sehingga tidak juga jelas, harus kita perjelas bagaimana sebenarnya penataan ketata negaraan kita. Silahkan lebih lanjut, kita ambil dulu dari DPD supaya jangan menunggu lama ini, Ibu Denti DENTY EKA WIDI PRATIWI, SE/KOMITE I DPD RI: Assalamu alaikum Wr.Wb Yang terhormat Pimpinan Komisi II DPR Rekan-rekan anggota DPD Dan yang kami hormati Forum Konstitusi Dalam penyusunan RUU tentang DIY ini bagaiman kita mengangkat daripada ruh yang bisa mengakomodir seluruh kepentingan masyarakat ataupun aspirasi rakyat Yogyakarta terutama dalam sistem kepemerintahan di Yogyakarta itu sendiri. sehingga bisa mendudukan Sri Sultan Hamengkubuwono ataupun Paku Alam kepada kedudukannya yang ditetapkan sebagai gubernur dan wakil gubernur. dalam hal ini tentunya banyak yang perlu dipertimbangkan, kaitannya dengan hal itu pemerintah membuat suatu ruu versi pemerintah, dimana justru terdapat banyak keragu-raguan untuk dalam rangka menempatkan sri sultan ataupun paku alam sendir, sehingga ada penafsiran terjadinya dualisme kepemimpinan dalam pemerintahan diy, bisa mengakibatkan ketidak efektifan dari pada penyelenggaraan pemerintah. pada dasarnya seakan-akan kita itu harus menerapkan uu, dalam rangka penyusunan ruu itu bisa secara konprehensip dimana tidak hanya dalam pasal 18 ayat 4 saja seperti tadi dikatakan oleh Pak Zain Bajeber bahwasannya tidak bisa dibenturkan pada pasal 18a, tetapi bagaimana kita justru menyandingkan dengan pasal 18b ayat 1. Sebenarnya di dalam UUD 1945 memang sangat sudah mengakui kenyataan daripada historis makanya tadi saya tidak setuju dengan pernyataan Abdul Gafar Patappe dimana histori sebagai masa lalu saja. Kalau perkara 199

15 perubahan daripada kehistorisan, kesejarahan menuju kesejahteraan itu merupakan proses saja yang perlu kita lalui, dimana kita harus menempatkan potensi ataupun komponen-komponen yang ada sehingga negara ini juga berdiri karena adanya sejarah, jadi naif sekali kalau kita tidak mengakui sejarah apalagi sejarah hanya ditutup saja sebagai lembaran yang lama yang tidak perlu kita kukuhkan, sehingga di dalam UUD sendiri memang sudah jelas dan terang-benderang sekali mengakui dan mengangkat niali historis ini dimana DIY adalah sebuah negara merdeka sebelum mengintegrasikan ke RI. Jadi justru senapas dengan semangat konstitusi kiranya apabila hal ini ataupun keistimewaan suatu daerah itu menjadi suatu perdebatan yang dianggap pelik. Yang ingin saya gali lebih dalam bagaimana pandangan secara konstitusi dimana pasal 18 ayat 4 dan 18b ayat 1 ini disandingkan dengan melihat prinsip-prinsip bahwasannya peristiwa daripada kekhususan itu sendiri jangan terlalu banyak dimasukan kedalam perdebatan ranah politik supaya tidak menambah pembendaharaan dari pada semacam labolatorium politk, boleh dikatakan seperti itu karena memang embrio-embrio politik yang dibangun ini perkembangannya semakin tidak sehat yang bisa mengancam daripada keutuhan NKRI itu sendiri. Mungkin itu saja yang perlu saya sampaikan Wassalamu alaiku Wr.Wb. KETUA RAPAT: Waalaikum salam. Terima Kasih Ibu Denti. Lebih lanjut Pak Iwayan Sudirja I WAYAN SUDIRTA, SH/KOMITE I DPD RI: Saya langsung saja. Pimpinan Forum Konstitusi, Pimpinan Komisi II, anggota DPR, DPD yang saya hormati Pertama sya teringat pada pesan Bung karno jangan lupakan sejarah. Lalu ada beberapa buku yang saya baca mengutip kalimat yang lain, kalau di dalam politik itu harus suka memafkan tapi tidak boleh melupakannya. Jadi kalau sejarah mau dilupakan ini bisa menggoyang sendi-sendi keberadaan NKRI, karena ada sejarahnya kenapa Bali juga menyatukan diri dengan NKRI ada sejarahanya. Jadi kemerdekaan ini dibangun bukan oleh sekelompok orang, oleh semua kelompok dan itu juga sejarah. Dan kalau ini mau dihilangkan ini agak merepotkan. Yogyakarta juga dimulai dengan sejarah yang jelas, mulai ada hubungan telephon antara Sukarno dengan Hamengkubuwono IX, ada kawat, ada maklumat 5 September, ada juga sejarah dimana Sukarno mengutus Mr. Sartono dan Maramis ke Yogyakarta tanggal 6 September ini kan sejarah yang tidak bisa diabaikan. Kalau ini diabaikan rakyat Yogyakarta pasti marah, kalau Yogyakarta saja dibeginikan jangan-jangan daerah lain juga was-was, dan ini membuat suasana tidak aman. Saya tidak bermaksud mempertentangkan karena disinikan forum bebas bicara sepanjang sesuai dengan aturan tapi kita boleh beda pendapat. Yang berikutnya tadi Pak Zain sudah dengan jelas mengatakan tidak ada perbedaan pasal 18 ayat 4 dengan pasal 18b. dalam berbagai pertemuan karena kebetulan saya dikomite I dengan Mendagri saya tidak mampu menyakinkan Mendagri itu. Karena Mendagri berpandangan ini bertentangan dengan pasal 18b ini bertentangan dengan pasal 18 ayat 4 juga bertentangan dengan pasal 27 ayat 1 200

16 dan pasal 28d. karena 18 ayat 4 sudah dijelaskan saya minta penjelasan lebih lanjut karena sekali lagi saya sudah meyakinkan Mendagri dalam berbagai pertemuan tidak mampu meyakinkan beliau. Saya perlu argumen tambahan karena kami juga ada proses-proses berikutnya dimana kita akan menyatakan pendapat ini nanti. Mudah-mudahan ini bisa terbantu dengan baik. Teman-teman dan tokoh-tokoh Forum Konstitusi pasti juga sudah mengetahui adanya keputusan MK yang pada dasarnya mengayomi daerah-daerah DKI, Yogyakarta, Papua, Aceh, itu ada putusan. Saya juga tidak tahu apakah putusan ini disampaikan tidak oleh para ahli ke Depdagri sebab kalau putusan MK yang menggaris bawahi kehususan pasal 18b ini ada di Depdagri, saya tidak tahu bagaimana caranya Menteri Dalam Negeri melaporkan ke Presiden sehingga muncul RUU yang seperti sekarang ini, kita tidak habis fikir. Tapi kehadiran Forum Konstitusi ini pasti membawa suasana yang agak beda. Biasanya Pimpinan Sidang tidak banyak komentar, kali ini banyak komentar, banyak garis bawahi dan itu artinya memang ada suasana baru, barang baru. Tapi tentu para hadirin ini minta dinyakinkan secara sungguh-sungguh oleh Forum Konstitusi supaya besok ketika kita membuat ramuan yang baik benar-benar mendasar, rohnya kuat, sejarahnya kuat, ke depannya juga kuat. Jadi bagaimana caranya agar pemerintah, Menteri Dalam Negeri khususnya bisa mengatakan pasal 18b kalau dijadikan pijakan untuk penetapan Sultan sebagai Gubernur Yogyakarta itu tidak bertentangan dengan pasal-pasal yang saya sebutkan tadi. Juga bagaimana kami harus menjelaskan ini tidak bertentangan dengan NKRI, tidak bertentangan dengan demokrasi, tidak bertentangan dengan azas-azas kesamaan di depan hukum equality before the law ini yang paling sering diungkap oleh pemerintah khususnya Menteri Dalam Negeri, kami harus mampu menjelaskan ini, DPR juga harus mendapatkan penjelasan yang cukup agar UU ini bisa mendapatkan pijakan yang kuat UU yang akan dilahirkan. Yang berikutnya tadi Pak Zain sempat menyinggung Presiden dipilih secara demokratis, orang yang dipilih secara demokratis harusnya dia bersikap demokratis. Pertanyaannya kalau UUD dibuat oleh MPR yang dipilih secara demokratis apakah pasal 18b ini produk demokratis atau tidak? Yang berikutnya kalau masyarakat Yogyakarta menghendaki penetepan itu demokratis apa tidak? Apa sangat tidak demokratis kalau penetapan itu kita lakukan, apalagi pijakannya pasal 18b. lalu mohon maaf, betapa celakanya kalau DPRD mendukung penetapan dianggap tidak demokratis padahal DPRD Yogyakarta dilahirkan berdasarkan pemilihan yang sangat demokratis. Ditamabah lagi DPD sudah juga menajukan RUU dan itu paripurna menyetujuinya. Jadi secara resmi DPD itu diparipurna menyetujui, apakah ini tidak demokratis? Jadi kalau DPD tidak demokratis, rakyat Yogyakarta tidak demokratis, DPRD Yogyakarta tidak demokratis berarti yang paling demokratis Menteri Dalam Negeri kita seorang. SBY saja tidak berani ngomong begitu, Menteri Dalam Negeri ini memang paling hebat. KETUA RAPAT: Saya kira kematerinya saja 201

17 I WAYAN SUDIRTA, SH/KOMITE I DPD RI: Oh gitu yah, boleh-boleh. Kalau gitu saya laju lagi. Pak kalau kita membuat sebuah UU untuk pemilihan Gubernur Yogyakarta, perlu enggak mendengar rakyat Yogyakarta? Ini konsep berpikirnya kalau kita membuat UU dari segi penyerapan aspirasi masyarakat. Perlu enggak mendengar rakyat Yogyakarta? Atau rakyat Yogyakarta yang paling utama harus didengar? Atau jangan saja kita dengar Rakyat Yogyakarta kita dengar rakyat Aceh. Karena rakyat Yogyakarta jelas menghendaki penetapan. Kalau tradisi ini, preseden buruk ini dimana membuat UU untuk kepentingan pemilihan Gubernur Yogyakarta, penetapan Gubernur Yogyakarta tidak mendengar rakyat Yogyakarta saya juga tidak juga tahu bagaimana nasib aspirasi daerah lain dalam bidang-bidang yang lain. Misalnya tentang masalah ekonomi, pertambangan, kehutanan, pariwisata dan lain sebagainya. Kelak UU ini akan dibuat dan akan direvisi terus menerus, saya tidak bisa membayangkan kalau kelak kita membuat UU pertambangkan yang didengar komponen pariwisata saja, komponen pertambangan tidak didengar. Oleh karena itu dari segi konsepsi pembuatan UU dalam rangka menyerap aspirasi dan uji shahih misalnya. Bukankah rakyat Yogyakarta dalam pengertian untuk penetepan atau pemilihan Gubernur Yogyakarta ini kelompok komponen yang harus didengar. Kemudian ada juga hambatanhambatan yang dicoba dimunculkan, bagaimana suksesi nanti, bagaimana kalau Sultan udah uzur meninggal, atau Sultan terlalu muda. Kami mencoba menjelaskan juga karena Yogyakarta sudah punya tradisi suksesi sejak 1755 tapi kelihatannya pendapat ini juga belum terlalu kuat. Lalu bagaimana pendapat bapak-bapak, apakah kalau ada pertanyaan-pertanyaan ini, kalau dari segi konsep pembuatan UU hambatan-hambatan begini apakah boleh menjadikan kita tidak jadi membuat UU. Bukannya problem hambatan itu justru perlu dimunculkan karena kita perlu mencari aspirasi, perlu uji shahih, tapi lalu dibuat dan dipecahkan dalam UU itu sendiri. Suksesi bisa kita buat, masalah umur dan sebagainya apalagi di dalam konsep DPD itu ketika keadaan sangat tertentu dimana pemerintah boleh mengulurkan tangannya misalnya karena Sultan masih terlalu muda, pemerintah juga punya kewenangan di situ. Lalu bagaimana kekebalan-kekebalan ini tidak muncul karena Bang Buyung juga sempat menyampaikan satu informasi jangan-jangan nanti Gubernur Yogyakarta jadi kebal. Kalau Sultan kebal di Kratonnya tapi tidak boleh Sultan itu sebagai Gubernur menjadi kebal, padahal kami diberi informasi kecuali asal-usul Gubernur Yogyakarta berasal dari Kesultanan yang lainnya itu sama dengan daerah lain. Oleh karena itu saya ingin mendapat penjelasan yang agak panjang karena kami juga akan menyampaikan nanti konsep-konsep lebih lanjut kepada DPR Terima Kasih KETUA RAPAT: Terima Kasih Pak Wayan. Memang kemaren barangkali bagus juga dihadiri Forum Konstitusi juga kemaren itu. Pak Sri Sultan sangat excellent untuk mengemukakan itu. Posisi beliau bagaiman, beliau tidak menghendaki, kebetulan monarki tidak ada juga beliau tidak menghendaki turun-temurun untuk jabatan itu menurunkan kepada anaknya tapi kerabat dari Kesultanan. Bagaimana bentuknya itu yang kita bisa rumuskan, itu keinginan beliau sebagai pemangku itu. Beliau mengatakan tidak kebal 202

18 hukum, tidak ada imunitas untuk beliau. Jadi ini barangkali karena kita bicara dengan Forum Konstitusi ini bisa dimasukan untuk bisa nanti tentu kita harapkan ada lagi feedback yang bisa kita dapatkan dari Forum Konstitusi, dari masukan-masukan ini barangkali membantu pemikiran kita dalam pembahasan. Silahkan lebih lanjut Pak Jhon Prof. JHON PIERES/KOMITE I DPD RI: Terima Kasih Pak Ketua Waktu Portugis masuk saya Peres Pak, Belanda masuk Peres, sebelumnya itu Patiwane. Jadi sejarah itu. Sebelumnya saya Muslim kemudian Katholik lalu Protestan karena sejarah juga. Jadi tidak boleh lupakan itu. Jas Merah. Baik Pak Ketua, para Wakil Ketua, terutama Forum Konstitusi yang tidak asing lagi untuk DPD. Ada 6 catatan saya, yang pertama Pak Ketua kita harus menyisir kembali norma-norma hukum yang pernah ada, UU 22/1948 tentang Pemda, 3/1950 tentang DIY, 5/1974 tentang Pemda, 22/1999, 32/2004 terutama mengenai keistimewaan beberapa daerah di Indonesia. Itu juga sejarah hukum yang tidak boleh kita lupakan dan norma-norma itu sudah dikaji cukup mendalam berdasarkan mazhab-mazhab, doktrin-doktri yang kita anut selama ini. Itu catatan yang pertama. Catatan yang kedua, harus ada sinergitas dan hirarki norma-norma hukum menurut saya harus tetap dijaga dari konstitusi sampai ke UU itu, satu dengan yang lain tidak boleh saling bertabrakan. Terutama juga kita harus memperhatikan doktrin-doktrin dan mazhab-mazhab hukum populer di dalam proses pembuatan UU itu. Jadi tidak parsial perspektifnya tapi harus dibangaun sebuah perspektif yang lebih konprehensip supaya UU itu mempunyai daya laku, terutama UUK DIY. Yang ketiga, ini soal uji kejelian, bapak-bapak dari Forum Konstitusi sekiranya kalau pasal 18 itu kita uraikan dalam pasal-pasal di UU Pemda yang baru dengan meniadakan jabatan Wakil Gubernur apakah UU tentang KDIY juga harus meniadakan jabatan Wakil Gubernur, lalu bagaimana juga nasib dari Sri Paku Alam. Itu uji kejelian, saya tidak mengatakan uji kecerdasan tapi ini uji kejelian saja. Ini kita perlu belajar banyak dari Forum Konstitusi yang saya membaca banyak buku kajian dari forum itu, sedikitnya memperkaya saya dalam perspektif pembangunan hukum nasional. Yang keempat, kita tahu bahwa konstitusi maupun UU itu mempunyai fungsi integratif artinya mengintegrasikan bangsa yang majemuk ini selain fungsi edukatif untuk kita belajar berdemokrasi. Bisa enggak diberikan kepada kita kalau Yogyakarta mendapat keistimewaa, Aceh mendapatkan kekhususan termasuk Papua, lalu daerah-daerah lain tidak mendapatkan apa-apa dalam pengertian keistimewaan dan kekhususan integrasi sedikit terganggu. Saya sependapat dengan Forum Konstitusi tapi saya cuma uji kejelian saja sama sekali tidak ada maksud apa-apa. Dan memang yang saya tahu, yang saya pelajari itu fungsi integratif itu penting bagi suatu bangsa yang majemuk baik konstitusi maupun UU itu. 203

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS, 17 NOVEMBER

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS, 17 NOVEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS, 17 NOVEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER

SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER TERBATAS (Untuk kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI PEMBICARAAN TINGKAT-I RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA RABU, 23 NOVEMBER 2011 Tahun Sidang : 2011-2012

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI KAMIS, 24 MARET

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI KAMIS, 24 MARET TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI KAMIS, 24 MARET 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KONSULTASI PIMPINAN DPR RI DAN KOMISI II DPR RI DENGAN KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI SELASA, 21 JUNI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KONSULTASI PIMPINAN DPR RI DAN KOMISI II DPR RI DENGAN KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI SELASA, 21 JUNI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KONSULTASI PIMPINAN DPR RI DAN KOMISI II DPR RI DENGAN KETUA MAHKAMAH KONSTITUSI SELASA, 21 JUNI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA RABU, 16 FEBRUARI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA RABU, 16 FEBRUARI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI SEKRETARIS NEGARA RABU, 16 FEBRUARI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS KABINET DAN KEPALA UNIT KERJA PRESIDEN BIDANG PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN PEMBANGUNAN (UKP4) RABU,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN Prof. Dr. DJOKO SURYO DAN Prof. Dr. THAMRIN A. TOMAGOLA RABU, 2 MARET 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SELASA, 22 NOVEMBER

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SELASA, 22 NOVEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SELASA, 22 NOVEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN KAMIS, 27 JANUARI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN KAMIS, 27 JANUARI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN KAMIS, 27 JANUARI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SENIN, 7 MARET

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SENIN, 7 MARET TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA SENIN, 7 MARET 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA-RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN, BKN, LAN, DAN ANRI SENIN, 6 JUNI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA-RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN, BKN, LAN, DAN ANRI SENIN, 6 JUNI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA-RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN, BKN, LAN, DAN ANRI SENIN, 6 JUNI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN SENIN, 21 NOVEMBER

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN SENIN, 21 NOVEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN SELAKU KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN SENIN, 21 NOVEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS-JUMAT, NOVEMBER

SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS-JUMAT, NOVEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG KEISTIMEWAAN PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KAMIS-JUMAT, 24-25 NOVEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT-I RUU TENTANG APARATRUR SIPIL NEGARA KAMIS, 22 SEPTEMBER

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT-I RUU TENTANG APARATRUR SIPIL NEGARA KAMIS, 22 SEPTEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT-I RUU TENTANG APARATRUR SIPIL NEGARA KAMIS, 22 SEPTEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN BADAN NASIONALPENGELOLA PERBATASAN SELASA, 7 JUNI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN BADAN NASIONALPENGELOLA PERBATASAN SELASA, 7 JUNI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI DAN BADAN NASIONALPENGELOLA PERBATASAN SELASA, 7 JUNI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA, SEKRETARIAT KABINET, DAN UKP4 SELASA, 5 JULI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA, SEKRETARIAT KABINET, DAN UKP4 SELASA, 5 JULI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA, SEKRETARIAT KABINET, DAN UKP4 SELASA, 5 JULI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X DAN SRI PAKU ALAM X SELASA, 1 MARET

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X DAN SRI PAKU ALAM X SELASA, 1 MARET TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN SRI SULTAN HAMENGKU BUWONO X DAN SRI PAKU ALAM X SELASA, 1 MARET 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN PAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI RABU, 6 JULI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN PAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI RABU, 6 JULI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KEMENTERIAN PAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI RABU, 6 JULI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS-JUMAT, FEBRUARI

LAPORAN SINGKAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS-JUMAT, FEBRUARI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT PANITIA KERJA KOMISI II DPR RI RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG APARATUR SIPIL NEGARA KAMIS-JUMAT, 16-17 FEBRUARI 2012 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SANTOSO DAN AAGN ARI DWIPAYANA, M.SI (JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UNIVERSITAS GADJAH MADA) RABU, 23 MARET

SANTOSO DAN AAGN ARI DWIPAYANA, M.SI (JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UNIVERSITAS GADJAH MADA) RABU, 23 MARET TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN Prof. Dr. PURWO SANTOSO DAN AAGN ARI DWIPAYANA, M.SI (JURUSAN POLITIK DAN PEMERINTAHAN UNIVERSITAS GADJAH

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI SENIN, 11 JULI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI SENIN, 11 JULI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI SENIN, 11 JULI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

SONGMEN, MM EKSAN HEREMBA KAMIS, 30 SEPTEMBER

SONGMEN, MM EKSAN HEREMBA KAMIS, 30 SEPTEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN PANITIA PRESIDIUM PEMEKARAN KABUPATEN SUKABUMI, TIM KERJA FORUM DPRD EKS TIMOR-TIMUR, DAN SEKRETARIAT

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI NEGERA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI DAN BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA SENIN, 29 NOVEMBER

Lebih terperinci

: 19 dari 25 Anggota Panja Konflik dan Sengketa Pertanahan Komisi II DPR RI 6 orang izin

: 19 dari 25 Anggota Panja Konflik dan Sengketa Pertanahan Komisi II DPR RI 6 orang izin TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT/RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM PANJA KONFLIK DAN SENGKETA PERTANAHAN KOMISI II DPR RI DENGAN GUBERNUR PROV. LAMPUNG, DPRD PROV. LAMPUNG,

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI, WAKIL KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, KEPALA BADAN PENGAWASAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA RABU, 1 JUNI

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA RABU, 1 JUNI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI TENGGARA DAN PEMERINTAH KABUPATEN MUNA RABU, 1 JUNI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN SEKRETARIS JENDERAL KEMENTERIAN DALAM NEGERI DAN SEKRETARIS BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN KAMIS, 8 MARET

Lebih terperinci

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) SENIN, 10 MEI

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) SENIN, 10 MEI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) SENIN, 10 MEI 2010 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010

Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, Kamis, 02 Desember 2010 Konferensi Pers Presiden RI tentang RUU Keistimewaan DIY, di Istana Negara, Jakarta, 2-12-2010 Kamis, 02 Desember 2010 KONFERENSI PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA TENTANG RUU KEISTIMEWAAN DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan Reforma Agraria)

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 027/SKLN-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KETUA DAN WAKIL KETUA DPRD PROVINSI

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 024/PUU-IV/2006 PERIHAL PENGUJIAN UU NO. 12 TAHUN 2003 TENTANG PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD, UU NO. 23

Lebih terperinci

CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012

CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012 CATATAN RAPAT KERJA RUUK DIY KOMISI II DPR-RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI KOPO, 16 FEBRUARI 2012 Tahun Sidang : 2012-2013 Masa Persidangan : III Rapat Ke : - Sifat Jenis Rapat Dengan : Terbuka : Rapat

Lebih terperinci

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO. Wates, 11 Maret 2011

BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO. Wates, 11 Maret 2011 BUPATI KULONPROGO Sambutan Pada Acara PENERIMAAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI II DPR RI DI KABUPATEN KULONPROGO Wates, 11 Maret 2011 Assalamu alaikum Wr. Wb. Selamat siang, salam sejahtera bagi kita semua. Yang

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 2 FEBRUARI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 2 FEBRUARI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 2 FEBRUARI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 77/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2007 tentang Pemerintahan Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagai

Lebih terperinci

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) RABU, 19 MEI

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) RABU, 19 MEI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN BADAN PERTANAHAN NASIONAL (BPN) RABU, 19 MEI 2010 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI --------------------------------- LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI, MENTERI DALAM NEGERI DAN MENTERI PENDAYAGUNAAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 46/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PERBENDAHARAAN NEGARA

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 5/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2007 TENTANG PERSEROAN TERBATAS

Lebih terperinci

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran

Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran Ulangan Akhir Semester (UAS) Semester 1 Tahun Pelajaran 2016 2017 Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Kelas / Semester : VI (Enam) / 1 (Satu) Hari / Tanggal :... Waktu : 90 menit A. Pilihlah

Lebih terperinci

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN PROF.

SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN PROF. TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN PROF. Dr. SOFIAN EFFENDI, MPIA, PROF. MIFTAH TOHA, MPA, DAN Dr. ASMAWI REWANSYAH, M.Sc KAMIS, 30 SEPTEMBER

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 26 JANUARI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 26 JANUARI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI DALAM NEGERI, MENTERI HUKUM DAN HAM, DAN DPD RI RABU, 26 JANUARI 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI SELASA, 22 NOVEMBER

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI SELASA, 22 NOVEMBER TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI DENGAN MENPAN & RB, BKN, LAN, DAN ANRI SELASA, 22 NOVEMBER 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA Nomor : 010/PUU-III/2005 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PANEL PEMERIKSAAN PENDAHULUAN PERKARA NOMOR 010/PUU-III/2005 PENGUJIAN UU NO. 32 TAHUN 2004 TENTANG

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 110/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH Copyright (C) 2000 BPHN UU 22/2003, SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH *14124 UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

IZIN : Khatibul Umam Wiranu, SH.,M.Hum Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM Dr. Ir. H. Eko Sarjono Putro, MM

IZIN : Khatibul Umam Wiranu, SH.,M.Hum Ir. Basuki Tjahaja Purnama, MM Dr. Ir. H. Eko Sarjono Putro, MM TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA PANJA KONFLIK DAN SENGKETA PERTANAHAN KOMISI II DPR RI DENGAN DEPUTI V BPN DAN PAKAR PERTANAHAN (PROF. MARIA.S.) KAMIS, 9 FEBRUARI 2012 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 35/PUU-XII/2014 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA

BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA BAB II TINJAUAN KEBERADAAN LEMBAGA PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA A. Pengertian Sistem Ketatanegaraan Istilah sistem ketatanegaraan terdiri dari kata sistem dan ketatanegaraan.

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 7/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di KETERANGAN PENGUSUL ATAS RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 1999 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32

BAB I PENDAHULUAN. Pencabutan undang-undang No.22 tahun 1999, oleh undang-undang No 32 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota. Konsep yang dianut adalah konsep negara

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 13/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 68/PUU-XIV/2016 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PERRUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG- UNDANG

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 17/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN,

Lebih terperinci

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P

2018, No Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014 tentang P No.29, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEGISLATIF. MPR. DPR. DPD. DPRD. Kedudukan. Perubahan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6187) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri)

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 29 Juli 2010 Kamis, 29 Juli 2010

Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 29 Juli 2010 Kamis, 29 Juli 2010 Sambutan Pengantar Presiden RI pada Sidang Kabinet Paripurna, 29 Juli 2010 Kamis, 29 Juli 2010 SAMBUTAN PENGANTAR PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA SIDANG KABINET PARIPURNA PADA TANGGAL 29 JULI 2010 Bismillaahirrahmaanirrahiim,

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA MENDENGARKAN LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KPI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2018 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH,

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI

LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri) LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI II DPR RI (Bidang Pemerintahan Dalam Negeri dan Otonomi Daerah, Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Kepemiluan, Pertanahan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 pada Bab 1 pasal 1 dijelaskan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara hukum dan negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA EKSEMINASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA EKSEMINASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA EKSEMINASI PUTUSAN MAHKAMAH KONSTITUSI TERKAIT DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA Penyusun: Law Center DPD RI Satya Arinanto Makhfud Rofiqul Umam Ahmad

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2003 TENTANG SUSUNAN DAN KEDUDUKAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH DENGAN

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA ------- RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARAN RAKYAT,

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006

RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 irvanag MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NO. 030/SKLN-IV/2006 DAN PERKARA 031/PUU-IV/2006 PERIHAL SENGKETA KEWENANGAN ANTAR LEMBAGA NEGARA ANTARA KPI

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 121/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Bagi Provinsi Papua Sebagaimana

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 89/PUU-X/2012 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden [Pasal

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCAN RANCANGAN

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI RANCAN RANCANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESI ---------------------RANCAN------------ RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA KOMISI III DPR RI DENGAN MENTERI HUKUM DAN HAM RI ---------------------------------------------------

Lebih terperinci

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN

LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM KOMISI II DPR RI DENGAN Prof. Dr. MARIA SW SOEMARDJONO, SH.,MCL.,MPA DAN Dr. SITI ZUHRO, P.hD KAMIS, 3 MARET 2011 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

: Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Wakil Ketua Komisi II DPR RI

: Dr. Drs. H. Taufiq Effendi, MBA / Wakil Ketua Komisi II DPR RI TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN KOMISI PEMILIHAN UMUM (KPU) DAN BADAN PENGAWAS PEMILU (BAWASLU) SENIN, 20 FEBRUARI 2012 ------------------------------------------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri

TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri TERBATAS (Untuk Kalangan Sendiri LAPORAN SINGKAT RAPAT KERJA DAN RAPAT DENGAR PENDAPAT KOMISI II DPR RI DENGAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA & REFORMASI BIROKRASI, BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA,

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 rtin MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 20/PUU-XVI/2018 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM TERHADAP UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara

Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Tugas dan Wewenang serta Dasar Hukum Lembaga Negara Bagan Lembaga Negara Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) Tugas dan Wewenang MPR Berikut tugas dan wewenang dari Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR).

Lebih terperinci

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016

DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 DPD RI, BUBARKAN ATAU BENAHI?? Oleh: Moch Alfi Muzakki * Naskah diterima: 06 April 2016; disetujui: 15 April 2016 Dinamika perkembangan ketatanegaraan di Indonesia terusterjadi. Hal yang kembali mencuat

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA -------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 91/PUU-XII/2014 PERIHAL Pengujian Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang- Undang Nomor 14 Tahun

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 106/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 24/PUU-V/2007 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH, DAN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 94/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL, UNDANG-UNDANG NOMOR

Lebih terperinci

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN

PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN PENDAPAT AKHIR FRAKSI PARTAI DEMOKRAT T E R H A D A P RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG OMBUDSMAN Juru Bicara : H. DADAY HUDAYA, SH, MH Nomor Anggota : A- 92 Assalamu`alaikum Wr. Wb. Salam Sejahtera untuk

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 4/PUU-VII/2009 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA TERTIB DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 26/PUU-VI/2008 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PEMBENTUKAN KABUPATEN

Lebih terperinci

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 83/PUU-XIII/2015 PERIHAL PENGUJIAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG 1 PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2014 TENTANG TATA TERTIB

Lebih terperinci

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan

Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Tugas dan Fungsi MPR Serta Hubungan Antar Lembaga Negara Dalam Sistem Ketatanegaraan Oleh: Dr. (HC) AM. Fatwa Wakil Ketua MPR RI Kekuasaan Penyelenggaraan Negara Dalam rangka pembahasan tentang organisisasi

Lebih terperinci

KETUA RAPAT (H. SOETARDJO SOERJOGOERITNO, B.Sc.): Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua.

KETUA RAPAT (H. SOETARDJO SOERJOGOERITNO, B.Sc.): Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. KETUA RAPAT (H. SOETARDJO SOERJOGOERITNO, B.Sc.): Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Selamat pagi dan salam sejahtera untuk kita semua. Yang terhormat saudara Menteri Hukum dan HAM beserta jajarannya;

Lebih terperinci

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan

peraturan (norma) dan kondisi pelaksanaannya, termasuk peraturan pelaksanaan dan limitasi pembentukannya. 2. Peninjauan, yaitu kegiatan pemeriksaan LAPORAN KUNJUNGAN KERJA BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PEMANTAUAN DAN PENINJAUAN TERHADAP UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN KE PROVINSI ACEH, PROVINSI

Lebih terperinci

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009

ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA ORASI KETUA DPR-RI PADA ACARA FORUM RAPAT KERJA NASIONAL MAJELIS ULAMA INDONESIA (MUI) TAHUN 2009 DPR RI DAN ASPIRASI MASYARAKAT Minggu, 25 Oktober 2009

Lebih terperinci

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

PERTAMA: UNDANG-UNDANG TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD PENDAPAT FRAKSI PARTAI DEMOKRASI INDONESIA PERJUANGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA TERHADAP PENJELASAN PEMERINTAH ATAS ; ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD, & PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN Disampaikan

Lebih terperinci

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 memerlukan waktu yang cukup

berdasarkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 memerlukan waktu yang cukup LAPORAN KOIWISI III DPR-RI DALAM RANGKA PEMBICARAAN TINGKAT II / PENGAWIBILAN KEPUTUSAN ATAS RUU TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEA/IERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOIWOR 1 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS

Lebih terperinci

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009

RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 130/PUU-VII/2009 Xxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxp;;;;;;;;;;;;;;;;;;; ;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;;; MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA --------------------- RISALAH SIDANG PERKARA

Lebih terperinci