BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI. sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI. sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai"

Transkripsi

1 BAB II GAMBARAN KOTA MEDAN DALAM SISTEM TRANSPORTASI 2.1. Kondisi Geografis Kota Medan Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini berada di wilayah dataran rendah timur dari Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian 22,5 meter di bagian utara Belawan sampai 37,5 meter di bagian selatan di atas permukaan laut. Kota ini dialiri oleh dua sungai yaitu Sungai Deli dan Sungai Babura yang bermuara di Selat Malaka. Secara geografis Kota Medan terletak pada 3,30-3,43 LU dan 98,35-98,44 BT dengan topografi cenderung miring ke utara. Di sebelah barat dan timur Kota Medan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Di sebelah utara dan selatan berbatasan dengan Selat Malaka. Letak yang strategis ini menyebabkan Medan berkembang menjadi pintu gerbang kegiatan perdagangan barang dan jasa baik itu domestik maupun internasional. 8 Dahulu Kota Medan merupakan kampung kecil yang memiliki tanah yang subur di wilayah dataran rendah timur Provinsi Sumatera Utara dan merupakan tempat pertemuan Sungai Babura dan Sungai Deli. Tempat ini dahulu dikenal sebagai Kampung Medan Putri yang dikepalai oleh Raja Guru Patimpus, nenek moyang Datuk Hamparan Perak dan Datuk 8 Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, Pendataan Penduduk Kelurahan se Kota Medan Tahun 2000, Medan: Kantor BPS Kota Medan, April 2001, hal 8. 11

2 Suka Piring, yaitu dua dari empat kepala suku di Kesultanan Deli. 9 Menurut John Anderson, pegawai pemerintahan Inggris di Pulau Pinang yang berkunjung ke Medan tahun Dalam bukunya yang berjudul Mission to the East Coast of Sumatera, menuliskan bahwa Medan merupakan sebuah kampung kecil yang masih memiliki penduduk sekitar 200 orang dan perkampungan ini terletak di pinggiran sungai Deli. 10 Medan yang merupakan teritorial Kerajaan Deli yang kemudian berubah menjadi perkampungan Medan, mulai terkenal setelah orang Belanda yang dipelopori Nienhuys membuka perkebunan tembakau di sekitar Medan. Dalam waktu beberapa tahun saja, Deli menjadi terkenal ke seluruh dunia karena tembakaunya mempunyai kualitas istimewa sebagai pembungkus cerutu. Hal ini menjadi penarik bagi orang asing untuk datang ke Medan guna menanam modal dan mencari nafkah. Medan terus berkembang pesat dan akhirnya menjadi pusat pemerintahan Sumatera Timur dan Kerajaan Deli Perluasan Wilayah Kota Medan Pada tahun 1918, Kota Medan menjadi kota praja, tetapi tidak mencakup Kota Maksum dan daerah Sungai Kera yang tetap berada di bawah Kesultanan Deli, ketika itu penduduk kota Medan berjumlah jiwa, terdiri dari orang Eropa, Cina dan penduduk pribumi. 9 Tengku Lukman Sinar, Sejarah Medan Tempo Doeloe, Medan: Litbang Seni Budaya Melayu, 1991, hal Timbul Siregar, Sejarah Kota Medan, Medan: Yayasan Pembina Jiwa Pancasila Sumatera Utara, 1980, hal Karl J. Pelzer, Toean Keboen dan Petani, J. Rumbo (terj.), Jakarta: Penerbit Sinar Harapan, 1985, hal 12

3 Dengan keputusan Gubernur Provinsi Sumatera Utara No. 66/ III/ PSU, sejak tanggal 21 September 1951, daerah Kota Medan diperluas tiga kali lipat. Keputusan itu diikuti Maklumat Walikota Medan No. 21, tanggal 29 September 1951, yang menetapkan luas kota Medan menjadi Ha, dengan empat kecamatan yaitu Kecamatan Medan, Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Barat dan Kecamatan Medan Baru. Berdasarkan Undang- Undang Darurat No. 7 dan 8 tahun 1956, dibentuk Provinsi Sumatera Utara dengan beberapa kabupaten antara lain Kabupaten Deli Serdang dan Kotamadya Medan. Pada tahun 1971, melalui SK Walikota No. 342 tanggal 25 Mei 1971 dibentuk Panitia Penelitian Hari Jadi Kota Medan yang diketuai oleh Prof. Mahadi, SH. Berdasarkan hasil rumusan panitia tersebut dinyatakan bahwa hari jadi Kota Medan jatuh pada tanggal 1 Juli Selanjutnya laju perkembangan di Provinsi Sumatera Utara khususnya di Kotamadya Medan sangat pesat sehingga memerlukan perluasan daerah. Maka dengan itu dikeluarkan PP No. 22 Tahun 1973, dimana dimasukkan beberapa bagian dari daerah Kabupaten Deli Serdang ke dalam Kotamadya Medan. Pasca diberlakukannya PP No. 22 Tahun 1973 maka luas daerah Kota Medan setiap kecamatan semakin bertambah sehingga luas Kotamadya Medan menjadi Ha, yang terdiri dari 11 kecamatan dan 116 kelurahan. 13 Perkembangan terakhir berdasarkan Surat Keputusan Gubernur KDH Tingkat I Sumatera Utara No /2772.K/1996 tanggal 30 September 1996 tentang Pembentukan Beberapa Kecamatan di Kotamadya Daerah Tingkat II Medan, secara administrasi Kota Medan dibagi menjadi 21 Kecamatan yang mencakup Dada Meuraxa, Sejarah Hari Jadi Kota Medan 1 Juli 1590, Medan: Sastrawan, 1975, hal Ensiklopedia Nasional Indonesia, Jakarta: PT. Cipta Adi Pustaka, 1990, hal

4 Kelurahan. Berdasarkan perkembangan administratif ini Kota Medan kemudian tumbuh secara geografis, demografis dan sosial ekonomis. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 1 Luas Daerah Menurut Kecamatan di Kotamadya Medan (2000) Kecamatan Luas Daerah (km²) Kepadatan Penduduk (jiwa/km²) Medan Belawan 26,25 3,500 Medan Labuhan 36,67 2,434 Medan Deli 20,84 6,250 Medan Sunggal 2,98 34,833 Medan Denai 11,19 11,216 Medan Tuntungan 20,68 3,174 Medan Johor 12,81 7,959 Medan Baru 5,84 7,434 Medan Barat 6,82 12,713 Medan Kota 7,99 10,579 Medan Timur 5,33 21,180 Medan Marelan 23,82 3,728 Medan Perjuangan 7,76 12,590 Medan Tembung 4,09 32,790 Medan Helvetia 15,44 8,299 Medan Petisah 13,16 5,302 Medan Area 9,05 12,202 Medan Polonia 5,52 8,391 Medan Maimun 5,27 9,297 Medan Selayang 9,01 8,633 Medan Amplas 14,58 6,079 JUMLAH 265,10 7,267 Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun

5 Kota Medan sejak berdiri telah ditandai dengan keberagaman masyarakatnya, sudah pasti berbagai perubahan dan perkembangan baru yang telah mewarnai pembangunan kota dan desa. Pembangunan perkotaan dilakukan secara berencana dengan lebih memperhatikan keserasian antara kota dengan daerah pedesaan di sekitarnya, serta keserasian pertumbuhan kota itu sendiri. Kota harus dipergunakan sebagai alat untuk menggerakkan pembangunan regional dan nasional. Perlu dikembangkan adanya hubungan timbal-balik yang serasi dan saling menguntungkan antara perkotaan dengan wilayah yang berpengaruh di sekitarnya dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. Perkembangan perkotaan perlu dilanjutkan dan dilaksanakan secara bersama dan terpadu dengan memperhatikan pertumbuhan penduduk di kota. Guna menjamin kelestarian lingkungan hidup yang sehat bagi pemukiman penduduk harus tetap memelihara nilai sosial budaya yang mencerminkan kepribadian bangsa. Pembangunan di perkotaan seperti kegiatan perdagangan, kegiatan produksi jasa-jasa yang mempunyai daya tarik bagi masyarakat. Oleh sebab itulah, maka Kota Medan yang penduduknya terus bertambah padat sehingga memerlukan perluasan wilayah. Kota memberikan hal-hal yang berguna dan positif, tetapi pertumbuhan kota juga menimbulkan berbagai dampak sosial, ekonomi dan politik. Dimanapun juga kota-kota yang ada di dunia merupakan pelopor bagi perusahaan sosio-ekonomi dan politik suatu negara ataupun bangsa. Demikian pula kita harus menerima bahwa kota merupakan pusat berbagai kegiatan yang menentukan dan mempengaruhi kegiatan yang terjadi di desa sekelilingnya dan juga daerah pengaruhnya. Hal tersebut ditentukan oleh aneka ragam sarana dan prasarana yang terdapat di kota tersebut. Begitu juga beraneka ragam kegiatan yang dilakukan serta 15

6 barang dan jasa yang diproduksi atau ditangani di pusat kota. Oleh sebab itu pembangunan kota harus terlihat berbagai disiplin keahlian, yang harus bekerja sama secara terpadu untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam satu tatanan kota yang kompleks dengan berbagai sarana dan prasarana Perencanaan Tata Kota Medan Kedudukan Kota Medan dan peranannya yang sangat penting, telah mendorong perkembangan kota yang sangat pesat. Agar perkembangan yang terjadi secara langsung, terpadu dan berkelanjutan maka untuk itu Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kotamadya Medan menetapkan adanya satuan-satuan wilayah pengembangan pembangunan. Pembentukan satuan-satuan wilayah pembangunan tersebut didasarkan pada hasil analisis terhadap kondisi pembangunan yang dicapai. Oleh karena itu perlu upaya untuk meratakan laju pertumbuhan di setiap Wilayah Pengembangan Pembangunan (WPP). Pembangunan di setiap sektor akan dioptimalkan dan disesuaikan menjadi lima WPP, yaitu: 1. WPP A, meliputi tiga kecamatan yaitu Kecamatan Medan Belawan, Medan Labuhan, dan Medan Marelan dengan pusat pengembangan di Belawan. Wilayah ini dibangun untuk pelabuhan, industri, permukiman, rekreasi air, dan usaha kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, septik tank, sarana pendidikan. 2. WPP B, meliputi satu kecamatan yaitu Kecamatan Medan Deli dengan pusat pengembangan di Tanjung Mulia. Wilayah ini dibangun sebagai kawasan 16

7 perkantoran, perdagangan, rekreasi indoor, dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan jalan baru, jaringan air minum, pembuangan sampah dan sarana pendidikan. 3. WPP C, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur, Medan Perjuangan, Medan Tembung, Medan Area, Medan Denai dan Medan Amplas dengan pusat pengembangan di Aksara. Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan dan rekreasi, dengan program kegiatan pembangunan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. 4. WPP D, meliputi lima kecamatan yaitu Kecamatan Medan Johor, Medan Baru, Medan Kota, Medan Maimun, dan Medan Polonia dengan pusat pengembangan di Inti Kota. Wilayah ini dibangun untuk kawasan perdagangan, perkantoran, rekreasi indoor dan permukiman, dengan program kegiatan pembangunan perumahan permanen, penanganan sampah dan sarana pendidikan. 5. WPP E, meliputi enam kecamatan yaitu Kecamatan Medan Barat, Medan Helvetia, Medan Petisah, Medan Sunggal, Medan Selayang dan Medan Tuntungan dengan pusat pengembangan di Sei Sikambing. Wilayah ini dibangun untuk permukiman, perdagangan, rekreasi, dengan program kegiatan sambungan air minum, septik tank, jalan baru, rumah permanen, sarana pendidikan dan kesehatan. Pembentukan wilayah pengembangan kota ini dimaksudkan untuk menghindari dan menanggulangi masalah yang timbul dari padatnya pergerakan lalu lintas dan kepadatan penduduk di pusat kota. Wilayah metropolitan MEBIDANG ini meliputi luas ha, dengan mempunyai dua karakteristik wilayah yaitu kawasan perkotaan dan kawasan pedesaan yang mencakup 17

8 Medan sebagai kota inti dan wilayah sekelilingnya dengan beberapa kota kecil yakni: Deli Tua, Pancur Batu, Namorambe, Tanjung Morawa, Patumbak, Sunggal, Hamparan Perak, Percut Sei Tuan, Batang Kuis, Labuhan Deli, Lubuk Pakam, Pantai Labu, Pagar Merbau dan Beringin. 14 Konsepsi pembangunan kawasan metropolitan ini adalah pembangunan terpadu dengan mewujudkan satu kesatuan sistem, dalam rangka pembangunan ekonomi dengan memanfaatkan secara maksimal seluruh fasilitas kota yang berskala besar, seperti bandara udara, pelabuhan laut, rumah sakit dan lain sebagainya Kondisi Sosial dan Ekonomi Masyarakat Kota Medan Pembangunan sarana dan prasarana pada dasarnya untuk kepentingan masyarakat untuk hal-hal yang berguna dan positif, tetapi pertumbuhan dan pembangunan kota juga dapat menimbulkan berbagai macam masalah seperti penggusuran pemukiman penduduk akibat pembangunan kota. Hal ini membuat kondisi sosial dan ekonomi masyarakat yang tinggal di daerah pemukiman tersebut menjadi semakin menurun dan melemah dengan adanya pembangunan kota. Tetapi dari sudut inilah kita harus melihat dan menilai peranan kunci kota bagi pembangunan nasional dan juga kita menerima bahwa kota merupakan pusat berbagai kegiatan yang menentukan atau mempengaruhi berbagai kegiatan pemerintah dan masyarakat di sekitarnya. Dan salah satu hakekat dan sifat manusia (masyarakat) yang banyak dapat dilihat dalam pembangunan, karena secara simbolik manusia itu adalah potensi yang juga disebut 14 Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, Statistik Perhubungan Provinsi Sumatera Utara 1990, Medan: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan, September 1989, hal

9 sebagai sumber daya manusia (SDM). Sehingga oleh karena itu, birokrat atau pemerintah harus dapat melihat, menampung aspirasi dan menyelesaikan fenomena-fenomena yang berlangsung di masyarakat Kondisi Sarana dan Prasarana di Kota Medan Melihat fungsi dan peranan Kota Medan yang serba kompleks sehingga diperlukan sarana dan prasarana dalam menunjang pembangunan di bidang sosial ekonomi. Dengan adanya peningkatan penyediaan sarana dan prasarana yang sudah cukup memadai, maka arus lalu lintas barang atau jasa, baik dari sentra-sentra produksi dapat berjalan dengan lancar, sehingga barang-barang untuk kebutuhan yang beredar di pasaran tetap dapat stabil, dan juga harga barang yang beredar di pasaran tetap dapat terkendali dengan baik. Dalam hal ini transportasi sangat berperan sekali dalam laju perdagangan baik dalam negeri maupun luar negeri, karena transportasi sangat dibutuhkan oleh semua pihak baik transportasi darat, laut dan udara. Berkaitan dengan perhubungan darat, dalam upaya menghindari kemacetan arus lalu lintas di inti Kota Medan maka Pemerintah Kota Medan telah membangun 2 unit terminal yaitu : 1. Terminal Terpadu Amplas 2. Terminal Terpadu Pinang Baris Kedua terminal ini adalah tempat keluar masuk angkutan umum Antar Kota dan Antar Provinsi (AKAP), dengan kata lain angkutan umum jarak jauh. Dengan adanya terminal ini volume kemacetan lalu lintas dalam Kota Medan dapat dikurangi, sehingga keluar masuk angkutan dari dan ke sentra-sentra produksi dapat berjalan dengan lancar. 19

10 Di samping terminal yang telah ada 2 unit tersebut, ada juga terminal pembantu yaitu : 1. Terminal Sambu 2. Terminal Aksara Kedua terminal pembantu ini diperuntukkan bagi armada angkutan dalam kota, untuk mengatasi kepentingan masyarakat Kota Medan, Pemerintah Kota telah mengambil langkahlangkah kebijaksanaan dengan meningkatkan jumlah armada angkutan umum dalam kota, yang di antaranya dikelola oleh Koperasi Pengangkutan Umum Medan, sehingga angkutan umum dalam wilayah Kota Medan dapat dijangkau oleh masyarakat Kota Medan. Dengan demikian masyarakat Kota Medan, baik yang berada di pinggiran kota mendapat kemudahan mempergunakan jasa angkutan umum, dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Pembangunan sarana dan prasarana adalah syarat utama pada kota-kota besar di Indonesia. Keadaan sarana dan prasarana jalan di wilayah Kota Medan pada realitanya sudah cukup memadai, sehingga seluruh wilayah yang mencapai 21 kecamatan di Kota Medan telah dapat dijangkau oleh kendaraan bermotor baik umum dan pribadi. Dalam hal ini kebijakan Pemerintah Kota Medan diperlukan untuk memberikan perhatian pada sektor pelayanan jasa angkutan umum sebagai sarana yang menghubungkan antar wilayah. Mobil Penumpang Umum (MPU) harus dipastikan telah melakukan wajib uji oleh Dinas LLAJR Kota Medan sebagai uji kelayakan kendaraan tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: 20

11 Tabel 2 Banyaknya Mobil Penumpang Wajib Uji Tahun di Kota Medan Tahun Banyaknya Mobil Penumpang Umum Wajib Uji unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit unit Sumber: Cabang Dinas LLAJR Kota Medan tahun Sarana Transportasi Melihat kondisi sarana transportasi angkutan umum Kota Medan di tahun 1960-an, dapat dipahami tentunya belum sebaik sekarang, karena yang ada saat itu hanyalah sarana angkutan umum yang sangat masih minim dan sederhana, seperti Becak Dayung dan sebagian kecil telah ada Becak Mesin yang masing-masing beroda tiga. Becak Dayung dianggap kurang layak secara manusiawi, karena menggunakan tenaga manusia secara langsung, demikian pula mengenai jarak tempuh dan daya angkut, hanya mampu menjangkau jarak tempuh yang pendek dan mengangkut jumlah penumpang yang 21

12 terbatas pula. Becak Mesin, meskipun terlihat lebih baik dari Becak Dayung namun faktor resiko akibat polusi udara oleh asapnya yang tebal dan suaranya yang bising karena menggunakan mesin tempel, menimbulkan sorotan dari berbagai kalangan masyarakat terhadap sarana ini, apalagi jumlah penumpang yang dapat diangkut juga terbatas. Di samping itu, walaupun armada becak cukup banyak, tetapi belum dapat menjangkau kebutuhan transportasi warga kota Medan, karena tidak mempunyai rute tetap. Ini merupakan sebuah gambaran bahwa belum adanya sistem transportasi terpadu di Kota Medan pada saat itu. 15 Dalam menyikapi kondisi dinamis Kota Medan, khususnya pertumbuhan penduduk dan pengembangan wilayah, diikuti pula dengan pertumbuhan jaringan transportasi yang meluas, tentu membutuhkan sarana pengangkutan umum dan sistem yang harus dapat menjawab masalah transportasi. Pada saat yang sama, ternyata ada kebijakan Pemerintah Pusat melalui Menteri Perhubungan yang menetapkan penyaluran 15 unit angkutan Daihatsu Trimobile (mobil roda tiga yang kemudian populer dengan nama Bemo ) produksi Jepang untuk Kota Medan, dengan pelaksanaan impor dilakukan oleh pemerintah Kota Medan. Kebijakan yang bersumber dari dana Pampasan Perang Jepang, bermula dari kunjungan Presiden Soekarno ke kota Bangkok (Thailand) pada tahun 1961, yang melihat angkutan kota, produk Daihatsu ini efektif untuk dijadikan sarana angkutan rakyat. Komitmen kerakyatan ini menyentuh pemikiran Presiden Soekarno sehingga sekembalinya dari Bangkok, beliau menugaskan Menteri Perhubungan untuk menetapkan kebijakan agar mengimpor 500 unit Daihatsu Trimobile dan disalurkan kepada kota-kota di tanah air. Hal ini dijelaskan dari beberapa 15 Wawancara dengan Ibu Roslina Siregar, pegawai Dishub Kota Medan bag. Angkutan Kota pada tanggal 9 Juli

13 catatan yang menyangkut latar belakang kondisi angkutan umum perkotaan dan kebijakan yang diluncurkan serta mengenai nama Daihatsu merupakan Pengangkutan Rakyat Prasarana Transportasi Jalan-jalan raya yang digunakan sebagai prasarana dalam lalu lintas angkutan jalan khususnya angkutan kota pada waktunya perlu dibangun dalam arti dibangun baru maupun ditingkatkan mutunya untuk diperbaiki dan direhabilitasi. Suatu jalan patut dibangun atau diperbaiki jika berdasarkan berbagai pertimbangan teknis, finansial, ekonomi, politis, dan sebagainya yang menunjukkan kelayakannya untuk diperbaiki. Berhubung karena dalam setiap negara sangat banyak jalan yang perlu dibangun khususnya ditingkatkan dan diperbaiki, sedangkan di lain pihak dana yang tersedia untuk keperluan itu sangat terbatas, maka diperlukan penentuan prioritas dalam membangun atau memperbaiki jalan tersebut. Tujuan dari penetapan prioritas dalam perencanaan pembangunan prasarana transportasi adalah agar dalam pembangunan dan perbaikan jalanjalan tersebut dilakukan lebih utama (lebih dahulu diprioritaskan). 17 Pada sektor prasarana yaitu jalan, dalam hal ini menunjukkan adanya peningkatan dan perbaikan maupun pembangunan jalan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Medan dan swadaya masyarakat, hal ini dapat dilihat pada tabel berikut berdasarkan pada panjang jalan menurut kondisinya di kota Medan daihatsu/angkot medan tempodoeloe diakses pkl pada tanggal 20 Juli Rustian Kamaluddin, Op.Cit., hal

14 Tabel 3 Panjang Jalan Menurut Kondisi di Kota Medan Tahun 2000 Panjang Jalan (Km) Kondisi Jalan Penanggung jawab Jumlah Negara Provinsi Kabupaten/Kota Baik 75,51 25, , ,41 Sedang 351,92 351,92 Rusak 121,03 121,03 Rusak Berat 56,72 56,72 Tidak Diperinci 386,28 386,28 JUMLAH 75,51 25, , ,36 Sumber: Kantor Badan Pusat Statistik Kota Medan Tahun 2000 Dengan didukung kondisi prasarana jalan yang baik, maka jumlah jasa angkutan umum yang melayani masyarakat mendapat kemudahan di dalam pengoperasian armada jasa angkutan umum, dengan demikian mobilitas masyarakat dalam memanfaatkan jasa transportasi dapat lebih efektif dalam aktivitas sehari-hari Bemo Sebagai Sarana Transportasi di Kota Medan Sebagai tahap awal, Pemerintah Kota Medan melakukan beberapa pendekatan dengan mencari mitra usaha importir yang dianggap layak dan juga dengan pengemudi Becak Dayung secara perorangan maupun melalui perkumpulan Becak Medan yang ada pada saat 24

15 itu, karena dianggap lebih prioritas untuk meningkatkan derajat hidup dan mengalihkan profesi mereka menjadi pengemudi Daihatsu Trimobile (Bemo). Becak Mesin yang semula akan dihapuskan dan dicarikan alternatif penggantinya, justru tidak terkendalikan, dengan tujuan menggantikan Becak Mesin dengan Bemo, tetapi penggantian ini tidak terlaksana serta masih perlu mempertimbangkan kemampuan dan persiapan mitra usaha importir yang ada, maka kebijakan Pemerintah Kota Medan akhirnya tertuju kepada CV. Barisan Medan yang dikelola anggota veteran Republik Indonesia, sebagai mitra kerjasama untuk mengimpor Bemo. Menyusul kerjasama itu, maka pada tahun 1963 diterbitkan kebijakan mengimpor Daihatsu Trimobile yang ditujukan bagi kalangan pengemudi Becak Dayung. Armada Daihatsu Trimobile yang telah diimpor sesuai hasil kebijakan Pemerintah Pusat berjumlah 15 unit, dihubungkan dengan pendekatan kepada pengemudi Becak Dayung dan CV. Barisan yang juga membina kalangan veteran, ternyata mengundang minat yang cukup besar bagi para pengemudi Becak Dayung, anggota veteran dan pensiunan dari berbagai jawatan kantor pemerintah/swasta. Pada tanggal 17 April 1963 ditetapkan perkumpulan tersebut bernama KPB (Koperasi Pengangkutan Bemo) 18, dan berkedudukan di Jalan Pemuda No. 148 Medan. Keberadaan Daihatsu Trimobile alias Bemo merupakan kendaraan bermesin satu piston dengan menggunakan mobil kecil namun memiliki kapasitas penumpang tujuh orang dengan satu orang pengemudi. 18 KPB (Koperasi Pengangkutan Bemo) merupakan cikal bakal dari KPUM (Koperasi Pengangkutan Umum Medan). 25

16 Mengenai kewajiban dari anggota koperasi pemilik Bemo, diharuskan membayar cicilan Rp. 700,- per hari, yang harus dibayar selama 200 hari kerja, melalui pengurus koperasi dan kemudian menyetorkan ke bank. Operasional Bemo ini tumbuh bersama dengan Becak Dayung dan Becak Mesin yang semula ingin dihapuskan namun keberadaan becak tetap eksis karena masih banyak masyarakat Kota Medan menggunakan jasa angkutan becak. Seiring dengan dinamika sistem transportasi di Kota Medan, mulai berkembang produksi kendaraan roda empat yang mempunyai kelebihan dapat menampung penumpang lebih banyak serta mencapai jarak tempuh yang lebih jauh dan lebih cepat. Kurangnya daya saing, ditambah lagi dengan kondisi fisik angkutan Bemo yang tidak layak beroperasi lagi serta berhentinya produksi Bemo (Daihatsu Trimobile) di negara Jepang sejak tahun 1970, membuat munculnya peremajaan angkutan kota yang menggunakan armada roda empat jenis Suzuki, Daihatsu, Mitsubishi dan lainnya. Maka sejak dikeluarkan Perda No. 2 Tahun 1981 oleh Pemerintah Kota Medan tentang pelarangan pengoperasian angkutan jenis Bemo. Hal ini disebabkan karena keberadaan Bemo di jalan sangat mengganggu sistem kelancaran transportasi jalan dan kenyamanan masyarakat kota Medan serta menyebabkan polusi udara akibat asap tebal dari pembuangan knalpotnya. Menyusul kebijakan ini maka Bemo pun mulai tersisih dari jalan raya Kota Medan dan hingga tahun 1990, Bemo tidak lagi beroperasi di pusat Kota Medan. Dan sebagai alternatif kendaraan angkutan Kota Medan, sekitar tahun 1980-an kemudian mulai muncul kendaraan angkutan kota yang menggunakan roda empat yang sering disebut Sudako. Awalnya penamaan Sudako hanya untuk angkutan kota yang berwarna kuning saja. Tetapi hingga sekarang, hampir semua angkutan kota juga dinamai Sudako. Sarana transportasi ini awalnya milik perusahaan angkutan kota Koperasi 26

17 Pengangkutan Angkutan Umum (KPUM) yang menjadi induk lahirnya Sudako di Kota Medan. 27

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PROYEK

BAB II TINJAUAN PROYEK BAB II TINJAUAN PROYEK 2.1. Tinjauan Umum Bangunan Pet Station Medan merupakan bangunan yang mempunyai fungsi sebagai penjualan hewan-hewan peliharaan, pusat pelayanan kesehatan dan perawatan hewan-hewan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Peranan tersebut menjadikan angkutan umum perkotaan sebagai aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angkutan umum perkotaan merupakan bagian dari sistem transportasi perkotaan yang memegang peranan sangat penting dalam mendukung mobilitas masyarakat. Peranan tersebut

Lebih terperinci

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota

BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. tantangan pembangunan kota yang harus diatasi. Perkembangan kondisi Kota BAB II KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan Gambaran umum kondisi kota Medan memuat perkembangan kondisi Kota Medan sampai saat ini, capaian hasil pembangunan kota sebelumnya

Lebih terperinci

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota

Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis Proses Penyusunan Peraturan Daerah Kota Dalam bab ini akan diuraikan tentang profil Kota Medan, profil Bappeda Kota Medan, serta uraian isi dari Peraturan daerah Kota Medan Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penanggulangan Kemiskinan. BAB III : Analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada prinsipnya semua bentuk dan keadaan kehidupan dalam kegiatan masyarakat baik sosial budaya, sosial ekonomi maupun jumlah penduduk akan mengalami perubahan dari

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN 2.1 Gambaran Umum Kota Medan 2.1.1 Letak Geografis Kotamadya Medan merupakan kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota ini merupakan wilayah

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN. Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN 2. 1 Letak Geografis Kota Medan terletak antara 2 o.27-2 o.47 Lintang Utara dan 98 o.35-98 o.44 Bujur Timur. Kota Medan 2,5-3,75 meter di atas permukaan laut. Kota Medan

Lebih terperinci

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS

BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS BAB II LATAR BELAKANG PEMBANGUNAN TERMINAL TERPADU PINANG BARIS 2. 1. Kondisi Lalu Lintas Kota Medan Sebelum Adanya Terminal Terpadu Pinang Baris Kota Medan sedang berbenah diri menjadi kota metropolitan,

Lebih terperinci

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian

BAB II. Deskripsi Lokasi Penelitian. Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian BAB II Deskripsi Lokasi Penelitian Dalam bab ini akan disajikan deskripsi lokasi penelitian dan rincianrincian di setiap bagian yang diperlukan dalam penelitian ini. Kita dapat mulai untuk meneliti apa

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah Kota Medan Kehadiran kota Medan sebagai suatu bentuk kota memiliki proses perjalanan sejarah yang panjang dan kompleks, hal ini dibuktikan dengan berkembangnya

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG KAWASAN PERKOTAAN MEDAN, BINJAI, DELI SERDANG, DAN KARO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan

PENDAHULUAN. diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan 12 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terletak diantara dua benua besar Asia dan Australia, dan di antara Lautan Pasifik dan Lautan Hindia, mempunyai

Lebih terperinci

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN Mbina Pinem 1 Abstrak Permukiman kumuh sampai sekarang masih merupakan permasalahan penting bagi kota-kota di Indonesia, karena jumlah dan luasnya semakin meningkat.penelitian

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH

IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH 4.1. Posisi Makro terhadap DKI Jakarta. Jakarta, Ibukota Indonesia, berada di daerah dataran rendah, bahkan di bawah permukaan laut yang terletak antara 6 12 LS and 106 48 BT.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Prasarana kota berfungsi untuk mendistribusikan sumber daya perkotaan dan merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini, kualitas dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa.

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan pada karakteristik desa dapat dilihat dari tipologi desa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan karakteristik keberadaan jumlah penduduk yang lebih banyak tinggal di desa dan jumlah desa yang lebih banyak

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 53 IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Geografis Selat Rupat merupakan salah satu selat kecil yang terdapat di Selat Malaka dan secara geografis terletak di antara pesisir Kota Dumai dengan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%.

BAB I. PENDAHULUAN. yang signifikan, dimana pada tahun 2010 yaitu mencapai 8,58% meningkat. hingga pada tahun 2014 yaitu mencapai sebesar 9,91%. BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor perikanan memberikan kontribusi terhadap PDRB sektor pertanian di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 s/d 2014 mengalami peningkatan yang signifikan, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu dari lima Kota Besar di Indonesia adalah Kota Medan dengan luas wilayah 265 km 2 dan jumlah penduduk 2.602.612 pada tahun 2013. Pertumbuhan Kota Medan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota Medan merupakan ibukota Provinsi Sumatera Utara, juga termasuk kota terbesar ketiga di Indonesia. Tidak hanya besar dari segi wilayah, namun juga besar

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG 1 PERATURAN WALIKOTA MEDAN NOMOR 14 TAHUN 2014 TENTANG PEMBENTUKAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PELAYANAN KEBERSIHAN DAN UNIT PELAKSANA TEKNIS BANK SAMPAH PADA DINAS KEBERSIHAN KOTA MEDAN WALIKOTA MEDAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang

BAB I PENDAHULUAN. distribusi pendapatan memicu terjadinya ketimpangan pendapatan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah besar yang dihadapi negara sedang berkembang adalah disparitas (ketimpangan) distribusi pendapatan dan tingkat kemiskinan.tidak meratanya distribusi pendapatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah

IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah IV. GAMBARAN UMUM TEMPAT PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1973 TENTANG PERLUASAN DAERAH KOTAMADYA MEDAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa berhubung dengan perkembangan di Daerah Propinsi Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kemiskinan memang telah lama ada sejak dahulu kala. Pada masa lalu umumnya masyarakat menjadi miskin bukan karena kurang pangan, tetapi miskin dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Medan merupakan salah satu kota di Indonesia yang berada di Pulau Sumatera, Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara dan menjadi kota terbesar ketiga di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II KOTA MEDAN. A. Letak Geografis

BAB II KOTA MEDAN. A. Letak Geografis BAB II KOTA MEDAN A. Letak Geografis Kota Medan adalah ibukota Provinsi Sumatera Utara juga kota terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya. Kota Medan merupakan pintu gerbang wilayah Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kebijakan Tata Ruang Nasional menempatkan Metropolitan Mebidang-Ro sebagai Pusat Kegiatan Nasional (PKN) sekaligus sebagai Kawasan Strategis Nasional (KSN) dengan

Lebih terperinci

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

`BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 68 `BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Singkat Kota Medan. Zaman dahulu kota Medan dikenal dengan Tanah Deli dan keadaan tanahnya berawa-rawa kurang lebih 4 ha. Beberapa sungai melintasi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti

BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN telah dibangun berbagai fasisilitas yang menunjang dalam bidang perkebunan seperti BAB II GAMBARAN UMUM KOTA MEDAN TAHUN 1945-1949 Pada awal kemerdekaan kota Medan adalah alah satu kota yang tergolong maju di Indoneisa. Sebagai kota yang berkembang dari perkebunan,pada masa kolonial,di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang

BAB I PENDAHULUAN. Deli. Bandar merupakan sebutan dari masyarakat suku Melayu Deli yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Labuhan Deli merupakan cikal bakal lahirnya Pelabuhan Belawan. Labuhan Deli dulunya merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Deli yang kesohor di kawasan Sumatera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi selalu menjadi masalah yang dihadapi oleh kota-kota besar. Usaha pemerintah dalam memecahkan masalah transportasi banyak dilakukan melalui pemecahan sektoral,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 20 TAHUN 1987 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGBALAI DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ASAHAN PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa meningkatnya perkembangan

Lebih terperinci

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH

BAB 3 TINJAUAN WILAYAH P erpustakaan Anak di Yogyakarta BAB 3 TINJAUAN WILAYAH 3.1. Tinjauan Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 3.1.1. Kondisi Geografis Daerah Istimewa Yogyakarta Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang harus dijaga kelestarian dan pemanfaatannya untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai Pasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota

BAB I PENDAHULUAN. Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam wilayah suatu negara akan ada kota yang sangat besar, ada kota yang cukup besar, ada kota sedang dan ada kota kecil. Kota Medan merupakan salah satu kota di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN Daerah pemukiman perkotaan yang dikategorikan kumuh di Indonesia terus meningkat dengan pesat setiap tahunnya. Jumlah daerah kumuh ini bertambah dengan kecepatan sekitar

Lebih terperinci

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG

PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG PROFIL PELAKSANAAN PROGRAM KOTA TANPA KUMUH (KOTAKU) KABUPATEN DELI SERDANG LETAK GEOGRAFIS Kabupaten Deli Serdang sebagai bagian dari wilayah pantai timur Provinsi Sumatera Utara terletak diantara 2 57-3

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih PENDAHULUAN Latar Belakang Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan luar sekolah (non formal) bagi petani dan keluarganya agar berubah sikap dan perilakunya untuk bertani lebih baik (better farming),

Lebih terperinci

ARUS PENGLAJU DAN MODA ANGKUTAN DARAT DI KOTA METROPOLITAN INDONESIA

ARUS PENGLAJU DAN MODA ANGKUTAN DARAT DI KOTA METROPOLITAN INDONESIA ARUS PENGLAJU DAN MODA ANGKUTAN DARAT DI KOTA METROPOLITAN INDONESIA Aldwin Surya Abstrak Moda angkutan darat yang menjadi andalan masyarakat kota metropolitan serta jaringan jalan memadai untuk mengurangi

Lebih terperinci

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN

BELAWAN INTERNATIONAL PORT PASSANGER TERMINAL 2012 BAB I. PENDAHULUAN BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kota Medan dewasa ini merupakan salah satu kota metropolitan di Indonesia yang mengalami perkembangan dan peningkatan di segala aspek kehidupan, mencakup bagian dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM

BAB II TINJAUAN UMUM BAB II TINJAUAN UMUM A. Perkembangan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru sebagai ibukota Provinsi Riau, telah berkembang dengan pesat seiring dengan kemajuan pembangunan dan sumber daya manusianya. Kota Pekanbaru

Lebih terperinci

BAB II PROFIL INSTANSI. Medan, ditempat sungai Babura bertemu dengan sungai Deli, yang di waktu itu dikenal

BAB II PROFIL INSTANSI. Medan, ditempat sungai Babura bertemu dengan sungai Deli, yang di waktu itu dikenal BAB II PROFIL INSTANSI A. Sejarah Singkat Berdirinya Pemerintahan Kota Medan Kampung kecil, yang dalam masa kurang lebih 80 tahun dengan pesat berkembang menjadi kota, yang dewasa ini kita kenal sebagai

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. di atas permukaan laut dengan topografi datar (rata). Suhu udara pertahun berkisar BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Kota Medan Kotamadya Medan adalah salah satu ibukota provinsi yang terbesar penduduknya di Indonesia. Letak Kota Medan berada di bagian timur Provinsi Sumatera

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1987 TENTANG PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II TANJUNGBALAI DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II ASAHAN Menimbang: Presiden Republik

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu

BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN. Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu BAB II GAMBARAN UMUM DAN LOKASI PENELITIAN 2.1. Sejarah singkat event organizer Ide event organizer berawal dari kebiasaan orang menyelenggarakan suatu kegiatan, dalam prosesnya dikerjakan oleh sekelompok

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM

Sekapur Sirih. Lubuk Pakam, Agustus 2010 Kepala Badan Pusat Statistik. Ir. Hulman Siagian, MM Sekapur Sirih Sebagai pengemban amanat undang-undang Nomor 16 Tahun 1997 tentang Statistik dan sejalan dengan rekomendasi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengenai Sensus Penduduk dan Perumahan Tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. contoh adalah timbulnya masalah kebisingan akibat lalu lintas. 14 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya mobilitas orang memerlukan sarana dan prasarana transportasi yang memadai, aman, nyaman dan terjangkau bagi masyarakat. Dinamisnya mobilitas penduduk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dimana sebagian besar penduduknya bekerja dalam bidang pertanian. Keadaan usaha tani penduduk pada umumnya masih

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA. A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA. A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN POLONIA A. Sejarah Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia Sebelum disebut Kantor Pelayana Pajak (KPP) dulunya bernama Kantor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa

BAB I PENDAHULUAN. perkebunan kelapa sawit milik PT. Perkebunan Nusantara II Tanjung Morawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, Bandar Udara Kualanamu merupakan bandara bertaraf internasional yang terletak di Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia.Kualanamu International

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN BAB II DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN II. 1 Keadaan Geografi Kelurahan II. 1. 1 Situasi Kelurahan Mangga Kelurahan Mangga terletak atau termasuk dalam wilayah Kecamatan Tuntungan. Kelurahan ini adalah pemukiman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS,

I. PENDAHULUAN. pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun Badan Pusat Statistik (BPS, I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk Indonesia terus meningkat setiap tahunnya dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 % pada tahun 2000-2010. Badan Pusat Statistik (BPS, 2010) mempublikasikan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki

BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU. A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki 17 BAB II GAMBARAN UMUM TERMINAL BANDAR RAYA PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU A. Sejarah dan Perkambangan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Kota Pekanbaru adalah ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau,

Lebih terperinci

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang

Revolusi Fisik atau periode Perang mempertahankan Kemerdekaan. Periode perang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kurun waktu 1945-1949, merupakan kurun waktu yang penting bagi sejarah bangsa Indonesia. Karena Indonesia memasuki babakan baru dalam sejarah yaitu masa Perjuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi memiliki peran yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan pergerakan manusia, seperti pergerakan dari rumah (tempat asal) menuju tempat sekolah (tempat

Lebih terperinci

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap:

Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: Kawasan strategis merupakan kawasan yang di dalamnya berlangsung kegiatan yang mempunyai pengaruh besar terhadap: a. Tata ruang di wilayah sekitarnya; b. Kegiatan lain di bidang yang sejenis dan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Besarnya jumlah penduduk dan

BAB I PENDAHULUAN. dan tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Besarnya jumlah penduduk dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk yang sangat besar dan tersebar ke seluruh penjuru nusantara. Besarnya jumlah penduduk dan persebaran penduduk ini

Lebih terperinci

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai

2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai BAB 2 TUJUAN, KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENATAAN RUANG 2. 1 Tujuan Penataan Ruang Wilayah Kabupaten Serdang Bedagai Tujuan penataan ruang wilayah Kabupaten Serdang Bedagai pada prinsipnya merupakan sarana/alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan negara. Hal ini tercermin semakin meningkatnya kebutuhan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor transportasi memiliki peranan yang cukup penting dalam peningkatan mobilitas warga, baik dari segi kepentingan umum maupun pelayanan perdagangan barang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. petani di pedesaan ternyata demikian besar, seperti diadakannya penyuluhan-penyuluhan

BAB I PENDAHULUAN. petani di pedesaan ternyata demikian besar, seperti diadakannya penyuluhan-penyuluhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara agraris. Negara yang memiliki sektor pertanian yang memegang peranan penting dari keseluruhan perekonomian nasional. Hal ini dapat ditunjukan

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG RGS Mitra 1 of 5 PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2000 TENTANG PEMBENTUKAN PROPINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG I. UMUM Propinsi Sumatera Selatan dengan luas wilayah 109.254

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM. 35 TAHUN 2003 T E N T A N G PENYELENGGARAAN ANGKUTAN ORANG DI JALAN DENGAN KENDARAAN UMUM MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan I-1

BAB I Pendahuluan I-1 I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN

BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN BAB II GAMBARAN UMUM KOTAMADYA MEDAN 2.1 Sejarah Singkat Kotamadya Medan Kotamadya Medan dahulunya adalah sebuah kampung kecil yang bernama Medan Puteri, yang berada di dekat pertemuan Sungai Babura dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum. Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Umum Transportasi adalah proses memindahkan suatu benda mencakup benda hidup dan benda mati dari suatu tempat ke tempat lainnya dengan menggunakan sebuah wahana yang digerakkan oleh

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara.

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. dengan DKI Jakarta yang menjadi pusat perekonomian negara. 45 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Kota Bandar Lampung merupakan sebuah kota yang menjadi ibukota provinsi Lampung, Indonesia. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem

BAB I PENDAHULUAN. unsur sosial budaya yaitu: bahasa, sistem ilmu pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sejarah adalah peristiwa yang ada hubungannya dengan kegiatan manusia sehingga terjadi berbagai dimensi perubahan baik politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayaran antar pulau di Indonesia merupakan salah satu sarana transportasi dan komunikasi yang sangat diandalkan dalam mewujudkan pembangunan nasional yang berwawasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi satu kesatuan yang utuh dan sekaligus unik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kota selalu menjadi bahan kajian yang menarik untuk diperbincangkan dalam setiap level dengan segala permasalahan yang dihadapinya. Membicarakan sebuah kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti

BAB I PENDAHULUAN. Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Transportasi berasal dari bahasa Latin, yaitu transportare, trans berarti seberang atau sebelah lain dan portare mengangkut atau membawa. Jadi pengertian transportasi

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air adalah salah satu sumber daya alam yang tersedia di bumi. Air memiliki banyak fungsi dalam kelangsungan makhluk hidup yang harus dijaga kelestariannya dan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan 64 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kota Bandar Lampung Bandar Lampung merupakan Ibukota Provinsi Lampung yang merupakan daerah yang dijadikan sebagai pusat kegiatan pemerintahan, politik, pendidikan,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

PROYEKSI DAYA DUKUNG LAHAN DAN KEBUTUHAN PERTANIAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2029 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

PROYEKSI DAYA DUKUNG LAHAN DAN KEBUTUHAN PERTANIAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2029 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS PROYEKSI DAYA DUKUNG LAHAN DAN KEBUTUHAN PERTANIAN KABUPATEN DELI SERDANG TAHUN 2029 BERBASIS SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Muhammad Farouq Ghazali Matondang Fakultas Geografi UGM E-mail: m.farouq.ghazali.matondang@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM Pembangunan di segala bidang yang dilaksanakan pemerintah Republik Indonesia merupakan usaha untuk mencapai kemajuan dan kesejahteraan terutama di bidang ekonomi. Pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat.

1.2 Perumusan Masalah Sejalan dengan meningkatnya pertambahan jumlah penduduk dan pertumbuhan ekonomi, maka pemakaian sumberdaya air juga meningkat. 37 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional yang menjabarkan pembangunan sesuai dengan kondisi, potensi dan kemampuan suatu daerah tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA

KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA KEKAYAAN ALAM PEKAN BARU DAN DUMAI UTUK INDONESIA Wilayah Pekanbaru dan Dumai berada di Provinsi Riau yang merupakan provinsi yang terbentuk dari beberapa kali proses pemekaran wilayah. Dimulai dari awal

Lebih terperinci

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk

IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG. Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk 33 IV. KEADAAN UMUM KOTA BANDAR LAMPUNG A. Letak Geografis Dan Iklim Kota Bandar Lampung pintu gerbang Pulau Sumatera. Sebutan ini layak untuk ibu kota Propinsi Lampung. Kota yang terletak di sebelah barat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status. Pembangunan tempat tinggal

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan keluarga dan malahan menjadi simbol status. Pembangunan tempat tinggal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejak zaman dahulu rumah telah menjadi kebutuhan utama karena merupakan tempat perlindungan dari hujan, matahari, dan mahluk lainnya. Pada zaman sekarang fungsi perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi suatu negara, hal ini menjadi

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta

BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM. Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan serta BAB II GAMBARAN LOKASI PKLM A. Sejarah Umum Direktorat Jenderal Pajak Direktorat Jenderal Pajak adalah sebuah Direktorat Jenderal di bawah Kementerian Keuangan Indonesia yang mempunyai tugas merumuskan

Lebih terperinci

Medan Dalam Angka Medan In Figure,

Medan Dalam Angka Medan In Figure, 1. L E T A K Kota Medan terletak antara : - 2º.27' - 2º.47' Lintang Utara - 98º.35' - 98º.44' Bujur Timur Kota Medan 2,5 37,5 meter di atas permukaan laut. 1.Geography Position Medan lies between : - 2º.27'

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang setiap tahunnya dilanda banjir, fenomena tersebut merupakan permasalahan yang harus segera diselesaikan, sebab telah menjadi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Geografis Kota Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepulauan Riau. Sesuai dengan SK Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tanggal 21 Juni 2001, Kota Tanjungpinang membawahi

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN BAB II DESKRIPSI UMUM PENELITIAN 2.1 Deskripsi Umum Wilayah 2.1.1 Sejarah Desa Lalang Menurut sejarah yang dapat dikutip dari cerita para orang tua sebagai putra daerah di Desa Lalang, bahwa Desa Lalang

Lebih terperinci

Presiden Republik Indonesia,

Presiden Republik Indonesia, PERUBAHAN BATAS WILAYAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II BINJAI, KABUPATEN DAERAH TINGKAT II LANGKAT DAN KABUPATEN DAERAH TINGKAT II DELI SERDANG Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1986 Tanggal 6 Pebruari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi

BAB I PENDAHULUAN. baik dibutuhkan sarana kesehatan yang baik pula. keinginan yang bersumber dari kebutuhan hidup. Tentunya demand untuk menjadi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum kesehatan merupakan salah satu aspek yang menentukan tinggi rendahnya standar hidup seseorang (Todaro,2000). Oleh karena itu, status kesehatan yang relatif

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi di bidang transportasi sangat membantu manusia dalam menghemat waktu perjalanan yang tadinya berlangsung sangat lama menjadi lebih cepat. Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang, yang sedang melakukan pembangunan dalam segala bidang. Pembangunan ini dilaksanakan baik diperkotaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Untuk mengetahui lebih jelas tentang Kota Medan, maka pada bagian ini akan dideskripsikan mengenai Kota Medan secara utuh tentang lokasi dan komposisi, keadaan penduduk

Lebih terperinci

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389

BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar 389 BAB II. DESKRIPSI DESA NAMO RAMBE PADA TAHUN 1988 2.1. Kondisi Geografis Desa Namo Rambe merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Namo Rambe, Kabupaten Deli Serdang. Luas wilayahnya sekitar

Lebih terperinci

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak

BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN. dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak BAB II LETAK DAN LOKASI PENELITIAN 2.1 Kota Pematang Kota Pematang adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pariwisata merupakan suatu kegiatan yang berkaitan dengan wisata untuk menikmati produk-produk wisata baik itu keindahan alam maupun beraneka ragam kesenian

Lebih terperinci

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total

Tingkat pertumbuhan sekitar 1,48% per tahun dan tingkat kelahiran atau Total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Situasi dan kondisi Indonesia dalam bidang kependudukan, kualitasnya saat ini masih sangat memprihatinkan. Hal ini merupakan suatu fenomena yang memerlukan perhatian

Lebih terperinci