BAB V HISAB AWAL WAKTU SHALAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HISAB AWAL WAKTU SHALAT"

Transkripsi

1 BAB V HISAB AWAL WAKTU SHALAT A. Pengertian Shalat Secara etimologis kata shalat berarti do a. Dalam Al-Qur an kata shalat mengandung dua makna yaitu doa (QS. at-taubat : 103), berarti rahmat, dan mohon ampunan (QS. al-ahzab : 56). Dalam ayat 56 Surat al Ahzab tersebut, terdapat tiga tinjauan tentang makna shalat ataupun shalawat, yaitu apabila shalawat itu berasal dari umat Islam maka bermakna doa, yaitu medoakan kepada Nabi Muhammad saw agar senantiasa memperoleh rahmat yang agung dari Allah swt. Sedangkan apabila shawat itu berasal dari para Malaikat, maka shalawat itu berarti permohonan ampunan untuk Nabi Muhammad saw, sedangkan jika shalawat itu dari Allah swt, maka shalawat itu berarti pemberian rahmat yang agung dari Allah swt. 1 Sedangkan shalat dalam pengertian syar'i, para ulama' memberikan definisi yang nyaris tidak adak perbedaan, sebagaimana yang dapat ditemukan di dalam kitab-kitab fiqh. Para ulama memberikan pengertian yang simpel, dan jami' serta mani' yaitu suatu ibadah yang mengandung ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ihram dan di akhiri dengan salam, dengan syarat-syarat dan surun-rukun yang telah ditentukan. 2 B. Dasar Hukum Shalat Shalat merupakan ibadah yang pokok dalam Islam memiliki landasan yang sangat kuat, baik yang berkaitan dengan perintah wajib mendirikan shalat maupun tentang ketentuan waktu-waktunya. Misalnya dalam QS. An-Nur : 56, Nisa :103, Hud :114, Isra : 78, berikut : و أ ق يم وا الص الة و آت وا الز ك اة و أ ط يع وا الر س ول ل ع ل ك م ت ر ح م ون Dan dirikan shalat dan tunaikan zakat serta taatlah kepada Rasul, supaya kamu diberi rahmat (QS. An-Nur : 56) ق ي ام ا و ق ع ود ا و ع ل ى ج ن وب ك م ف إ ذ ا اط م أ ن ن ت م ف إ ذ ا ق ض ي ت م الص الة ف اذ ك ر وا للا ف أ ق يم وا الص الة إ ن الص الة ك ان ت ع ل ى ال م ؤ م ن ين ك ت اب ا م و ق وت ا Kemudian apabila kamu Telah merasa aman, Maka Dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman". (QS. an-nisa : 103). 1 Muhammad bin Abi Bakar bin Abdillah. tt. Mukhtar al-shihah, Juz I, Mesir : al- Amiriyah. tt, hlm Taqiyuddin Abi Bakar Muhammad Husain. Kifayatul Akhyar Fi Halli Gayatul Ikhtisar, Surabaya: Dar al-kitab al-islam. tt. Juz I, hlm. 82

2 و أ ق م الص الة ط ر ف ي الن ه ار و ز ل ف ا م ن الل ي ل إ ن ال ح س ن ات ي ذ ه ب ن الس ي ئ ات ذ ل ك ذ ك ر ى ل لذ اك ر ين Dan dirikanlah shalat itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang) dan pada bagian dari pada permulan malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapus (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah peringatan bagi orangorang yang ingat. (Q.S. Hud : 114) أ ق م الص الة ل د ل وك الش م س إ ل ى غ س ق الل ي ل و ق ر آن ال ف ج ر إ ن ق ر آن ال ف ج ر ك ان م ش ه ود ا Dirikanlah shalat dari sesudah matahari tergelincir sampai gelap malam dan (dirikanlah shalat) subuh. Sesungguhnya shalat subuh itu disaksikan (oleh malaikat) (QS. al-isra : 78) Demikian juga dalam hadits Rasulullah saw banyak disebutkan dasar dan waktu-waktu pelaksanaan shalat, antara lain sebagai berikut : Dari Abdullah bin Umar ra, Rasulullah saw bersabda : س ال م ع ل ى خ م س ش ه اد ة أ ن ل إ ل ه إ ل للا و أ ن م ح م د ا ر س ول للا و إ ق ا م ب ن ي ا ل الص ال ة و إ يت اء الز ك اة و ال ح ج و ص و م ر م ض ان "Islam dibangun (ditegakkan) atas lima dasar, yaitu persaksian tidak ada tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa Ramadhan". (HR. Bukhari). Hadits yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, An-Nasai`, At-Turmudzi dari Jabir ibn Abdullah r.a. sebagai berikut: إن النبي صل ى للا عليه وسل م جاء ه جبريل عليه السالم فقال له : قم فصل ه, فصل ى الظهر حين زالت الشمس. ثم جاء ه العصر فقال : قم فصل ه, فصل ى العصر حين صار ظل كل شيئ مثله. ثم جاء ه المغرب فقال : قم فصل ه, فصل ى المغرب حين وجبت الشمس. ثم جاء ه العشاء فقال: قم فصل ه, فصل ى العشاء حين غاب الش فق. ثم جاء ه الفجر فقال : قم فصل ه, فصل ى الفجر حين برق الفجر أو قال سطع الفجر. Bahwasanya Jibril a.s. datang kepada Nabi SAW, lalu berkata kepadanya: Bangaun dan bershalatlah, maka Nabi pun bershalat dzuhur di ketika telah tergelincir matahari. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu ashar, lalu berkata: Bangun dan bershalatlah, maka Nabi bershalat di ketika bayangan segala sesuatu itu menjadi sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang pula kepada Nabi pada waktu maghrib, lalu berkata: Bangun dan bershalatlah maka Nabi bershalat maghrib, di waktu telah terbenam matahari. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu Isya serta berkata: 58

3 Bangun dan bershalatlah maka Nabi bershalat Isya di waktu telah hilang mega-mega merah. Kemudian Jibril datang pula pada waktu shubuh, lalu berkata : Bangun dan shalatlah, maka Nabi bershalat shubuh ketika fajar telah telah cemerlang ثم جاء ه من الغد للظ هر فقال : قم فصل ه, فصل ى الظهر حين صار ظل ك ل شيئ مثله. ثم جاء ه العصر فقال : قم فصل ه, فصل ى العصر حين صار ظ ل كل شيئ مثليه. ثم جاء ه المغرب وقتا واحدا لم يزل عنه ثم جاء ه العشاء حين ذهب نصف الليل أوقال ثلث الليل, فصل ى العشاء. ثم جاء ه حين اسف ر جد ا فقال : قم فصل ه, فصل ى الفجر, ثم قال ما بين هذين الوقتين وقت Kemudian Jibril a.s. datang lagi kapada nabi pada waktu dzuhur. Jibril berkata: Bangun dan bershalatlah, maka Nabi bershalat dzuhur di ketika bayangan segala sesuatu telah menjadi sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu ashar, lalu berkata: Bangun dan bershalatlah ashar di ketika telah jadi bayangan segala sesuatu dua kali sepanjang dirinya. Kemudian Jibril datang lagi pada waktu maghrib sama seperti waktu beliau datang kemarin.kemudian datang lagi pada waktu isya di ketika telah berlalu separuh malam, atau sepertiga malam, maka Nabi pun shalat isya. Kemudian Jibril datang lagi di waktu fajar telah bersinar benar, lalu berkata: Bangun dan bershalatlah, maka Nabi pun bangun dan bershalat shubuh. Sesudah itu Jibril berkata: Waktu-waktu di antara kedua waktu ini, itulah waktu shalat. (HR. Imam Ahmad, Nasa i, dan Imam Turmudzi). Hadits yang diriwayatkan Imam Muslim dari Abdullah bin Amar r.a : عن عبد للا بن عمر رضى للا عنه قال ان النبى صلعم قال وقت الظهر اذا زالت الشمس وكان ظل كل الرجل كطوله مالم يحضر العصر ووقت العصر مالم تصفر الشمس ووقت صالة المغرب مالم يغب الشفق ووقت صالة العشاء الى نصف الليل ا لوسط ووقت صالة الصبح من طلوع الفجر مالم تطلع الشمس )رواه مسلم( Dari Abdullah bin Amar r.a berkata: Sabda Rasulullah saw; waktu Dzuhur apabila tergelincir matahari, sampai bayang-bayang seseorang sama dengan tingginya, yaitu selama belum datang waktu Ashar. Dan waktu Ashar selama matahari belum menguning. Dan waktu Maghrib selama Syafaq belum terbenam (mega merah). Dan sampai tengah malam yang pertegahan. Dan waktu Shubuh mulai fajar menyingsing sampai selama matahari belum terbit. ( HR. Muslim) C. Waktu-Waktu Shalat 1. Waktu Dzuhur. Waktu dzuhur dimulai sejak matahari tergelincir, yaitu sesaat setelah matahari meninggalkan titik kulminasi dan berakhir sampai awal waktu Ashar. Dalam hadits di atas, suatu hari Nabi Muhammad SAW melakukan shalat Dzuhur ketika matahari tergelincir" dan pada kesempatan lain beliau shalat Dhuhur saat "bayang-bayang sama panjang dengan dirinya. Hadits tersebut 59

4 tidak saling bertentangan, sebab daerah Saudi Arabia dengan lintang 20º - 30º (LU) memungkinkan saat matahari zawal panjang bayang-bayang suatu benda sama panjang dengan bendanya bahkan lebih. Seperti ketika deklinasi matahari - 23º (LS) berada jauh di selatan daerah Saudi Arabia, demikian juga berlaku terhadap awal shalat Ashar. 3 Perhatikan gambar di bawah ini : Gambar : 7 Gambar 10 Bayang-Bayang Saat Istiwa Pada waktu istiwa (waktu pertengahan) tidak selalu menunjukkan jam 12, hal ini tergantung pada nilai equatiuon of time (e). Waktu pertengahan saat matahari berada di meridian (Meridian Pass) yang dirumuskan MP = 12 e. Sesaat setelah waktu inilah sebagai permulaan waktu dzuhur menurut waktu pertengahan dan waktu ini pulalah sebagai pangkal hitungan untuk waktuwaktu shalat lainnya. 2. Waktu Ashar Waktu awal shalat Ashar dimulai saat panjang bayang-bayang suatu benda sama dengan bayang-bayangnya dan ditambah bayang-banyang pada saat matahari berkulminasi. Oleh karena panjang bayang-bayang matahari saat istiwa' (kulminasi) ditentukan selisih deklinasi matahari ( ) dan lintang tempat ( ) yang disebut jarak zenith (zm), maka waktu Ashar dimulai ketika bayang-bayang suatu benda yang sudah terbentuk saat kulminasi ( tan zm ) ditambah dengan sepanjang bendanya, dengan rumus : Cotan Ashar = tan zm + 1 atau Cotan Ashar = tan [ P-D] +1 Dengan kata lain, Cotangens ketinggian matahari pada awal Ashar sama dengan tangens jarak zenith titik pusat matahari pada saat berkulminasi ditambah satu. Jarak zenith-titik pusat matahari sama dengan harga mutlak lintang tempat dikurangi deklinasi matahari. Yang dimaksud dengan harga mutlak ialah harga tanpa tanda minus. Artinya jika hasil perhitungan zm itu berharga negatif, maka tanda minus nya dibuang Waktu Maghrib. 3 Ibid Taqiyuddin, hlm Loc. Cit. Abd. Salam. hlm

5 Waktu Maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai mega merah hilang, atau sampai awal waktu Isya. Matahari terbenam jika piringan matahari yang sebelah atas sudah berhimpit dengan ufuk mar'i. Titik pusat matahari pada saat itu sudah bergerak 1/2 garis tengah (semi diameter) yang disingkat SD matahari. Garis tengah (diameter) matahari besarnya rata-rata 32', jadi jarak titik pusat matahari dari ufuk sama dengan 1/2 x 32' = 16'. Untuk mendapatkan keadaan matahari terbenam dengan senyatanya, selain perlu koreksi semi diameter, juga perlu diperhitungkan refraksi saat menjelang matahari terbenam yang rata-rata 34' 30, dan koreksi kerendahan ufuk yang lambangnya D' dengan rumus : D' = 1.76 x m Hal ini berarti bahwa kerendahan ufuk dalam satuan menit busur sama dengan 1,76 dikalikan akan meter ketinggian tempat pengamat. Dengan demikian rumus tinggi matahari saat terbenam adalah Tinggi matahari saat terbenam = 0 SD Refraksi D' sama dengan sekitar - 1º Jikalau waktu Maghrib dimulai sejak matahari terbenam sampai mega merah hilang, sementara itu, mega merah diperkirakan hilang ketika matahari tenggelam ke bawah ufuq pada ketinggian -18º, maka waktu maghrib berlangsung kurang lebih 72 menit. 4. Waktu Isya' Waktu Isya dimulai sejak mega warna merah di ufuk barat sudah hilang. Artinya waktu isya' mulai masuk apabila gelap malam sudah sempurna karena tidak ada lagi pantulan cahaya matahari pada awan atau mega yang dapat ditangkap oleh mata. Kondisi ini terjadi pada saat ketinggian matahari sudah mencapai -18º, yang di dalam astronomi umum disebut dengan astronomical twilight. Ketinggian -18º untuk awal waktu shalat Isya' ini sebagaimana sikap Departemen Agama RI selama ini. 5 Sebagian ahli hisab mempergunakan ketinggian -17 º dan ada juga yang menggunakan kreteria -19 º. Tentu saja ketinggian tersebut masih perlu dikoreksi lagi dengan kerendahan ufuk. 6 Waktu Isya' akan berakhir ketika fajar shadik telah terbit, yaitu sampai masuk waktu subuh. 5. Waktu Imsak Waktu Imsak merupakan waktu ikhtiyath untuk memulai puasa. Dasarnya hadits dari Anas bin Zaid bin Tsabit, ia berkata Kami sahur bersama Nabi Muhammad SAW kemudian kami melakukan shalat (Shubuh) Saya berkata; berapa lama ukuran antara sahur dan Shubuh? Nabi bersabda : Seukuran membaca 50 ayat al-qur an!. Para Ulama berbeda pendapat tentang lama membaca 50 ayat tersebut, ada yang menyatakan lamanya seukuran melakukan wudhu, atau lamanya sekitar 12 menit. Menurut Zubair 5 Depag RI, Penentuan Awal Waktu Shalat Jakarta :Direktorat Jenderal Binbaga Islam Dirjen Binbapera., 1994b, hlm Loc. Cit Abd. Salam. hlm

6 Umar al Jelani lama membaca 50 ayat yang murattal adalah sekitar 7menit atau 8 menit 7. Sedangkan menurut H. Sa adoeddin Djambek biasa mempergunakan 10 menit sebelum Shubuh, yakni waktu Imsak merupakan waktu Shubuh WIB 0 j 10 m, pendapat yang terakhir inilah yang sering digunakan di kalangan Departemen Agama atau di berbagai program jadwal waktu sholat Waktu Shubuh. Waktu Shubuh dimulai sejak terbit fajar shodiq. Diketahui bahwa fajar pagi hari ada dua macam, yaitu fajar kadzib dan fajar shodiq. Fajar kadzib (fajar yang dusta) adalah fenomena pantulan sinar matahari menjelang pagi hari yang membentuk suasana berkas sinar terang yang memanjang ke atas. Dikatakan kadzib karena seberkas terang itu tidak menunjukkan datangnya waktu shubuh yang sebenarnya. Sementara yang disebut fajar shodiq merupakan fenomena fajar seberkas sinar terang menjelang pagi yang melebar dari di ufuq timur dari utara ke selatan, dan fajar inilah yang menunjukkan awal waktu shubuh yang sebenarnya. Dalam konteks peredaran matahari, fajar shodiq itu terbentuk apabila ketinggian matahari mencapai -20º di sebelah timur, dan saat itulah dimulai awal waktu shubuh sampai terbit matahari, yaitu apabila tinggi matahari -1º disebelah timur. 7. Waktu Terbit (Thulu ) Waktu terbit merupakan waktu berakhirnya waktu sholat shubuh yang ditandai dengan posisi matahari berada pada ketinggian matahari -1º di sebelah timur. 8. Waktu Dhuha. Dalam wacana fiqh, awal waktu Dhuha dimulai sejak matahari naik setinggi tombak (bi qodr al-romh). Pengertian setinggi tombak tersebut diaplikasikan dalam ukuran falakiyah apabila matahari naik setinggi 4º 30, yaitu kurang lebih 18 menit setelah terbit matahari. D. Hisab Awal Waktu Shalat 1. Data yang Diperlukan : Data yang diperlukan untuk hisab awal waktu shalat, sebagai berikut : a. Meridian Pass (MP) b. Sudut Waktu Matahari Awal Waktu Shalat ( t ) c. Koreksi Waktu Daerah (KWD) d. Ihthiyat a) Meridian Pass (MP) 7 Loc. Cit Umar Zubair Aljailani, hlm Loc. Cit Depag RI, 1994b. hlm

7 Saat matahari berkulminasi dinyatakan dengan istilah Meridian Pass (MP). Data saat kulminasi matahari dapat diperoleh dengan cara mengurangi Waktu Hakiki (waktu matahari) dengan Perata Waktu (Equation of Time, yang disimbolkan dengan e ). Dengan demikian MP dapat dirumuskan, MP = Kulminasi equation of time = 12 e. Waktu hakiki atau waktu matahari selalui menunjukkan pukul pada saat matahari berkulminasi. Perjalanan harian matahari tidak benarbenar rata. Satu putaran kadang ditempuh dalam 24 jam tepat, kadang kurang, dan kadang lebih. Akibatnya Waktu Hakiki itu boleh jadi berselisih beberapa menit dengan Waktu Pertengahan, atau jam arloji, yang jalannya benar-benar rata. Selisih antara Waktu Hakiki dengan Waktu Pertengahan itu disebut Perata Waktu. Jika perjalanan matahari itu lambat, nilai perata waktu negatif (-), dan jika cepat, harga perata waktunya positif (+). Lihat lampiran daftar Equation of Time. b) Sudut Waktu Matahari Awal Waktu Shalat ( t ) Sudut waktu (Hour Angle / fadl al-daair) adalah Jarak antara benda langit dengan titik kulminasinya atau sudut yang dibentuk oleh lingkaran deklinasi benda langit dengan lingkaran meridian. Sudut waktu ada dua : (1) Sudut waktu Positif (+) yaitu sudut waktu untuk benda langit yang sudah melewati titik kulminasinya, dari 0 sampai 180. (2) Sudut waktu Negatif (-) yaitu sudut waktu untuk benda langit yang belum melewati titik kulminasinya, dari 0 sampai Sudut waktu matahari dapat dicari dengan menggunakan data z (jarak zenith) atau data h (ketinggian matahari), dengan rumus : a) Cos t = - tan x tan - sec x sec x cos z b) Cos t = - tan x tan + sin h / cos / cos Penjelasan = Lintang Tempat = Deklinasi Matahari z = Jarak Zenith h = Ketinggian Matahari 1) Data Lintang Tempat dan Bujur Tempat Data ini dapat diperoleh dari buku-buku falak, almanak atau lainnya. Misalnya almanak Jamiliyah oleh Sa adudin Jambek, atau Atlas Der Gehele Aarde oleh Pr. Bos JF Meyer Jb, Wolter Groningen, Jakarta, tahun Lihat lampiran Daftar Lintang dan Bujur Tempat. 2) Data Deklinasi ( ) 63

8 Deklinasi matahari (mail al-syams) adalah jarak posisi matahari dengan ekuator langit diukur sepanjang lingkaran deklinasi atau lingkaran waktu. Nilai deklinasi matahari terbesar = - 23,5 (negatif) apabila matahari di selatan ekuator, atau 23.5 (positif) apabila matahari di utara equator. Perbedaan nilai deklinasi menentukan perbedaan waktu shalat. Lihat lampiran Data deklinasi. 3) Data z dan h Matahari awal waktu Shalat z adalah jarak zenith dan matahari, dan h adalah ketinggian matahari. data z dan h ini digunakan untuk mencari t (sudut waktu) matahari. Daftar data z dan h untuk awal waktu-waktu shalat, sbb : Tabel 11 Data z dan h Matahari Awal Waktu Shalat WAKTU z MATAHARI h MATAHARI Dhuhur Ashar Maghrib Isya Shubuh Imsak Syuruq Dhuha [ ] tan z = tan [ ] º 108º 110 º 112º 30 (Subuh 10 m ) 91 º 85 º º ( nilai t = 0 ) Cotan h = tan [ ] +1-1 º - 18 º - 20 º - 22 º 30-1º 4 º 30 Keterangan : Untuk z Maghrib dietapkan 91º dengan asumsi data 90 º sudut waktu matahari ketika titik pusat matahari persis pada garis horizon (ufuq), kemudian ditambah dengan 34 data refraksi matahari pada 0 º dan 16 merupakan data semi diameter matahari dan 10 adalah data kerendahan ufuq. Jadi 90º = 91º c) Koreksi Waktu Daerah (KWD) KWD = ((LMT ) / 15 ) = Bujur Daerah (markas) LMT = Lokal Maen Time (waktu standar daerah), yaitu : WIB =105 º, WITA = 120 º, WIT = 135 º d) Ihtiyath Yang dimaksud dengan ihtiyath suatu langkah pengamanan dalam menentukan waktu shalat dengan cara menambahkan atau mengurangkan waktu agar tidak mendahului awal waktu shalat atau tidak melampaui batas akhir waktu shalat. Para ahli hisab dalam menentukan waktu untuk ihtiyath 64

9 berbeda-beda, ada yang menetapkan 2 menit, 3 menit atau 4 menit. Pendapat yang umum dipakai adalah 2 menit untuk waktu ihtiyath Praktik Hisab Awal Waktu Shalat Menghitung Awal Waktu shalat didahului dengan menetapkan daerah Markaz Hisabnya. Berikut akan disampaikan perhitungan (hisab) awal waktu shalat (Dhuhur, Ashar, Maghrib, Isya', Shubuh, Terbit, Dhuha) untuk daerah kota Malang, tanggal 8 Mei 2008, dengan data astronomi sebagai berikut : a. Hisab Awal Waktu Sholat Dzuhur Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008, data yang dbutuhkan : a. Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 b. Bujur tempat ( ) = 112 º 36 c. Dekinasi Matahari ( ) = 17 º d. Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data z Dhuhur atau h Dhuhur (2) Mencari sudut waktu t dhuhur dengan rumus : Cos t dhuhur = - tan x tan + sec x sec x cos z (atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Waktu Dhuhur = (MP) + (t/15) + (KWD) + I Catatan : 1) t dhuhur adalah 0, maka yang dikerjakan langsung waktunya 2) t untuk Ashar, Maghrib, Isya bernilai positif (+), sedangkan untuk Shubuh, Terbit dan Dhuha bernilai negatif (-) Penghitungan Waktu Dhuhur MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 0 j 00 m 00 d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Dhuhur = 11 j 28 m 05 d 9 Ibid hlm. 9 Atau diuraikan tersusun ke bawah sbb : Kulminasi = 12 j 00 m 00 d E (equation of time) = 00 j 03 m 31 d - MP (Meridian Pass) = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 0 j 00 m 00 d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d + 65

10 = 11 j 26 m 05 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Dhuhur = 11 j 28 m 05 d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Dhuhur dengan rumus aplikasif sbb : Waktu Dhuhur = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + 0 / 15 + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + 0 / 15 + ( 105 o º 36 ) / º 2 exe shift o ' " Tampil pada layar 11 º Dengan demikian awal waktu Dhuhur untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 11 j 28 m 05 d b. Hisab Awal Waktu Ashar Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008, dengan data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (2) Mencari data z Ashar atau h Ashar (3) Mencari sudut waktu t Ashar dengan rumus : Cos t Ashar = - tan x tan + sec x sec x cos z (atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Waktu Ashar = (MP) + (t/15) + (KWD) + I Penghitungan Waktu Ashar : Menggunakan data z matahari (1) Tan z Ashar = tan [ ] + 1 z Ashar = shift tan (tan abs ( -7 º º ) + 1) z Ashar = = 55 º (2) Cos t Ashar = - tan x tan + sec x sec x cos z t Ashar = Shift cos ( - tan -7º 59 x tan 17 º /cos -7º 59 x 1/cos 17 º x cos 55 º ) t Ashar = = 50 º Atau Menggunakan data h matahari : (1) Cotan h Ashar = tan [ ] + 1 h Ashar = shift tan (1/(tan abs ( -7 º º )+1)) h Ashar = = 34 º (2) Cos t Ashar = - tan x tan + sin h / cos / cos 66

11 t Ashar = Shift cos ( - tan -7 º 59 x tan 17 º sin 34 º / cos -7º 59' / cos 17 º ) t Ashar = = 50 º (3) Waktu Ashar : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 50 º / 15 = 3 j 21 m d KWD = ((105 º º 36 ) / 15) = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Ashar = 14 j 49 m d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Ashar dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Ashar = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin ( shift tan (1 / (tan abs ( - ) + 1))) / cos / cos ) / 15) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin ( shift tan ( 1 / ( tan abs ( - 7 º º ) + 1 ) ) ) / cos - 7 º 59 ' / cos 17 º ) / 15 + ( 105 o º 36 ) / o 2' exe shift o ' " Tampil pada layar 14 º Dengan demikian awal waktu Ashar untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 14 j 49 m d c. Hisab Awal Waktu Maghrib Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data z Maghrib (2) Mencari sudut waktu t Maghrib dengan rumus : Cos t Maghrib = - tan x tan + sec x sec x cos z (3) Waktu Maghrib = (MP) + (t/15) + (KWD) + I Penghitungan : Menggunakan data z matahari. (1) z Maghrib = 91º (2) Cos t Maghrib = - tan x tan + sec x sec x cos z t Maghrib = Shift cos ( - tan -7º 59 x tan 17 º /cos 67

12 -7º 59 x 1/cos 17 º x cos 91º) t Maghrib = = 88 º (3) Waktu Maghrib : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 88 º / 15 = 5 j 54 m d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Maghrib = 7 j 22 m d Secara praktis dengan menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Maghrib dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Maghrib = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin -1º / cos / cos ) / 15 + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin -1º / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 + ( 105 o º 36 ) / o 2' exe shift o ' " Tampil pada layar 17 º Dengan demikian awal waktu Maghrib untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 17 j 22 m d d. Hisab Awal Waktu Isya, Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data h Isya (2) Cos t Isya = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I Penghitungan : Menggunakan data z matahari. (1) h Isya = - 18 º (2) Cos t Isya = - tan x tan + sin h / cos / cos t Isya = Shift cos ( - tan -7 º 59 x tan 17 º

13 sin -18 º / cos -7º 59 / cos 17 º ) t Isya = = 106 º (3) Waktu Isya : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 106 º / 15 = 7 j 5 m d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Isya = 18 j 33 m d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Isya' dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Isya = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin - 18 º / cos / cos ) / 15 ) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin -18 º / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 + ( 105 o º 36 ) / o o ' " Tampil pada layar 18 º 2' exe shift Dengan demikian awal waktu Isya' untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut : baca : 18 j 33 m d e. Hisab Awal Waktu Imsak Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data z Imsak (2) Cos t Imsak = - tan x tan + sec x sec x cos z (3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I Penghitungan : Menggunakan data z matahari. (1) z Imsak = 112 º 30 (2) Cos t Imsak = - tan x tan + sec x sec x cos z t Imsak = Shift cos ( - tan -7º 59 x tan 17 º /cos 69

14 -7º 59 x 1/cos 17 º x cos 112 º 30 ) t Imsak = = 111 º 10 7,8 (3) Waktu Imsak : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 111 º 10 7,8 / 15 = - 7 j 24 m 40,52 d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Imsak = 4 j 03 m d Catatan : 1) t Imsak, Shubuh, Thulu dan Dzuha bernilai negatif ( - ) 2) Pada dasarnya untuk mencari waktu Imsak pada dasarnya cukup dengan cara awak waktu shubuh dikurangi 10 menit Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Imsak dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Imsak = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin - 22 º 30' / cos / cos ) / 15 ) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + ( - Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin - 22 º 30' / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 ) + ( 105 o º 36 ) / o 2' exe shift o ' " Tampil pada layar 4 º Dengan demikian awal waktu Imsak untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 4 j 03 m d f. Hisab Awal Waktu Shubuh Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data h Shubuh (2) Cos t Shubuh = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I 70

15 Penghitungan : Menggunakan data h matahari : (1) h Shubuh = -20 º (2) Cos t Shubuh = - tan x tan + sin h / cos / cos t Shubuh = Shift cos ( - tan -7 º 59 x tan 17 º sin - 20 º / cos -7º 59 / cos 17 º ) t Shubuh = = 108 º 33 1,48 (3) Waktu Shubuh : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 108 º 33 1,48 / 15 = - 7 j 14 m 12.1 d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Shubuh = 4 j 13 m 52,9 d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Shubuh dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Shubuh = (MP) + ( - t / 15 ) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin - 20º / cos / cos ) / 15 ) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + ( - Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin - 20 º / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 ) + ( 105 o º 36 ) / o 2' exe shift o ' " Tampil pada layar 4 º Dengan demikian awal waktu Shubuh untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 4 j 13 m 52.9 d g. Hisab Awal Waktu Thulu (Terbit) Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data z Thulu' atau h Thulu' (2) Cos t Thulu = - tan x tan + sec x sec x cos z (atau) = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I 71

16 Penghitungan : Menggunakan data z matahari. (1) z Thulu = 91 º (2) Cos t Thulu = - tan x tan + sec x sec x cos z t Thulu = Shift cos ( - tan -7º 59 x tan 17 º /cos -7º 59 x 1/cos 17 º x cos 91 º ) t Thulu = = 88 º (3) Waktu Thulu : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 88 º / 15 = - 5 j 54 m d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Thulu = 5 j 33 m d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan waktu Thulu' dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Thulu = (MP) + ( - t / 15 ) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin - 1 º / cos / cos ) / 15 ) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + ( - Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin - 1 º / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 ) + ( 105 o º 36 ) / o 2' exe shift o ' " Tampil pada layar 5 º Dengan demikian awal waktu Thulu' untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 5 j 33 m d h. Hisab Awal Waktu Dhuha Kota Malang, tanggal 8 Mei 2008 Data : Lintang tempat ( ) = - 7 º 59 Bujur tempat ( ) = 112 º 36 Dekinasi Matahari ( ) = 17 º Equation of time (e) = 03 m 31 d Langkah-Langkah Penghitungan: (1) Mencari data h Dhuha (2) Cos t Dhuha = - tan x tan + sin h / cos / cos (3) Awal Waktu = (MP) + (t/15) + (KWD) + I 72

17 Penghitungan : Menggunakan data h matahari : (1) h Dhuha = 4 º 30 (2) Cos t Dhuha = - tan x tan + sin h / cos / cos t Dhuha = Shift cos ( - tan -7 º 59 x tan 17 º sin 4 º 30 / cos -7º 59 / cos 17 º ) t Dhuha = = 82 º (3) Waktu Dhuha : MP = (12-e) = 12 j - 03 m 31 d = 11 j 56 m 29 d t / 15 = 82 º = - 5 j 30 m d KWD = ((105 º º 36 ) / 15 = - 0 j 30 m 24 d Ihtiyath = 0 j 02 m 00 d + Waktu Dhuha = 5 j 57 m 6.12 d Secara praktis menggunakan kalkulator tipe casio fx 4500 dapat dilakukan penghitungan awal waktu Dhuha dengan rumus aplikasi sbb : Waktu Dhuha = (MP) + (t/15) + (KWD) + I = 12 e + Shift cos ( - tan x tan + sin 4 º 30' / cos / cos ) / 15 ) + ( ) / º 2' Masukkan data astronominya dan tekan kalkulator secara berurutan : 12-0 o 3' 31" + ( - Shift cos ( - tan - 7 º 59 x tan 17 º sin 4 º 30' / cos - 7º 59' / cos 17 º ) / 15 ) + ( 105 o º 36 ) / 15 + shift o ' " Tampil pada layar 5 º o 2' exe Dengan demikian awal waktu Dhuha untuk daerah kota Malang pada tanggal 8 Mei 2008 sebagai berikut, baca : 5 j 57 m 6.12 d E. Membuat Jadwal Sholat 1. Persiapan Pembuatan Jadwal Waktu Shalat a. Menyediakan data Deklinasi Matahari ( ) dan Equiton Of Time (e). b. Menyiapkan data jarak zenith (z) matahari atau data Tinggi Matahari (h) untuk masing-masing waktu shalat. (sebagaimana tabel di atas) 73

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016

BAB IV ANALISIS. A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah. Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 BAB IV ANALISIS A. Landasan Penyusunan Konversi Kalender Waktu Shalat Antar Wilayah Dalam Kalender Nahdlatul Ulama Tahun 2016 1. Landasan Normatif Ada beberapa nash yang menjelaskan tentang waktu-waktu

Lebih terperinci

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky

PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky 2 PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT DATA EPHEMERIS HISAB RUKYAT Sriyatin Shadiq Al Falaky Contoh Perhitungan Awal Waktu Shalat dengan Data Ephemeris Hisab Rukyat (Hisabwin Version 1.0/1993 atau Winhisab Version

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT

PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT PENENTUAN AWAL AKHIR WAKTU SHOLAT Sholat 5 waktu sehari semalam adalah kewajiban setiap muslim/at dan salah satu rukun Islam. Sholat adalah amalan yang pertama kali dihisab di hari akhir. Jika sholat seorang

Lebih terperinci

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu

: Jarak titik pusat benda langit, sampai dengan Equator langit, di ukur sepanjang lingkaran waktu, dinamakan Deklinasi. Jika benda langit itu Al-daqaiq al-tamkiniyyah (Ar.) : Tenggang waktu yang diperlukan oleh Matahari sejak piringan atasnya menyentuh ufuk hakiki sampai terlepas dari ufuk mar i Altitude (ing) Bayang Asar Bujur tempat Deklinasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat

BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR. A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat 64 BAB IV ANALISIS TERHADAP HISAB RUKYAT WAKTU SALAT ASAR A. Analisis Kedudukan Bayang-Bayang Matahari Awal Waktu Salat Asar Beberapa Tempat di Kabupaten Semarang Penentuan salat lima waktu memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang

BAB I PENDAHULUAN. wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ibadah salat merupakan salah satu dari rukun Islam yang lima yang wajib dilakukan oleh setiap orang muslim dan menjadi persoalan yang signifikan ketika dihubungkan dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam

BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam BAB IV ANALISIS PEDOMAN WAKTU SHALAT SEPANJANG MASA KARYA SAĀDOE DDIN DJAMBEK A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Saādoe ddin Djambek dalam Pembuatan Pedoman Waktu Shalat Sepanjang Masa Saādoe ddin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB ṠAMARĀT AL-FIKAR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Ṡamarāt al-fikar 1. Hisab Waktu Salat Kitab

Lebih terperinci

DI BULAN SUCI RAMADHAN

DI BULAN SUCI RAMADHAN AMALAN-AMALAN DI BULAN SUCI RAMADHAN Disusun Oleh: Mohammad Iqbal Ghazali. MA Murajaah : Abu Ziyad ا عمال رمضانية Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1428 2007 AMALAN-AMALAN DI BULAN SUCI RAMADHAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KALIBRASI JAM WAKTU SALAT DI MASJID AGUNG BAITUNNUR PATI DAN MASJID JAMI KAJEN SERTA KOMPARASINYA

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KALIBRASI JAM WAKTU SALAT DI MASJID AGUNG BAITUNNUR PATI DAN MASJID JAMI KAJEN SERTA KOMPARASINYA 61 BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN KALIBRASI JAM WAKTU SALAT DI MASJID AGUNG BAITUNNUR PATI DAN MASJID JAMI KAJEN SERTA KOMPARASINYA A. Analisis Pelaksanaan Kalibrasi Jam Waktu Salat di Masjid Agung Baitunnur

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10

BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 BAB IV ANALISIS METODE HISAB WAKTU SALAT DALAM PROGRAM SHOLLU VERSI 3.10 A. Analisis Metode Hisab Waktu Salat Program Shollu Versi 3.10 Karya Ebta Setiawan Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat

Lebih terperinci

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris

Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris Shubuh Terlalu Dini; Bukti Empiris Ahad, 6 Agustus 2009 diadakan kajian ilmiah dengan tema Sudahkah Kita Sholat Subuh Tepat pada Waktunya?. Acara menghadirkan pembicara Syaikh Mamduh Farhan al-buhairi

Lebih terperinci

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT

APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT APLIKASI SEGITIGA BOLA DALAM RUMUS-RUMUS HISAB RUKYAT Disampaikan pada : Kegiatan Pembinaan dan Orientasi Hisab Rukyat Hisab dan Rukyat di Lingkungan PA/MA Direktorat Pranata dan Tata Laksana Perkara Perdata

Lebih terperinci

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311(

)فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311( CONTOH PERHITUNGAN AWAL WAKTU SHALAT A. AYAT-AYAT AL-QUR'AN DAN HADITS TENTANG WAKTU SHALAT )النساء )13 الباري البن حجر )فتح - ج / 2 ص )311 )فتح الباري البن حجر - ج / 2 ص 311( B. PERHITUNGAN AWAL WAKTU

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM BENCET KARYA KIAI MISHBACHUL MUNIR MAGELANG A. Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam Bencet Karya K. Mishbachul Munir

Lebih terperinci

Halaman Jud ul. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM

Halaman Jud ul. Oleh. Drs. H. Nabhan Maspoetra, MM Halaman Jud ul Oleh Drs. H. Nabhan Maspetra, MM I. PENDAHULUAN II. AYATAYAT ALQUR'AN DAN HADITS TENTANG WAKTU SHALAT )النساء( )فتح الباري البن حجر ج / 2 ص( 1 )فتح الباري البن حجر ج / ص( B. RUMUS PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DAN AKURASI BENCET DI PONDOK PESANTREN AL-MAHFUDZ SEBLAK DIWEK JOMBANG SEBAGAI PENUNJUK WAKTU SALAT A. Analisis Bencet di Pondok Pesantren Al-Mahfudz Seblak Diwek Jombang. 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya Ilmu Falak merupakan salah satu disiplin ilmu pengetahuan yang sangat besar sumbangsihnya bagi pelaksanaan tugastugas umat manusia, baik tugas keagamaan

Lebih terperinci

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah

DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah DAFTAR TERJEMAH No. BAB Hal Terjemah 1 1 Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-nya sebelum datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi). (QS. Az-Zumar: 54).

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH BAB IV ANALISIS PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH A. Analisis Metode Perhitungan dan Penyusunan Jadwal Waktu Salat Pada jaman dahulu, penentuan waktu-waktu

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD. A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHOZALI DALAM KITAB IRSYÂD AL-MURÎD A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat Ahmad Ghozali dalam Kitab Irsyâd al-murîd 1. Metode hisab awal waktu salat

Lebih terperinci

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11

BAHAN AJAR ILMU FALAK I. Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. ajar Ilmu Falak 11 BAHAN AJAR ILMU FALAK I Dosen Pengampu : H. ACHMAD MULYADI, M.Ag. didik@bahan ajar Ilmu Falak 11 SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PAMEKASAN 2015 PENENTUAN ARAH KIBLAT A. MODEL-MODEL PENENTUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olehnya yang terus berdinamika dan bergerak maju, dan tak akan pernah kembali

BAB I PENDAHULUAN. olehnya yang terus berdinamika dan bergerak maju, dan tak akan pernah kembali BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Al-Qur an memuat sumpah tentang waktu. Menyatakan bahwa, sungguh akan merugi orang yang tidak menghargai waktu. Karena ia akan terlindas olehnya yang terus berdinamika

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH

BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH BAB IV ANALISIS UJI VERIFIKASI PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT ZUBAIR UMAR AL-JAILANI DALAM KITAB AL-KHULASAH AL-WAFIYAH A. Analisis Metode Perhitungan Awal Waktu Salat KH. Zubair Umar Al- Jailani dalam Kitab

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu

BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED. A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu BAB IV ANALISIS HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM PROGRAM JAM WAKTU SALAT LED A. Algoritma penentuan awal waktu Salat dalam Program Jam Waktu Salat Duwi Arsana LED Dalam bab III telah penulis jelaskan, bahwa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA

BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA BAB IV ANALISIS METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK METHODA AL-QOTRU KARYA QOTRUN NADA A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak Methoda Al- Qotru Salat adalah ibadah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB

BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB BAB IV ANALISIS PERBANDINGAN HISAB IRTIFA HILAL MENURUT ALMANAK NAUTIKA DAN NEWCOMB 1. Analisis Metode Hisab Irtifa Hilal Menurut Sistem Almanak Nautika Dalam hisab awal bulan Qamariyah, hasil ketinggian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013

BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 BAB IV ANALISIS FORMULA PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN THEODOLIT DALAM BUKU EPHEMERIS HISAB RUKYAT 2013 A. Konsep Penentuan Arah Kiblat Dengan Theodolit Dalam Buku Ephemeris Hisab Rukyat 2013 Konsep penentuan

Lebih terperinci

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH

BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH BAB II HISAB AWAL BULAN QAMARIYAH A. Pengertian Awal Bulan Qamariyah Penanggalan adalah sistem satuan satuan ukuran waktu yang digunakan untuk mencatat peristiwa peristiwa penting, baik mengenai kehidupan

Lebih terperinci

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain

A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi Bulan dan Lintang Tempat dalam menghitung Ketinggian Hilal menurut Kitab Sullam an-nayyirain BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN KEDUDUKAN DEKLINASI BULAN DAN LINTANG TEMPAT DALAM MENGHITUNG KETINGGIAN HILAL DALAM KITAB SULLAM AN-NAYYIRAIN DAN ALMANAK NAUTIKA A. Analisis Fungsi dan Kedudukan Deklinasi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52

RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52 RANCANG BANGUN INDIKATOR JAM SHOLAT ABADI MENGGUNAKAN ATMEL 89S52 Ery Safrianti, Feranita, Romi Ardiles Jurusan Elektro Fakultas Teknik Universitas Riau e-mail : erysafrianti@yahoo.co.id ABSTRAK Sholat

Lebih terperinci

WAKTU SHALAT DAN PUASA DI DAERAH KUTUB (PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANTARA SAADOE DDIN DJAMBEK DAN AGUS MUSTOFA) SKRIPSI. Oleh: JUMARI ARDIYANDI

WAKTU SHALAT DAN PUASA DI DAERAH KUTUB (PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANTARA SAADOE DDIN DJAMBEK DAN AGUS MUSTOFA) SKRIPSI. Oleh: JUMARI ARDIYANDI 1 WAKTU SHALAT DAN PUASA DI DAERAH KUTUB (PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANTARA SAADOE DDIN DJAMBEK DAN AGUS MUSTOFA) SKRIPSI Oleh: JUMARI ARDIYANDI 210113067 Pembimbing: Dr. H. Luthfi Hadi Aminuddin, M. Ag. NIP.197107142000031005

Lebih terperinci

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis

BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER. 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis 63 BAB IV UJI AKURASI AWAL WAKTU SHALAT SHUBUH DENGAN SKY QUALITY METER 4.1 Hisab Awal Waktu Shalat Shubuh dengan Sky Quality Meter : Analisis dan Interpretasi Data Pengamatan kecerlangan langit menggunakan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an 10-06-2017 15 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Keutamaan Akrab Dengan Al Qur an Al-Bukhari 4632, 4633, 4637, 4638, 4639 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT. Oleh: A. Frangky Soleiman

PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT. Oleh: A. Frangky Soleiman PENENTUAN AWAL WAKTU SHALAT Oleh: A. Frangky Soleiman ABSTRAK Awal waktu shalat merupakan perhitungan yang ditetapkan dengan berdasarkan garis edar matahari atau penelitian posisi matahari terhadap bumi,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN

BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN BAB IV ANALISIS HISAB WAKTU SALAT DALAM KITAB ILMU FALAK DAN HISAB KARYA K.R. MUHAMMAD WARDAN A. Analisis Perhitungan Waktu Salat dalam Kitab Ilmu Falak dan Hisab karya K.R. Muhammad Wardan Salat adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang

BAB 1 PENDAHULUAN. mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu Falak atau Ilmu astronomi ialah suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit seperti Matahari, Bulan, Bintangbintang dan benda-benda langit

Lebih terperinci

TELAAH KRITIS SYAFAQUL AHMAR

TELAAH KRITIS SYAFAQUL AHMAR ELFALAKY: Jurnal Ilmu Falak TELAAH KRITIS SYAFAQUL AHMAR DAN SYAFAQUL ABYADH TERHADAP AKHIR MAGHRIB DAN AWAL ISYA Siti Muslifah, M.S.I Dosen Ilmu Falak IAIN Jember Email: muslifah21@gmail.com Abstrak Penentuan

Lebih terperinci

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR STANDAR KOMPETENSI 13. Memahami tatacara shalat jama dan qashar KOMPETENSI DASAR 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktekkan shalat jama dan qashar A. Shalat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001

BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 BAB IV ANALISIS SISTEM HISAB AWAL WAKTU SALAT PROGRAM MAWAAQIT VERSI 2001 A. Analisis Sistem Hisab Awal Waktu Salat Program Mawaaqit Versi 2001 Sistem hisab waktu salat di Indonesia sangat beragam dan

Lebih terperinci

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT

METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT METODE PENENTUAN ARAH KIBLAT DENGAN TEODOLIT (Pendekatan Sistem Koordinat Geografik dan Ellipsoid) Oleh : Akhmad Syaikhu A. PERSIAPAN Untuk melakukan pengukuran arah kiblat suatu tempat atau kota dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Waktu merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dilepaskan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Waktu merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dilepaskan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waktu merupakan bagian terpenting yang tidak bisa dilepaskan oleh manusia. Dalam kajian astronomi dan falakiyah, terdapat dua pembagian waktu, yaitu waktu Matahari dan

Lebih terperinci

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM

MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM 15 MENTASHARUFKAN DANA ZAKAT UNTUK KEGIATAN PRODUKTIF DAN KEMASLAHATAN UMUM Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 8 Rabi ul Akhir 1402 H, bertepatan dengan tanggal 2 Februari

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR

BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR BAB IV ANALISIS TENTANG METODE PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DENGAN JAM ISTIWA DALAM KITAB SYAWARIQ AL-ANWAR A. Analisis Metode Penentuan Awal Waktu Salat dengan Jam Istiwa dalam Kitab Syawariq Al-Anwar Pada

Lebih terperinci

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN

ZAKAT PENGHASILAN. FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN 23 ZAKAT PENGHASILAN Majelis Ulama Indonesia, setelah FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 3 Tahun 2003 Tentang ZAKAT PENGHASILAN MENIMBANG : a. bahwa kedudukan hukum zakat penghasilan, baik penghasilan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada

BAB V PENUTUP. 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada BAB V PENUTUP A. Kesimpulan 1. Dalam hadits-hadits Nabi saw. waktu Shalat Isya dimulai pada saat hilangnya al-syafaq. Adapun al-syafaq yang dimaksud dalam hadits tersebut menurut Imam Syafi i dalam kitabnya

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]:

BAB IV KONSEP SAKIT. A. Ayat-ayat al-qur`an. 1. QS. Al-Baqarah [2]: BAB IV KONSEP SAKIT A. Ayat-ayat al-qur`an 1. QS. Al-Baqarah [2]: 155 156...و ب ش ر الص اب ر ين ال ذ ين إ ذ ا أ ص اب ت ه م م ص يب ة ق ال وا إ ن ا ل ل و و إ ن ا إ ل ي و ر اج عون. "...Dan sampaikanlah kabar

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa 07-06-2017 12 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Orang Yang Meninggal Namun Berhutang Puasa Al-Bukhari 1816, 1817, 563 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR

BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR BAB IV ANALISIS ASTRONOMI HISAB AWAL WAKTU SALAT DALAM KITAB SYAWĀRIQ AL-ANWĀR A. Analisis Hisab Waktu Salat Syawāriq al-anwār 1. Konsep Perhitungan Syawāriq al-anwār Gerak rotasi Bumi untuk sekali putaran

Lebih terperinci

JADWAL SHALAT WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI 21/05/2011 HISAB DAN DASAR PENENTUAN. Mempersembahkan : Oleh : Mutoha Arkanuddin

JADWAL SHALAT WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI 21/05/2011 HISAB DAN DASAR PENENTUAN. Mempersembahkan : Oleh : Mutoha Arkanuddin LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN ILMU FALAK (LP2IF) RUKYATUL HILAL INDONESIA (RHI) Mempersembahkan : HISAB DAN DASAR PENENTUAN Oleh : Mutoha Arkanuddin WAKTU SHALAT DALAM PERSPEKTIF SYAR I DAN ASTRONOMI

Lebih terperinci

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA

Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA Adzan Awal, Shalawat dan Syafaatul Ujma ADZAN AWAL, MEMBACA SHALAWAT NABI SAW, DAN SYAFA ATUL- UZHMA Penanya: Ferry al-firdaus, Dayeuhmanggung Rt. 01 / RW 05 Kec. Cilawu Garut Pertanyaan: Mohon penjelasan

Lebih terperinci

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013

JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 BAB III JADWAL WAKTU SALAT PERHITUNGAN TIM HISAB DAN RUKYAT HILAL SERTA PERHITUNGAN FALAKIYAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2013 A. Profil Tim Hisab dan Rukyat Hilal serta Perhitungan Falakiyah Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT

BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT 79 BAB IV ANALISIS FUNGSI DAN AKURASI JAM MATAHARI PERUMAHAN KOTABARU PARAHYANGAN PADALARANG JAWA BARAT A. Analisis Fungsi Jam Matahari di Perumahan Kotabaru Parahyangan Padalarang Jawa Barat Jam Matahari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun

BAB I PENDAHULUAN. Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Shalat fardhu merupakan salah satu ibadah dalam Islam. 1 Ia menempati rukun Islam kedua yang wajib dilaksanakan setiap muslim mukallaf (orang yang baligh lagi

Lebih terperinci

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN

BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN BEBERAPA MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN PUASA RAMADHAN NIAT Wajibnya Berniat Puasa Sebelum Terbit Fajar Shadiq (Waktu Subuh) Ketika Puasa Wajib Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam Barangsiapa yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah ilmu falak, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada

BAB I PENDAHULUAN. adalah ilmu falak, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah ilmu falak, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan pelaksanaan ibadah,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode

BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI. A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode BAB IV ANALISIS METODE PENGUKURAN ARAH KIBLAT SLAMET HAMBALI A. Analisis Konsep Pemikiran Slamet Hambali tentang Metode Pengukuran Arah Kiblat Sebagaimana yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa

Lebih terperinci

REEVALUASI KRITERIA PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA. Mustamar Iqbal Siregar

REEVALUASI KRITERIA PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA. Mustamar Iqbal Siregar REEVALUASI KRITERIA PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT DI INDONESIA Mustamar Iqbal Siregar Abstraks Artikel ini membahas tentang reevaluasi relevansi dalil nas dengan kriteria perhitungan awal waktu salat yang

Lebih terperinci

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR:

KOMPETENSI DASAR: INDIKATOR: SYARIAH - IBADAH KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi Syariah dan Rukun Islam Menganalisis fungsi masing-masing unsur dari Rukun Islam bagi kehidupan umat Islam INDIKATOR: Mendeskripsikan

Lebih terperinci

SHOLAT DAN ROKA AT YANG -BENAR SESUAI AL QUR AN

SHOLAT DAN ROKA AT YANG -BENAR SESUAI AL QUR AN المصدر SHOLAT DAN ROKA AT YANG -BENAR SESUAI AL QUR AN Dengan nama Allah page 1 / 84 Yang Maha Pengasih lagi Maha Terpuji Pertanyaan : Bagaimana sholat yang benar dan jumlah roka at berdasarkan Al-Qur'an?

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu ilmu pengetahuan yang sangat penting bagi umat Islam adalah ilmu falak 1, karena ilmu ini berkaitan dengan hal-hal yang ada hubungannya dengan pelaksanaan

Lebih terperinci

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H

Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Hisab Awal Bulan Sistem Ephemeris 1 Hisab Awal Bulan Syawwal 1434 H Kota Penentuan Brisbane Lintang tempat (φ) = 27 28' 45 LS Bujur tempat (λ) = 153 1 ' 40 BT Tinggi tempat =... 10 meter di atas laut 0.

Lebih terperinci

BAB II HISAB AWAL WAKTU SALAT. A. Pengertian Salat Menurut bahasa kata salat (الصالة) berasal dari kata

BAB II HISAB AWAL WAKTU SALAT. A. Pengertian Salat Menurut bahasa kata salat (الصالة) berasal dari kata BAB II HISAB AWAL WAKTU SALAT A. Pengertian Salat Menurut bahasa kata salat (الصالة) berasal dari kata yang berarti do a. 1 Dalam Kamus Besar (صال,يصلي,صالة) Bahasa Indonesia kata salat juga berarti do

Lebih terperinci

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH

MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH MENGENAL SISTEM WAKTU UNTUK KEPENTINGAN IBADAH Misbah Khusurur Dosen Fakultas Syari ah Institut Agama Islam Imam Ghozali (IAIIG) Cilacap Jl. Kemerdekaan Barat No. 1, Kesugihan, 53274 ABSTRAK Adanya perbedaan

Lebih terperinci

STANDAR KOMPETENSI. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi

STANDAR KOMPETENSI. Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi STANDAR KOMPETENSI Melaksanakan tatacara salat fardu dan sujud sahwi KOMPETENSI DASAR Menjelaskan tatacara salat lima waktu Menghafal bacaan-bacaan salat lima waktu Menjelaskan ketentuan waktu salat lima

Lebih terperinci

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H

INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H INFORMASI HILAL SAAT MATAHARI TERBENAM TANGGAL 2 JUNI 2011 M PENENTU AWAL BULAN RAJAB 1432 H Keteraturan peredaran Bulan dalam mengelilingi Bumi juga Bumi dan Bulan dalam mengelilingi Matahari memungkinkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR

BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR BAB IV ANALISIS KOMPARATIF METODE HISAB AWAL WAKTU SALAT AHMAD GHAZALI DALAM KITAB ANFA AL-WASÎLAH DAN NOOR AHMAD DALAM KITAB SYAWÂRIQ AL-ANWÂR A. Analisis Metode Hisab Awal Waktu Salat dalam Kitab Anfa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi

BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH. A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian. Matahari dalam Perspektif Astronomi BAB IV ANALISIS AWAL WAKTU SHUBUH A. Analisis Konsep Fajar Shadiq dalam Perspektif Fiqh dan Ketinggian Matahari dalam Perspektif Astronomi Dalam penetapan awal waktu shalat, data posisi matahari dalam

Lebih terperinci

BAB II KONSEP IHTIYÂTH AWAL WAKTU SALAT STUDI ANALISIS FIQIH DAN ASTRONOMI. sudah mukallaf. Kewajiban melaksanakan Salat ini dimulai dari saat nabi

BAB II KONSEP IHTIYÂTH AWAL WAKTU SALAT STUDI ANALISIS FIQIH DAN ASTRONOMI. sudah mukallaf. Kewajiban melaksanakan Salat ini dimulai dari saat nabi BAB II KONSEP IHTIYÂTH AWAL WAKTU SALAT STUDI ANALISIS FIQIH DAN ASTRONOMI A. Konsep Fiqih Waktu Salat a. Definisi Salat dan waktunya Salat adalah ibadah yang diwajibkan bagi setiap orang Islam yang sudah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN BINTANG SEBAGAI PENUNJUK ARAH KIBLAT KELOMPOK NELAYAN MINA KENCANA DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA A. Analisis Metode Penggunaan Bintang Sebagai Penunjuk Arah Kiblat

Lebih terperinci

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya:

SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT. Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT. Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: SAATNYA MENCOCOKKAN ARAH KIBLAT Oleh: Drs. H. Zaenal Hakim, S.H. 1. I.HUKUM MENGHADAP KIBLAT Firman Allah dalam Surat al-baqarah ayat 144: Artinya: Sungguh kami (sering) melihat mukamu menengadah ke langit[96],

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengamalkan dan menjadikan Islam sebagai pandangan hidup. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Zakiyah Daradjat, pendidikan Islam ialah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam secara menyeluruh.

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH Bagian IV : APLIKASI PERHITUNGAN UNTUK PENGGUNAAN SUNDIAL MIZWALA dengan Casio Power Graphic Fx-7400g Plus Sundial Mizwala Qibla Finder Sundial adalah instrumen penunjuk waktu

Lebih terperinci

Disebarluaskan melalui: website: TIDAK untuk tujuan KOMERSIL

Disebarluaskan melalui: website:    TIDAK untuk tujuan KOMERSIL Judul Penyusun Lay out : Ayo Shalat Bersamaku : Ummu Abdillah al-buthoniyyah : MRM Graph Disebarluaskan melalui: website: http://www.raudhatulmuhibbin.org e-mail: redaksi@raudhatulmuhibbin.org TIDAK untuk

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS Bagian III : Menghitung Deklinasi Matahari dan Equation of Time A. Pendahuluan Yang disebut dengan deklinasi (declination) adalah jarak sudut antara sebuah

Lebih terperinci

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI)

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) 24 Penggunaan Dana Zakat Untuk Istitsmar (Inventasi) FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor 4 Tahun 2003 Tentang PENGGUNAAN DANA ZAKAT UNTUK ISTITSMAR (INVESTASI) Majelis Ulama Indonesia, setelah MENIMBANG

Lebih terperinci

BAB II DASAR HUKUM WAKTU SALAT DAN TINJAUAN UMUM JAM MATAHARI ( BENCET ) Secara bahasa kata salat berasal dari akar kata صلى یصلى صلاة) ) yang

BAB II DASAR HUKUM WAKTU SALAT DAN TINJAUAN UMUM JAM MATAHARI ( BENCET ) Secara bahasa kata salat berasal dari akar kata صلى یصلى صلاة) ) yang BAB II DASAR HUKUM WAKTU SALAT DAN TINJAUAN UMUM JAM MATAHARI ( BENCET ) Secara bahasa kata salat berasal dari akar kata صلى یصلى صلاة) ) yang berarti do a. 1 Definisi salat juga dijelaskan dalam surat

Lebih terperinci

PERSPEKTIF SYAR I DAN SAINS AWAL WAKTU SHALAT

PERSPEKTIF SYAR I DAN SAINS AWAL WAKTU SHALAT Alimuddin PERSPEKTIF SYAR I DAN SAINS AWAL WAKTU SHALAT Alimuddin Dosen Fakultas Syari ah dan Hukum UIN Alauddin Makassar Abstrak Dalam perspektif ajaran Islam masalah ibadah merupakan ajaran dasar yang

Lebih terperinci

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR

BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR Standar Kompetensi (Fiqih) 13. Mema hami tatacara shalat jama dan qashar Kompetensi Dasar 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktek kan shalat jama dan qashar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Agama Islam merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan, bahkan termuat dalam undang-undang pendidikan nasional, karena pendidikan agama mutlak

Lebih terperinci

3 Syarat-Syarat Sahnya Shalat 84 Daftar Bahasan Masuknya waktu shalat Bersih dan suci dari hadats Pakaian dan badan yang suci Menutup aurat Menghadap kiblat Pertama. Masuknya waktu shalat Shalat wajib

Lebih terperinci

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS

PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS PROGRAM APLIKASI FALAKIYAH DENGAN fx-7400g PLUS Bagian III : Menghitung Deklinasi Matahari dan Equation of Time A. Pendahuluan Yang disebut dengan deklinasi (declination) adalah jarak sudut antara sebuah

Lebih terperinci

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh:

Sunnah menurut bahasa berarti: Sunnah menurut istilah: Ahli Hadis: Ahli Fiqh: AL-HADIS KOMPETENSI DASAR: Menganalisis kedudukan dan fungsi al-hadis dalam agama Islam. Mengidentifikasi berbagai karakteristik yang berkaitan dengan al-hadis INDIKATOR: Mendeskripsikan kedudukan dan

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan 30-05-2017 Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Fiqh Tarawih Al-Bukhari 1869-1873 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Donasi Pusat Kajian Hadis Salurkan sedekah jariyah Anda untuk

Lebih terperinci

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA?

APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? APA PEDOMANMU DALAM BERIBADAH KEPADA ALLAH TA'ALA? Publication : 1436 H_2015 M Apa Pedomanmu dalam Beribadah Kepada Allah Ta'ala? Disalin dari Majalah as-sunnah Ed.05 Thn.XIX_1436H/2015M e-book ini didownload

Lebih terperinci

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa

Ceramah Ramadhan 1433 H/2012 M Bagaimana Kita Merespon Perintah Puasa www.bersamadakwah.com 1 Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah Saat kita menunggu tamu istimewa datang, ada perasaan berharap untuk segera mendapatkan kepastian kedatangannya. Anggaplah ia pejabat, sahabat

Lebih terperinci

BAB II FIKIH WAKTU SALAT

BAB II FIKIH WAKTU SALAT BAB II FIKIH WAKTU SALAT A. Pengertian Salat صلي يصلي صالج Salat menurut bahasa (lughat) berasal dari kata yang mempunyai arti do a, 23 sebagaimana dalam al-qur an surat at- Taubat (9) ayat 103: Aartinya:

Lebih terperinci

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit

MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit MEMBUAT PROGRAM APLIKASI FALAK DENGAN CASIO POWER GRAPHIC fx-7400g PLUS Bagian II : Aplikasi Perhitungan untuk Penggunaan Teodolit Kalkulator sangat membantu proses perhitungan, apalagi jika memakai rumusrumus

Lebih terperinci

UNTUK KALANGAN SENDIRI

UNTUK KALANGAN SENDIRI SHALAT GERHANA A. Pengertian Shalat gerhana dalam bahasa arab sering disebut dengan istilah khusuf (الخسوف) dan jugakusuf (الكسوف) sekaligus. Secara bahasa, kedua istilah itu sebenarnya punya makna yang

Lebih terperinci

Ditulis oleh Administrator Selasa, 10 September :56 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 10 September :15

Ditulis oleh Administrator Selasa, 10 September :56 - Terakhir Diperbaharui Selasa, 10 September :15 Rasullullah pernah bersabda bahwa ada 3 hal yang menunjuk pada pintu kebaikan, yaitu puasa, sedekah yang bisa menghapus dosa dan mengerjakan sholat tahajjud di tengah malam. Sholat tahajjud merupakan salah

Lebih terperinci

Syarah Istighfar dan Taubat

Syarah Istighfar dan Taubat Syarah Istighfar dan Taubat Publication : 1438 H_2017 M SYARAH ISTIGHFAR DAN TAUBAT Disalin dari: Syarah Do'a dan Dzikir Hishnul Muslim oleh Madji bin Abdul Wahhab Ahmad, dengan koreksian Syaikh Dr. Sa'id

Lebih terperinci

Khutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah.

Khutbah Pertama. Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah. Khutbah Pertama Jamaah Jum'at yang dirahmati Allah. Mari pada kesempatan yang berharga ini kita sama-sama meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Kita memohon agar Allah SWT. menghidupkan kita dalam ketakwaan

Lebih terperinci

BAB II PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DAN DASAR PEMROGRAMAN PHP DAN MYSQL. waktu tersebut adalah wahyu Allah kepada Rasulullah ketika isra mi raj.

BAB II PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DAN DASAR PEMROGRAMAN PHP DAN MYSQL. waktu tersebut adalah wahyu Allah kepada Rasulullah ketika isra mi raj. BAB II PENENTUAN AWAL WAKTU SALAT DAN DASAR PEMROGRAMAN PHP DAN MYSQL A. Pengertian Salat Salat merupakan salah satu rukun Islam yang paling utama setelah kalimat syahadat. Sebagai salah satu rukun Islam,

Lebih terperinci

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar

Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar Tathbiq Ayat Penentuan Awal Waktu Salat Asar Oleh: Jayusman 1 Abstrak Penentuan awal waktu salat Asar bersifat ijtihadiyah. Ada tiga pendapat dalam penentuan awal waktu Asar ini; Kelompok pertama menyatakan

Lebih terperinci

KHUTBAH GERHANA MATAHARI

KHUTBAH GERHANA MATAHARI KHUTBAH GERHANA MATAHARI Khotbah I ا ل ح م د ل له ر ب ال ع ال م ي ن ا ل ذ ي خ ل ق ا لا ن س ان خ ل ي ف ة ف ي ا لا ر ض و ال ذ ي ج ع ل ك ل ش ي ي إ ع ت ب ار ا ل ل م ت ق ي ن و ج ع ل ف ى ق ل و ب ال م س ل م ي

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR

BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR BAB IV ANALISIS PEMIKIRAN HISAB ARAH KIBLAT KH. NOOR AHMAD SS DALAM KITAB SYAWAARIQUL ANWAAR A. Analisis metode hisab arah kiblat KH. Noor Ahmad SS dalam kitab Syawaariqul Anwaar. Rasa keingintahuan manusia

Lebih terperinci

TENTANG MA MUM MASBUQ

TENTANG MA MUM MASBUQ MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,

Lebih terperinci

URGENSI IHTIYATH DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT

URGENSI IHTIYATH DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT URGENSI IHTIYATH DALAM PERHITUNGAN AWAL WAKTU SALAT Jayusman Fakultas Ushuluddin IAIN Raden Intan Lampung Jl. Letkol Endro Suratmin, Sukarame, Bandar Lampung E-mail: jayusman_falak@yahoo.co.id Abstract:Urgency

Lebih terperinci

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam

Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam Serial Bimbingan & Penyuluhan Islam سلسلة توجيهات ا رشادية Disusun Oleh: Team Indonesia Murajaah : Abu Ziyad Maktab Dakwah Dan Bimbingan Jaliyat Rabwah 1429 2008 سلسلة توجيهات إرشادية باللغة الا ندونيسية

Lebih terperinci

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan

Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan. Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan 06-06-2017 11 Ramadhan Materi Kajian Kitab Kuning TVRI Edisi Ramadhan Tema: Mengganti Puasa Yang Ditinggalkan Al-Bukhari 1814, 1815 Narasumber: DR. Ahmad Lutfi Fathullah, MA Video kajian materi ini dapat

Lebih terperinci