BAB I PENDAHULUAN. perusahaan, mulai dari perusahaan kecil, perusahaan menengah, hingga perusahaan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan Ekonomi dapat dilihat dari berkembangnya berbagai jenis perusahaan, mulai dari perusahaan kecil, perusahaan menengah, hingga perusahaan besar dimana terdiri dari BUMN dan BUMS. Perusahaan-perusahaan tersebut yang tersebar luas di seluruh wilayah nusantara akan membuat perekonomian Indonesia dapat berputar kearah yang lebih baik bagi terciptanya masyarakat Indonesia yang berkemakmuran (Nasution, 2012). Perkembangan yang terjadi dalam dunia usaha secara umum menuntut suatu perusahaan untuk terus berkembang mengikuti arus perkembangan yang ada. Perusahaan dituntut untuk lebih meningkatkan kualitas pengelolaannya dan ketahanan ditengah sengitnya persaingan agar dapat mencapai hasil yang maksimal. Salah satu usaha untuk menciptakan ketahanan dan daya saing bagi perusahaan ialah dengan menggunakan audit internal. Audit Internal adalah suatu penilaian, yang dilakukan oleh pengawas perusahaan yang terlatih dalam ketelitian, dapat dipercaya, efisiensi dan kegunaan catatan-catatan (akuntansi) perusahaan, serta pengendalian intern yang terdapat dalam perusahaan. Peranan Audit Internal merupakan peran yang dilakukan seorang auditor untuk melakukan suatu penilaian secara sistematis dan objektif terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan untuk mengindentifikasi risiko yang dihadapi perusahaan (Eviyanti dan Siti Khairani, 2012). 1

2 2 Pada prinsipnya audit internal adalah suatu penilaian yang independen yang ada dalam suatu organisasi dengan tujuan untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan organisasi yang dilaksanakan. Bagian audit internal sangat penting dalam sebuah perusahaan bahwa audit internal dianggap sebagai elemen kunci dalam penerapan sistem akuntansi yang ada di perusahaan, dan membantu dalam mengevaluasi pekerjaan departemen. Tujuan dari audit internal adalah untuk memastikan apakah ada tugas dan tanggung jawab yang diberikan telah dilaksanakan sesuai dengan yang seharusnya. Untuk itu audit internal perlu melakukan pemeriksaan, penilaian, dan mencari fakta atau bukti guna memberikan rekomendasi kepada pihak manajemen untuk ditindak lanjuti. Salah satu temuan auditor internal diantaranya adalah penemuan kecurangan. Kecurangan terjadi antara lain disebabkan karena adanya tekanan, kesempatan untuk melakukan kecurangan, kelemahan sistem dan prosedur serta adanya pembenaran terhadap tindakan kecurangan tersebut (Al-Matari et al, 2013). Kegiatan audit internal menguji dan menilai efektifitas dan kecukupan sistem pengendalian intern yang ada dalam perusahaan. Tanpa fungsi audit internal, dewan direksi dan pimpinan unit tidak memiliki sumber informasi intern yang bebas mengenai kinerja perusahaan. Sebagai profesi, auditor internal mungkin mengalami kekeliruan dalam menjalankan tugas dan tanggung jawabnya. Banyak hal yang dihadapi oleh auditor internal, tanpa harus menciderai reputasi dan integritas profesi akuntan internal. Adapun fenomena yang terjadi berhubungan dengan profesi audit internal yang belum dilaksanakan dengan baik sehingga mempengaruhi kualitas laporan hasil

3 3 audit yang dihasilkan didalam suatu perusahaan, misalnya lambatnya sistem pengelolaan laporan keuangan, pemeriksaaan terhadap pengendalian internal yang belum dilaksanakan secara rutin, hasil pemeriksaan auditor disampaikan belum secara objektif dan jelas, lambatnya ketepatan dalam menerima laporan dari masing-masing unit kerja, serta rekomendasi yang diajukan oleh auditor internal tidak secara langsung ditindaklanjuti oleh auditee atau diterapkan di unit yang bersangkutan secara tepat waktu. Persoalan mungkin ini saja dapat terjadi pada Badan Usaha Milik Negara (BUMN), karena berhubungan dengan kepuasan pelayanan yang akan diterima oleh masyarakat (Angela, 2015). Kinerja yang kurang baik dari auditor internal dapat memicu terjadinya permasalahan yang saat ini tengah menimpa perusahaan-perusahaan BUMN di Indonesia. Kurang efektifnya kinerja auditor internal atau unit SPI tersebut tercermin pada proses pencatatan yang tidak/belum dilakukan secara akurat, tepat waktu dan tidak menaati ketentuan dari prosedur yang ada. Belum adanya kebijakan dan perlakuan akuntansi yang jelas, ketidakcermatan dalam melakukan perencanaan, belum dilakukannya koordinasi dari pihak yang terkait, penetapan/pelaksanaan kebijakan yang tidak tepat, belum ditetapkannya prosedur kegiatan, serta lemahnya sistem pengawasan dan pengendalian. Hal tersebut didasarkan atas informasi tentang temuan BPK yang berkaitan dengan bentuk lemahnya sistem pengendalian internal BUMN. Adapun informasi tentang temuan BPK berkaitan dengan bentuk lemahnya sistem pengendalian internal BUMN dijelaskan sebagai berikut :

4 4 Tabel 1.1 Daftar Kelompok dan Jenis Temuan BPK Kelemahan SPI No Kelompok dan jenis temuan Jumlah % Kasus 1 Pencatatan tidak/belum dilakukan atau tidak akurat 3 3,84 2 Proses penyusunan laporan tidak sesuai ketentuan 1 1,28 3 Perencanaan kegiatan tidak memadai 6 7,69 4 Penyimpangan terhadap ketentuan intern organisasi 3 3,84 5 Hilangnya potensi penerimaan/pendapatan 18 23,07 6 Peningkatan biaya/belanja 19 24,35 7 Entitas tidak memiliki SOP untuk suatu prosedur atau keseluruhan prosedur 8 10,25 SOP pada suatu entitas tidak berjalan secara 17 21,79 8 optimal atau tidak ditaaati 9 Tidak ada pemisahan tugas dan fungsi yang 2 2,61 memadai 10 Kelemahan SPI lainnya 1 1,28 Total Kelemahan Sistem Pengendalian Intern (Sumber: Ikhtisar Laporan Hasil Pemeriksaan BPK semester II tahun 2011) Hasil pemeriksaan BPK RI Semester II Tahun 2011 mengungkapkan bahwa dalam pemeriksaan operasional BUMN terdapat ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan yang mengakibatkan kerugian perusahaan, kekurangan penerimaan, administrasi dan ketidakefektifan. Ketidakpatuhan terhadap ketentuan perundang undangan meliputi 66 kasus senilai Rp ,19 juta yang merupakan temuan potensi kerugian yang memiliki implikasi nilai rupiah. Selain temuan tersebut, terdapat temuan kelemahan sistem pengendalian intern (SPI) dan administrasi yang tidak memiliki implikasi nilai uang tetapi memerlukan perbaikan SPI dan tindakan administratif (Ikhtisar Hasil Laporan Pemeriksaan BPK Semester II Tahun 2011).

5 5 Lemahnya sistem pengendalian internal perusahaan menyebabkan manajemen harus dapat meningkatkan fungsi pengendalian internal, karena ruang lingkup yang harus dikendalikan semakin luas dan kompleks. Semua perusahaan memerlukan fungsi audit internal. Pengendalian yang dilakukan harus secara efektif, sehingga dapat membantu manajemen dalam menjaga keamanan harta milik perusahaan, dapat dipercayanya laporan keuangan, meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasi serta mendorong ditaatinya setiap kebijakan yang telah ditetapkan (Rayana, 2015). Penerapan pengendalian internal ini sangat penting karena digunakan perusahaan untuk mengarahkan kegiatan operasional perusahaan, mencegah penyalahgunaan sistem yang diterapkan, dan melindungi aset yang dimiliki perusahaan. Salah satu aset yang berperan dalam operasional perusahaan adalah kas. Pengendalian internal pada kas sangat penting, karena sebagian besar transaksi-transaksi perusahaan dimulai dari kas dan diakhiri dengan kas pula, kesalahan-kesalahan pada pos kas umumnya menjadi tanda terjadinya kesalahan pada pos lainnya. Kas merupakan aset lancar yang paling likuid dan hampir setiap kegiatan operasional perusahaan berhubungan dengan kas, kas memiliki karakteristik yang tidak dimiliki aset lancar lainnya, yaitu kas tidak mudah diidentifikasi pemiliknya, dapat diuangkan segera, mudah dibawa-bawa, serta mudah untuk ditransfer dalam kurun waktu yang relatif cepat, sehingga kas merupakan aktiva yang paling mudah disalahgunakan (R. Ait Novatiani dan Athina Fitriana, 2011).

6 6 Pengendalian internal terbukti telah efektif terhadap kas dilihat dengan telah memenuhi unsur-unsur pengendalian internal. Sehubungan dengan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan terdahulu ternyata ada pengaruh yang kuat antara peranan audit internal terhadap efektifitas pengendalian internal kas (R.Ait Novatiani dan Athina Fitriana, 2011). Laporan keuangan melibatkan banyak pihak-pihak terkait sebelum akhirnya dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang akan di gunakan oleh shareholders untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan juga menunjukan apa yang telah dilakukan manajemen (stewardship), atau suatu pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya (IAI, 2015). Hasil dari pengambilan keputusan tentunya akan terkait erat dengan keberlangsungan perusahaan sehingga tuntutan terkait kualitas laporan keuangan sangat tinggi (Mutmainah, 2012). Hal ini menyatakan bahwa terdapat dua sudut pandang terlepas dari kedua pandangan dalam menilai baik atau tidaknya kualitas laporan keuangan yaitu bahwa kualitas berhubungan dengan kinerja keseluruhan perusahaan yang tergambarkan dari laba perusahaan dan bahwa kualitas berhubungan dengan kinerja saham perusahaan di pasar modal. Seiring dengan berkembangnya dunia bisnis, maka tingkat kecurangan dapat terjadi semakin tinggi. Sebagai contoh adalah tingkat kecurangan tinggi pada kas. Kecurangan dalam kas dikaitkan dengan kecurangan oleh pihak manajemen, walaupun semua kecurangan melibatkan bentuk kesalahan penyajian keuangan, untuk dapat digolongkan sebagai skema kecurangan laporan keuangan, laporan itu

7 7 sendiri harus memberi manfaat keuangan, baik langsung maupun tidak langsung kepada pelakunya (Ricky Bernandes & Rika Kharlina, 2013). Kas adalah salah satu akun yang ada didalam laporan keuangan serta merupakan harta yang sangat penting karena merupakan salah satu faktor untuk kelancaran kegiatan suatu perusahaan. Oleh karena itu audit kas sangat penting untuk meyakinkan kewajaran kas dan pengungkapannya dalam laporan keuangan perusahaan (Hendra, 2015). Kas dibutuhkan oleh setiap perusahan untuk menjalankan operasi perusahaan sehari-hari karena kas merupakan aset perusahaan yang paling likuid yang dapat digunakan dan diubah bentuknya menjadi aset lain. Kas merupakan pos akuntansi yang paling penting karena sebagian besar transaksi menyangkut dan berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan perkiraan kas. Oleh karena itu sifatnya yang likuid, kas mengandung risiko yang tinggi untuk disalahgunakan atau diselewengkan. Pengendalian kas tidak terlepas dari pengendalian internal. Untuk menilai keefektifan dan kelayakan pengendalian internal, maka diperlukan suatu bagian yang disebut dengan bagian audit internal (Hendra, 2015). Dalam fenomena di lapangan pada PT Finnet Indonesia masih ditemukan ketidakefektifan dalam pengelolaan, pencatatan dan pengendalian kas yang belum sesuai dengan kebijakan perusahaan dan prinsip-prinsip akuntansi. Misalnya pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas yang tidak dilakukan secara harian dan belum dilakukan rekonsiliasi kas dan bank secara harian, mingguan, dan bulanan. Hal ini dapat dilihat belum diketahuinya saldo kas/bank secara harian atau bulanan secara akurat, jika dibandingkan dengan laporan keuangan bulanan pada

8 8 PT. Finnet Indonesia. Tidak Efektifnya pengendalian internal kas yang telah dijalankan menandakan kurangnya peranan audit internal yang ada di perusahaan. Dengan adanya audit internal seharusnya pencatatan transaksi kas/bank dapat dilakukan secara harian sehingga apabila terdapat selisih dalam pencatatan segera diketahui penyebabnya sehingga yang disajikan dalam pelaporan keuangan didukung dengan data-data kas/bank yang dapat di pertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlunya diciptakan pengendalian internal atas kas/bank yang baik dan diharapkan segala penyalahgunaan kas/bank dan kelalaian dalam pengelolaan kas dapat ditekan serendah mungkin. Maka peranan audit internal sangat dibutuhkan dalam menunjang pengelolaan kas/bank yang dijalankan oleh perusahaan, masalah kas/bank merupakan masalah penting bagi perusahaan, karena kas/bank memegang peranan penting dalam perusahaan (Ricky Bernandes dan Rika Kharlina, 2013). PT Finnet Indonesia adalah anak perusahaan PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) yang bergerak di bidang sistem pembayaran elektronik. PT. Finnet didirikan oleh PT.Telkom dalam bentuk joint venture company antara anak perusahaan PT. Telkom yaitu Multimedia Nusantara dengan PT Mekar Prana Indah (MPI) yang sahamnya dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKBI). Pendirian Finnet adalah langkah nyata PT. Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dalam rangka menangkap peluang pasar dalam menyediakan layanan sistem pembayaran secara elektronik untuk perbankan atau semua sektor yang berkaitan dengan transaksi finansial elektronik.

9 9 Berdasarkan fenomena dan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang audit internal yang merupakan salah satu bagian dari pengendalian internal pada PT Finnet Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, penulis mengambil judul untuk penulisan skripsi yaitu Peranan Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Kas Perusahaan. Penelitian ini merupakan studi kasus pada perusahaan PT Finnet Indonesia. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis mengidentifikasikan masalah sebagai berikut: 1. Apakah pelaksanaan audit internal pada PT Finnet Indonesia Jakarta sudah memadai. 2. Apakah pelaksanaan pengendalian internal kas pada PT Finnet Indonesia Jakarta sudah efektif. 3. Apakah audit internal berperan dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas perusahaan pada PT Finnet Indonesia Jakarta. 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dan tujuan penelitian ini adalah sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menempuh Ujian Sarjana Ekonomi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama dan untuk menghasilkan kebenaran atas

10 10 topik permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya, yaitu: 1. Untuk mengetahui pelaksanaan audit internal yang memadai pada PT. Finnet Indonesia Jakarta. 2. Untuk mengetahui pelaksanaan pengendalian internal kas pada PT. Finnet Indonesia Jakarta. 3. Untuk mengetahui peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas perusahaan pada PT Finnet Indonesia Jakarta. 1.4 Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi banyak pihak. Adapun kegunaan dalam penelitian ini diarahkan pada kegunaan praktis dan kegunaan teoritis, sebagai berikut: Kegunaan Praktis 1. Bagi Peneliti Hasil dari penelitian ini dapat memberikan pengetahuan peneliti untuk mengetahui tentang peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas perusahaan pada PT. Finnet Indonesia Jakarta. Selain itu sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana di Fakultas Ekonomi Program Studi Akuntansi Universitas Widyatama.

11 11 2. Bagi Akademisi Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan literatur bagi penelitian selanjutnya untuk menganalisis lebih lanjut mengenai peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas perusahaan di PT. Finnet Indonesia Jakarta. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan acuan untuk mengkaji topiktopik yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. 3. Bagi Perusahaan Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran berupa masukan dan saran dalam mengembangkan atau menyempurnakan peranan audit internal untuk meningkatkan efektivitas penggunaan kas perusahaan. 4. Bagi Pihak Lain Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumbangan pemikiran, pengetahuan, informasi, dan referensi yang berkaitan dengan bidang audit internal dan pengendalian internal kas Kegunaan Teoritis Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah menjadi tambahan referensi atau rujukan mengenai peranan audit internal dalam menunjang efektivitas pengendalian internal kas perusahaan pada PT. Finnet Indonesia Jakarta.

12 Lokasi dan Waktu Penelitian Dalam penyusunan skripsi ini penulis melakukan penelitian pada PT Finnet Indonesia yang beralamat di Jl. Jend. Gatot Subroto Kav Jakarta Kota Jakarta. Adapun pelaksanaan waktu penelitian dilakukan pada bulan April 2017 sampai dengan bulan Juli 2017.