VARIABEL ANTESEDEN BUDAYA ORGANISASI DAN PENGARUH STRATEGI BISNIS TERHADAP KINERJA ORGANISASI: PENDEKATAN KONSEP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VARIABEL ANTESEDEN BUDAYA ORGANISASI DAN PENGARUH STRATEGI BISNIS TERHADAP KINERJA ORGANISASI: PENDEKATAN KONSEP"

Transkripsi

1 46 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm VARIABEL ANTESEDEN BUDAYA ORGANISASI DAN PENGARUH STRATEGI BISNIS TERHADAP KINERJA ORGANISASI: PENDEKATAN KONSEP Arief Purwanto Universitas Widyagama Malang Abstract: Objective of this article is to describe a conceptual framework that shows the relationship of variables of antecedent organizational culture, business strategic, and organizational performance. The article presented some theoretical concepts of organizational culture, business strategic, and organizational performance. Finally, some possible research objective observing the relationship of variables of leadership, organizational culture and organizational performance are highly expected to develop the objective of the study. Keywords: organizational culture, business strategic, organizational performance Secara keseluruhan strategi menentukan bagaimana aset-aset organisasi dialokasikan untuk mengeksploitasi kesempatan di sebuah situasi perubahan lingkungan yang terus bergerak dan tidak pasti. Beberapa hasil kajian empiris menemukan hubungan antara strategi bisnis dan kinerja; nilai pribadi pemilik/manajer, strategi bisnis dan kinerja perusahaan terkait secara empiris (Kotey dan Meredith, 1997). Baum, Edwin dan Ken (2001) menemukan sikap wirausaha tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap pertumbuhan usaha, sedangkan motivasi dan kompetensi khusus mempunyai pengaruh langsung positif terhadap pertumbuhan usaha ditemukan pula untuk sikap, motivasi dan kompetensi mempunyai pengaruh positif terhadap strategi bisnis dan strategi bisnis mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha. Herri dan Wafa (2003) mengemukakan karakteristik kewirausahaan, strategi bisnis, budaya organisasi dan lingkungan bisnis secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha. Dengan semakin ketatnya persaingan dan perubahan lingkungan organisasi, banyak organisasi melakukan penyesuaian dalam struktur maupun pengelolaannya menurut Chatab (2007), berdasarkan penelitian sebanyak 90% gagal memenuhi harapan, kegagalan tersebut terutama karena tidak memperhatikan faktor budaya. Kajian empiris menemukan hubungan antara lingkungan bisnis, budaya organisasi dan kinerja; Hashim, Wafa dan Sulaiman (2001) berpendapat, ada tiga faktor yang menentukan kinerja usaha yaitu: (1) lingkungan bisnis, (2) budaya organisasi dan (3) kewirausahaan. Integrasi dari ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha. Ditegaskan pula oleh Hickman and Silva (1986) bahwa Stategy ditambah dengan Budaya Organisasi (Culture) akan menghasilkan suatu keistimewaan (Excellence). Dalam penelitian terdahulu ditemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja individu, kinerja kelompok dan kinerja organisasi. Deal dan Kennedy (1982), Dennison (1990), Kotter dan Haskett (1992) dalam Gani (2006), sedangkan temuan Gani (2006) menyatakan budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja. Setiap organisasi mempunyai karakteristik atau jati diri yang khas, mempunyai kepribadian sendiri yang membedakan dari organisasi lainnya. Salah satu faktor yang membedakan suatu organisasi dengan organisasi lainnya ialah budaya (Siagian, 2005). Menurut Harrison dan Stokes (1992), organisasi dibentuk oleh aspek-aspek organisasi yang memberikan nilai atau kondisi khusus. Budaya bagi organisasi dapat disamakan dengan kepribadian bagi 46

2 Purwanto, Variabel Anteseden Budaya Organisasi dan Pengaruh Strategi Bisnis 47 seseorang yang merupakan gabungan antara kepercayaan, nilai-nilai, gaya kerja, dan hubunganhubungan khas yang akan membedakan suatu organisasi dari organisasi lainnya. Harrison dan Stokes juga membagi budaya organisasi itu menjadi 4 bagian yang merupakan orientasi budaya yaitu budaya organisasi yang berorientasi pada kekuasaan (power orientation), peran (role orientation), prestasi (achievement orientation), dan dukungan (support orientation). Organisasi memiliki budaya inti yang mendominasi anggota organisasi secara keseluruhan. Suatu organisasi bisa memilkiki budaya yang kuat dalam arti dianut secara luas, teguh, dan konsisten oleh para anggotanya. Namun demikian, budaya yang kuat harus cocok baik secara intern maupun ekstern (Mangkuprawira, 1999). Adapun kecocokan intern berarti budaya organisasi itu cocok dengan teknologi yang digunakan. Contohnya adalah teknologi rutin yang digunakan untuk situasi yang stabil akan cocok dengan budaya yang menekankan sentralisasi kewenangan dan inisiatif perorangan yang terbatas. Sebaliknya adalah teknologi nonrutin. Sedangkan kecocokan ekstern berarti bahwa budaya ditumbuhkan sesuai strategi dan lingkungan. Sebagai contoh, strategi berorientasi pasar cocok untuk lingkungan yang dinamis dan memerlukan budaya yang menekankan inisiatif perorangan, toleransi konflik, dan komunikasi. Dalam penelitian terdahulu ditemukan bahwa budaya organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi, kinerja kelompok dan kinerja organisasi. Deal dan Kennedy (1982), Dennison (1990), Kotter dan Haskett (1992) dalam Gani (2006), sedangkan temuan Gani (2006) menyatakan budaya organisasi berpengaruh tidak signifikan terhadap kinerja organisasi. Herri dan Wafa (2003) mengemukakan, karakteristik kewirausahaan, strategi bisnis, budaya organisasi dan lingkungan bisnis secara bersamasama mempunyai pengaruh terhadap kinerja usaha, ditegaskan pula oleh Hickman and Silva (1986) bahwa Stategy ditambah dengan Budaya Organisasi (Organizational Culture) akan menghasilkan suatu keistimewaan (Excellence). Uraian dari dua konsep tentang budaya organisasi dan strategi bisnis tersebut dapat disimpulkan bahwa: Dalam organisasi/perusahaan, strategi menentukan bagaimana aset-aset organisasi dialokasikan untuk mengeksploitasi kesempatan di sebuah situasi perubahan lingkungan yang terus bergerak dan tidak pasti. Setiap organisasi memiliki cara, kebiasaan, dan aturan dalam mencapai tujuan dan misi organisasi, termasuk cara individu hidup berinteraksi satu sama lain (bermasyarakat), dan cara individu mengatasi permasalahan yang dihadapi dalam organisasi. Kehidupan tersebut didasarkan pada keyakinan yang dimiliki, didasarkan pada falsafah hidup yang didasarkan dari hubungan manusia dengan lingkungannya. Keyakinan tersebut dijadikan sebagai asumsi dasar (Basic Assumption) yang mendasari semua program, strategi dan rencana kegiatan, atas dasar tersebut dibangun kegiatan-kegiatan (strategi jangka panjang dan strategi jangka pendek), sehingga memunculkan nilai yang tinggi manakala kegiatan yang dilakukan tidak menyalahi dari apa yang telah diprogramkan, dan begitu pula sebaliknya. Dengan kata lain bahwa organisasi memiliki budaya sesuai dengan asumsi dasar para pemimpinnya; Perilaku individu yang ada dalam organisasi dalam upaya melaksanakan program kerja yang telah disepakati ataupun diembannya akan memunculkan/menciptakan kinerja organisasi; Kinerja organisasi yang tinggi yang ada pada individu dalam organisasi menunjukkan bahwa apa yang dilakukan oleh individu telah sesuai dengan yang diprogramkan oleh organisasi, hal ini juga sesuai dengan asumsi dasar organisasi. Dengan demikian, kinerja organisasi yang tinggi tentunya ada pada budaya organisasi yang baik. Uraian tersebut di atas memunculkan permasalahan yang dapat dikemukakan dalam artikel ini adalah sebagai berikut: Apakah Variabel Kepemimpinan dan Budaya Organisasi berpengaruh terhadap Kinerja organisasi? Permasalahan tersebut dapat dirinci dalam beberapa pertanyaan yang membutuhkan adanya jawaban yang terbangun dalam suatu kerangka kerja konseptual (a conceptual framework) untuk permasalahan dalam artikel ini, pertanyaan tersebut adalah: Adakah hubungan anteseden antara Budaya Organisasi terhadap Strategi Bisnis? Adakah pengaruh Strategi Bisnis terhadap Kinerja organisasi? BUDAYA ORGANISASI Dalam beberapa literature, pemakaian istilah corporate culture biasa diganti dengan istilah organization culture. Kedua istilah ini memiliki pengertian yang sama. Sehubungan dengan hal tersebut,

3 48 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm kedua istilah tersebut digunakan secara bersamasama, dan keduanya memiliki satu pengertian yang sama. Beberapa definisi budaya organisasi dikemukakan oleh para ahli. Moeljono (2003) menyatakan bahwa budaya korporat atau budaya manajemen atau juga dikenal dengan istilah budaya kerja merupakan nilai-nilai dominan yang disebar luaskan di dalam organisasi dan diacu sebagai filosofi kerja karyawan. Susanto (1997) memberikan definisi budaya organisasi sebagai nilai-nilai yang menjadi pedoman sumber daya manusia untuk menghadapi permasalahan eksternal dan usaha penyesuaian integrasi ke dalam perusahaan sehingga masingmasing anggota organisasi harus memahami nilainilai yang ada dan bagaimana harus bertindak atau berperilaku. Robbins (2003) mendefinisikan budaya organisasi (organizational culture) sebagai suatu sistem makna bersama yang dianut oleh anggota-anggota yang membedakan organisasi tersebut dengan organisasi yang lain. Di samping itu, Robbins menyatakan bahwa sebuah sistem pemaknaan bersama dibentuk oleh warganya yang sekaligus menjadi pembeda dengan organisasi lain. Sistem pemaknaan bersama merupakan seperangkat karakter kunci dari nilainilai organisasi ( a system of shared meaning held by members that distinguishes the organization from other organization. This system of shared meaning is, on closer examination, a set of key characteristics that the organization values ). Budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternal yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisasi misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Budaya organisasi itu didasarkan pada suatu konsep bertingkat tiga yaitu: tingkat asumsi dasar (basic assumption), tingkat nilai (value), dan tingkatan artifact yaitu sesuatu yang ditinggalkan. Tingkatan asumsi dasar itu merupakan hubungan manusia dengan apa yang ada di lingkungan yaitu: alam, tumbuh-tumbuhan, binatang, manusia, dan hubungan itu sendiri. Dalam hal ini, asumsi dasar bisa diartikan sebagai suatu philosophy, atau keyakinan, sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata tapi dijamin bahwa itu ada. Tingkatan yang berikutnya value, value berhubungan dengan perbuatan atau tingkah laku. Untuk itu, value bisa diukur (dites) dengan adanya perubahanperubahan atau konsensus sosial. Sedangkan artifact adalah sesuatau yang bisa dilihat tetapi sulit ditirukan seperti teknologi, seni atau sesuatu yang bisa didengar (Schein, 2004). Artifact menurut Brown (1998) adalah elemen dasar organisasi yang paling mudah untuk dikenali, karena dapat dilihat, didengar, dan dapat dirasakan. Rollinson (2005) menyatakan bahwa artefak merupakan manifestasi yang paling nyata dari suatu budaya yang mencakup segala sesuatu mulai dari tata letak fisik suatu bangunan sampai cara orang berpakaian, cara berbicara satu sama lain dan juga hal-hal yang dibicarakan. Budaya organisasi juga berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi, membuat kesepakatan atau konsensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan anggota organisasi (karyawan), serta imbalan dan sanksi (Schein, 2004). Budaya diciptakan oleh pemimpin. Pemimpinpemimpin diciptakan oleh budaya. Berdasar pada perspektif teori, budaya itu muncul melalui 3 proses. Ketiga teori itu adalah: (1) Socio Dynamic Theory; (2) leadership theory; dan (3) Organizational Learning (Schein, 2004). Secara umum, setiap individu dilatarbelakangi oleh budaya yang memengaruhi perilakunya. Budaya menuntun individu untuk berperilaku dan memberi petunjuk pada mereka mengenai apa saja yang harus diikuti dan dipelajari. Kondisi tersebut juga berlaku dalam suatu organisasi. Setiap organisasi, baik disadari atau tidak, memiliki kepribadian yang biasa dikenal sebagai budaya organisasi. Budaya tersebut akan menumbuhkan persepsi bersama diantara para anggotanya mengenai apa sebenarnya organisasi itu dan bagaimana sebaiknya perilaku para anggotanya. Budaya organisasi merupakan nilainilai, falsafah, prinsip-prinsip, atau keyakinan yang dianut oleh suatu organisasi. FUNGSI BUDAYA ORGANISASI Dalam beradaptasi dengan lingkungan eksternal dan mempertahankan kelangsungan hidupnya, serta dalam melakukan intergrasi internal. Budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternal yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir, terhadap misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran, dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi,

4 Purwanto, Variabel Anteseden Budaya Organisasi dan Pengaruh Strategi Bisnis 49 kesepakatan atau konsensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan anggota organisasi (karyawan), serta imbalan dan sangsi (Schein, 1991:52 66) STRATEGI BISNIS Perubahan lingkungan bisnis yang cepat sebagai akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi serta kondisi regional dan global dengan liberalisasi pasar, menjadikan tingkat persaingan antara organisasi semakin tajam baik yang berorientasi profit maupun non profit. Setiap organisasi di dorong untuk selalu meningkatkan kinerja, dan keunggulan bersaing dalam jangka panjang/ berkelanjutan (sustained competitive advantage atau SCA) (Idrus, 1991). Berfikir dan berorientasi strategis sangat diperlukan untuk mengatasi masalah-masalah yang sedang dihadapi oleh organisasi/dunia usaha guna mempertahankan posisi daya saingnya. Cahyono (1996) mengemukakan bahwa strategi sangat diperlukan manakala perusahaan menghadapi situasi seperti; (a) sumber daya yang dimiliki terbatas, (b) ada ketidakpastian mengenai kekuatan bersaing organisasi, (c) komitmen terhadap sumber daya tidak dapat diubah lagi, (d) keputusankeputusan harus dikoordinasi antar bagian sepanjang waktu, (e) ada ketidakpastian mengenai pengendalian inisiatif. Dalam situasi lingkungan bisnis yang penuh dengan dinamika ini, maka manajemen usaha harus dapat menciptakan organisasi yang dapat memberikan pelayanan yang memuaskan kepada pelanggan dan dapat pula bersaing secara efektif dalam konteks lokal, regional bahkan dalam konteks global. Dengan kata lain dunia usaha dituntut untuk mengembangan strategi yang antisipatif terhadap kecenderungankecenderungan baru guna mencapai dan mempertahankan posisi bersaingnya (Purnomo, 1998). Adanya sejumlah besar variabel yang harus dipertimbangkan dan diperhatikan dalam rangka meningkatkan daya saing maka diperlukan pendekatan manajemen strategi. Manajemen strategi dalam suatu perusahaan perlu disusun dengan maksud merespon setiap perubahan dan perkembangan dari faktor lingkungan eksternal dengan memperhatikan kemampuan internal organisasi. Ketidakmampuan atau ketidakpedulian untuk melihat perubahan lingkungan eksternal ini akan membuat shock suatu organisasi (Idrus, 1997). Dengan demikian berarti eksistensi strategi bagi dunia usaha bermanfaat untuk menjaga, mempertahankan, meningkatkan kinerja serta keunggulan bersaing dari suatu organisasi (Pearce, et al., 2003). Menurut Hitt, et al. (1997), daya saing strategis (strategic competitiveness) dicapai apabila sebuah perusahaan berhasil merumuskan serta menerapkan suatu strategi penciptaan nilai. Hal ini berarti perusahaan memiliki keunggulan bersaing yang berkesinambungan (sustainable competitive advantage). Keunggulan bersaing yang berkesinambungan menghasilkan laba di atas rata-rata bagi investor. Berdasarkan pada uraian tersebut maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan suatu organisasi, baik yang berorientasi profit maupun non profit sangat terkait dengan strategi disamping faktor lain. Hunger, et al. (2002) mengatakan bahwa manajemen strategis sangat penting bagi kinerja bisnis yang efektif dalam lingkungan yang berubah. KOMPONEN MANAJEMEN STRATEGI Manajemen strategi merupakan usaha untuk mengembangkan kekuatan perusahaan dengan mengeksploitasi peluang bisnis guna mencapai tujuan perusahaan sesuai dengan misi yang telah ditentukan. Cahyono (1996) mengemukakan bahwa manajemen strategi terdiri atas beberapa komponen pokok, yaitu: (1) Analisis lingkungan bisnis untuk mendeteksi peluang dan ancaman bisnis; (2) Analisa profil perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan; (3) Strategi bisnis yang digunakan untuk mencapai tujuan perusahaan; (4) Misi perusahaan. Menurut Muhammad (2002), komponen manajemen strategi meliputi: (1) Analisis lingkungan bisnis yang diperlukan untuk mendeteksi peluang dan ancaman bisnis, (2) Analisis profil perusahaan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan perusahaan, (3) Strategi bisnis yang diperlukan untuk mencapai tujuan perusahaan dengan memperlihatkan misi perusahaan. Jika komponen lingkungan bisnis dikaitkan dengan profil perusahaan memberikan indikasi pada apa yang mungkin dapat dikerjakan (what is possible). Sedangkan keterkaitan antara analisis lingkungan bisnis, profil perusahaan dan misi perusahaan menunjukkan apa yang diinginkan (what is desired) oleh pemilik dan manajemen perusahaan. Strategis bisnis ini dalam praktiknya dikerjakan sesuai dengan urutan fungsi pokok manajemen, yaitu perencanaan, implementasi, dan pengawasan. Jadi secara metodologi strategi bisnis merupakan tiga

5 50 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm Misi Perusahaan Lingkungan Bisnis Ekternal Profil Perusahaan Gambar 17.: Komponen Pokok Manajemen Strategis Sumber: Cahyono, 1996 Strategi Bisnis 1. Perencanaan 2. Eksekusi 3. Evaluasi proses yang saling terkait dan tidak terputus, yaitu proses perumusan (formulasi), proses implementasi (eksekusi), dan proses pengawasan (pengendalian strategi). Proses pengawasan juga digunakan sebagai masukan (feedback) untuk perencanaan selanjutnya (Cahyono, 1996). PROSES DAN MODEL MANAJEMEN STRATEGI Proses manajemen strategis meliputi empat elemen dasar: (1) pengamatan lingkungan, (2) perumusan strategi, (3) implementasi strategi dan (4) evaluasi dan pengendalian (Hunger, et al., 2002). Interaksi dari keempat elemen tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 berikut: untuk mengetahui faktor-faktor strategis perusahaan adalah Stengths (kekuatan), Weaknessses (Kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman), yang disingkat SWOT. (Hunger, et al., 2002). Setelah melakukan identifikasi terhadap faktor-faktor strategis, lalu manajemen mengevaluasi interaksi dan menentukan misi perusahaan yang sesuai, yang nantinya akan dijadikan dasar penentuan tujuan, strategi dan kebijakan perusahaan. Perusahaan mengimplementasikan strategi dan kebijakan tersebut melalui program, anggaran dan prosedur. Pada akhirnya, evaluasi kinerja dan umpan balik untuk memastikan tepatnya pengendalian aktivitas perusahaan. Proses manajemen tersebut di atas dapat digambarkan dalam bentuk model, yang Pengamatan Lingkungan Perumusan Strategi Implementasi Strategi Evaluasi dan Pengendalian Gambar 2. Elemen-Elemen Dasar dari Proses Manajemen Strategis Sumber: Hunger, et al., 2002 Pada level korporasi, proses manajemen strategis meliputi aktivitas-aktivitas mulai dari pengamatan lingkungan sampai evaluasi kinerja. Manajemen mengamati lingkungan eksternal untuk melihat kekuatan dan kelemahan. Dengan melakukan pengamatan terhadap faktor lingkungan eksternal dan lingkungan internal maka akan diketahui posisi keberadaan perusahaan dan sekaligus akan mengetahui faktor-faktor strategis yang menjadi keunggulan perusahaan. Peralatan analisis yang digunakan merupakan pengembangan model dasar (Gambar 3) berikutnya. Jauch, et al. (1997), telah membagi proses manajemen strategi dalam empat tahap, yaitu: (1) Analisis dan diagnosis, (2) Pemilihan strategi, (3) Pelaksanaan/implementasi, (4) Evaluasi. ALTERNATIF STRATEGI Suatu perusahaan dapat memilih berbagai alternatif strategi untuk mencapai arah yang diinginkan

6 Purwanto, Variabel Anteseden Budaya Organisasi dan Pengaruh Strategi Bisnis 51 Pengamatan Lingkungan Perumusan Strategi Perumusan Strategi Evaluasi dan Pengendalian Eksternal Lingkungan Tugas Internal Struktur Budaya Sumber Daya Misi Tujuan Strategi Kebijakan Program Anggaran Prosedur Kinerja Gambar 3. Model Manajemen Strategis Sumber: Hunger, et al., 2002 di masa depan. Hal ini tentu saja tergantung kepada lingkungan masing-masing perusahaan. Berbagai alternatif strategi yang bisa digunakan perusahaan menurut Porter (1997) adalah: (1) Keunggulan biaya menyeluruh (overall low-cost leadership), (2) Diferensiasi dan (3) Fokus. Sedangkan menurut Glueck dan Lawrence (1999) bahwa, strategi generik meliputi: (1) Strategi stabilitas (stability), (2) Strategi ekspansi (ekspansion), (3) Strategi penciutan (retrenchment) dan strategi kombinasi. Berdasarkan pada strategi generik tersebut di atas, kemudian dikembangkan menjadi berbagai strategi umum yang terkenal dan sudah digunakan oleh banyak perushaaan yang dapat dikelompokkan ke dalam empat kelompok strategi, yaitu: kelompok growth strategies, stability strategies, Retrencment strategies dan combination (Pearce, et al., 2003). Strategi pertumbuhan meliputi: pertumbuhan internal, integrasi horizontal, diversifikasi horizontal, diversifikasi konglomerasi, integrasi vertikal, merger, aliansi strategies. Strategi stabilitas adalah strategi yang dipilih perusahaan untuk peningkatan efisiensi dalam rangka meningkatkan kinerja dan keuntungan ketimbang pada penambahan produk, pasar dan fungsifungsi perusahaan (Yusanto dan Widjajakusuma, 2003). Kelompok strategi penciutan meliputi: pembenahan, divestasi, likuidasi serta kelompok strategi kombinasi merupakan strategi yang dilakukan guna mengantisipasi dan merespon segala perubahan eksternal yang terjadi, seperti daur hidup produk yang tahapannya tidak seragam. Dalam hal ini, perusahaan mengikuti dua atau lebih strategi di atas secara simultan pada waktu yang sama atau waktu yang berurutan (Yusanto dan Widjajakusuma, 2003). Umpan Balik FORMULA MANAJEMEN STRATEGI Formulasi strategi diawali dengan analiisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal organisasi. Analisis lingkungan internal organisasi dimaksudkan kegiatan untuk menilai apakah organisasi dalam posisi yang kuat (Strength) atau lemah (Weaknesses), peniliaian tersebut didasarkan pada kemampuan internal (asset, modal, teknologi) yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya untuk mencapai misi yang telah ditetapkan. Sedangkan analisis eksternal organisasi menunjukkan kegiatan organisasi untuk menilai tantangan (Treath) yang dihadapi dan peluang (Opportunity) yang dimiliki oleh organisasi dalam upaya mencapai misi organisasi berdasar atas lingkungan eksternal. Analisis lingkungan internal dan eksternal organisasi dalam manajemen strategik disebut dengan SWOT analysis. Dari hasil analisis SWOT tersebut, organisasi akan menentukan tujuan jangka panjang yang akan dicapai dengan strategi korporasi (corporate strategy), atau grand strategy, atau business strategy, serta menentukan tujuan jangka pendek atau tujuan tahunan (annual objective) yang akan dicapai dengan strategi fungsi atau strategi yang ditetapkan pada departemen (Pearce and Robbinson, 2003). Jika sebuah organisasi berada dalam lebih dari satu bisnis, maka organisasi tersebut membutuhkan sebuah corporate level strategy. Corporate level strategy menentukan peran yang harus dilakukan masing-masing bisnis di dalam organisasi. Business level strategy menjelaskan bagaimana perusahaan dapat beraing dalam bisnis. Keunggulan bersaing dalam konteks strategi generik bisnis dapat dikelompokkan dalam 3 (tiga) kategori dari perspektif strategi

7 52 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm Corporat Level Multibusiness Corporation Business Unit 1 Business Unit 2 Business Unit 3 Product 1 Product 2 Product 3 Business Level Gambar 4. Gambaran tentang Tingkat Strategi (Robbin, 223) generik (Porter, 1985). Pengertian dari strategi generik adalah suatu pendekatan strategi perusahaan dalam rangka mengungguli pesaing dalam industri sejenis. Dalam praktik, setelah perusahaan mengetahui strategi generik, maka untuk mengimplementasikannya akan ditindaklanjuti dengan langkah strategi yang lebih operasional. Berdasarkan prinsip ini, Porter (1985) menyatakan terdapat tiga strategi generik yaitu: strategi overall cost leadership (kepemimpinan biaya menyeluruh), differentiation (differensiasi) dan focus (fokus), dalam (Husain, 2003). Strategi overall cost leadership (kepemimpinan biaya menyeluruh) Dicapai dengan konsep experience curve atau pengalaman. Perusahaan lebih memperhitungkan pesaing daripada pelanggan dengan cara memfokuskan harga jual produk yang murah, sehingga biaya produksi, promosi maupun riset dapat ditekan, bila perlu produk yang dihasilkan hanya sekedar meniru produk dari perusahaan lain. Differentiation (differensiasi) Produk atau jasa yang dihasilkan memiliki posisi aman dalam persaingan, dengan citra, teknologi, pelayanan pelanggan, saluran distribusi, karakteristik khusus dan lain-lain. Diferensiasi dapat menciptakan hal baru dan unik bagi industrinya dan mengakibatkan loyalitas pelanggan tinggi, sehingga kurang peka terhadap perubahan harga. Pengorbanan sering berupa unsur biaya, karena kemampuan pemasaran yang kuat. Walaupun differensiasi sulit mencapai pangsa pasar yang tinggi, tetapi laba berada di atas ratarata industri. Focus (fokus) Dalam strategi ini perusahaan mengkonsentrasikan pada pangsa pasar yang kecil untuk menghindar dari pesaing. Perusahaan memusatkan diri pada kelompok pembeli tertentu, hal ini dapat melayani target secara baik, lebih efisien dn lebih efektif daripada pesaing. Perusahaan dapat mencapai laba berada di atas rata-rata industri. Pada akhirnya perusahaan dapat menggunakan strategi kepemimpinan biaya menyeluruh atau differensiasi, atau kombinasi keduanya. HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI DAN STRATEGI BISNIS Semua organisasi mempunyai budaya. Budaya termasuk seperangkat dari nilai-nilai, keyakinan, sikap, kebiasaan, norma, kepribadian dan kepahlawanan milik bersama yang menggambarkan sebuah perusahaan. Budaya organisasi cara unik dari suatu organisasi dalam melakukan bisnis. Dimensi manusia yang menciptakan solidaritas dan arti serta memberi inspirasi komitmen dan produktivitasi dalam sebuah organisasi ketika perubahan strategi dibuat.

8 Purwanto, Variabel Anteseden Budaya Organisasi dan Pengaruh Strategi Bisnis 53 Cara pandang aspek strategis dari perspektif budaya, karena kesuksesan strategi tergantung pada tingkat dukungan yang diterima dari budaya perusahaan. Bila strategi perusahaan didukung oleh produk budaya seperti nilai, keyakinan, ritual, upacara, cerita dan simbol maka strategi lebih mudah diimplementasikan. Sebaliknya bila tidak didukung budaya, maka strategi tidak efektif bahkan menurunkan kinerja. Budaya organisasi dapat menjadi antagonistik untuk strategi baru. Anggota organisasi (karyawan) bekerja berdasarkan deskripsi pekerjaan yang telah ditetapkan, yang mengarah pada pencapaian tujuan organisasi dan akhirnya penciptaan misi organisasi. Misi organisasi telah ditetapkan berdasar pada asumsi dasar dalam membangun organisasi (Schein, 2004). McKinsey 7-s Framework (Pearce and Robinson, 2000) mengemukakan suatu model yang dikenal dengan model 7s dari McKinsey, model ini menggambarkan adanya hubungan antara budaya organisasi dan strategi. McKinsey menjelaskan bahwa strategi (Strategy) harus didukung oleh struktur organisasi (Structure) dan sistem (System) yang diterapkan dalam organisasi tersebut. Structur dan sistem ditentukan oleh pemimpin (Style). Pemimpin menentukan staff, dan skill yang dimiliki. Structure, system, style, staff, dan skill memiliki kontribusi terhadap keberhasilan strategi. Kontribusi dari 5S tersebut menyatu dalam satu variabel yang disebut shared value atau yang dikenal dengan budaya organisasi (culture). KINERJA ORGANISASI Kinerja organisasi menunjukkan suatu tingkat hasil kerja karena telah melakukan suatu aktivitas atau usaha. Di dalam mengukur kinerja organisasi, masing-masing bidang bisa memakai tolok ukur yang berbeda. Dengan kata lain kinerja organisasi dapat didekati dari berbagai sisi, selain perolehan berupa aspek keuangan yang menjadi indikator umum dari keberhasilan manajemen usaha, kinerja manajerial dapat juga ditinjau dari konsep-konsep produktivitas, efisiensi dan efektivitas, karena ketiga konsep tersebut menunjukkan penggunaan sumberdaya secara optimal (Gleason dan Mathur, 2000). Produktivitas, efisiensi dan efektivitas berkaitan dengan hubungan antar output per unit waktu dan faktor-faktor produksi. Ukuran efektivitas dapat ditinjau dari sudut keuangan dan operasional. Maksimalisasi laba, nilai pemegang saham dan pendapatan terhadap aset adalah ukuran dari efektifitas keuaangan. Sedangkan ukuran efektifitas operasional dapat berupa pertumbuhan penjualan, pangsa pasar dan tingkat penjualan per pegawai. Idrus dan Stanton (1991) secara spesifik mengulas beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja organisasi, seperti; pendekatan klasik, behavioral, kuantitatif, sistem, seven ss, siklus kualitas maupun degan teori Z. Pengukuan kinerja organisasi dengan pendekatan klasik mengukur kinerja organisasi dengan mengacu pada fungsifungsi manajemen, seperti: perencanaan, pengorganisasian, staffing, pengawasan dan koordinasi. Pandangan ini berasumsi bahwa keberhasilan suatu usaha tercapai ketika fungsi-fungsi manajerial organisasi dapat dijalankan dengan sebaik mungkin. Rasionalitas pandangan ini adalah dengan perencanaan yang baik atas segala aktivitas oraganisasi, yang didukung dengan staf yang kompeten dan sistem yang memadai, serta dilakukan pengawasan dan koordinasi maksimal maka tujuan perusahaan akan tercapai. Sedangkan pada pendekatan keperilakuan (behavioral approach) memandang bahwa dalam mengukur organisasi harus dipahami tentang perbedaan alamiah antar individu-individu yang ada dalam organisasi, proses pembelajaran, personalitas dan komunikasi. Hal tersebut menyebabkan kinerja organisasi akan nampak pada keterkaitan individu dalam organisasi. Inti dari pandangan ini bahwa dalam mengukur kinerja organisasi, perusahaan harus paham bahwa masing-masing individu memiliki kelebihan dan keterbatasan tersendiri, sehingga keberhasilan perusahaan tercapai jika perusahaan mampu memaksimalkan kerterkaitan individu-insividu tersebut dalam organisasi (team work) dengan melakukan pengorganisasian, kepemimpinan, manajemen konflik yang baik, memotivasi dan memberikan job desain yang jelas. Pendekatan kuantitatif (Quantitative approah) mengukur kinerja organisasi dengan menggunakan metode kuantitatif. Beberapa metode kuantitatif yang sering digunakan dalam pengukuran kinerja organisasi adalah konsep probabilitas, forecasting, linier prograaming, dynamic programing, matric dan inventory model. Pengukuran kuantitatif tidak hanya mensyaratkan penggunaan satu pemodelan, namun dapat pula dilakukan degan beberapa model atau memodifikasi sesuai kebutuhan organisasi. Sedangkan pengukuran kinerja organisasi degan pendekatan sistem mengacu pada hubungan internal sistem organisasi degan lingkungan eksternal.

9 54 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm Pendekatan lain yang dapat digunakan dalam mengukur kinerja organisasi adalah Seven SS Approach, sesuai degan namanya, ukuran kinerja organisasi yang digunakan mengacu pada tujuh elemen penting perusahaan, yaitu: (1) strategi yang dimiliki perusahaan, (2) struktur organisasi, (3) sistem yang tersedia, (4) gaya kepemimpinan, (5) staff yang dimiliki, (6) skill dan (7) tujuan super ordinat. Ketujuh elemen tersebut harus dikelola secara maksimal untuk mencapai kinerja organisasi yang optimal. Lebih lanjut, pengukuan kinerja organisasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan teori (theory approach) di mana pendekatan ini mengasumsikan bahwa produktifitas dapat meningkat ketika semua individu dalam organisasi memiliki pemahaman yang sama bahwa mereka harus bekerjasama untuk mencapai efektifitas yang lebih baik. Pengukuran kinerja organisasi yang seringkali digunakan dalam bebagai penelitian maupun praktik di dunia usaha adalah pendekatan keuangan (financial approach). Banyak sekali ukuran keuangan yang dapat digunakan untuk mengukur kinerja organisasi, secara garis besar ukuan finansial ini dapat diklasifikasikan dalam tiga kelompok, yaitu untuk mengukur kemampulabaan (profitabilitas), pertumbuhan dan ukuran penilaian (valuation measure). Ukuran kinerja organisasi yang dapat digunakan adalah pendekatan kesehatan bisnis jangka panjang (longterm business health approach). Konsep ini mengacu pada kinerja perusahaan jangka panjang. Hal ini berarti bahwa keuntungan sesungguhnya dari aktivitas perusahaan jika mampu bertahan lebih lama di bidangnya, hal yang mendasari dari konsep ini adalah kontinyuitas usaha. Hal tersebut menyebabkan ukuran yang digunakan adalah kepuasan konsumen, loyalitas merek, kualitas produk, kapabilitas dan kinerja manajer dan karyawan. Secara umum, pengukuran kinerja dapat diklasifikasikan dalam dua kelompok besar, yaitu ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Ukuan kinerja keuangan dapat ditelusuri degan pendekatan kuantitatif dan keuangan. Sedangkan ukuran kinerja non keuangan dapat ditelusuri degan pendekatan klasik, keperilakuan, sistem, seven ss dan siklus kualitas. Khusus pada pendekatan kesehatan bisnis jangka panjang mulai memadukan ukuran kinerja keuangan non keuangan. Ukuran kinerja non keuangan lebih banyak mengacu pada aspek perilaku, karena dalam konteks ini menganalogikan bahwa keberhasilan kinerja sangat tergantung pada aspek manusia. Keberhasilan kinerja secara finansial tidak mungkin tercapai jika individu-individu yang menjalankan operasional usaha tidak optimal. Pola-pola perilaku yang teraktualisasi dalam aktivitas perusahaan sangat dipengaruhi oleh budaya yang ada di dalamnya. Cleveland (1995) mengatakan bahwa sistem penilaian kinerja harus berfokus pada pola-pola perilaku dibandingkan pada hasil-hasil atau keluaran-keluaran yang diperoleh dari pola perilaku tersebut. Berdasar pada uraian di atas, maka pengukuran kinerja organisasi dalam penelitian ini mengacu pada pendekatan yang ditinjau dari konsep-konsep produktivitas, efisiensi dan efektivitas, karena ketiga konsep tersebut menunjukkan penggunaan sumberdaya secara optimal (Gleason dan Mathur, 2000). Indikator penilaian kinerja organisasi dalam penelitian ini mengacu pada penelitian yang dibuat oleh Terziovski 1999 yang meliputi: Profitability, Sales, Assets, Customer Satisfaction, dan Market Share. HUBUNGAN BUDAYA ORGANISASI, STRATEGI BISNIS DAN KINERJA ORGANISASI Organizational performance merupakan program dari setiap departemen (sumberdaya manusia) dan organisasi (Galpin and Murray, 1997), berarti kinerja (result) dipengaruhi oleh strategi organisasi. Senge (1990) mengidentifikasi tantangan adanya hubungan antara budaya organisasi dengan kinerja antara satu sisi pada visi masa datang dan satu sisi realitas sebagai penggerak daya kreatif. Dua proses perubahan yang sangat partisipasif mencoba memanfaatkan energi ini pada anggota tim untuk membuat suatu tingkatan sistem (global, industri, organisasi dan personal) sebagai dasar untuk mencapai tingkat produktivitas yang optimal. Kotter and Heskett (1992) dalam penelitiannya menemukan bahwa terdapat 4 (empat) faktor yang menentukan perilaku kerja manajemen suatu organisasi, yaitu (1) budaya organisasi; (2) struktur, sistem, rencana dan kebijakan formal; (3) kepemimpinan (leadership); dan (4) lingkungan yang teratur dan bersaing. Ditegaskan pula oleh Hickman and Silva (1986) bahwa strategy ditambah dengan budaya organisasi (culture) akan menghasilkan suatu keistimewaan (excellence). Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai tujuan tidak hanya ditentukan oleh keberhasilan implementasi prinsip-prinsip manajemen, seperti; planning, organizing, actuating dan controlling

10 Purwanto, Variabel Anteseden Budaya Organisasi dan Pengaruh Strategi Bisnis 55 saja, melainkan ada faktor lain yang tidak tampak, faktor tersebut adalah budaya organisasi. Keunggulan organisasi adalah ditentukan oleh unggul tidaknya budaya organisasi yang dimiliki. KERANGKA KERJA KONSEPTUAL (CONCEPTUAL FRAMEWORK) Dari telaah teori dan studi empiris dapat dikemukakan suatu hubungan antara variabel Budaya Organisasi, Strategi Bisnis dan Kinerja Organisasi dalam suatu diagram conceptual framework berikut: DAFTAR RUJUKAN Baum, J.R., Edwin, A. Locke, E.A., dan Ken, S.G A Multidimensional Model of Venture Growth. Academic Management Journal. Vol 44 (2): Brown, A Organizational Culture. Singapore: Prentice Hall. Cash, W.H. and F.E. Fischer Human Resource Planning. Dalam Famularo, J.J., Hand Book of Human Resources Administration (hlm ). Singapore: Fong and Sons Printers Pte Ltd. Cahyono, B.T Modul Manajemen Strategi. Jakarta: IPWI, Budaya Organisasi Strategi Bisnis Kinerja Organisasi Gambar 5. Conceptual Framework yang menunjukkan hubungan variabel Budaya Organisasi, Strategi Bisnis dan Kinerja Organisasi Budaya Organisasi sebagai variabel anteseden Strategi Bisnis, McKinsey 7-s Framework (Pearce and Robinson, 2000) mengemukakan suatu model yang dikenal dengan model 7s dari McKinsey, model ini menggambarkan adanya hubungan antara budaya organisasi dan strategi bisnis. Organizational performance merupakan program dari setiap departemen (sumberdaya manusia) dan organisasi (Galpin and Murray, 1997), berarti kinerja (result) dipengaruhi oleh strategi organisasi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Sesuai dengan permasalahan yang dikemukakan dalam penulisan artikel ini yang memerlukan jawaban konseptual maka dapat disimpulkan bahwa variabel Budaya Organisasi sebagai anteseden Strategi Bisnis berpengaruh terhadap Kinerja organisasi. Berdasar pada telaah teori dan studi empiris maka kesimpulan artikel ini dapat dikemukakan lebih detil (lebih rinci) bahwa (1) Budaya Organisasi sebagai anteseden Stragegi Bisnis; (2) Strategi Bisnis berpengaruh terhadap Kinerja Organisasi. Saran Disarankan bahwa suatu tujuan penelitian untuk menguji conceptual framework pada organisasi bisnis manufaktur dan jasa sangat dianjurkan untuk meningkatkan sumbangan ilmu khususnya pada Manajemen Strategi. Chatab, N Profil Budaya Organisasi Mendiagnosis Budaya dan Merangsang Perubahannya, Bandung: PT Alfabeta Bandung. Cleveland, J.N The Blackwell Encyclopedic dictionary of Human Resources Management. Blackwell Publ.Ltd.Oxford. UK. Galpin, T.J., and Murray, P Connect Human Resource Strategy to the Business Plan. Human Resources Magazine, March: Gani, A Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Budaya Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja karyawan Industri Kayu Olahan di Kota Makasar. Malang. Universitas Brawijaya. Gleason, K., and Mathur, I The Interrelationship between Culture, Capital Structure and Performance: Evidence form European Retailer. Journal of Business Research 51: Glueck, W.F., and Jauch, L Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan, Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Harrison, R., dan Stokes, H Diagnosing Organizational Culture. California: Pfeiffer & Co. Hashim, M.K., Wafa, S.A., dan Sulaiman, M Testing Environment as The Moderator Between Business Strategy-Performance Relationship: A Study of Malaysian SME S, Malaysia. Herri, and Wafa, S.A The Influence of Internal and External Factors to the Performancer of Indonesian Small and Medium Enterprises. Hickman, C.R., and M.A. Silva Creating Excellence: Managing Corporate Culture, Strategy and Change in the New Age. Canada: New American Library. Hickman, C.R., and Silva, M.A Creating Excellennce: Managing Corporate Culture,

11 56 Jurnal Akuntansi Aktual, Vol. 2, Nomor 1, Januari 2013, hlm Strategy and Change in the New Age. Canada: New American Library. Hickman, C.R., and Silva, M.A Creating Excellennce: Managing Corporate Culture, Strategy and Change in the New Age. Canada: New American Library. Hitt, M.A., Ireland, R.D., Horkison, R.E Manajemen Strategis: Menyongsong Era Persaingan dan Globalisasi. Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga. Hunger, J.D., dan Wheelen, T.L Strategic Management and Business Policy. Eight Edition. New Jersey: Pearson Education. Husain, U Strategic Management in Action. Jakarta: PT Gramedia. Idrus, M.S Strategi: Sebagai Upaya untuk Meningkatkan Kinerja Organisasi dan Keunggulan Bersaing. Orasi Ilmiah: Pada Rapat Terbuka Senat Universitas Brawijaya Tanggal 8 Januari. Malang. Idrus, M.S., Stanton, J.J A Strategic Planning Approach to the Evaluation of Performance, A theoritical Frame Work. Asia Pasific International Managemenet Forum. Vol 17: Jauch, L.R., and Glueck, W.F Business Policy and Strategic Management. Singapore: Mc Graw-Hill Books Company. Kotey, B., and Maredith, G.G Relationship among Owner/Manager Personal Values, Business Strategies, and Enterprise Performance, Journal of Small Buisiness Management. Apr. 35 (2): Kotter, J.P., & Heskett, J.L Corporate Culture and Performance. New York: The Free Press. Mangkuprawira, S Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Mangkuprawira, S Manajemen Sumber Daya Manusia Strategik. Jakarta: Ghalia Indonesia. Moeljono D Budaya Korporat dan Keunggulan Korporasi. Jakarta: Elex Media Komputindo. Muhammad, S Manajemen Strategik: Koonsep dan Kasus. Edisi Ketiga. Yogyakarta: UPP AMP YKPN. Pearce II, J.A., and R.B. Robinson Strategic Management: Formulation, Implementation, and Control, Seventh Edition. Malaysia: McGraw-Hill International Editions. Pearce, J.A., and Robinson, Jr. R.B Strategic Management: Formulation Implementation and Control. 8 th Edition. Malaysia: Mc. Graw Hill International Edition. Porter, M.E Competitive Advantage, Greating and Suataining Superior Performance. New York: Free Press. Porter, M.E Strategi Bersaing, Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Terjemahan. Jakarta: Erlangga. Purnomo S.H., Zulkieflimansyah Manajemen Strategi: Sebuah Konsep Pengantar. Jakarta: Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Robbins, S.P Organizational Behavior. Tenth Edition.Singapore: Prentice Hall. Rollinson, D Organisational Behaviour and Analysis: An Integrated Approach. Third Edition. Prentice Hall Financial Times. Schein, E.H. 2004, Organizational Culture. New Jersey: American Physiocological Association. Susanto, A.B Budaya Perusahaan: Seri Manajemen dan Persaingan Bisnis. Cetakan Pertama. Jakarta: Elex Media Komputindo. Terziovski, M., and Samson, D The relation between total quality management practicesand operational performance. Journal of Operations Management. 17.4: Yusanto, M.I., dan Widjajakusuma, M.K Manajemen Strategi: Perspektif Syariah. Jakarta: Gema Insani Press.

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy Perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing diharuskan mampu dalam memahami perubahan struktur pasar dan

Lebih terperinci

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS

KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS KULIAH 7 MANAJEMEN STRATEGIS Prentice Hall, 2002 8-1 PENTINGNYA MANAJEMEN STRATEGIS APA YANG DIMAKSUD MANAJEMEN STRATEGIS? Sekumpulnan keputusan dan tindakan manajerial yang menentukan kinerja organisasi

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Strategi Perusahaan Manajemen meliputi perencanaan, pengarahan, pengorganisasian dan pengendalian atas keputusan-keputusan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen s 2.1.1 Pengertian Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa depan guna untuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Daya Saing Konsep daya saing berhubungan dengan kemampuan meningkatkan posisi tawar (bargaining position) dalam memaksimalkan pencapaian tujuan (Tamba, 2004). Untuk meraih kesuksesan

Lebih terperinci

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan

BAB III KERANGKA PEMIKIRAN. teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai ilmu tentang perumusan 22 BAB III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Strategi Penelitian ini menggunakan perencanaan strategi sebagai kerangka teoretik. Manajemen strategi didefinisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997) BAB II LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dijabarkan teori-teori yang menjadi kerangka berfikir dalam melaksanakan penelitian ini. Beberapa teori yang dipakai adalah teori yang berkaitan dengan komitmen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Strategis 2.1.1 Pengertian Strategi Pearce dan Robinson (2008, p2) menyatakan bahwa strategi merupakan suatu rencana yang berskala besar, dengan berorientasi ke masa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 11 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Budaya Organisasi 1. Pengertian Budaya Organisasi Organisasi didefinisikan sebagai suatu kesatuan sosial dari sekelompok individu (orang), yang saling berinteraksi menurut suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 11 BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sejarah Budaya Organisasi Organisasi telah ada sejak ratusan tahun lalu dimuka bumi, tidak ada literatur yang secara jelas menjelaskan asal muasal terjadinya organisasi. Berdasarkan

Lebih terperinci

PERENCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA YANG EFEKTIF: STRATEGI MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF

PERENCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA YANG EFEKTIF: STRATEGI MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF PERENCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA YANG EFEKTIF: STRATEGI MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF Disusun Oleh : Muhamad Wahyudin 125030207111110 Johanes Hartawan Silalahi 125030207111101 Arrahman 125030207111044 JURUSAN

Lebih terperinci

Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti

Manajemen Stratejik. Dosen: Pristiana Widyastuti Manajemen Stratejik Dosen: Pristiana Widyastuti Literature: 1. Assauri, Sofyan 2016. Strategic Management Sustainable Competitive Advantages. Depok: PT. Rajagrafindo Persada 2. Rangkuti, Freddy. 2015.

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGIK

PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGIK PENGERTIAN DAN RUANG LINGKUP MANAJEMEN STRATEGIK DR. MOHAMMAD ABDUL MUKHYI, SE., MM. Page 1 Definisi Manajemen Strategis Menurut Fred R.David (2004 : 5) :Manajemen strategis adalah ilmu mengenai perumusan,

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efisien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu perusahaan dalam mengembangkan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan adalah dengan perencanaan strategik. Perencanaan strategik membantu

Lebih terperinci

PENGENDALIAN DAN EVALUASI STRATEJIK

PENGENDALIAN DAN EVALUASI STRATEJIK MAKALAH MANAJEMEN STRATEJIK PENGENDALIAN DAN EVALUASI STRATEJIK Dosen Pengampu : Dr. Rohmat Dwi Jatmiko, SE., MM. Oleh Kelompok 11 : Fatmawati Shinta Dewi (201410160311476) Tomy Angger Pambudi (201410160311444)

Lebih terperinci

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN

TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN TUGAS AKUNTANSI MANAJEMEN BALANCED SCORECARD Disusun OLEH Bobby Hari W (21213769) Muhamad Deny Amsah (25213712) Muhammad Rafsanjani (26213070) Roby Aditya Negara (28213044) Suci Rahmawati Ningrum (28213662)

Lebih terperinci

Distinctive Strategic Management

Distinctive Strategic Management Modul ke: 02 Distinctive Strategic Management Manajemen Strategik Fakultas Sekolah Pasca Sarjana Dr. Chaerudin, MM Program Studi Magister Manajemen Program Kelas Karyawan (PKK) www.mercubuana.ac.id Text

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data terhadap 20 karyawan divisi HC (Human Capital) yang mempersepsi budaya perusahaan di Bank

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci

BAB I PENDAHULUAN. Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perencanaan Strategik (Strategic Planning) merupakan salah satu kunci keberhasilan bagi suatu perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan. Perencanaan Strategik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN Ada pengkajian yang secara teoritis menjadi landasan teori yang di rumuskan lebih lanjut dalam perencanaan dan perumusan strategi bisnis. Jadi akan di jabarkan

Lebih terperinci

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI

MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Media Informatika Vol.16 No.2 (2017) MANAJEMEN STRATEJIK DAN BUDAYA PERUSAHAAN: DAMPAK SERTA IMPLEMENTASI Muksin Wijaya Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer LIKMI Jl. Ir. Juanda 96 Bandung

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia. yang tepat untuk meningkatkan kemampuan perusahaannya dalam proses II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Arti dan Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Salah satu unsur penting dari manajemen adalah manusia. Pada setiap perusahaan yang menerapkan sistem manajemen yang baik tentunya

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) LABUHANBATU GARIS-GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) Judul Mata Kuliah : Manajemen Strategik Kode/ SKS : / 3 SKS Deskripsi Singkat : Mata kuliah ini merupakan integrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Turbulensi yang terjadi di lingkungan bisnis, semakin memperbesar tantangan dan

I. PENDAHULUAN. Turbulensi yang terjadi di lingkungan bisnis, semakin memperbesar tantangan dan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Turbulensi yang terjadi di lingkungan bisnis, semakin memperbesar tantangan dan peluang yang dihadapi oleh perusahaan berskala nasional maupun multinasional. Perusahaan

Lebih terperinci

Manajemen Strategik dalam Pendidikan

Manajemen Strategik dalam Pendidikan Manajemen Strategik dalam Pendidikan Oleh : Winarto* A. Pendahuluan Manajemen pendidikan yang diterapkan di lingkungan internal sistem persekolahan hanyalah sebagian dari tanggung jawab kepala sekolah

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Analisa SWOT Analisa SWOT merupakan sebuah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk mengevaluasi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam suatu proyek atau suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan teori 2.1.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007, p7), manajemen adalah proses pengoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja

BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja BAB 2 TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Kinerja Manajemen kinerja adalah sebuah proses komunikasi yang berkesinambungan dan dilakukan dalam kemitraan antara seorang karyawan dan perusahaan (Bacal,1999). Sebuah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Total Quality Management 2.1.1.1 Pengertian Total Quality Management Pendefinisian total quality management mengacu

Lebih terperinci

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN

BAB II MANAJEMEN PEMASARAN BAB II MANAJEMEN PEMASARAN 2.1 Konsep Pemasaran Pemasaran tidak bisa dipandang sebagai cara yang sempit yaitu sebagai tugas mencari cara-cara yang benar untuk menjual produk/jasa. Pemasaran yang ahli bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Informasi Akuntansi Informasi pada dasarnya adalah sumberdaya seperti halnya pabrik dan peralatan. Pada dasarnya organisasi menggantungkan diri pada sistem informasi untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB 2 LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Pengertian Strategi Menurut David (2009, p18) Strategi adalah sarana bersama dengan tujuan jangka panjang hendak dicapai. Strategi bisnis mencakup ekspansi

Lebih terperinci

E-Marketing dalam E-Business

E-Marketing dalam E-Business 1. Mahasiswa dapat menjelaskan tentang e-marketing di dalam Dalam e-business terdapat E-Marketing dimana e-marketing juga berperan dalam penyusunan sistem e- business.berikut ini adalah beberapa definisi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang

BAB II LANDASAN TEORI. dengan referensi pada sejumlah standar seperti biaya-biaya masa lalu atau yang BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Kinerja Kinerja menurut Soetjipto (1997) merupakan suatu istilah secara umum yang digunakan untuk sebagian atau seluruh tindakan atau aktivitas dari suatu organisasi pada suatu

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS

PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS PERTEMUAN KE-9 AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN BERDASARKAN STRATEGI & AKTIFITAS A. TUJUAN PEMBELAJARAN. Adapun tujuan pembelajaran dalam bab ini, antara lain : 9.1. Mahasiswa mengetahui tentang sistem pertanggungjawaban

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : a. Identifikasi faktor internal dengan menggunakan model The Three

Lebih terperinci

BAB 1: Proses Manajemen Strategik

BAB 1: Proses Manajemen Strategik 1-1 BAB 1: Proses Manajemen Strategik Charles W. L. Hill Gareth R. Jones Dosen: Prof DR Ir Rudy C Tarumingkeng www.rudyct.com/about_me.htm 1-2 Pokok-pokok Tinjauan Perencanaan Strategik (Strategic Planning)

Lebih terperinci

BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB7 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN 7.1. Simpulan Atas dasar hasil analisis dan pembahasan, maka simpulan yang dapat diberikan adalah: 1. PT. CJSP telah merumuskan dan mengimplementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan. Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. dengan perusahaan. Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan masing-masing. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap organisasi didirikan berdasarkan tujuan dan target tertentu. Begitu pula dengan perusahaan. Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan masing-masing. Tujuan itu

Lebih terperinci

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu:

Materi Minggu 3. Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) Menurut David (1999) dalam proses manajemen strategik ada tiga tahap, yaitu: M a n a j e m e n S t r a t e g i k 15 Materi Minggu 3 Model Deskriptif Manajemen Strategik (Bagian 1) 3.1 Proses Manajemen Strategik Manajemen strategik merupakan proses tiga tingkatan yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI

BAB II KERANGKA TEORI BAB II KERANGKA TEORI 2.1 Strategi 2.1.1 Pengertian Strategi Istilah startegi berasal dari kata Yunani, strategia (stratus = militer dan ag= memimpin) yang artinya seni atau ilmu untuk menjadi seseorang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya

BAB II LANDASAN TEORI. dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengukuran Kinerja Pengukuran merupakan upaya mencari informasi mengenai hasil yang dicapai pada suatu periode tertentu dan mengukur seberapa jauh terjadinya penyimpangan akibat

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 20 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual 3.1.1 Strategi Strategi merupakan cara-cara yang digunakan oleh organisasi untuk mencapai tujuannya melalui pengintegrasian segala keunggulan

Lebih terperinci

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 2, Nomor 2, Mei 2011 ISSN :

Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Volume 2, Nomor 2, Mei 2011 ISSN : FILOSOFI MANAJEMEN SUMBERDAYA MANUSIA DAN KEUNGGULAN KOMPETITIF : SUMBERDAYA MANUSIA PROFESIONAL, SEJAHTERA, PRESTASI KERJA TINGGI, DAN KARIER SUKSES DAPAT MENDUKUNG KEUNGGULAN KOMPETITIF Oleh : Drs. Arrizal,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI STRATEGI: STAFFING DAN DIRECTING TUJUAN PEMBELAJARAN CIS-UBAYA-PD-PHB

IMPLEMENTASI STRATEGI: STAFFING DAN DIRECTING TUJUAN PEMBELAJARAN CIS-UBAYA-PD-PHB IMPLEMENTASI STRATEGI: STAFFING DAN DIRECTING DR. Johannes Buku : Manajemen Stratejik - bab 8 1 TUJUAN PEMBELAJARAN 1. Memahami hubungan stragegi dan keputusan stafing. 2. Menyesuaikan kecakapan manajer

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoritis Strategi merupakan rumusan perencanaan komprehensif tentang bagaimana perusahaan akan mencapai misi dan tujuannya. Strategi akan memaksimalkan keunggulan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN

IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN IMPLEMENTASI RELATIONSHIP MARKETING SEBAGAI STRATEGI MEMPERTAHANKAN LOYALITAS PELANGGAN Indri Hastuti Listyawati Akademi Manajemen Administrasi (AMA) YPK Yogyakarta ABSTRAK Strategi mempertahankan kesetiaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Strategi Resources Based View (RBV) 2.1.1.1 Pengertian Strategi Resources Based View (RBV) Menurut Grant (2001) dalam Raduan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berbagai pengaruh perubahan yang terjadi akibat reformasi menuntut perusahaan baik perusahaan swasta maupun pemerintah untuk mengadakan inovasi-inovasi guna

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 18 III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual Ada beberapa konsep pemikiran yang melandasi penelitian ini. Konsepkonsep pemikiran tersebut merupakan teori yang mendukung penelitian ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan terhadap kualitas Sumberdaya Manusia, khususnya pada. tingkatan organisasi. Sumberdaya Manusia yang besar apabila dapat

BAB I PENDAHULUAN. penanganan terhadap kualitas Sumberdaya Manusia, khususnya pada. tingkatan organisasi. Sumberdaya Manusia yang besar apabila dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Salah satu masalah dunia pendidikan saat ini adalah rendahnya penanganan terhadap kualitas Sumberdaya Manusia, khususnya pada tingkatan organisasi. Sumberdaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir

BAB 2 LANDASAN TEORI. Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir 5 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Umum Strategi Persaingan antar organisasi bisnis yang semakin ketat beberapa dekade terakhir sebelum era Millenium baru, nampaknya akan menjadi bertambah sengit setelah

Lebih terperinci

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah APA ITU STRATEGI? Oleh: M. Nashiruddin Haramaini, S.T. MBA.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah APA ITU STRATEGI? Oleh: M. Nashiruddin Haramaini, S.T. MBA. Seri Artikel Manajemen 2 APA ITU STRATEGI? Oleh: M. Nashiruddin Haramaini, S.T. MBA. Strategi adalah hal yang sering dikemukakan dalam kehidupan sehari-hari. Tetapi apa itu sebenarnya strategi? Mengapa

Lebih terperinci

MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN

MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN MATERI 2 KONSEP RENCANA STRATEGIS PERUSAHAAN 2.1. Pendahuluan Rencana strategis perusahaan adalah suatu rencana jangka panjang yang bersifat menyeluruh, memberikan rumusan ke mana perusahaan akan diarahkan,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sumber Daya Manusia 2.1.1 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Manajemen sumber daya manusia mulai dikenal sejak abad 20, terutama setelah terjadi revolusi industri,

Lebih terperinci

digunakan dalam identifikasi variabel lingkungan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan secara teoritis dirumuskan oleh David

digunakan dalam identifikasi variabel lingkungan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan secara teoritis dirumuskan oleh David 41 digunakan dalam identifikasi variabel lingkungan eksternal perusahaan. Lingkungan eksternal perusahaan secara teoritis dirumuskan oleh David (2006:104) sebagai identifikasi dan evaluasi trend dari kejadian

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS - EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS - EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS - EKONOMI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 12/08/2016 Tanggal revisi dd/bb/thn Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Kode Prodi:

Lebih terperinci

PENGUATAN KELEMBAGAAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH (STUDI KASUS DI MIM PK WIROGUNAN) Liana Mangifera, Muzakar Isa

PENGUATAN KELEMBAGAAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH (STUDI KASUS DI MIM PK WIROGUNAN) Liana Mangifera, Muzakar Isa PENGUATAN KELEMBAGAAN AMAL USAHA MUHAMMADIYAH (STUDI KASUS DI MIM PK WIROGUNAN) Liana Mangifera, Muzakar Isa ABSTRAK MI Muhammadiyah Program Khusus (MIM PK) Desa Wirogunan Kecamatan Kartasura Sukoharjo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah sebuah organisasi yang bertujuan untuk dapat menghasilkan peningkatan kemakmuran bagi para shareholder dengan menggunakan sumber daya yang

Lebih terperinci

Perencanaan (Planning)

Perencanaan (Planning) Perencanaan (Planning) Perencanaan merupakan proses dasar manajemen di dalam mengambil suatu keputusan dan tindakan. Perencanaan akan ada dalam setiap fungsi manajemen karena fungsi-fungsi tersebut hanya

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Kreatif Fundamental-

Mata Kuliah - Kreatif Fundamental- Mata Kuliah - Kreatif Fundamental- Modul ke: Kreatif Fundamental Strategi 1 : Teori dan Strategi Pemasaran, Analisis Pasar dan Pengukuran Pasar Fakultas FIKOM Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Menurut Robbins dan Coulter (2007:7) manajemen adalah suatu proses mengkoordinasikan aktivitas aktivitas pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut dapat terselesaikan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut: 1. Perseroan melakukan strategi pertumbuhan dari tahun 2012 hingga tahun

Lebih terperinci

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997)

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997) Analisis Kompetitif Model Lima Kekuatan Porter (Five Forces) Analisis ini menggunakan teori Michael Porter mengenai 5 (lima) kekuatan yang mempengaruhi posisi perusahaan dalam dunia bisnis untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu

BAB IV ANALISIS DATA. A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA. kompetitif sendiri, agar tidak kalah dalam persaingan global, baik itu BAB IV ANALISIS DATA A. Strategi Kompetitif Porter dalam Menghadapi ACFTA Diberlakukannya ACFTA sebagai sebuah perdagangan bebas, memaksa setiap industri atau perusahaan harus mempunyai keunggulan kompetitif

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Disain Penelitian Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif, ditandai dengan perubahan-perubahan yang serba cepat dibidang komunikasi, informasi, dan teknologi menyebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan

BAB I PENDAHULUAN. produk dari dalam negeri ke pasar internasional akan terbuka secara kompetitif, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Saat ini masih banyak perusahaan yang mengukur kinerjanya hanya berdasarkan pada tolak ukur keuangannya saja. Dalam era globalisasi peluang pasar produk dari

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Konsep Manajemen Strategi Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pemimpinan, dan pengendalian upaya anggota organisasi dalam

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Dari hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat diambil. beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V PENUTUP Kesimpulan. Dari hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat diambil. beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Dari hasil analisis data yang diperoleh dari penelitian ini, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil analisis arithmetic mean menunjukkan tingkat kepuasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia.

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini, dunia bisnis dirasa semakin berkembang pesat dan kian mendunia. Persaingan yang terjadi tidak hanya antar perusahan dalam suatu negara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota suatu organisasi serta aturanaturan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Budaya Organisasi Davis (Moeljono,2005) mendefinisikan budaya organisasi sebagai pola yang terdiri atas kepercayaan dan nilai-nilai yang memberi arti bagi anggota

Lebih terperinci

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku

PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku PENGARUH BUDAYA ORGANISASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT. WENANG PERMAI SENTOSA Oleh : Anfferney Dallen Mewoh Riane Johnly Pio Sontje Sumayku Abstract PT. Wenang Permai Sentosa continues to create

Lebih terperinci

# $ !!" ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!! " #! # % #, #,-! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$

# $ !! ! #$! $% # %!!!'(!! +!! % %+!'!!  #! # % #, #,-! #! )!! % .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!' /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$ !!"! #$! $%!&!'!!" # %!!!'(!!!$)!" #* $%!++ +!! % %+!'!! " "" #! # % #'!$ #, #,-! #'-!!! #! )!! %" # $.'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$!!!%.!% % "!.!% % )!')!! %!+!.!% % & &

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dengan perusahaan lain. Persaingan yang bersifat global dan tajam BAB I PENDAHULUAN Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan besar dalam hal persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia, dan penanganan transaksi antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Kinerja Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai seseorang atau sekelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masingmasing

Lebih terperinci

HUBUNGAN TIPE STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI PEMASARAN DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN TENAGA PENJUAL

HUBUNGAN TIPE STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI PEMASARAN DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN TENAGA PENJUAL HUBUNGAN TIPE STRATEGI BISNIS DAN STRATEGI PEMASARAN DALAM MENCIPTAKAN KEUNGGULAN BERSAING PERUSAHAAN DENGAN MENGGUNAKAN MANAJEMEN TENAGA PENJUAL Oleh: Herlina (Staf Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas

Lebih terperinci

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF

PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF PERANAN MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM MENINGKATKAN KINERJA ORGANISASIONAL UNTUK PENCAPAIAN KEUNGGULAN KOMPETITIF Santosa Tri Prabawa STIE Wijaya Mulya Surakarta ABSTRAK Kinerja organisasional dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. kompetitif dalam setiap aspek kehidupan manusia, misalnya kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, misalnya faktor ekonomi, sosial, politik, hukum, budaya, teknologi, dan lain-lain. Dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The

BAB I PENDAHULUAN. yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Berdasarkan hasil Top 500 Banking Brands 2014 oleh Brand Finance yang dipublikasikan melalui majalah The Banker (www.thebanker.com), The Banker melakukan pemeringkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Menghadapi perubahan perkembangan bisnis yang semakin kompetitif, suatu organisasi dituntut untuk melakukan suatu adaptasi yang cepat terhadap faktor-faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era

BAB I PENDAHULUAN. Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyak orang telah mengetahui bahwa Indonesia menghadapi era globalisasi, dimana perbatasan antar negara tidak lagi menjadi hambatan dalam memperoleh apa yang

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap Mansion28, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: d. Mansion28 telah menyusun

Lebih terperinci

# $ !!" ! # $! $ % !!" # %!!! '(!! # * $ %!+ + +!! % %+!'!! " " " #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! %" .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!

# $ !! ! # $! $ % !! # %!!! '(!! # * $ %!+ + +!! % %+!'!!    #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! % .'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!! !!"! # $! $ %!&!'!!" # %!!! '(!!!$)!" # * $ %!+ + +!! % %+!'!! " " " #! # % # '!$ #, #,-! # '-!!! #! )!! %" # $.'.!% % ) ' ' '!!!! % '! $ )!!'" /!.!% % ) $ % & (!!!!.!% %!$!!!%.!% % "!.!% % )!')!! %!+!.!%

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR

ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR ANALISIS STRATEGI BISNIS PADA PT INDO JAYA SUKSES MAKMUR Frengky Hariyanto - 1301030322 Email : frengky_hariyanto@yahoo.co.id Dosen Pembimbing Hartiwi Prabowo, SE., MM. ABSTRAK PT Indo Jaya Sukses Makmur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kemajuan teknologi yang tinggi pada masa kini dan masa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam kemajuan teknologi yang tinggi pada masa kini dan masa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kemajuan teknologi yang tinggi pada masa kini dan masa yang akan datang membuat dunia usaha semakin berkembang, termasuk usaha di bidang otomotif jasa

Lebih terperinci

STRATEGI BISNIS GUNA MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN

STRATEGI BISNIS GUNA MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN STRATEGI BISNIS GUNA MENGEMBANGKAN KEWIRAUSAHAAN Oleh: Juwarta Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof. H. Soedarto SH, Tembalang, Semarang 50275 Abstrak Strategi bisnis

Lebih terperinci

BAB 6 PENUTUP. untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik

BAB 6 PENUTUP. untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik 103 BAB 6 PENUTUP 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada Bab 6 yang digunakan untuk mengetahui apakah hipotesis dapat diterima atau tidak, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1. Pengertian Manajemen Strategi Menurut Purnomo dan Zulkieflimansyah (2000 : 8), istilah strategi berasal dari bahasa Yunani strategos yang artinya memimpin,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 74 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Penelitian ini memberikan deskripsi mengenai budaya perusahaan yang ada dalam Bahana Group. Bahana group adalah kelompok perusahaan yang bergerak di dalam industry pasar modal

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA CV. SOELASTRI CATERING

ANALISIS STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA CV. SOELASTRI CATERING ANALISIS STRATEGI BISNIS PERUSAHAAN DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING PADA CV. SOELASTRI CATERING SKRIPSI Oleh Emier Arya Pratama 1100015565 Email : emierarya@gmail.com Rezki Ramadhansyah - 1100024804 Email

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam era globalisasi dewasa ini, kita telah dan akan menghadapi beberapa ciri perdagangan bebas internasional sebagaimana ditetapkan dalam Putaran Uruguay

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kankan Sopyan, 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumber daya manusia merupakan aset terpenting organisasi karena perannya sebagai pelaksana kebijakan dan kegiatan operasional dalam mencapai tujuan organisasi. Berhasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis yang semakin kompetitif menyebabkan perubahan yang luar biasa dalam persaingan, produksi, pemasaran, pengelolaan sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1. Konsep Strategis Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan dan dalam perkembangannya konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan

BAB II URAIAN TEORITIS. Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Setiap perusahaan mempunyai tujuan untuk dapat tetap hidup dan berkembang. Tujuan tersebut hanya dapat dicapai melalui usaha mempertahankan dan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya

BAB II KAJIAN TEORI. bagi suatu perusahaan untuk tetap survive di dalam pasar persaingan untuk jangka panjang. Daya BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Daya Saing 2.1.1 Pengertian Daya Saing Perusahaan yang tidak mempunyai daya saing akan ditinggalkan oleh pasar. Karena tidak memiliki daya saing berarti tidak memiliki keunggulan,

Lebih terperinci

Strategy Review, Evaluation, and Control

Strategy Review, Evaluation, and Control Chapter 9 Strategy Review, Evaluation, and Control The Nature of Strategy Evaluation Hasil dari sebuah strategic-management process adalah keputusan dapat signifikan, bahkan konsekuensinya adalah jangka

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH

STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH STUDI KELAYAKAN BISNIS PERTEMUAN KETUJUH Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id POKOK BAHASAN : PERANAN STRATEGIS SDM DAN HUMAN RESOURCES SCORECARD PERENCANAAN STRATEGI SDM SDM adalah faktor

Lebih terperinci