FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA"

Transkripsi

1 TESIS FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 i

2 TESIS FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA DEWA AYU NIDA GUSTIKAWATI NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2014 ii

3 Tesis Ini Telah Diuji Tanggal: 17 Juni 2014 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1755/UN14.4/HK/2014 Tanggal: 17 Juni 2014 Ketua : Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si Anggota : 1. dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH 2. Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M. Repro., PA (K) 3. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc., Sp.And 4. Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos.,MM iii

4 iv Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 17 JUNI 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH NIP NIP Mengetahui: Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH Prof. Dr. dr. A.A Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP NIP iv

5 SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT NAMA : Dewa Ayu Nida Gustikawati NIM : PROGRAM STUDI : Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat JUDUL TESIS : FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 17 Juni 2014 Yang Membuat Pernyataan, Dewa Ayu Nida Gustikawati NIM v

6 UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung wara nugraha-nya tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi sebagai Pembimbing I yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, semangat, bimbingan, dan saran selama penulis mengikuti program pascasarjana khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada dr. Ni Luh Putu Lila Wulandari, MPH sebagai Pembimbing II dengan penuh perhatian dan kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis. Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika. Sp.PD., KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Ucapan terimakasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Strata 2 Pascasarjana Universitas Udayana. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih kepada Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat serta sebagai dosen PA. Ucapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis, yaitu Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro., PA (K) selaku penguji I, Prof. Dr. dr Alex Pangkahila, MSc., Sp. And selaku penguji II, serta Dr. I Putu Ganda Wijaya, S.Sos., MM selaku penguji III yang telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan kepada seluruh guru serta dosen yang telah vi

7 vii membimbing penulis, mulai dari sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Juga penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak dan Ibu yang telah mengasuh dan membesarkan penulis hingga seperti sekarang ini. Akhirnya penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada suami tercinta dr.i Ketut Wintara yang tidak hentihentinya memberikan dukungan mental dan material serta anak-anak tercinta Gede Cakka Winanjaya Pratama dan Made Windasari Agistya Putri yang dengan penuh pengorbanan telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk lebih berkonsentrasi dalam menyelesaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada seluruh informan yang membantu terlaksananya proses penelitian khusunya dalam pengambilan data penelitian. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini, serta kepada penulis sekeluarga. Denpasar, 17 Juni 2014 Penulis vii

8 ABSTRAK FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA Program keluarga berencana merupakan suatu upaya untuk mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Upaya yang dilakukan untuk mensukseskan program KB yaitu dengan meningkatkan pemakaian kontrasepsi jangka panjang. Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dengan teknik FGD serta In-depth interview. FGD dilakukan pada informan kunci yaitu 10 istri pasangan usia subur pengguna implant dan 10 istri pasangan usia subur bukan pengguna implant. Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua serta suami. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor pendukung dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: tersedianya alat kontrasepsi implant, terjangkaunya fasilitas untuk mengakses pelayanan implant, serta adanya dukungan suami. Faktor penghambat dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant, kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat. Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat, diadakan pelatihan-pelatihan tentang implant, pemberian reward kepada calon akseptor implant serta tenaga kesehatan pemberi pelayanan, masyarakat diharapkan selalu mengakses informasi yang benar dan akurat tentang alat kontrasepsi implant. Kata kunci: Implant, istri pasangan usia subur, faktor pendukung dan penghambat. viii

9 ix ABSTRACT ENABLING AND INHIBITING FACTORS OF THE FERTILE COUPLES WIFE IN USAGE OF IMPLANT CONTRACEPTION IN WORK AREA OF THE PUBLIC HEALTH CENTER 1 AT NORTH DENPASAR Family planning is an attempt to control growth population. The efforts has been conducted to success the family planning programs that was to improve the long-term contraception usage. Implants is one of the long-term contraception methods. This study aims to find out more in-depth about the supporting and inhibiting factor of the fertile couple wive in usage of implants contraception. The study was used qualitative design with phenomenological approach. Data was collected through focus group discussions and in-depth interview technique. FGDs was conducted at key informants that are 10 fertile couples wives as user of implant and 10 fertile couples wives as non-user of implant. Indepth interviews was conducted on other informants that are the midwife in the public health centre, private midwives, PKB, in-laws and husband. The results showed that the supporting factor in usage of implant that were: availability of implants, accessibility of facilities to access the implant services, and there is husband support. The inhibiting factors in usage of implants that were: there was cultural factors such as number of children in Bali and value of child that have affect on the children in usage of implants, do not all health workers has get training on implant, lack of promotion and socialization on implants in the public. It should be need to improve promotion and socialization on implants in the public, it should held training on implant, giving rewards for prospective implant acceptors as well as health worker as service providers, the public should be expected to always access the correct and accurate information about implants. Keywords: Implant, fertile couples wife, enabling and inhibiting factors ix

10 x DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL DEPAN... HALAMAN SAMPUL DALAM... LEMBAR PANITIA PENGUJI TESIS... LEMBAR PENGESAHAN... SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi viii ix x xiv xv xvi xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Manfaat praktis Manfaat teoritis x

11 xi BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Alat kontrasepsi Alat kontrasepsi implant Pasangan usia subur Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Metode penelitian kualitatif Konsep Penelitian Konsep keluarga berencana Konsep alat kontrasepsi implant Konsep istri Konsep pasangan usia subur Konsep persepsi Konsep sikap Konsep pengalaman Konsep budaya Konsep Fasilitas dan sarana Landasan Teori Teori Lawrence Green Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial) Teori Kurt Lewin Model Penelitian xi

12 xii BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Populasi dan Sampel Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisis Data Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Keabsahan Data Etika Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara Karakteristik Informan Hasil Penelitian Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur xii

13 xiii 4.4 Pembahasan Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL 4.1 Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant Karakteristik Informan Wawancara Mendalam xiv

15 DAFTAR GAMBAR 2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Wilayah Kerja Puskesmas I Denpasar Utara xv

16 DAFTAR SINGKATAN Alkon ASI DTT FGD IUD KB KBBI MOP MOW PBB PKB PR PUS RFP RFB TOMA TV US WHO BKKBN AKDR SKM AKPER = Alat Kontrasepsi = Air Susu Ibu = Desinfektan Tingkat Tinggi = Focus Group Discusion = Intra Uterine Deviceration = Keluarga Berencana = Kamus Besar Bahasa Indonesia = Metoda Operasi Pria = Metoda Operasi Wanita = Perserikatan Bangsa Bangsa = Penyuluh Keluarga Berencana = Rekamanan Wawancara Mendalam pada Informan = Pasangan Usia Subur = Rekaman FGD Pengguna Implant = Rekaman FGD Bukan Pengguna Implant = Tokoh Masyarakat = Televisi = United States = World Health Organization = Balai Kesehatan Keluarga Berencana Nasional = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim = Sarjana Kesehatan Masyarakat = Akademi Keperawatan xvi

17 xvii AKBID SPK SMF SPRG KIA Promkes Kesling UKS P2M = Akademi Kebidanan = Sekolah Perawat Kesehatan = Sekolah Menengah Farmasi = Sekolah Perawat Gigi = Kesehatan Ibu dan Anak = Promosi Kesehatan = Kesehatan Lingkungan = Usaha Kesehatan Sekolah = Pemberantasan Penyakit Menular Permenkes = Peraturan Menteri Kesehatan xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2 Lampiran 3 Lampiran 4 Lampiran 5 Lampiran 6 Lampiran 7 Lampiran 8 Lampiran 9 Jadwal Kegiatan Rencana Anggaran Biaya Informed Consent Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna Implant Pedoman FGD Untuk Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant Pedoman wawancara mendalam untuk petugas kesehatan medis (dokter, bidan) dan petugas kesehatan non medis (PKB). Keterangan Kelaikan Etik Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Ijin Rekomendasi Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Lampiran 10 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Pengguna Implant Lampiran 11 Dokumentasi FGD Istri Pasangan Usia Subur Bukan Pengguna Implant Lampiran 12 Dokumentasi Wawancara Mendalam xviii

19 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk yang pesat menjadi masalah utama yang sedang dihadapi oleh bangsa Indonesia saat ini, apabila tidak dikendalikan maka akan terjadi ledakan penduduk yang cukup tinggi pada beberapa tahun mendatang. Ledakan penduduk tersebut tentu dapat menimbulkan ancaman seperti kemiskinan serta kelaparan. Pemerintah Indonesia telah membuat suatu kebijakan untuk menekan angka pertumbuhan penduduk yaitu melalui program Keluarga Berencana (KB). Program yang diluncurkan pada masa orde baru terbilang sukses, karena telah terbukti memberikan penghargaan kepada Presiden Soeharto di bidang kependudukan yang diberikan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) pada tahun Akan tetapi setelah berakhirnya pemerintahan Presiden Soeharto, program keluarga berencana seolah-olah ikut menghilang yang dapat dilihat dari jarangnya sosialisasi atau penyuluhan serta iklan masyarakat tentang keluarga berencana (BKKBN, 2013). Pada masa pemerintahan Presiden Megawati melalaui Kepres RI No 103/2001 Tanggal 13 September 2001, pemerintah ketika itu mempertahankan keberadaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) sebagai penunjang keberhasilan pembangunan daerah. Peraturan tersebut belum sepenuhnya dijalankan oleh pemerintah daerah, keluarga berencana sebagai salah 1

20 2 satu program BKKBN tidak dijadikan program utama setiap pemerintah daerah dan kalah bersaing dengan program pemenuhan pemasukan daerah, slogan-slogan tentang KB kalah semarak dengan slogan pilkada. Tidak adanya perhatian dari pemerintah yang menjadi salah satu penyebab kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB menjadi berkurang. Penyebab lain yang menjadi latar belakang masyarakat tidak mengikuti KB yaitu adanya kondisi traumatis di beberapa masyarakat. Penyebab berikutnya adalah masih berlakunya anggapan yang mengatakan bahwa banyak anak banyak rezeki. Apabila laju pertumbuhan penduduk tidak dikendalikan maka akan terjadi baby booming di Indonesia. Oleh karena itu, sosialisasi tentang manfaat KB menjadi program utama pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, hal tersebut dilakukan agar menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk mengikuti program KB (Hartanto, 2008). Laju pertumbuhan penduduk Indonesia dapat dikendalikan dengan mengontrol faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk yaitu melalui program keluarga berencana untuk mengendalikan fertilitas. Keluarga berencana merupakan suatu program untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pengaturan jumlah kelahiran, pembinaan kesejahteraan keluarga dalam upaya untuk mewujudkan keluarga kecil, bahagia dan sejahtera. Program keluarga berencana mempunyai tujuan untuk mengendalikan angka kelahiran sehingga dapat meningkatkan kualitas penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sangat bervariasi dari tahun 2002 sampai tahun 2003 pertumbuhan penduduk sebesar 2,72%, pada tahun 2003 sampai tahun 2004 sebesar 1,69%, serta pada tahun 2005 mengalami penurunan

21 3 sebesar 1,34%. Laju pertumbuhan penduduk pada tahun 2006 mengalami kenaikan yaitu sebesar 5,30% dan tahun 2009 menjadi 2,4%. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia mencapai 231,4 juta jiwa sehingga dengan kata lain jumlah penduduk Indonesia mengalami kenaikan antara jiwa (BPS, 2010) Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk memberikan jarak kelahiran anak serta mengurangi jumlah kehamilan dengan menggunakan metode kontrasepsi baik yang sederhana maupun kontrasepsi mantap. Adapun tujuan program keluarga berencana adalah: (1) mencegah kehamilan dan persalinan yang tidak diinginkan; (2) mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan serta kematian; (3) membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima serta komunikasi informasi, edukasi konseling; (4) meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab keluarga pasangan usia subur dalam praktek keluarga berencana; dan (5) memberikan informasi pada masyarakat tentang umur yang terbaik untuk kehamilan yang pertama serta kehamilan yang terakhir yaitu dengan rentan umur 20 sampai 35 tahun (Hartanto, 2008). Kesadaran akan pentingnya kontrasepsi di Indonesia perlu ditingkatkan untuk mencegah terjadinya ledakan penduduk yang merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, selain isu pemanasan global, krisis ekonomi, masalah pangan serta menurunnya tingkat kesehatan penduduk. Kekhawatiran akan terjadinya ledakan penduduk pada tahun 2015 mendorong Pemerintah Indonesia menyusun beberapa kebijakan penting karena penduduk yang besar tanpa disertai kualitas yang memadai akan menjadi beban

22 4 pembangunan serta menyulitkan pemerintah dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan Nasional (Emon, 2008). Target program keluarga berencana yaitu terkendalinya laju pertumbuhan penduduk serta meningkatnya keluarga kecil yang berkualitas. Untuk mencapai sasaran tersebut maka disusun beberapa langkah yaitu meningkatkan pemakaian KB yang lebih efektif dan efisien dalam jangka panjang. Implant merupakan salah satu metode kontrasepsi jangka panjang yang mempunyai nilai kegagalan <1/100 perempuan setiap tahun sehingga angka kegagalan implant dapat dikatakan lebih sedikit dibandingkan KB pil, spiral dan cara alamiah (BKKBN, 2008). Peserta KB baru secara nasional sampai dengan bulan Maret 2012 sebanyak peserta. Apabila dilihat pertahun pada pemakaian kontrasepsi maka dapat dilihat bahwa jumlah peserta IUD sebanyak peserta (6,78%), MOW berjumlah (1,61%), MOP sebesar (0,27%), kondom sebanyak (6,21%), implant sebesar (8,16%), suntikan berjumlah (49,92%), dan (27,05%) peserta pil. Mayoritas akseptor KB baru bulan Maret 2012, paling banyak digunakan oleh peserta KB yang menggunakan nonmetode kontrasepsi jangka panjang (non MKJP) yaitu 83,18%. Sedangkan peserta KB baru yang menggunakan metode jangka panjang seperti IUD, MOW, MOP, dan implant hanya 16,82% (BKKBN, 2013). Hasil laporan umpan balik BKKBN sampai bulan agustus 2013, pencapaian peserta KB Baru KPS dan KS I di provinsi Bali sebanyak peserta yang terdiri dari peserta IUD (28,36%), akseptor MOW (8,22%), 90 peserta MOP (0,68%), (10,52%) memakai kondom, 1.119

23 5 (8,42%) menggunakan implant, (34,85%) suntikan dan (8,95%) pil. Berdasarkan data diatas dapat dilihat bahwa keikutsertaan pasangan usia subur terhadap penggunaan KB implant tergolong rendah apabila dibandingkan dengan kepesertaan KB suntikan dan IUD. Hasil pelayanan akseptor KB baru menurut tempat pelayanan sampai dengan bulan agustus 2013 sebesar orang dengan rincian sebagai berikut: sebanyak peserta atau 37,97% dilayani oleh Klinik KB Pemerintah, (7,98%) peserta dilayani oleh Klinik KB Swasta, (3,81%) peserta dilayani oleh Dokter Praktek Swasta, dan (51,18%) dilayani oleh Bidan Praktek Swasta (BKKBN, 2013). Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan pasangan usia subur serta dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, dapat dicabut sesuai kebutuhan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh hormon estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama serta tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu akseptor perlu kembali ke klinik atau puskesmas apabila ada keluhan, apabila ingin berhenti menggunakan implant, mempengaruhi haid serta tidak dapat melindungi diri dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003). Apabila dibandingkan dengan alat kontrasepsi lain, kontrasepsi implant merupakan alat kontrasepsi yang sama-sama mempunyai efektivitas jangka panjang seperti IUD atau spiral. Dapat dilihat bahwa implant merupakan alat kontrasepsi yang lebih efektif serta lebih mudah dalam proses pemasangannya.

24 6 Namun belakangan ini alat kontrasepsi IUD mempunyai kelemahan yaitu dapat terjadi perubahan lokasi dan translokasi atau keluar dari rahim sehingga masih menimbulkan terjadinya kehamilan. Implant mempunyai tingkat kegagalan yang lebih sedikit dibandingkan IUD. Apabila dipasang dengan benar, metode kontrasepsi implant memiliki efektivitas sampai 99% dengan tingkat kegagalan hanya 0,05 dari 100 wanita yang memakainya (BKKBN, 2013). Berdasarkan uraian keuntungan serta kerugian dari penggunaan KB implant maka dapat dilihat bahwa keuntungan penggunaan KB implant lebih besar dibandingkan dengan kelemahan akibat dari penggunaan KB implant, sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan KB implant sangat penting dalam mendukung program KB. Puskesmas I Denpasar Utara mempunyai tiga Desa dan satu kelurahan yang terdiri dari Desa Dangin Puri Kangin, Desa Dangin Puri Kauh, Desa Dangin Puri Kaja serta Kelurahan Tonja. Data laporan keluarga berencana di Puskesmas I Denpasar Utara sampai dengan bulan Desember 2013 menunjukkan bahwa jumlah pasangan usia subur di Kelurahan Tonja berjumlah penduduk, Desa Dangin Puri Kangin penduduk, Desa Dangin Puri Kauh penduduk dan Desa Dangin Puri Kaja penduduk. Jumlah pasangan usia subur secara keseluruhan pada empat Desa di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu penduduk. Data jumlah pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara sampai bulan Desember 2013 di Kelurahan Tonja berjumlah 37 orang, Desa Dangin Puri Kangin 42 orang, Desa Dangin Puri Kauh 18 orang dan Desa Dangin Puri Kaja 55 orang. Apabila dilihat

25 7 dari kepesertaan pasangan usia subur di dalam penggunaan alat kontrasepsi maka dapat dilihat bahwa penggunaan alat kontrasepsi implant pada PUS di Puskesmas tersebut masih tergolong rendah, apabila dibandingkan dengan penggunaan IUD, suntikan, pil serta kondom. Hasil survei awal dengan metode wawancara yang dilakukan di Puskesmas I Denpasar Utara tanggal 07 Februari 2014 dengan 10 responden tentang alasan responden tidak menggunakan KB implant didapatkan bahwa empat peserta mengatakan takut menggunakan KB implant, tiga peserta mengatakan karena alasan pekerjaan, dua peserta mengatakan karena efek samping dari KB implant dan satu orang peserta mengatakan karena ditinggal suami bekerja ke luar negeri. Hasil penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant yang berpengetahuan baik 22 responden (14%), berpengetahuan cukup 111 responden (70,7%), berpengetahuan kurang 24 responden (15,3%). Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan wanita usia subur tentang KB implant adalah cukup yaitu sebesar 111 responden (77,7%). Hasil penelitian Rahmah (2013), menunjukkan bahwa ada hubungan antara pendidikan dengan metode kontrasepsi implant, ada hubungan antara pendapatan dengan metode kontrasepsi implant serta ada hubungan antara pengetahuan dengan metode kontrasepsi implant. Penggunaan implant sebagai salah satu metode kontrasepsi jangka panjang di Indonesia masih rendah yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, pendapatan, pekerjaan, takut efek samping, serta ditinggal suami bekerja ke luar negeri.

26 8 Beberapa alasan yang membuat penulis ingin meneliti tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara yaitu karena penelitianpenelitian tentang penggunaan alat kontrasepsi implant seperti yang dibahas di atas merupakan penelitian yang dilakukan di daerah lain dan tidak pernah dilakukan penelitian serupa di Denpasar, selain itu dapat dilihat bahwa penelitian di atas merupakan penelitian kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui besaran dan hubungan antar variabel serta sangat sedikit yang meneliti secara mendalam mengenai faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Penelitian-penelitian di atas dilakukan pada remaja dan pada budaya serta lingkungan yang berbeda serta belum pernah dilakukan penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant pada budaya Bali serta belum pernah dilakukan penelitian tentang alat kontrasepsi implant pada PUS. Pemahaman tentang mengapa pasangan usia subur memilih serta tidak memilih untuk menggunakan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk menentukan perencanaan pengembangan program KB di Bali terutama di Denpasar, oleh karena itu penelitian tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dipandang sangat penting untuk diteliti. Berdasarkan uraian latar belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur

27 9 Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimanakah persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014? 2. Bagaimanakah sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014? 3. Bagaimanakah pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014? 4. Bagaimanakah pengaruh budaya istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014? 5. Bagaimanakah ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum Untuk mengetahui lebih mendalam mengenai faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun 2014.

28 Tujuan khusus Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui 1. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Budaya yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur di Puskesmas I Denpasar Utara Tahun Manfaat Penelitian Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan masukan kepada istri pasangan usia subur di dalam memilih alat kontrasepsi yang tepat serta sebagai masukan bagi pemegang program keluarga berencana di Puskesmas I Denpasar Utara dan BKKBN di dalam pengembangan program keluarga berencana.

29 Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapakan dapat menjadi tambahan referensi dan informasi bagi penelitian selanjutnya serta sebagai acuan untuk melakukan studi kuantitatif agar hasil penelitian ini dapat digeneralisasi.

30 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Alat kontrasepsi Kontrasepsi adalah suatu upaya yang dilakukan untuk mencengah terjadinya kehamilan. Upaya tersebut dapat bersifat sementara dan dapat juga bersifat permanen. Kontrasepsi permanen pada wanita dinamakan tubektomi serta pada pria dinamakan vasektomi (Winkjosostro, 2008). Sedangkan menurut BKKBN (2008), menjelaskan bahwa kontrasepsi merupakan usaha untuk menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat dari pertemuan antara sel telur matang dengan sel sperma. Dalam melaksanakan upaya pencegahan kehamilan terdapat beberapa metode kontrasepsi yaitu metode kontrasepsi sederhana, metode kontrasepsi aktif, dan metode kontrasepsi mantap. Metode kontrasepsi sederhana dapat dibagi lagi menjadi metode sederhana tanpa alat atau obat (senggama terputus, pantang berkala), metode sederhana dengan obat atau alat (kondom, diafragma atau cap), dan metode sederhana dengan spermisida (aerosol, tablet vagina, suppositoria atau dissolvable film, dan krim). Metode kontrasepsi efektif seperti pil KB, AKDR, suntik KB dan implant. Sedangkan metode kontrasepsi mantap terdiri dari metode kontrasepsi mantap wanita (tubektomi) dan metode kontrasepsi mantap pria (vasektomi) (Saifuddin, 2003). 12

31 13 Alat kontrasepsi yang terbanyak digunakan di Bali adalah alat kontrasepsi suntikan dan pil, sedangkan alat kontrasepsi IUD, implant, MOW dan MOP masih sedikit digunakan di Bali. Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang (IUD, implant) masih rendah di Bali, akan tetapi akseptor KB IUD lebih banyak dibandingkan dengan akseptor KB implant. Walaupun alat kontrasepsi IUD dan implant merupakan metode kontrasepsi jangka panjang, akan tetapi penggunaan IUD dan implant tidak seimbang, dilihat dari penggunaan alat kontrasepsi IUD lebih banyak daripada penggunaan alat kontrasepsi implant (BKKBN, 2013). Hasil Penelitian Kurnia (2012), menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan WUS tentang KB implant tergolong cukup. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Rahmah (2013), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara pendidikan, pendapatan, dan pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant. Hasil penelitian serupa yang dilakukan oleh Imroni (2009), menyatakan bahwa faktorfaktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant serta peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant. Penelitian serupa dilakukan oleh Susanti (2010), menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan minat ibu terhadap penggunaan alat kontrasepsi implant di puskesmas Ome Kota Tidore yaitu faktor pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008) menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara variabel pengetahuan, sikap, sosial budaya, akses pelayanan, serta kualitas pelayanan KB.

32 14 Studi kualitatif dilakukan oleh Oktaviani (2010), menyatakan bahwa implementasi program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam mensosialisasikan program KB kurang, partisipasi masyarakat rendah, sikap pelaksana khususnya kader KB cukup baik, sikap dari para penerima program dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Oktarina (2013), menyatakan bahwa persepsi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi baik, sikap suami dalam pemakaian alat kontrasepsi ini positif, partisipasi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi kurang. Studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013), menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19 orang (56%), pengetahuan kurang 24 orang (70%) dan responden yang mengalami pengalaman buruk 20 orang (59%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009), menunjukkan bahwa persentase ibu menggunakan metode kontrasepsi IUD lebih sedikit dibandingkan dengan ibu yang menggunakan metode kontrasepsi non IUD, ada hubungan antara umur, paritas, persepsi ibu tentang demand atau alasan menggunakan alat kontrasepsi, biaya pelayanan KB, kualitas pelayanan KB, akses pelayanan KB, metode kontrasepsi IUD, faktor paling memberikan kontribusi terbesar dalam pemakaian metode kontrasepsi IUD adalah persepsi ibu tentang kontrasepsi IUD khususnya pada persepsi ibu yang menyebutkan bahwa kontrasepsi IUD mengganggu aktivitas sehari-hari. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010), yang meneliti tentang gender, harapan sosial budaya dan kontradiksi, perencanaan jangka pendek serta hambatan pelayanan kesehatan, persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi

33 15 menemukan hasil bahwa masih adanya kendala dalam perubahan persepsi dan pergeseran perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi Alat kontrasepsi implant Implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur, dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira 6-10 cm dari lipatan siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saifuddin, 2003) Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant Keuntungan dari penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat setelah pencabutan, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, tidak mengganggu kegiatan seggama, tidak berpengaruh pada air susu ibu, akseptor perlu kembali ke klinik bila ada keluhan, bisa mempengaruhi haid, dapat di cabut setiap saat sesuai kebutuhan, serta tidak memberikan perlindungan diri dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saifuddin, 2003) Kerugian penggunaan alat kontasepsi implant Kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant adalah: pemasangan (ineertic) dan pencabutan (expulsi/extractic) harus di lakukan oleh tenaga terlatih, lebih mahal, sering timbul perubahan pada pola haid, akseptor tidak dapat membuka sendiri, sebagian perempuan tidak menggunakan karena kurang mengenal implant, kadang dapat terlihat orang lain karena di pasang di lengan,

34 16 petugas perlu skill kerja untuk pemasangan dan pencabutan implant (Saifuddin, 2003) Jenis-jenis alat kontrasepsi implant Jenis-jenis alat kontrasepsi implant yaitu: norplant (enam batang silastik lembut berongga yang berisi 36 mg trinorgestrol untuk lima tahun), implanon (satu batang putih lentur yang berisi 68 mg tiga ketodesogestrel untuk tiga tahun), jadena dan indoplant (dua batang yang berisi 75 mg levonorgestrel untuk tiga tahun) (Saifuddin, 2003) Waktu penggunaan alat kontrasepsi implant Alat kontrasepsi implant digunakan setiap saat selama siklus haid hari kedua sampai hari ke tujuh, ibu menyusui antara enam minggu sampai enam bulan pasca persalinan, penggantian dari alkon non hormonal, serta pasca keguguran dan pasca persalinan (Saifuddin, 2003) Efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi implant Efek samping yang dapat terjadi akibat dari penggunaan alat kontrasepsi implant adalah: terjadi amenorea, spotting, ekspulsi, infeksi pada daerah insersie serta berat badan naik turun (Saifuddin, 2003) Cara pemasangan implant Peralatan dan instrumen untuk pemasangan implant yaitu sebagai berikut: meja periksa (tempat tidur), batang implant, doek lobang steril, mangkok tempat kapsul norplant, sarung tangan DTT, larutan anti septik, obat anasthesi (konsentrasi satu persen), spuit 5-10 ml, trokar 10 dan mandrin, skapel 11 atau 15, verban band aid atau plaster, kasa steril, lidocain, forcep mosquito, bak

35 17 instrumen, cairan chlorin 0,5%, cairan DTT, waslap, tempat sampah (basah, kering, benda tajam), tempat cuci tangan, sabun untuk cuci tangan, template, dan sarung tangan rumah tangga (Saifuddin, 2003). Persiapan pelaksanaan pemasangan implant yaitu: bersihkan lengan dengan sabun dan sudah dibilas sampai bersih, persiapkan tempat tidur klien, baringkan akseptor dengan lengan yang jarang digunakan. Kemudian letakkan pada meja samping (penyangga lengan), tentukan lokasi pemasangan (delapan cm di atas lipat siku dan gunakan template), siapkan alat-alat (buka dan letakkan dalam bak steril), dan masukkan kapsul implant dalam mangkok steril (Saifuddin, 2003). Tindakan sebelum pemasangan adalah cuci tangan dengan enam langkah, pakai sarung tangan DTT, hitung alat-alat pemasangan (jumlah kapsul), lakukan pembersihan lokasi insersi dengan larutan anti septik dari arah dalam keluar secara melingkar 8-13 cm dan biarkan dua menit sampai kering. Pergunakan doek steril berlubang pada lengan yang akan di insersi, lakukan anastesi dengan dosis tiga ml, suntikkan perlahan-lahan sehingga membentuk jalur antara 1-2, 3-4, 5-6, masing-masing satu ml (Saifuddin, 2003). Proses pemasangan kapsul implant dimulai dari melakukan insisi dangkal dengan sudut 45º. Perhatikan dua tanda (garis) pada trokar yang masuk dibawah kulit kemudian berikan tanda dua pada batas trokar yang berada dibawah kulit setelah memasang kapsul. Langkah selanjutnya masukkan trokar dengan sudut yang kecil dan angkat trokar keatas sehingga kulit terangkat dan masukkan kapsul kemudian dorong perlahan. Saat trokar masuk sampai batas tanda satu, cabut

36 18 pendorong trokar, masukkan kapsul dalam trokar dengan menggunakan pinset atau ibu jari-jari telunjuk dengan membentuk kipas (sesuai template), melakukan pendorongan kapsul secara perlahan-lahan, tarik tabung trokar dengan ibu jari serta telunjuk kearah luka. Setelah ada tanda-tanda yang muncul dari tepi luka insisi, keluarkan kapsul dari trokar dan pastikan kapsul telah masuk dibawah kulit, tanpa mengeluarkan trokar putar ujung trokar kearah lateral kanan, kembali seperti semula, geser 15º mengikuti pola kipas. Untuk mengurangi resiko ekspulsi pastikan ujung kapsul yang terdekat lima mm dari luka insisi, jangan mengeluarkan trokar sebelum seluruh kapsul terpasang, memastikan seluruh kapsul telah terpasang, pastikan seluruh ujung kapsul tidak berada pada sisi luka insisi (lima mm), keluarkan trokar perlahan-lahan, tekan tepat insisi dengan jari yang memegang kasa selama satu menit kemudian bersihkan dan tutup luka dengan kasa steril, bereskan alat dan cuci tangan (Saifuddin, 2003). Metode pencabutan untuk semua jenis implant sama, hanya berbeda dalam jumlahnya. Ada tiga metode dalam pencabutan yaitu metode biasa dengan memakai penjepit yang dipakai mulai tahun 1980, metode atau teknik U sejak tahun 1993, metode pop-out tahun 1992, serta melakukan pengawasan pasca pencabutan (Saifuddin, 2003). Yang boleh menggunakan implant yaitu perempuan usia subur, sudah atau tidak mempunyai keturunan, ingin memakai KB jangka panjang, menyusui dan membutuhkan kontrasepsi, ibu setelah melahirkan serta tidak meneteki, riwayat abortus, tidak mengharapkan keturunan tapi mempunyai keinginan memakai KB permanen, riwayat hamil di luar kandungan, mempunyai tensi <180/110 mmhg

37 19 dengan anemia, belum memakai KB hormonal dengan kandungan estrogen, dan tidak ingat memakai KB pil (Saifuddin, 2003). Perempuan dilarang menggunkan implant jika sedang hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya, benjolan atau kanker payudara atau riwayat kanker payudara, tidak dapat menerima perubahan pola menstruasi yang terjadi, mioma uterus dan kanker payudara, serta gangguan toleransi glukosa (Saifuddin, 2003) Pasangan usia subur Pasangan usia subur adalah pasangan yang hidup bersama dimana usia istrinya 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan pada penelitian ini yaitu 15 sampai 44 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15 sampai 49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45 sampai 49 tahun bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan kecil (Wirosuhardjo, 2004). BKKBN (2008) menjelaskan bahwa pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi. Pengertian pasangan usia subur yang dipergunakan sebagai acuan dalam penelitian ini adalah mengadopsi dari BKKBN (2008) yang mendefinisikan pasangan usia subur (PUS)

38 20 adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi Faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu faktor pendidikan istri, faktor pendapatan keluarga, faktor pengetahuan tentang metode kontrasepsi implant, sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan oleh istri. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroni (2009) yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant. Alat kontrasepsi implant merupakan alat kontrasepsi yang efektif dalam mencegah kehamilan dan dapat mengembalikan kesuburan segera setelah pencabutan, implant tidak merepotkan karena tidak perlu untuk mengingat pemakaian seperti pil, mendapatkan perlindungan jangka panjang yaitu tiga atau lima tahun, implant sangat sesuai untuk pasangan yang belum menginginkan keturunan dan tidak mempunyai kesiapan menggunakan metode kontrasepsi mantap, sedangkan faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam memilih penggunaan implant adalah memerlukan keterampilan petugas kesehataan saat pemasangan serta memerlukan pemeriksaan ulang setelah pemasangan, alkon

39 21 harus dilepas oleh tenaga kesehatan yang terlatih karena memerlukan ketelitian dan keterampilan dalam pencabutan implant (Saiffudin, 2003) Metode penelitian kualitatif Penelitian kualitatif merupakan suatu paradigma penelitian yang mendiskripsikan peristiwa, perilaku orang atau suatu keadaan pada tempat tertentu secara rinci dan mendalam yang berbentuk narasi atau uaraian. Penelitian kualitatif memberikan kesempatan kepada peneliti untuk menekankan adanya kealamiahan data yang diperoleh dari semua kenyataan yang ada serta terkait erat dengan pengalaman manusia dalam kehidupannya (Djam an & Aan, 2012). Fenomenologi merupakan suatu metode penelitian yang kritis dan menggali fenomena yang ada secara sistematis (Steubert & Carpenter, 2003 dalam Saryono & Anggraeni, 2013). Penelitian fenomenologi meliputi semua pengalaman tentang persepsi manusia yang meliputi: penglihatan, pendengaran, perabaan, pengecapan dan penciuman serta fenomena-fenomena lain seperti mempercayai, mengingat, mengantisipasi, memutuskan, berintuisi, merasakan, kepedulian, mencintai, menghayalkan dan mendambakan atau menginginkan (Moleong, 2013). Metode FGD (Focus Group Discussion) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok (Sutopo, 2006). Menurut Moleong (2013), metode wawancara mendalam adalah percakapan yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yaitu pewawancara yang akan mengajukan pertanyaan serta orang yang akan diwawancarai yang akan memberikan jawaban

40 22 atas pertanyaan yang akan diajukan. Raco (2010), mengemukakan bahwa wawancara mendalam dilakukan untuk mengeksplorasi secara mendalam partisipan dan peneliti menangkap arti yang diberikan partisipan pada pengalamannya. 2.2 Konsep Penelitian Konsep keluarga berencana Keluarga berencana adalah suatu program yang dimaksudkan untuk membantu para pasangan dalam mencapai tujuan reproduksi, mencegah kehamilan yang tidak diinginkan dan mengurangi insiden kehamilan berisiko tinggi, kesakitan dan kematian, membuat pelayanan yang bermutu, terjangkau, diterima dan mudah diperoleh bagi semua orang yang membutuhkan, meningkatkan mutu, nasehat, komunikasi, edukasi, konseling dan pelayanan, meningkatkan partisipasi dan tanggung jawab pria dalam praktek KB, dan meningkatkan pemberian air susu ibu (ASI) untuk penjarangan kehamilan (BKKBN, 2006). Keluarga berencana (KB) merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk mengatur jarak kelahiran sehingga dapat membantu pasangan usia subur dalam mencapai tujuan reproduksi mereka. Program keluarga berencana selalu dikaitkan dengan alat kontrasepsi karena untuk mengupayakan suatu program KB maka alat kontrasepsi merupakan kendaraan yang digunakan dalam menyukseskan program tersebut. Program keluarga berencana yang dibahas dalam penelitian ini berkaitan dengan program keluarga berencana yang dipakai oleh pasangan usia subur untuk mencapai tujuan reproduksi mereka.

41 Konsep alat kontrasepsi implant Alat kontrasepsi implant adalah alat kontrasepsi yang digunakan oleh pasangan usia subur, dipasang dibawah kulit lengan atas bagian dalam kira-kira 6-10 cm dari lipat siku. Mekanisme kerja KB implant yaitu: mengentalkan lendir serviks, mengganggu proses pembekuan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi, mengurangi transportasi sperma, serta menekan ovulasi (Saiffudin, 2003). Alat kontrasepsi implant merupakan suatu alat kontrasepsi dalam program KB serta merupakan alat kontrasepsi jangka panjang yang digunakan oleh pasangan suami istri yang masih reproduktif serta ingin mengatur jarak kelahiran anaknya. Alat kontrasepsi implant dipasang oleh tenaga kesehatan medis (dokter, perawat, bidan) terlatih dengan lokasi pemasangan di bawah kulit lengan atas bagian dalam dari lipatan siku. Keuntungan penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu: efektivitas tinggi, perlindungan jangka panjang, pengembalian kesuburan yang cepat, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, bebas dari pengaruh estrogen, tidak mengganggu kegiatan senggama, tidak mengganggu produksi ASI. Kerugian penggunaan alat kontrasepsi implant adalah akseptor perlu kembali ke klinik bila ada keluhan atau pada saat pencabutan serta tidak memberikan perlindungan dari IMS/HIV seperti kontrasepsi kondom (Saiffudin, 2003) Konsep istri Kata istri berasal dari bahasa Sansekerta yaitu strī yang artinya adalah "wanita" atau "perempuan". Istri adalah salah seorang pelaku pernikahan yang

42 24 berjenis kelamin wanita. Seorang wanita biasanya menikah dengan seorang pria dalam suatu upacara pernikahan sebelum diresmikan statusnya sebagai seorang istri dan pasangannya sebagai seorang suami. Dalam berbagai agama biasanya seorang wanita hanya boleh menikah dengan satu pria. Dalam budaya tertentu, pernikahan seorang pria dengan banyak wanita diperbolehkan. Hal ini dinamakan poligini, sedangkan pernikahan seorang wanita dengan banyak pria disebut poliandri (Harymawan, 2007). Istri adalah seorang wanita yang telah menikah dengan seorang laki-laki serta telah diresmikan dengan ikatan pernikahan. Istri dalam penelitian ini berkaitan dengan seorang wanita dari pasangan usia subur yang menggunakan maupun tidak menggunakan alat kontrasepsi implant Konsep pasangan usia subur (PUS) Pasangan usia subur adalah pasangan suami istri yang pada saat ini hidup bersama, baik bertempat tinggal resmi dalam satu rumah ataupun tidak, dimana umur istrinya antara 15 tahun sampai dengan 44 tahun. Batasan umur yang digunakan disini adalah 15 sampai 44 tahun dan bukan 15 sampai 49 tahun. Hal ini tidak berarti berbeda dengan perhitungan fertilitas yang menggunakan batasan 15 sampai 49 tahun, tetapi dalam kegiatan keluarga berencana mereka yang berada pada kelompok 45 sampai 49 bukan merupakan sasaran keluarga berencana lagi. Hal ini dilatarbelakangi oleh pemikiran bahwa mereka yang berada pada kelompok umur 45 sampai 49 tahun kemungkinan untuk melahirkan lagi sudah sangat kecil sekali (Wirosuhardjo, 2004).

43 25 Pasangan usia subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang istrinya berumur antara 18 tahun sampai 45 tahun atau pasangan yang istrinya berumur 18 tahun dan sudah menstruasi atau istri yang berumur lebih dari 50 tahun masih menstruasi (BKKBN, 2008). Definisi pasangan usia subur yang digunakan dalam penelitian ini adalah pasangan suami istri yang istrinya berusia 18 tahun serta sudah menstruasi sampai istrinya berusia lebih dari 50 tahun tetapi masih menstruasi Konsep persepsi Pengertian persepsi Persepsi merupakan aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam berbagai aspek dan gejala di lingkungannya. Para ahli mendefinisikan berbagai macam mengenai persepsi, meskipun mempunyai makna sama. KBBI mengartikan persepsi adalah suatu pengambilan secara langsung dari suatu obyek untuk memastikan berbagai hal melalui alat inderanya. Persepsi merupakan kemampuan otak dalam menerima stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Terdapat beberapa perbedaan cara pandang dalam proses penginderaan, ada yang mempersepsikan sesuatu itu merupakan hal yang baik atau persepsi yang positif ada juga yang memandang sebagai suatu persepsi negatif yang mempengaruhi tindakan manusia secara nyata (Walgito, 2004). Persepsi dapat diartikan sebagai suatu cara pengorganisasian, penginterpretasian terhadap respon yang ditangkap oleh individu hingga menjadi

44 26 suatu yang bermakna dan merupakan aktivitas yang menjadi satu di dalam diri individu tersebut (Sugiharto, 2007) Syarat terjadinya persepsi Sunaryo (2004) mengemukakan beberapa syarat-syarat yang mempengaruhi suatu persepsi dari individu seperti: terdapat obyek yang dipersepsi, terdapat perhatian sebagai awal persiapan dalam persepsi, alat indera untuk mendapatkan respon, serta susunan sensorik untuk menerima respon menuju hipotalamus serta media dalam menimbulkan stimulus Faktor yang mempengaruhi persepsi Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi terdiri dari faktor internal serta faktor eksternal. Faktor-faktor internal meliputi perasaan, sikap dan kepribadian seseorang, anggapan, kemauan, perhatian, proses pembelajaran, kondisi fisik, kejiwaan, nilai, keinginan, serta motivasi. Faktor-faktor eksternal seperti riwayat keluarga, informasi yang didapatkan, pengetahuan, intensitas, ukuran, pengulangan gerak serta hal-hal baru dari suatu objek (Toha, 2003). Terdapat beberapa faktor yang berperan dalam persepsi yaitu faktor objek yang dipersepsi, alat indera, saraf dan susunan saraf serta perhatian. Objek merangsang respon terhadap alat indera atau reseptor. Stimulus dapat datang dari luar atau dari dalam diri individu yang mempersepsi kemudian mengenai saraf penerima yang bekerja sebagai reseptor. Alat indera atau reseptor sebagai alat untuk menerima stimulus kemudian diteruskan oleh saraf sensoris ke pusat susunan saraf yaitu otak sebagai pusat kesadaran. Persepsi memerlukan suatu perhatian untuk langkah utama dalam rangka menimbulkan persepsi yang

45 27 merupakan pusat dari semua aktivitas seseorang yang ditujukan kepada beberapa objek yang diperhatikan. Faktor-faktor tersebut menjadikan persepsi individu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya serta dapat mempengaruhi individu dalam mempersepsi suatu objek serta stimulus walaupun objek tersebut sama (Walgito, 2004). Persepsi merupakan suatu proses pengolahan terhadap suatu respon yang terjadi pada individu sehingga mempengaruhi terhadap tindakan serta perilaku dari individu tersebut. Persepsi yang dibahas dalam penelitian ini adalah persepsi istri pasangan usia subur yang menggunakan serta tidak menggunakan alat kontrasepsi implant Konsep sikap Pengertian sikap Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek yang dilihat (Purwanto, 2012). Sedangkan menurut Widayatun (2009) mendefinisikan sikap sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang memberikan pengaruh dinamik atau terarah terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengannya. Jadi sikap merupakan suatu tindakan nyata yang yang berpengaruh terhadap respon seseorang yang diakibatkan oleh adanya pengetahuan, pengalaman serta objek lain yang mempengaruhi sikap tersebut Ciri-ciri sikap Sikap mempunyai ciri-ciri yaitu: tidak dibawa sejak lahir melainkan terbentuk serta dipelajari sepanjang perkembangan kehidupannya yang berkaitan

46 28 dengan keadaan serta syarat-syarat yang mempermudah sikap pada seseorang, sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek yang mempengaruhi sikap tersebut, objek dari sikap merupakan suatu hal tertentu yang merupakan gabungan dari beberapa hal yang dialaminya, dan sikap memiliki segi motivasi serta segi perasaan sehingga dapat membedakan sikap dari kecakapan atau pengetahuan yang dimiliki oleh individu tersebut (Purwanto, 2012) Cara pengukuran sikap Menurut Azwar (2009), sikap dapat diukur dengan menggunakan Skala Likert yang dikategorikan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS) Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap seperti: pengalaman pribadi yang terjadi dengan tidak terduga sehingga dapat menyisakan kesan yang mendalam dalam diri seseorang, pengaruh orang lain yang dianggap penting misalnya dalam kehidupan di masyarakat pedesaan yang mengikuti arahan dari tokoh masyarakat di desa tersebut, kebudayaan yang mewarnai kehidupan di masyarakat yang mempengaruhi pembentukan sikap individu, media massa baik elektronik maupun media cetak yang sangat berpengaruh terhadap pembentukan opini dan kepercayaan seseorang, lembaga pendidikan dan lembaga agama mempunyai pengaruh terhadap pembentukan sikap karena keduanya mempunyai dasar pengertian serta konsep moral di dalam diri individu, dan faktor emosional yang ada di dalam diri individu itu sendiri (Azwar, 2009).

47 Konsep pengalaman Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami, dijalani serta dirasakan oleh seseorang (KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic yaitu memori yang menerima dan menyimpan peristiwa yang dialami dan dirasakan oleh individu pada keadaan atau situasi berbeda serta mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi (Daehler & Bukatko, 1985 dalam Syah, 2003). Pengalaman merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan dalam kehidupan individu setiap harinya. Pengalaman memiliki sifat yang sangat berharga bagi setiap individu serta pengalaman dapat diberikan kepada siapa saja agar digunakan dan menjadi acuan serta pembelajaran seseorang. Pengalaman istri dalam menggunakan alat kontrasepsi yang dipilih merupakan hal yang tidak terlupakan, karena hampir semua istri yang menggunakan alat kontrasepsi menginginkan hal yang terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang mereka pergunakan Konsep budaya Budaya merupakan suatu karya seseorang dalam upayanya mempertahankan hidup untuk meningkatkan taraf kesejahteraan dengan segala keterbatasan jasmaninya serta kekayaan sumber daya alam di lingkungannya. Kebudayaan boleh dikatakan sebagai perwujudan tanggapan manusia terhadap tantangan-tantangan yang dihadapi dalam proses penyesuaian diri mereka dengan lingkungan Harrison (2006). Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami serta menginterpretasi lingkungan

48 30 dan pengalamannya yang menjadi kerangka landasan sebagai pendorong terwujudnya perilaku. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai mekanisme kontrol bagi perilaku serta tindakan manusia atau sebagai pola bagi perilaku seseorang (Pranadji, 2004). Menurut Wahyu (2007), kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang menyelimuti perasaan serta emosi manusia dan menjadi sumber bagi sistem penilaian baik dan buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena di dalam kebudayaan terkandung nilai-nilai moral yang bersumber dari pandangan hidup dan etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia Konsep fasilitas dan sarana Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan dalam penelitian ini terkait dengan tempat yang digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain.

49 31 Sarana merupakan penunjang didalam menyelenggarakan pelayanan. Ketersediaan sarana dalam penelitian ini terkait dengan alat-alat serta obat-obatan yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. 2.3 Landasan Teori Teori Lawrence Green Lawrence Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku serta faktor diluar perilaku. Perilaku terbentuk menjadi tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung serta faktor pendorong (Maulana, 2009). Teori Lawrence Green menganalisis perilaku seseorang dari tingkat kesehatan. Kesehatan individu dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku itu sendiri serta faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang tentang kesehatan dapat dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari individu yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas, sikap, serta perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku Notoatmodjo (2005). Perilaku istri pasangan usia subur di dalam memutuskan untuk menggunakan alat kontrasepsi implant dipengaruhi oleh faktor predisposisi yaitu persepsi, sikap, dan pengalaman. Faktor pendukung yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam memilih alat kontrasepsi implant yaitu faktor budaya serta ketersediaan fasilitas dan sarana.

50 Teori Social Learning (Teori Belajar Sosial) Albert Bandura dalam Teori social learning atau teori belajar sosial memfokuskan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman dan evaluasi. Albert Bandura mengemukakan seseorang mempelajari sesuatu melalui pengalaman langsung atau pengamatan. Seseorang mempelajari sesuatu dari yang dibaca, didengar, dan dilihat pada media, serta dari orang lain di sekitarnya (Maulana, 2009). Seseorang mempelajari perilaku melalui adanya pemodelan, tidak ada penguat yang didapatkan. Proses mempelajari sesuatu seperti ini disebut observational learning atau pembelajaran melalui pengamatan. Teori pembelajaran sosial membahas tentang : (1) bagaimana perilaku kita dipengaruhi oleh lingkungan melalui penguat (reinforcement) dan observational learning; (2) cara pandang dan cara pikir yang kita miliki terhadap informasi; (3) bagaimana perilaku kita mempengaruhi lingkungan kita dan menciptakan penguat (reinforcement) dan observational opportunity (Notoatmodjo, 2005). Teori belajar sosial menekankan observational learning sebagai proses pembelajaran. Bentuk pembelajarannya dari belajar sosial yaitu seseorang mempelajari perilaku dengan mengamati secara sistematis imbalan dan hukuman yang diberikan kepada orang lain. Dalam observational learning terdapat empat tahap belajar dari proses pengamatan atau proses modeling yang terjadi dalam observational learning tersebut seperti: atensi, retensi, reproduksi serta motivasional. Atensi merupakan tahap dari individu untuk memberikan perhatian terhadap model dengan cermat. Tahap retensi merupakan tahapan di dalam mengingat kembali perilaku yang ditampilkan oleh model yang diamati sehingga diperlukan ingatan yang bagus terhadap perilaku model. Reproduksi merupakan

51 33 tahapan dari individu yang telah mengamati dengan cermat serta mengingat kembali perilaku yang telah ditampilkan oleh modelnya sehingga dapat mencoba menirukan atau perilaku yang dilakukan oleh model. Tahapan yang terakhir adalah motivasional dimana pada tahap ini seseorang harus mempunyai motivasi untuk belajar dari model (Maulana, 2009). Teori Albert Bandura menjelaskan perilaku manusia dalam konteks interaksi timbal balik yang berkesinambungan antara kognitif, perilaku dan pengaruh lingkungan. Kondisi lingkungan sekitar individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial jenis ini. Contohnya, seorang istri pasangan usia subur yang berada di lingkungan keluarga yang menggunakan alat kontrasepsi implant maka kecenderungan istri pasangan usia subur tersebut akan ikut terpengaruh terhadap keputusannya dalam memilih penggunaan KB implant (Notoatmodjo, 2005). Teori belajar ini juga dikembangkan untuk menjelaskan bagaimana seseorang belajar dalam keadaan atau lingkungan sebenarnya. Bandura menghipotesiskan bahwa tingkah laku, lingkungan dan kejadian-kejadian internal pada istri pasangan usia subur yang mempengaruhi persepsi dan aksi adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh atau berkaitan. Albert Bandura, menyatakan bahwa tingkah laku sering dievaluasi yaitu bebas dari timbal balik sehingga boleh mengubah kesan-kesan personal seseorang. Pengakuan sosial yang berbeda mempengaruhi konsepsi diri istri pasangan usia subur di dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant.

52 Teori Kurt Lewin Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu keadaan yang seimbang antara kekuatan pendorong dengan kekuatan penahan. Perilaku tersebut dapat berubah apabila terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut yang ada di dalam diri seseorang yang menimbulkan adanya perubahan prilaku. Suatu keadaan dimana terjadi peningkatan kekuatan pendorong diakibatkan oleh adanya stimulus yang mendorong terjadinya perubahan perilaku. Stimulus tersebut berkaitan dengan penyuluhan-penyuluhan atau informasi yang berhubungan dengan perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2005). Sebagai contoh dari aplikasi teori yang dikemukakan oleh Kurt Lewin dapat dilihat bahwa seseorang yang tidak mengikuti program KB dengan adanya keseimbangan antara pentingnya mempunyai anak sedikit dengan kepercayaan banyak anak banyak rezeki dapat berubah perilakunya menjadi menggunakan program KB. Kekuatan penahan menjadi menurun yang diakibatkan oleh adanya stimulus yang memperlemah kekuatan penahan tersebut. Dengan situasi semacam ini maka akan terjadi perubahan perilaku pada individu tersebut bahwa banyak anak banyak rezeki merupakan suatu kepercayaan yang salah, maka kekuatan penahan tersebut akan melemah sehingga terjadi perubahan perilaku pada individu tersebut. Kekuatan pendorong meningkat dan kekuatan penahan menurun sehingga menimbulkan keadaan yang akan menyebabkan perubahan perilaku. Dapat dilihat seperti contoh di atas bahwa penyuluhan KB yang memberikan penjelasan mengenai pentingnya menggunakan KB dan tidak benarnya kepercayaan yang menyatakan banyak anak banyak rezeki, sehingga akan dapat meningkatkan kekuatan pendorong, dan sekaligus menurunkan kekuatan penahan.

53 Model Penelitian Faktor Internal 1. Persepsi 2. Sikap 3. Pengalaman 4. Pengetahuan 5. Minat Budaya Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Faktor Eksternal 4. Ketersediaan fasilitas dan sarana 1. Lingkungan 2. TOMA 3. TOGA Ket: : Diteliti : Tidak diteliti Gambar 2.1 Model Penelitian tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas I Denpasar Utara Model penelitian ini mengkombinasi Teori Lawrence Green serta Teori Kurt Lewin untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Persepsi, sikap dan pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor internal yang diteliti. Budaya istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor internal dan eksternal yang diteliti. Ketersediaan fasilitas dan sarana bagi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan faktor eksternal yang diteliti.

54 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Penelitian ini berjudul faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif melalui pendekatan fenomenologi. Pendekatan fenomenologi merupakan penelitian yang berfokus pada penemuan fakta yang ada. Penelitian ini berusaha menggali secara mendalam mengenai gambaran pengalaman nyata yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti mengkaji tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Fenomenologi deskriptif menurut Spielberg (1975) dalam Streubert & Carpenter (2003) memiliki tiga tahapan yaitu: Intuiting, analyzing dan describing. Tahapan intuiting merupakan langkah awal peneliti agar dapat menyatukan secara keseluruhan fenomena yang sedang diamati atau diteliti. Intuiting memerlukan konsentrasi mental yang memungkinkan seorang peneliti untuk melihat, mendengar serta sensitif terhadap setiap aspek dari fenomena. Pada tahap ini peneliti sebagai alat penelitian akan mengamati, mendengarkan setiap ungkapan istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant melalui proses FGD serta wawancara mendalam, mempelajari data yang dideskripsikan, mengulang kembali serta memahami fenomena yang 36

55 37 disampaikan oleh istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Tahap analyzing merupakan suatu proses identifikasi yang melibatkan esensi atau elemen dasar serta pola hubungan dari fenomena yang diselidiki berdasarkan data yang diperoleh dan bagaimana data disajikan (Streubert & Carpenter, 2003). Dalam proses analisis peneliti mengidentifikasi tema-tema, arti dan makna penjelasan mengenai alasan munculnya faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Peneliti akan menelaah data secara berulang-ulang untuk meyakinkan keaslian dan keakuratan deskripsi informan. Tahap Describing yaitu tahap dimana peneliti mengkomunikasikan serta menggambarkan secara tertulis dalam bentuk narasi atau uraian yang luas dan mendalam mengenai deskripsi, verbal, kejelasan serta elemen atau esensi sebagai kritikal dari sebuah fenomena (Streubert & Carpenter, 2003). Pada tahap ini peneliti mendeskripsikan elemen kritis atau esensi serta penjelasan istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant termasuk faktor pemersepsi, faktor pengalaman, faktor sikap, faktor kebudayaan, serta faktor ketersedian fasilitas dan sarana sehingga didapatkan pemahaman yang mendalam tentang fenomena yang terjadi pada istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant.

56 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan di Pusksemas I Denpasar Utara dari bulan Maret sampai April Alasan pemilihan tempat ini karena masih rendahnya penggunaan alat kontasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara tersebut, sehingga peneliti tertarik untuk menggali lebih mendalam tentang faktor pendukung dan penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara. 3.3 Populasi dan Sampel Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh istri pasangan usia subur di Puskesmas I Denpasar Utara Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil secara purposive sampling serta disesuaikan dengan tujuan dan jenis penelitian (Streubert & Carpenter, 2003). Sampel tidak dipilih berdasarkan peluang, akan tetapi sebelum memilih sampel penelitian, telah ditentukan kriteria-kriteria tertentu yang merupakan karakteristik sampel. Purposive sampling dalam penelitian ini mempunyai karakteristik seperti istri pasangan usia subur yang menggunakan dan yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant di Puskesmas I Denpasar Utara. Sebagai informan kunci dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Sedangkan informan lain dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta,

57 39 PKB, mertua dan suami. Jumlah sampel ditentukan oleh tersaturasinya data atau informasi dari informan. Jumlah informan pada penelitian ini sebanyak 20 orang yang terdiri dari istri pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant berjumlah 10 orang dan istri pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant sebanyak 10 orang. 3.4 Jenis dan Sumber Data Jenis data Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapat dari hasil FGD dan wawancara mendalam dengan informan kunci dan informan lain yang telah dipilih menjadi sampel. Data sekunder diperoleh dari dokumen tertulis, laporan puskesmas, serta catatan lapangan. Data pada penelitian ini bersifat narasi dan uraian serta penjelasan dari informan baik lisan maupun dari data sekunder Sumber data Sumber data yang digunakan dapat dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari informan kunci yaitu istri pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant dan istri pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan lain dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan suami. Data sekunder dipergunakan sebagai pendukung penelitian seperti buku register pelayanan KB di Puskesmas I Denpasar Utara dan catatan lapangan.

58 40 Subjek dalam penelitian ini adalah istri pasangan usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi implant serta istri pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Informan yang dipilih dalam penelitian ini memiliki karakteristik sebagai berikut: dapat berkomunikasi dengan baik, istri pasangan usia subur yang bertempat tinggal di Puskesmas I Denpasar Utara dan bersedia menjadi informan. Sebelum informan memberikan persetujuan, terlebih dahulu peneliti menjelaskan berbagai hal dalam penelitian sampai mereka mengerti dan memahami secara maksimal dan setelah bersedia menjadi informan kemudian meminta informan untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent) yang telah diberikan. 3.5 Instrumen Penelitian Pada penelitian ini yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri dengan menggunakan pedoman FGD serta pedoman wawancara mendalam sebagai alat bantu dalam pengambilan data di lapangan. 3.6 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode FGD (Focus Group Discussion) dan wawancara mendalam (indepth interview). Teknik pengumpulan data meliputi cara pengumpulan data, prosedur pengumpulan data, dan alat pengumpulan data.

59 Cara pengumpulan data Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan menggunakan pedoman FGD dan pedoman wawancara mendalam serta alat penunjang lain seperti: kamera digital, alat perekam, buku catatan dan alat tulis Prosedur pengumpulan data Prosedur pengumpulan data dimulai, setelah mendapatkan surat keterangan lulus uji etik dan surat ijin penelitian dari Fakultas Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. Setelah mendapatkan ijin penelitian, kemudian peneliti menyerahkan ke Dinas Kesehatan Kota Denpasar dengan tembusan ke Puskesmas I Denpasar Utara. Peneliti memberikan penjelasan tentang maksud penelitian dan memberikan informed consent. Setelah partisipan setuju dengan kontrak tersebut, kemudian partisipan diminta untuk menandatangani informed consent. Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan FGD dengan istri pasangan usia subur yang menggunakan serta yang tidak menggunakan alat kontrasepsi implant dan melakukan wawancara mendalam pada informan lain yang dianggap penting untuk diambil informasinya. Informan lain dalam penelitian ini adalah bidan puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami. Masing-masing kelompok terdiri dari istri PUS pengguna implant sebanyak 10 orang dan istri PUS bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Tiap-tiap kelompok memiliki karakteristik yang mirip (homogen). FGD dilakukan untuk mendapatkan variasi jawaban yang beragam dari partisipan. Setelah melakukan FGD kemudian dilakukan wawancara mendalam kepada informan lain yaitu bidan

60 42 puskesmas, bidan praktek swasta, penyuluh KB (PKB), mertua dan suami. FGD dilakukan sebanyak dua kali yaitu FGD pertama dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna implant sebanyak 10 orang dan FGD kedua dilakukan pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan suami sebanyak satu kali untuk setiap informan dengan lama wawancara antara menit pada setiap pertemuan. Apabila ada data yang perlu ditambahkan atau dikonfirmasi, dilakukan member checking. Transkrip hasil penelitian dibuat setelah selesai melakukan FGD dan wawancara mendalam. FGD dan wawancara mendalam dilakukan sendiri oleh peneliti tanpa bantuan orang lain Alat pengumpulan data Informasi yang diperoleh dalam FGD dan wawancara mendalam direkam menggunakan alat perekam merek sony, catatan lapangan, dan foto sebagai dokumentasi. 3.7 Metode dan Teknik Analisis Data Pengolahan data Proses pengolahan data dimulai dengan pemrosesan dokumentasi. Hasil FGD dan wawancara mendalam yang telah direkam dalam alat perekam serta didengarkan berulang-ulang dan dipindahkan ke dalam bentuk verbatim yang kemudian digabung dengan catatan lapangan. Hasil verbatim dibuat dalam bentuk transkrip. Hasil transkrip dibaca berulang-ulang dan mendengarkan kembali hasil rekaman secara berulang untuk memastikan keakuratannya. Data kemudian

61 43 dipindahkan ke dalam file khusus di komputer dan dilakukan back up dengan flash disc untuk menghindari kehilangan data. Data yang telah terkumpul diberikan kode (coding). Coding dilakukan untuk memudahkan analisa data terhadap kata kunci dari informan satu dengan informan lainnya. Hal ini dilakukan untuk membeda-bedakan antara transkrip informan satu dengan informan yang lainnya Analisis data Analisis data merupakan proses berkelanjutan yang membutuhkan refleksi terus menerus terhadap data, mengajukan pertanyaan-pertanyaan analitis, dan menulis catatan singkat sepanjang penelitian (Cresswell, 2010). Tahapan yang dilakukan dimulai dengan tahap pertama yaitu melakukan pengumpulan data dan membuat transkrip data dengan cara mendengarkan berulang-ulang hasil rekaman yang kemudian menyusun hasil wawancara dalam bentuk verbatim. Pada tahap kedua, peneliti membaca berulang-ulang kali transkrip data yang ada sehingga peneliti dapat menemukan makna data yang signifikan dan memberikan garis bawah pada pernyataan-pernyataan penting partisipan.tahap ketiga menentukan kategori atau tema. Tema merupakan proses yang rumit, disini peneliti mengelompokkan data yang ada ke dalam suatu tema. Selanjutnya tema yang sudah ada peneliti kelompokkan menjadi tema-tema yang potensial. Tahap kelima menulis laporan. Dalam penulis laporan peneliti menulis setiap frase, kata dan kalimat serta pengertian secara tepat sehingga dapat mendeskripsikan data dan hasil analisa.

62 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data disajikan dengan metode informal dan formal. Metode penyajian informal adalah menyajikan hasil analisis dengan uraian atau kata-kata biasa, sedangkan metode penyajian formal adalah perumusaan dengan tanda-tanda dan lambang-lambang. Pelaksanaan kedua metode tersebut dibantu dengan teknik yang merupakan perpaduan dari kedua metode tersebut, yaitu penggunaan katakata dan tanda-tanda atau lambang. Penyajian hasil analisis juga mengikuti proses induktif dan deduktif dengan tujuan pemaparannya tidak monoton. 3.9 Keabsahan Data Dalam penelitian ini dilakukan pengecekan keabsahan data dengan teknik triangulasi data. Triangulasi data merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang menggunakan sesuatu diluar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Terdapat empat macam teknik triangulasi yaitu triangulasi sumber, metode, penyidik, dan teori. Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber yaitu dengan menanyakan kembali kepada informan lain yaitu bidan puskesmas, bidan praktek swasta, PKB, mertua dan suami Etika Penelitian Sebelum penelitian dimulai, peneliti meminta ijin penelitian di Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Provinsi Bali dan di Badan Kesatuan Bangsa Politik dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang Pol dan Linmas) Kota Denpasar. Karena peneliti melibatkan

63 45 masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari Komisi Etik FK UNUD. Peneliti melakukan koordinasi dan mengurus surat rekomendasi dari Dinas Kesehatan Kabupaten Kota Denpasar dengan tembusan ke Puskesmas I Denpasar Utara karena digunakan sebagai tempat penelitian. Sebelum memulai FGD dan wawancara mendalam informan menandatangani pernyataan kesediaan menjadi informan penelitian, setelah dibacakan pernyataan penelitian oleh peneliti. Pada akhir FGD dan wawancara mendalam informan diberikan bingkisan sebagai ucapan terimakasih dan penghargaan karena telah ikut berpartisipasi dalam penelitian.

64 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Puskesmas I Denpasar Utara Puskesmas I Denpasar Utara merupakan puskesmas rawat jalan dan merupakan salah satu dari 11 puskesmas induk yang ada di Kota Denpasar. Puskesmas ini terletak di Jalan Angsoka No. 17 Denpasar, Desa Dangin Puri Kangin. Puskesmas I Denpasar Utara memiliki luas wilayah kerja sekitar 506 hektar. Jika dilihat secara geografis, puskesmas I Denpasar Utara ini memiliki batas-batas wilayah kerja yaitu sebelah timur berbatasan dengan Puskesmas I Denpasar Timur, sebelah utara berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara, sebelah selatan berbatasan dengan Puskesmas I Denpasar Barat dan sebelah barat berbatasan dengan Puskesmas III Denpasar Utara. Puskesmas I Denpasar Utara mencakup tiga Desa yang terdiri dari Desa Dangin Puri Kangin (Dangri Kangin), Desa Dangin Puri Kauh (Dangri Kauh), dan Desa Dangin Puri Kaja (Dangri Kaja), serta satu kelurahan yaitu Kelurahan Tonja. Masing-masing desa dan kelurahan tersebut dibagi lagi menjadi beberapa sub wilayah (banjar), dengan jumlah banjar keseluruhan 31 banjar. Jumlah tenaga kerja yang ada di Puskesmas I Denpasar Utara dengan spesifikasi sebagai berikut: Dokter Umum empat orang, Dokter Gigi dua orang, SKM tiga orang, Akper tiga orang, AKBID tiga orang, SPK tujuh orang, SPRG dua orang, SPPH satu orang, SMF dua orang, pekarya kesehatan tiga orang, SPPM (D1) satu orang, petugas jaga malam dua orang, Cleaning service dua 46

65 47 orang, pengelola sampah medis satu orang, koordinator jumantik empat orang, kader jumantik 29 orang, tenaga loket satu orang dan analis kesehatan satu orang. Upaya kesehatan Puskesmas I Denpasar Utara dilakukan untuk mencapai tujuan dari pembangunan kesehatan. Upaya-upaya kesehatan yang dilakukan oleh puskesmas dibagi menjadi tiga yaitu upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan dan upaya kesehatan penunjang. Upaya kesehatan wajib terdiri dari upaya promosi kesehatan (Promkes), upaya kesehatan ibu dan anak (KIA/KB), upaya kesehatan lingkungan (Kesling), upaya perbaikan gizi masyarakat, upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular (P2M) serta upaya pengobatan. Upaya kesehatan pengembangan merupakan upaya yang dikembangkan dan dijalankan oleh puskesmas yang disesuaikan dengan kemampuan dan situasi dan kondisi di puskesmas. Upaya pengembangan yang dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara yaitu upaya kesehatan lanjut usia, usaha kesehatan sekolah (UKS), Perawatan Kesehatan Masyarakat (Permenkes). Upaya kesehatan penunjang merupakan upaya kesehatan tambahan yang menunjang kegiatan yang dilakukan oleh Puskesmas I Denpasar Utara. Upaya ini terdiri dari laboratorium, apotek dan farmasi (Dikes Kota Denpasar, 2012). Jenis-jenis pelayanan kontrasepsi sebagai program penunjang dalam pemberian pelayanan keluarga berencana yang dilayani oleh Puskesmas I Denpasar Utara terdiri dari alat kontrasepsi suntikan, pil, IUD, implant serta kondom. Sedangkan akseptor KB yang ingin mendapatkan pelayanan kontrasepsi mantap baik untuk wanita (tubektomi) maupun kontrasepsi mantap pria (vasektomi) dilakukan dengan merujuk ke Rumah Sakit atau BKKBN yang

66 48 menyediakan pelayanan tersebut. Tenaga medis yaitu bidan yang ada di Puskesmas I Denpasar Utara berjumlah empat orang dan seluruhnya telah mendapatkan pelatihan baik IUD maupun Implant. Lokasi penelitian ditentukan berdasarkan kesepakatan antara peneliti dan informan. Lokasi penelitian bagi informan FGD pengguna implant bertempat di Balai Banjar Tainsiat Desa Dangin Puri Kaja, Kecamatan Denpasar Utara sesuai dengan kesepakatan dari peneliti dan informan, sedangkan lokasi penelitian bagi informan FGD bukan pengguna implant dilakukan di Rumah Makan Ulam Segara Jalan Drupadi I No. 2 Renon. 4.2 Karakteristik Informan Informan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu informan kunci dan informan lain. Pengambilan data pada informan kunci dilakukan dengan FGD dengan membagi menjadi dua kelompok yaitu FGD bagi pengguna implant sebanyak 10 orang dan FGD bukan pengguna implant sebanyak 10 orang. Wawancara mendalam dilakukan pada informan lain yaitu Bidan Puskesmas, Bidan Praktek Swasta, PKB, mertua, dan suami. Karakteristik informan FGD dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan dan alamat informan. Karakteristik informan FGD dapat disajikan pada tabel di bawah ini.

67 49 Tabel 4.1 Karakteristik Informan FGD Pengguna Implant No Kode Umur Pendidikan Alamat Informan Informan (th) Diploma Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja Diploma Jalan Turi, Desa Dangri Kaja SMA Jalan Ratna, Kelurahan Tonja SMK Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja SD Jalan Anggrek, Desa Dangri Kangin SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh SMP Jalan Sari Gading, Desa Dangri Kaja Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 27 Maret 2014 Tabel 4.2 Karakteristik Informan FGD Bukan Pengguna Implant No Kode Umur (th) Pendidikan Alamat Informan Informan SMA Jalan Nangka Utara, Kelurahan Tonja SMP Jalan Seroja, Kelurahan Tonja SMA Jalan Angsoka, Desa Dangri Kangin SMK Jalan Banteng, Desa Dangri Kaja SMP Jalan Turi, Desa Dangri Kaja SMA Jalan Yudistira, Desa Dangri Kaja SD Jalan Ratna, Kelurahan Tonja SD Jalan Wibisana, Desa Dangri Kauh SMP Jalan Kartini, Desa Dangri Kauh Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. FGD, 6 April 2014 Karakteristik informan wawancara mendalam dapat dilihat dari umur, tingkat pendidikan, status informan dan alamat informan yang berjumlah 11 orang.

68 50 Tabel 4.3 Karakteristik Informan Wawancara Mendalam No. Kode Umur Informan Pendidikan Status Informan Alamat Informan D IV Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Padma D III Kebidanan Bidan Puskesmas Jalan Nangka Selatan D III Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Nangka Selatan D IV Kebidanan Bidan Praktek Swasta Jalan Gatsu I D I Kebidanan Penyuluh KB (PKB) Jalan Drupadi, Renon SD Mertua Jalan Kartini SD Mertua Jalan Anggrek SMP Mertua Jalan Angsoka Sarjana Suami Jalan Turi SMA Suami Jalan Ratna SMK Suami Jalan Banteng Sumber: Hasil Administrasi Penelitian. Wawancara Mendalam, Bulan April 4.3 Hasil Penelitian Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna implant didapatkan hasil bahwa persepsi istri terhadap alat kontrasepsi implant dari 10 orang informan, rata-rata menjawab bahwa memakai implant simpel dan tidak ribet karena tidak kontrol berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, tidak sakit pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak perlu dipasangkan alat lewat vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya isu bahwa alat kontrasepsi implant dapat membuat cantik dan tidak membuat jerawat sehingga akseptor menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Di bawah ini diuraikan beberapa pernyataan informan terkait dengan pandangannya mengenai alat kontrasepsi implant. Pakai implant simpel gak ribet, dipasang di lengan atas sebelah kiri, gak perlu bolak-balik kontrol ke puskesmas. (FGD RFP 5. Br. T)

69 51 Pasang implant gak ribet kayak spiral, kan cuma dipasang di lengan aja, gak perlu dipasangin alat lewat kemaluan jadi sakitnya lebih sedikit, awalnya sebelum saya pakai implant ngerasa takut tapi setelah masang ehh ternyata gak sakit kok kan lengannya sudah dibius jadi sakitnya hilang, tapi klo pake spiral kan gak dibius jadi lebih sakit pas pasangnya. (FGD RFP 7. Br. T) Saya denger implant bisa membuat cantik, gak buat jerawat dan dipakai jangka waktu tiga tahun. (FGD RFP 9. Br. T) Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant mengenai persepsinya tentang alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa dari 10 informan, tujuh orang menjawab tidak pernah mendengar tentang alat kontrasepsi implant, tiga orang menjawab pernah mendengar implant dari tetangga dan temannya. Pernyataan informan terkait dengan pandangannya mengenai alat kontrasepsi implant dapat diuraikan seperti di bawah ini. Saya gak pernah dengar tentang KB implant/ susuk karena bidan tidak pernah menginformasikan tentang KB implant, saya langsung datang ke bidan untuk pasang spiral. (FGD RFB 3.ULM) Tidak pernah dengar tentang KB implant/ susuk, pasang KB di puskesmas karena tidak nanya jadi saya tidak tau dan bidan di puskesmas kalau mau suntik langsung disuntik tanpa ada pemberian informasi tentang KB yang lain, mungkin bidannya sibuk. (FGD RFB 7.ULM) Pernah sih denger KB implant/susuk, saya liat tetangga saya ada yang pake susuk di lengannya bagian atas, katanya sih waktu pasang gak sakit tapi pas nyabutnya baru sakit, tapi saya belum pernah nyoba sih, soalnya masih pake spiral. (FGD RFB 9.ULM) Pernah mendengar KB implant dari tetangga dan teman, susuk dan implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di bawah kulit, saya dengar kalau pasang susuk ada satu batang, ada dua batang, tapi saya tidak ada keinginan untuk pakai implant katanya dioperasi dan dirobek sedikit jadi saya jadi takut. (FGD RFB 6.ULM)

70 52 Pernyataan dua bidan puskesmas dan dua bidan praktek swasta (BPS) yaitu didapatkan hasil dari wawancara mendalam terkait dengan informasi tentang alat kontrasepsi implant yang diberikan di puskesmas dan di BPS bahwa bidan mengatakan sudah memberikan informasi mengenai alat kontrasepsi implant pada calon akseptor KB yang menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang serta pada semua ibu yang datang ke tempat prakteknya. Pernyataan bidan puskesmas yang kedua mengatakan sudah menginformasikan tentang implant pada semua calon akseptor KB. Uraian tentang pernyataan bidan puskesmas dapat dilihat pada pernyataan di bawah ini. Saya menginformasikan tentang implant pada calon akseptor yang menginginkan alat kontrasepsi jangka panjang karena anaknya sudah banyak dan takut disteril. (Wawancara mendalam PR 1. P. DU I) Saya ngasi informasi tentang implant pada semua ibu yang periksa ke tempat praktek saya dan ingin pasang KB (Wawancara mendalam. PR3. BPS) Pernyataan mertua tentang perannya di dalam pengambilan keputusan berkb yang digunakan anak serta menantunya dapat dilihat bahwa mertua menyarankan untuk menggunakan KB, akan tetapi mengenai KB yang dipilih diserahkan kepada anak dan menantunya. Berikut pernyataan yang diucapkan oleh mertua. Tiang polih ngorahin pang nganggen KB manten, pang ten medue nak alit malih, kene mangkin kewehne ngerereh jinah, masalahne ten wenten napi, anggen makan manten aeng kewehne ngerereh, yen medue malih pedalem. (Wawancara mendalam. RM 2)

71 53 Hasil wawancara dengan suami terkait dengan perannya di dalam pengambilan keputusan berkb menyatakan bahwa suami mendukung serta ikut mengantarkan istrinya untuk memasang KB karena istri tidak bisa menggunakan sepeda motor. Pernyataan suami dapat dilihat seperti di bawah ini. Kalau peran saya ya selalu mendukung istri kalau mau pakai KB jenis apa saja, yang penting aman dan saya juga nganterin istri kalau mau pasang KB, soalnya istri gak bisa naik motor. (Wawancara mendalam. RS 1 P) Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil FGD yang dilakukan pada istri pasangan usia subur pengguna implant mendapatkan hasil bahwa sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk digunakan karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah, tidak membuat menstruasi, tidak menimbulkan keputihan, mudah meraba implant karena dipasang dilengan sehingga lebih mudah memeriksa dan memperkecil terjadinya ekspulsi/implant lepas. Pernyataan informan terkait dengan sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat seperti di bawah ini. Implant sangat penting karena efektif, bisa digunakan lama dan bisa mencegah kehamilan. Saya ingin tetap pake implant kan gak bikin keputihan kayak waktu pake spiral dan gak bikin datang bulan juga, jadi saya seneng ajak kan jadi bisa terus mebanten. (FGD RFP 1. Br. T)

72 54 Sangat penting kalo susuk ini juga bisa lebih lama digunakan dan tidak was-was untuk sering kontrol dan tidak lupa seperti pil kb. Saya tetep pengen lanjut terus pake susuk soalnya gak perlu takut lepas kan gampang ngerabanya karena dipasang di tangan, tapi harus inget kalo tiga tahun harus udah diganti lagi pake implant yang baru. (FGD RFP 3. Br. T) Pernyataan informan pengguna implant tentang pengaruh orang lain dalam pemilihan alat kontrasepsi implant dari 10 orang informan, ada dua orang yang menyatakan bahwa terdapat orang lain yang mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi implant dan delapan orang menyatakan tidak ada yang mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi implant. Pernyataan dua orang yang menyatakan ada yang mempengaruhi dapat dilihat sebagai berikut. Ada teman yang deket rumah yang nyuruh pakai implant saja, katanya bisa pakai lama bertahun-tahun serta mendapat informasi dari bidan jadi saya pakai implant. (FGD RFP 3.Br.T) Ada bidan yang di puskesmas yang menyarankan agar pakai implant dan tetangga yang ngasi tau tentang implant karena dia juga pakai. (FGD RFP 6.Br.T) Pernyataan dari delapan orang yang menyatakan tidak ada orang lain yang mempengaruhi dalam pemilihan implant dapat dilihat seperti di bawah ini. Tidak ada yang mempengaruhi, cuma informasinya saya dapat dari saudara dan bidan yang sudah pakai implant katanya bagus dan aman. (FGD RFP 1.Br.T) Tidak ada yang mempengaruhi, karena merupakan keinginan sendiri dan sudah mendapat informasi yang jelas tentang implant dari teman yang sudah pakai implant dan dari bidan praktek swasta. (FGD RFP 1.Br.T) Hasil FGD pada istri pasangan usia subur bukan pengguna implant mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi dapat dilihat bahwa dari 10 informan bukan pengguna implant, satu orang ada yang

73 55 mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan dan sembilan orang tidak ada yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan. Pernyataan satu orang informan yang menyatakan ada yang mempengaruhi pemilihan alat kontrasepsi diuraikan sebagai berikut. Yang mempengaruhi pakai KB dari bidan, dibilang pakai spiral bagus karena menstruasinya lancar, tapi saya takut karena proses pemasangannya. (FGD RFB 6.ULM) Tidak ada orang lain yang mempengaruhi saya pakai KB, mertua tidak menyarankan atau mempengaruhi, bidan hanya menginformasikan untuk pakai, tapi apa yang mau dipakai terserah kita. (FGD RFB 4.ULM) Pernyataan informan pengguna implant yang diperoleh dari hasil FGD mengenai peran TV, media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi dalam pembentukan opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant diperoleh hasil bahwa seluruh informan pengguna implant menjawab bahwa TV, media massa serta internet sangat berperan dan penting untuk memperoleh informasi selain dari bidan. Berikut beberapa pernyataan yang diuraikan oleh informan pengguna implant yang menjawab bahwa TV, media massa serta internet berperan dan penting serta isu-isu terkait seputar implant yang dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut alat kontrasepsinya lepas atau patah. Berikut pernyataan informan yang dapat dilihat seperti dibawah ini.

74 56 Sangat berperan untuk memudahkan kita mengakses informasi tentang KB, kalau isu-isu tentang implant yang pernah saya dengar seperti takut kalau lama tidak dilepas bisa tertimbun dengan jaringan lemak. (FGD RFP 1. Br.T) Berperan untuk memperoleh informasi tambahan, selain dari bidan. Isu-isu tentang implant yaitu kalau pakai implant harus sering kontrol takutnya kalau sering bergerak ngangkat-ngangkat implant bergeser, kalau terlalu lama pasang nanti tertutup lemak dan implantnya patah jadi susah untuk membuka jadi sakit kalau dibuka. (FGD RFP 3. Br.T) Hasil FGD dengan informan bukan pengguna implant mengenai peran TV, media massa, serta internet serta isu-isu yang mempengaruhi dalam pembentukan opini atau kepercayaan terhadap pemilihan alat kontrasepsi implant yang mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alkon implant diperoleh hasil bahwa TV, media massa serta internet kurang berperan karena jarang mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat di iklan TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Pernyataan dari informan bukan pengguna implant dapat diuraikan sebagai berikut. Saya sibuk kerja jadi jarang nonton TV, koran, apalagi internet, kalau isu-isu tentang kb juga saya tidak pernah dengar. (FGD RFB 1. ULM) Saya jarang datang ke posyandu, biasanya kan disana saya bisa ketemu sama bidan jadi bisa konsultasi, tapi karena saya sekarang udah buka usaha kecil-kecilan jadi gak sempat denger isu-isu tentang KB, nonton TV juga kalau malam hari aja, baca koran gak pernah, internet juga gak bisa pakai, jadi isu-isu tentang KB hampir gak pernah saya dengar. (FGD RFB 7. ULM)

75 Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil FGD pada istri pasangan usia subur pengguna implant dari 10 informan memberikan jawaban yang beragam seperti: mempunyai pengalaman menstruasi tidak teratur, takut mengangkat beban berat, flek di wajah, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena tidak kontrol berulang-ulang. Pernyataan informan pengguna implant terkait dengan pengalaman setelah penggunaan implant dapat diuraikan sebagai berikut. Pengalaman saya dapat seperti menstruasi agak tidak teratur, sempat nanya ke bidan dibilang tidak apa-apa jadi lanjut saja, beberapa lama setelah pemasangan tidak boleh mengangkat berat, takutnya kan basah jadi kegeser, tapi selanjutnya boleh ngangkat yang berat. (FGD.RFP 1. Br. T) Pengalaman saya ada gatal dan agak lebam saat pertama pemasangan,muka flek, lama gak datang bulan, selain itu gak ada keluhan lagi. (FGD.RFP 2. Br. T) Keluhan tidak ada, cuma pakai implant itu bagi saya merasa nyaman dan praktis untuk pemakaiannya karena tidak ribet, tidak isi kontrol berulangulang. (FGD.RFP 9. Br. T) Hasil FGD pada istri PUS bukan pengguna implant didapatkan hasil bahwa dari 10 informan, yang pernah mendengar tentang KB implant hanya tiga orang saja. Pengalaman yang diperoleh tentang alat kontrasepsi implant didapatkan dari teman dan tetangga yang memberikan informasi saja. Contoh pernyataannya dapat dikutip sebagai berikut. Pernah dengar tentang implant yaitu KB untuk mencegah kehamilan yang dipasang sebelah kiri. (FGD RFB 4.ULM)

76 58 Pernah mendengar implant dari tetangga dan teman, implant merupakan alat kontrasepsi yang dipasang di lengan atas di bawah kulit. (FGD RFB 6.ULM) Baru-baru ini mendengar ada KB yang dipasang di lengan dari tetangga, jarak pasang kbnya lebih panjang katanya. (FGD RFB 8.ULM) Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil FGD pada pengguna dan bukan pengguna implant menyatakan tidak ada budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant. Pernyataan dari informan pengguna implant dapat dilihat seperti di bawah ini. berikut. Di tempat tinggal saya tidak ada budaya yang mempengaruhi penggunaan KB implant. (FGD.RFP 2. Br. T) Pernyataan dari informan bukan pengguna implant dapat dilihat sebagai Tidak ada budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang mempengaruhi saya di dalam memilih dan memakai KB. (FGD RFB 1.ULM) Pernyataan Bidan Puskesmas yang menyatakan ada budaya atau tradisi di masyarakat yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dapat diuraikan seperti di bawah ini. Pernah dengar sih, katanya kalau di Jawa banyak yang pakai implantkarena budaya atau tradisi disana yang tidak memperbolehkan membuka aurat, jadi lebih memilih menggunakan implant daripada IUD. (Wawancara mendalam PR 2.P.DUI)

77 59 Hasil wawancara dengan suami tentang budaya yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi didapatkan bahwa ada budaya di Bali yang mempengaruhi penggunaan KB yaitu Budaya tentang jumlah anak dan nilai anak. Pernyataan suami dapat dilihat sebagai berikut. Bicara tentang Budaya sebenernya kan kalau di Bali KBnya itu sampai anak yang ke4, tapi kalau program KB kan 2 anak cukup, jadi ya kasian aja kalau nantinya Komang dan Ketutnya gak ada, tapi kalau sekarang dipikir-pikir lagi, kayaknya gak sanggup kalau mesti punya anak banyak, takut gak keurus nantinya, apalagi biaya sekolahnya mahal. (Wawancara mendalam RS 1 P) Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur Hasil FGD yang dilakukan pada informan pengguna implant menyatakan bahwa fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi implant yaitu dari 10 informan, yang mendapat pelayanan KB di Puskesmas sebanyak empat orang, di Klinik swasta sebanyak tiga orang dan di Bidan Praktek Swasta sebanyak tiga orang. Alasan memilih tempat tersebut karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biayanya gratis. Informasi yang diberikan oleh informan dapat diuraikan seperti di bawah ini. Saya pasang KB di bidan praktek swasta karena kebetulan sudah kenal sama bidannya dan sudah sering kesana untuk periksa, jaraknya kurang lebih satu km. (FGD.RFP 3. Br. T) Saya mendapat pelayanan KB di klinik swasta karena sudah berlangganan disitu, jarak kurang lebih tiga km dari rumah, kesana menggunakan sepeda motor dan diantar oleh suami. (FGD.RFP 4. Br. T) Pasang implant di puskesmas karena dekat rumah, jaraknya kurang lebih satu km dari rumah, dianter kesana sama suami dan biayanya gratis. (FGD.RFP 8. Br. T)

78 60 Hasil wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas dan Bidan Praktek Swasta didapatkan pernyataan seperti di bawah ini. Kalau KB implant memang akseptornya sedikit dibanding KB yang lain padahal implantnya sendiri di gratiskan di puskesmas. Kalau tenaga bidan disini semua sudah dilatih pemasangan dan pencabutan implant, kalau di puskesmas lain mungkin belum semua dilatih, jadi kadang pasien yang mau pasang implant dikirim ke Puskesmas. Kadang juga ada yang dipasang implant pada saat ada Baksos, semuanya gratis. Implantnya dikasi BKKBN yang 2 batang. (Wawancara mendalam PR 1. P. DU I) KB implantnya gratis di Puskesmas, disini semua Bidan sudah dilatih implant, selain di puskesmas juga ada pelayanan pemasangan KB gratis di luar gedung. Implantnya diberikan sama BKKBN. (Wawancara mendalam PR 2. P. DU I) Kalau pasang implant di praktek saya pastinya bayar karena kan swasta, saya juga pakai implant yang 1 batang, saya gak pakai yang dari BKKBN soalnya lebih sulit pasangnya, kalau yang 1 batang lebih gampang pasangnya. Kalau pelatihan implant saya sudah dapat, tapi kalau asisten saya belum. (Wawancara mendalam PR 3. BPS) Saya tidak pernah memasang implant, karena belum dapat pelatihan, kalau ada pasien yang mau pakai implant biasanya saya rujuk ke Puskesmas. (Wawancara mendalam PR 4. BPS) Pernyataan mertua tentang fasilitas dan sarana yang terkait dengan penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri (PUS) dapat diuraikan seperti di bawah ini. Masang KB ring Dinas Kebersihan bu, drike mantun tiang nikaine mepasang, nak polih gratis, ten naur napi. (Wawancara mendalam RM 3)

79 Pembahasan Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil penelitian mengenai persepsi istri PUS dalam penggunaan alat kontrasepsi implant bagi akseptor pengguna implant tergolong baik karena ratarata informan memiliki pandangan yang positif tentang KB implant baik dari segi pemakaiannya yang simpel dan tidak ribet karena tidak memerlukan kontrol berulang kali, dapat dipergunakan dalam jangka waktu yang panjang, tidak sakit pada saat pemasangan karena sudah dibius, tidak perlu dipasangkan alat lewat vagina seperti saat pemasangan IUD, serta adanya isu bahwa alat kontrasepsi implant dapat membuat cantik dan tidak membuat jerawat sehingga akseptor menjadi tertarik untuk menggunakan implant. Hal ini sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Oktarina (2013) yang meneliti tentang persepsi suami dalam pemilihan alat kontrasepsi di Puskesmas Kuranji Padang, menyatakan bahwa persepsi suami dalam penggunaan alat kontrasepsi tergolong baik. Studi kualitatif yang dilakukan oleh Nalwadda (2010) yang meneliti tentang persepsi dan hambatan dari pengguna kontrasepsi menemukan hasil bahwa masih adanya kendala dalam perubahan persepsi dan pergeseran perilaku terhadap penggunaan kontrasepsi. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong kurang baik karena rata-rata informan tidak ingin menggunakan implant yang diakibatkan oleh adanya isu bahwa dalam proses pemasangan implant diperlukan tindakan operasi sehingga akan mengalami rasa sakit sehingga calon akseptor

80 62 takut untuk memakai alkon implant hal ini diakibatkan oleh pengetahuan yang kurang tentang implant sehingga dapat mempengaruhi persepsi mereka tentang alat kontrasepsi implant. Penelitian yang dilakukan oleh Maryatun (2009) juga menunjukkan bahwa ada hubungan antara persepsi ibu tentang demand atau alasan menggunakan alat kontrasepsi. Persepsi merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca inderanya. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang digunakannya. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dilandasi dengan adanya teori dari Lawrence Green yang mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor pokok yakni faktor perilaku serta faktor di luar perilaku. Perilaku seseorang dapat ditimbulkan dengan adanya persepsi. Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang penting bagi manusia dalam merespon kehadiran berbagai aspek dan gejala di sekitarnya. Setiap manusia memiliki perbedaan persepsi serta sudut pandang antara yang satu dengan yang lainnya. Ada yang mempersepsikan sesuatu itu baik atau persepsi positif dan ada juga yang mempunyai persepsi yang tidak baik atau negatif yang mempengaruhi perilaku serta tindakan seseorang. Pada dasarnya proses terbentuknya persepsi terjadi dalam diri seseorang, namun persepsi juga dapat dipengaruhi oleh pengalaman, proses belajar serta

81 63 pengetahuan seseorang. Pengetahuan yang kurang tentang implant juga sangat mempengaruhi persepsi dari istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant merupakan suatu proses yang terjadi pada istri pasangan usia subur untuk mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan alat kontrasepsi yang digunakannya Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil penelitian mengenai sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant tergolong baik yang terlihat dalam pernyataan dari informan pengguna implant bahwa penggunaan implant sangat penting karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah sehingga dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi implant. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik karena pengetahuan informan tentang alat kontrasepsi implant sangat kurang hal ini disebabkan oleh keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi implant. Peran TV, media massa serta internet dalam penggunaan implant pada istri pasangan usia subur bagi informan pengguna implant sangat berperan dan penting untuk memperoleh informasi selain dari bidan, sedangkan bagi bukan pengguna implant menyatakan kurang berperan karena jarang mengakses serta hanya beberapa jenis kontrasepsi saja yang pernah dilihat di iklan TV dan tidak pernah mengakses media massa serta internet. Isu-isu terkait seputar

82 64 implant yang dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dapat dilihat dari pernyataan informan pengguna implant seperti takut apabila kontrasepsi implant dipergunakan lebih lama dari jangka waktu yang telah ditentukan maka alkonnya tertimbun jaringan lemak sehingga sulit untuk dilepaskan serta isu bahwa apabila menggunakan alat kontrasepsi implant tidak boleh sering mengangkat benda yang berat karena takut terjadi ekspulsi. Pendapat informan bukan pengguna implant dapat mempengaruhi sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant di dalam memutuskan untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi implant. Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), yang meneliti tentang implementasi program KB di Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang menyatakan bahwa sikap dari para penerima program KB dalam hal ini pria masih tergolong baik. Sikap merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh pengalaman serta mempunyai pengaruh secara dinamik terhadap respon seseorang. Ekarini (2008), juga mendapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara variabel sikap dengan pelayanan KB. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap yaitu pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, media massa serta faktor emosional. Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant mengacu pada teori dari Lawrence Green (1980), yang menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok yaitu faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk dari tiga faktor yaitu faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Sikap merupakan faktor predisposisi yang diperoleh dari pengalaman pribadi, pengaruh

83 65 orang lain yang dianggap penting, media massa, lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta faktor emosional. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat berubah apabila terdapat situasi atau keadaan yang mempermudah sikap pada individu tertentu Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil penelitian tentang pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant didapatkan hasil bahwa pengalaman istri pasangan usia subur sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur, menstruasi lebih lama atau tidak menstruasi, takut mengangkat beban yang berat karena takut implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena tidak kontrol berulang-ulang. Pengalaman diartikan sebagai sesuatu yang pernah dialami oleh seseorang atau individu. Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori yang menerima serta menyimpan peristiwa yang terjadi atau dialami individu pada waktu dan tempat tertentu dan mempunyai fungsi sebagai referensi otobiografi. Pengalaman merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia sehariharinya. Pengalaman juga sangat berharga bagi setiap manusia, dan pengalaman juga dapat diberikan kepada siapa saja untuk digunakan serta menjadi pedoman dalam pembelajaran manusia. Pengalaman istri PUS terhadap penggunakan alat kontrasepsi yang dipilihnya merupakan sesuatu yang tidak terlupakan, karena sebagian besar istri yang menggunakan alat kontrasepsi menginginkan hal yang terbaik dan tanpa adanya efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang mereka pakai.

84 66 Hal ini sejalan dengan studi deskriptif yang dilakukan oleh Wahyu (2013), menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan dasar sebanyak 19 orang (56%), pengetahuan kurang sebanyak 24 orang (70%) dan responden yang mengalami pengalaman buruk sebanyak 20 orang (59%). Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant didukung oleh teori dari Albert Bandura tentang teori Social Learning yang menekankan pada komponen kognitif dari pikiran, pemahaman, dan evaluasi. Menurut Albert Bandura, orang belajar melalui pengalaman langsung atau melalui pengamatan. Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant sangat penting untuk mengetahui penyebab dari pengambilan keputusan di dalam pemilihan alat kontrasepsi yang mereka pergunakan Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Hasil penelitian mengenai budaya tentang jumlah anak serta nilai anak masih mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Proses pengambilan keputusan didalam pemilihan alat kontrasepsi yang akan digunakan diserahkan sepenuhnya kepada istri. Faktor budaya dalam penelitian ini terkait dengan budaya yang ada di lingkungan masyarakat Bali tentang penggunaan alat kontrasepsi implant pada istri pasangan usia subur. Budaya merupakan hasil karya manusia dalam usahanya mempertahankan hidup, mengembangkan keturunan serta meningkatkan kesejahteraan mereka

85 67 dengan segala keterbatasan jasmaninya serta sumber-sumber alam yang ada disekitarnya. Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan menyelimuti perasaan-perasaan serta emosi seseorang sehingga dapat menjadi sumber bagi sistem penilaian individu tentang hal yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral serta sumber dari nilai-nilai moral tersebut yaitu pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel sosial budaya terhadap KB. Faktor budaya yang dibahas dalam penelitian ini diperkuat dengan adanya teori dari Lawrence Green yang menyatakan bahwa budaya merupakan faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam hal ini istri pasangan usia subur dalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipakainya. Faktor budaya diperkuat dengan adanya teori social learning atau teori belajar sosial yang dikemukakan oleh Albert Bandura yang menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui sistem kognitif orang tersebut. Albert Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata-mata refleks atas stimulus, melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara lingkungan dengan skema kognitif manusia itu sendiri.

86 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur Hasil penelitian mengenai fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi implant sangat mendukung yang dapat dilihat dari tersedianya fasilitas serta sarana kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB, selain itu dapat juga dilihat dari jawaban informan bahwa rata-rata informan menjawab mendapat pelayanan KB di Puskesmas, di Klinik swasta dan di Bidan Praktek Swasta yang menandakan bahwa sebagian besar sudah mengakses fasilitas serta sarana kesehatan. Alasan memilih tempat tersebut juga telah diuraikan yaitui karena dekat dengan rumah, sudah kenal dengan Bidan, sudah berlangganan dan karena biaya gratis. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ekarini (2008), menyatakan bahwa terdapat hubungan antara variabel akses layanan termasuk fasilitas serta sarana terhadap KB. Fasilitas merupakan segala sesuatu yang berkaitan dengan tempat yang dipakai untuk menyelenggarakan pelayanan yang diberikan. Ketersediaan fasilitas kesehatan terkait dengan tempat yang digunakan untuk memperoleh pelayanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik swasta, bidan praktek swasta, rumah sakit dan lain-lain. Sarana merupakan penunjang didalam menyelenggarakan pelayanan.ketersediaan sarana terkait dengan alat-alat serta obat-obatan yang mendukung penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Teori Lawrence Green menjadi dasar didalam menentukan faktor ketersediaan fasilitas serta sarana sebagai faktor eksternal yang mempengaruhi perilaku seseorang. Teori ini menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi

87 69 perilaku seseorang untuk mengakses pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas serta sarana yang mendukung dalam pelayanan kesehatan, dimana dalam hal ini dibahas tentang pelayanan KB implant pada istri pasangan usia subur Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor-faktor yang mempengaruhi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri dari faktor persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant, faktor sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, serta faktor pengalaman istri pasangan usia subur tentang penggunaan alat kontrasepsi. Faktor eksternal terdiri dari faktor budaya dalam penggunaan alat kontrasepsi implant serta faktor ketersediaan fasilitas dan sarana dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Imroni (2009) menyatakan bahwa faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan implant adalah sikap ibu mengenai implant dan peran suami mengenai implant, sedangkan variabel tingkat pendidikan, pengetahuan tentang implant, dan pelayanan konseling KB tidak berhubungan dengan penggunaan implant.

88 Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant yaitu telah tersedianya alat kontrasepsi implant baik dari BKKBN yang didapatkan secara gratis maupun dari pihak swasta yang diperoleh dengan membeli kontrasepsi implant seperti produk implanon yang berjumlah satu batang. Fasilitas untuk mengakses pelayanan implant juga telah terjangkau yaitu ada yang mendapat pelayanan di Puskesmas dengan alasan jarak maupun biaya yang terjangkau, atau ada juga yang memilih di swasta seperti Bidan Praktek Swasta karena menginginkan kualitas serta kenyamanan dari pelayanan. Adanya dukungan suami di dalam penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant juga menjadi faktor yang mendukung istri untuk memilih alat kontrasepsi implant, karena dengan adanya kerjasama serta saling percaya maka dalam keadaan ideal akan dapat memilih metode kontrasepsi yang tepat dan yang terbaik. Kerjasama disini dapat berupa kerjasama dalam pemakaian, pembiayaan serta memperhatikan tanda bahaya setelah pemakaian kontrasepsi tersebut. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2010), yang menyatakan bahwa faktor-faktor yang mendukung ibu dalam penggunaan alat kontrasepsi implant diperoleh bahwa faktor pengetahuan, pendidikan, dan ekonomi mendukung penggunaan implant Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant Faktor penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan implant adalah masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak

89 71 yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant, tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant sehingga hanya yang sudah terlatih saja dapat memberikan pelayanan KB implant, kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat sehingga menimbulkan pengetahuan yang kurang serta pemahaman yang salah tentang penggunaan alat kontrasepsi implant. Sejalan dengan studi kualitatif yang dilakukan oleh Oktaviani (2010), menyatakan bahwa faktor yang menghambat penggunaan KB yaitu implementasi program KB dinyatakan kurang, jaringan komunikasi dalam mensosialisasikan program KB kurang dan partisipasi masyarakat rendah. 4.5 Keterbatasan Penelitian Keterbatasan dalam penelitian ini meliputi subyektifitas yang ada pada peneliti. Penelitian ini sangat tergantung pada interpretasi penelitian serta makna yang tersirat di dalam melakukan FGD dan wawancara mendalam sehingga kecenderungan untuk bias masih tetap ada. Untuk mengurangi bias maka dilakukan proses triangulasi yaitu dengan menggunakan triangulasi sumber. Triangulasi sumber dilakukan dengan cara cross check data dengan fakta dari informan yang berbeda dan dari hasil penelitian lainnya.

90 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan pembahasan diatas dapat ditarik simpulan sebagai berikut Persepsi istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant 1. Persepsi istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik karena rata-rata informan memiliki pandangan yang positif tentang implant. 2. Persepsi istri pasangan usia subur bukan pengguna implant tergolong kurang baik karena rata-rata informan kurang mengetahui tentang alat kontrasepsi implant yang mengakibatkan akseptor KB bukan pengguna implant tidak ingin menggunakan alat kontrasepsi implant Sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant 1. Sikap istri pasangan usia subur bagi pengguna implant tergolong baik yang terlihat dalam pernyataan bahwa penggunaan implant sangat penting untuk digunakan karena efektif serta dapat digunakan jangka panjang untuk menunda kehamilan dan menjaga jarak kehamilan, tidak sering kontrol, tidak mudah lupa serta mempunyai tingkat kegagalan yang rendah. 2. Sikap istri pasangan usia subur bukan pengguna implant kurang baik karena keterbatasan mereka untuk memperoleh informasi tentang alat kontrasepsi implant. Isu-isu terkait seputar implant juga mempengaruhi 72

91 73 sikap istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant sehingga diperlukan penyampaian informasi yang benar dan akurat baik dari tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet Pengalaman istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant 1. Pengalaman istri pasangan usia subur pengguna implant sangat bervariasi seperti menstruasi tidak teratur dan lebih lama, tidak menstruasi, flek di wajah, takut mengangkat beban yang berat karena takut implant patah atau rusak, gatal-gatal dan bengkak sehabis pemasangan, nyaman dan praktis serta tidak ribet karena tidak usah kontrol berulang-ulang. 2. Pengalaman istri pasangan usia subur bukan pengguna implant yaitu tidak pernah mempunyai pengalaman dalam penggunaan implant karena informasi yang diperoleh tentang alkon implant kurang sehingga memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi lain Budaya pada istri pasangan usia subur dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant Budaya pada istri pasangan usia subur masih mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant. Hal ini dinyatakan dari pernyataan suami yang mengatakan bahwa masih ada budaya tentang jumlah anak serta nilai anak yang mempengaruhi dalam memutuskan penggunaan alat kontrasepsi implant.

92 Ketersediaan fasilitas dan sarana untuk penggunaan alat kontrasepsi implant bagi istri pasangan usia subur Fasilitas dan sarana baik bagi pengguna maupun bukan pengguna implant sangat mendukung, yang dapat dilihat dari tersedianya fasilitas serta sarana kesehatan yang menunjang dalam pelayanan KB Faktor Pendukung istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant 1. Tersedianya alat kontrasepsi implant dari BKKBN yang diberikan secara gratis maupun dari pihak swasta yang didapatkan dengan membayar. 2. Terjangkaunya fasilitas untuk mengakses pelayanan implant. 3. Adanya dukungan suami dalam memilih penggunaan alat kontrasepsi khususnya implant Faktor Penghambat istri pasangan usia subur dalam penggunaan alat kontrasepsi implant 1. Masih adanya faktor budaya di Bali seperti jumlah anak serta nilai anak yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi implant. 2. Tidak semua tenaga kesehatan mendapatkan pelatihan tentang implant. 3. Kurangnya promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat. 5.2 Saran Bagi Tenaga Kesehatan Perlu meningkatkan promosi serta sosialisasi tentang alat kontrasepsi implant di masyarakat dengan melaksanakan penyuluhan tentang KB serta

93 75 memberikan penjelasan tentang isu-isu kontroversial yang berkembang di masyarakat terhadap efek samping yang ditimbulkan dari pemakaian alat kontrasepsi implant Bagi Dinas Kesehatan Dan BKKBN 1. Perlu ditingkatkannya pelaksanaan pelatihan-pelatihan tentang implant untuk menambah kompetensi serta keterampilan dalam memberikan pelayanan implant. 2. Perlu memberikan anggaran untuk pemberian reward atau tanda jasa bagi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan implant untuk memotivasi dalam memberikan pelayanan khususnya KB implant. 3. Pemberian reward kepada calon akseptor implant agar mempunyai keinginan untuk menggunakan implant sehingga cakupan KB implant dapat ditingkatkan Bagi Masyarakat Masyarakat sebaiknya selalu mencari serta mengakses informasi yang benar dan akurat tentang hal-hal yang berkaitan dengan penggunaan alat kontrasepsi implant termasuk efek samping dari penggunaan implant kepada tenaga kesehatan, TV, media massa maupun internet Bagi Peneliti Selanjutnya Peneliti selanjutnya sebaiknya meneliti tentang faktor-faktor lain yang mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant dengan sampel yang lebih besar agar hasil yang diperoleh dapat di generalisasi.

94 76 DAFTAR PUSTAKA Asih, Y Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Numed. Azwar, S Sikap Manusia, Teori dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar. Azzahy Persepsi dan Motivasi. Jakarta: EGC. Badan Pembangunan Nasional Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJM) Tahun Jakarta. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara Dalam Angka, Medan. Sumatera Utara: BPS. BKKBN Kependudukan dan Pembangunan. Available at: / news detail. Php? nid 790. Sitasi 14 Desember 2013 BKKBN Pembangunan Program Kesehatan Berencana Nasional Menuju Indonesia Sehat BKKBN NAD BKKBN Laporan Umpan Balik Analisis dan Evaluasi Data Hasil Pelkon dan Dallap Provinsi Bali Cresswell, J Research Design : Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. SAGE Djam an & Aan Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Ekarini, S Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Emon, S Perlukah Kontap Pria Digunakan Kembali? Available from: www. Posmetro Padang. Com. Sitasi 10 Desember Gibson, J. L Organisasi Perilaku, Struktur, Proses, Jilid I, Edisi VIII, Andriani, N (Alih Bahasa). Jakarta : Bina Rupa Aksara. Gunarso, S Psikologi Perawatan. Jakarta : BPK Gunung Mulia Hartanto, H Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Harymawan Dukungan Suami dan Keluarga. Available from: Sitasi 4 Februari 2014.

95 77 Hoggart, L Understanding Long-Acting Reversible Contraception : An In- Depth Investigation Into Sub-Dermal Contraceptive Implant Removal Amongst Young Women in London. University of Greenwich Hurlock The Psychology of Dress: An Analysis of Fashion and Motive. Chicago: Ayer Publishing. Imroni, M Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Implant Di Desa Parit Kecamatan Indralaya Utara Kabupaten Ogan Ilir (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Indira, L Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Jenis Kontrasepsi Yang Digunakan Pada Keluarga Miskin (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Kamisa Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Kartika. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Depdiknas. Kurnia Tingkat Pengetahuan WUS Tentang KB Implant di Desa Mantingan Kecamatan Mantingan Kabupaten Ngawi (Tesis). Surakarta: Universitas Diponegoro. Larang, A Hubungan Antara Persepsi Pasien Tentang Pelayanan Tenaga Kesehatan Dengan Kepuasan Pasien Di Puskesmas Kumelembuai Kecamatan Kumelembuai Kabupaten Minahasa Selatan (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Leimena Panduan Bidan Tingkat Desa. Jakarta. Maryatun Analisis Faktor-Faktor Pada Ibu Yang Berpengaruh Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi IUD Di Kabupaten Sukoharjo (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Maulana Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC. Mendatu, A Etnosentrisme. Jakarta: Pustaka Pelajar. Moleong Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya Muchlas, M Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Program Pendidikan Pasca Sarjana Magister Manajemen Rumah Sakit UGM Nalwadda Persistent high fertility in Uganda: young people recount obstacles and enabling factors to use of contraceptives: BMC Public Health. Notoatmojo, S Pendidikan dan Prilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Nurazizah Strategi Pemasaran FK Ekonomi. Universitas Jendral Sudirman.

96 78 Nurfaidah Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Penggunaan Kb Suntik, IUD Dan Implant Di Desa Fidy Jaya Wilayah Kerja Puskesmas Weda Kecamatan Weda Kabupaten Halmahera Tengah Propinsi Maluku Utara (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Oktarina, R Persepsi Suami Dalam Pemilihan Alat Kontrasepsi Di Puskesmas Kuranji Padang (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Oktaviani, A Implementasi Program Keluarga Berencana Di Kelurahan Lamper Tengah Kecamatan Semarang Selatan (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Purwanto, H Pengantar Perilaku Manusia Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Purwanto, S Metodologi Penelitian. Jakarta: Gramedia Pustaka. Raco Metode Penelitian Kualitatif Jenis, Karakteristik dan Keunggulan. Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia. Rahmah Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Pada Akseptor KB di Wilayah Kerja Puskesmas Lampulo Kecamatan Kuta Alam Banda Aceh (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Rahmat Psikologi Komunikasi. Bandung: Shindunata Robin, P. S Perilaku Organisasi, Jilid I. Jakarta: PT. Prenhalindo Saifuddin Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Saifuddin Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Bina Pustaka Saryono & Anggraeni Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta: Numed Siagian Manajemen Sumber Daya Manusia (cetakan 15). Jakarta: Bumi Aksara Simon, A. & Shcuster Manajeman Sumber Daya Manusia Jilid 2, Alih Bahasa Benyamin Molan. Jakarta: PT. Dadi Karyana Abadi. Speziale & Carpenter Qualitative research in nursing Advancing the humanictic imperative. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. Sudaryanto Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

97 79 Sudrajat Media Pembelajaran. Yogyakarta: Numed. Sugihartono Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press. Sunaryo Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC. Suparyanto Konsep Dasar Keluarga Berencana. Available From: suparyanto.blogspot.com. Sitasi 15 Desember 2013 Susanti Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan (Tesis). Semarang: Universitas Diponegoro. Sutjipto Konsep Dasar Minat. Yogyakarta: Numed. Sutopo Penelitian Kualitatif: Dasar Teori dan Terapannya Dalam Penelitian (Tesis). Surakarta: Universitas Sebelas Maret. Syah, M Psikologi Belajar. Jakarta: Pustaka Pelajar. Toha, M Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Grafindo Persada. Walgito, B Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andy. WHO Modul Safe Motherhood. Jakarta: Depkes RI. Widayatun Ilmu Prilaku. Jakarta: Sagung Seto. Widhiyani Efektivitas Implementasi Sistem Informasi Berbasis Teknologi. Buletin Studi Ekonomi, volume 13. No. 2 Winardi Motivasi dan Pemotivasian Manajemen. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Winkjosastro Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Wirosuhardjo, K Dasar-Dasar Demografi. Jakarta: Universitas Indonesia

98 1 Lampiran 1 JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN PENELITIAN No 1 Pengajuan Judul Kegiatan 2 Survey Awal Penyelesaian dan Bimbingan Proposal dari Bab I 3 s/d III 4 Sidang Proposal 5 Revisi Proposal 6 Pengurusan Ijin Penelitian 6 Penelitian 7 Penyelesaian dan Bimbingan Tesis 8 Sidang Hasil 9 Sidang Tesis Tahun 2014 Januari Februari Maret April Mei Juni

99 Lampiran 2 ANGGARAN BIAYA PENELITIAN A. Penelitian Proposal 1. Foto Copy Materi untuk literatur Rp Pembelian 1 buah flashdisk Rp Rental Komputer dan Print Rp Biaya Internet Rp Transportasi Rp Biaya Tak Terduga Rp B. Administrasi Penelitian 1. Biaya izin penelitian di lokasi Rp C. Pengumpulan dan Analisa Data 1. Biaya Penggandaan Pedoman FGD dan Pedoman Wawancara Mendalam serta Lembar Persetujuan Partisipan Rp Biaya Transportasi Rp Biaya kenang-kenangan untuk partisipan Rp D. Penyusunan Hasil Perbaikan 1. Pengetikan dan Print Perbaikan Laporan Rp Penggandaan dan Penjilidan Rp Jumlah Rp

100 73 Lampiran 3 PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS UDAYANA Pernyataan Kesediaan Menjadi Partisipan Saya yang bertanda tangan dibawah ini : Nama : Umur : Alamat : Dengan ini saya menyatakan bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang dilaksanakan oleh Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, yang bernama Dewa Ayu Nida Gustikawati, dengan judul Faktor Pendukung Dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas I Denpasar Utara. Saya mengetahui dan menyadari bahwa informasi yang saya berikan ini bermanfaat bagi saya sendiri, masyarakat dan peneliti. Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat dipergunakan seperlunya. Denpasar, Partisipan

101 74 Lampiran 4 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD) UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR BUKAN PENGGUNA IMPLANT 1. Nama Fasilitator : 2. Tanggal FGD : 3. Nama Informan : NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT

102 75 A. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati, mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi. 4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang dibantu oleh pendamping peneliti. 5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai. B. Pertanyaan yang diajukan 1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing: sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)! 2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan saat ini? Probing: berapa lama menggunakan dan alasan menggunakannya! 3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? 4. Menurut pandangan Ibu, apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB) yang ibu pilih? Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat. 5. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang ibu gunakan? Probing: Jelaskan isu-isu yang pernah didengar dari TV, media massa, serta internet!

103 76 6. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB)? 7. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang Ibu gunakan! 8. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi yang ibu pergunakan! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!

104 77 Lampiran 5 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA PANDUAN FOCUS GROUP DISSCUSION (FGD) UNTUK ISTRI PASANGAN USIA SUBUR PENGGUNA IMPLANT 1. Nama Fasilitator : 2. Tanggal FGD : 3. Nama Informan : NAMA UMUR PENDIDIKAN PEKERJAAN ALAMAT

105 78 C. Pendahuluan 1. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati, mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 2. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan saya mengumpulkan ibu-ibu disini adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant. 3. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi. 4. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang dibantu oleh pendamping peneliti. 5. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai. D. Pertanyaan yang diajukan 1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)! 2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Ibu gunakan dan sudah berapa lama menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut? 3. Ceritakan pandangan Ibu tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB implant/susuk! 4. Darimanakah ibu mendapatkan informasi mengenai alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? 5. Menurut pendapat Ibu, siapakah yang dapat menggunakan alat kontrasepsi implant/susuk? 6. Ceritakan apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk tersebut penting atau tidak untuk digunakan?

106 79 7. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi yang Ibu gunakan? Probing: pengaruh mertua, Bidan, PKB, tokoh masyarakat! 8. Ceritakan tentang peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan opini atau kepercayaan Ibu terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah didengar dari TV, media massa, serta internet! 9. Pengalaman apa yang Ibu dapatkan setelah menggunakan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Apakah ada kendala atau keluhan setelah pemasangan KB implant/susuk? 10. Setelah masa kerja alat kontrasepsi implant yang digunakan habis, apakah Ibu ingin tetap menggunakan atau ingin berhenti? Probing: Jelaskan pendapat Ibu! 11. Ceritakan tentang budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang mempengaruhi dalam penggunaan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapat Ibu! 12. Ceritakan tentang peran suami dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang Ibu gunakan! 13. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi implant/susuk! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!

107 80 Lampiran 6 FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT ISTRI PASANGAN USIA SUBUR DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA WAWANCARA MENDALAM BIDAN PUSKESMAS 4. Nama Fasilitator : 5. Tanggal Wawancaran Mendalam : 6. Nama Partisipan : 7. Alamat Partisipan : 8. Telepon Partisipan : E. Pendahuluan 5. Memperkenalkan diri. Saya adalah Dewa Ayu Nida Gustikawati, mahasiswa Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana. 6. Memberitahukan maksud dan tujuan diskusi. Tujuan kami adalah untuk mendapatkan informasi tentang Faktor Pendukung dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant. 7. Menjelaskan tentang kerahasiaan informan. Identitas yang diberikan responden pada hari ini akan sangat kami rahasiakan dan hanya untuk konsumsi pendidikan. Mohon kiranya memberikan informasi secara terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.

108 81 8. Mempersiapkan alat rekam. Minta ijin mempersiapkan alat perekam yang dibantu oleh pendamping peneliti. 9. Setelah tercipta suasana kondusif maka FGD baru bisa dimulai. F. Pertanyaan yang diajukan 1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di puskesmas! 2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu! 3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon akseptor KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang implant? 4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat pelayanan di Puskesmas! 5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant? 6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih, ketersediaan implant!

109 82 WAWANCARA MENDALAM BIDAN PRAKTEK SWASTA 1. Ceritakan tentang alur pelayanan KB yang Ibu berikan di tempat praktek Ibu! 2. Menurut Ibu, apakah informasi mengenai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat Ibu! 3. Ceritakan tentang informasi KB implant yang Ibu berikan pada calon akseptor KB! Probing: Siapakah yang Ibu berikan informasi tentang implant? 4. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang mendapat pelayanan di tempat praktek Ibu! 5. Menurut pendapat Ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant? 6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung penggunaan KB implant! Probing: berapa tenaga bidan yang sudah terlatih! WAWANCARA MENDALAM UNTUK PENYULUH KB (PKB) 1. Ceritakan tentang kegiatan yang ibu lakukan di lapangan terkait dengan pekerjaan ibu sebagai penyuluh KB! 2. Menurut pendapat ibu, apakah informasi mengenai alat kontrasepsi implant penting atau tidak untuk diinformasikan kepada akseptor atau calon akseptor KB? Probing: Jelaskan pendapat ibu! 3. Pernahkah ibu memberikan penyuluhan tentang alat kontrasepsi implant? Probing: Apabila pernah, informasi apa saja yang ibu berikan?

110 83 4. Siapa sajakah yang ibu berikan penyuluhan tentang implant? Probing: Jelaskan pendapat Ibu! 5. Ceritakan tentang peran suami calon akseptor KB yang ibu berikan penyuluhan! 6. Menurut pandangan ibu, apakah budaya atau tradisi di masyarakat mempengaruhi penggunaan alat kontrasepsi implant? Probing: budaya seperti apa? 7. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dan menghambat penggunaan KB implant? WAWANCARA MENDALAM UNTUK MERTUA 1. Menurut Ibu, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)! 2. Apakah ibu pernah menggunakan KB? Probing: Apabila pernah, KB apa yang ibu pernah pakai dan berapa lama memakainya? 3. Ceritakan tentang peran Ibu didalam pemilihan alat kontrasepsi yang dipergunakan oleh anak dan menantu ibu? Probing: Apakah ibu pernah menyarankan untuk memakai salah satu jenis KB? 4. Apakah ibu pernah mendengar tentang KB implant/ susuk? Probing: Apabilah pernah, jelaskan tentang KB implant! 5. Menurut pandangan Ibu, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapat Ibu!

111 84 6. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi yang digunakan oleh anak dan menantu ibu! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana! WAWANCARA MENDALAM UNTUK SUAMI 1. Menurut Bapak, apakah yang dimaksud dengan alat kontrasepsi (KB)? Probing: Sebutkan jenis-jenis alat kontrasepsi (KB)! 2. Alat kontrasepsi (KB) apa yang Bapak dan Istri pilih dan sudah berapa lama menggunakan alat kontrasepsi (KB) tersebut? 3. Ceritakan pandangan Bapak tentang alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan keunggulan, kelemahan dan efek samping KB implant/susuk! 4. Menurut pandangan Bapak, apakah alat kontrasepsi (KB) implant/susuk tersebut penting atau tidak untuk digunakan? 5. Ceritakan apakah ada orang lain yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi yang Bapak dan Istri gunakan? 6. Bagaimanakah peran TV, media massa, serta internet dalam pembentukan opini atau kepercayaan Bapak terhadap pemilihan alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan isu-isu tentang implant yang pernah didengar dari TV, media massa, serta internet!

112 85 7. Menurut pandangan Bapak, adakah unsur budaya, tradisi atau kepercayaan di masyarakat yang mempengaruhi dalam memilih alat kontrasepsi (KB) implant/susuk? Probing: Jelaskan pendapatnya! 8. Ceritakan tentang peran Bapak dalam pemilihan alat kontrasepsi (KB) yang digunakan! 9. Ceritakan tentang fasilitas dan sarana yang mendukung dalam pemilihan alat kontrasepsi implant/susuk! Probing: Dimanakah mendapatkan pelayanan kb, alasan memilih tempat tersebut, berapa biaya yang dikeluarkan serta sumber dana!

113 LAMPIRAN 7 86

114 87

115 LAMPIRAN 8 88

116 LAMPIRAN 9 89

117 90 Lampiran 10 DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) PENGUNA IMPLANT Papan Nama Balai Banjar Tainsiat Perkenelan dengan Peserta FGD Pengguna Implant Memberikan Penjelasan tentang Tata Cara Penelitian Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

118 91 Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant

119 92 Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS Pengguna Implant Foto Bersama setelah selesai Pengambilan Data FGD pada Istri Pus Pengguna Implant Foto Bersama setelah selesai Pengambilan Data FGD pada Istri Pus Pengguna Implant

120 93 LAMPIRAN 11 DOKUMENTASI FGD ISTRI (PUS) BUKAN PENGGUNA IMPLANT Papan Nama Rumah Makan Ulam Segara Perkenelan dengan Peserta FGD pada Istri Pus bukan Pengguna Implant Memberikan Penjelasan tentang Tata Cara Penelitian Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant

121 94 Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant

122 95 Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant

123 96 Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Proses Pengambilan Data FGD pada Istri PUS bukan Pengguna Implant Foto Bersama setelah selesai Pengambilan Data FGD pada Istri Pus bukan Pengguna Implant

124 97 Lampiran 12 DOKUMENTASI WAWANCARA MENDALAM Wawancara mendalam dengan Penyuluh KB Wawancara mendalam dengan Bidan Praktek Swasta Wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas Wawancara mendalam dengan Bidan Puskesmas Wawancara mendalam dengan Suami PUS Wawancara mendalam dengan Suami PUS

125 98 Wawancara mendalam dengan Suami PUS Wawancara mendalam dengan Mertua PUS Wawancara mendalam dengan Mertua PUS Wawancara mendalam dengan Mertua PUS

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

ANALISIS PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DESA KABBA KABUPATEN PANGKEP

ANALISIS PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DESA KABBA KABUPATEN PANGKEP ANALISIS PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PASANGAN USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IMPLANT DESA KABBA KABUPATEN PANGKEP Hendriani Syam STIKES Nani Hasanuddin Makassar Alamat korepondensi: hendrianisyam@yahoo.com.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. penghambat pengeluaran folicel stimulating hormon dan leitenizing hormon. sehingga proses konsepsi terhambat (Manuaba, 2002). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesteron,

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kontrasepsi Implant 1. Pengertian Kontrasepsi Implant Kontrasepsi adalah suatu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Sarwono,2002). Implant adalah suatu alat kontrasepsi

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan peningkatan penduduk yang tinggi. Berdasarkan jenis kelamin, jumlah penduduk laki-laki tercatat sebanyak 119.630.913

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten

SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR. : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten SATUAN ACARA PENYULUHAN KB IMPLAN PADA PASANGAN USIA SUBUR Pokok Bahasan Sub Bahasan Penyuluh : Keluarga Berencana : KB : Mahasiswa Jurusan Kebidanan Klaten Hari Tanggal : Waktu : Tempat : Sasaran : TUJUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR TESIS HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR PUTU EKA ARIMBAWA NIM 1292161025 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap bayi premature (lahir muda) makin dapat diselamatkan dari kematian, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk setelah perang dunia kedua sangat cepat meningkat, oleh karena penemuan dalam bidang kesehatan diantaranya usia harapan hidup makin panjang, angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal 9 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian Keluarga Berencana merupakan suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan menggunakan kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah di dunia yang sedang berkembang sudah terbukti dengan jelas, kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna terhadap mortalitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS, 2103) menyatakan bahwa angka kehamilan penduduk perempuan 10-54 tahun adalah 2,68 persen, terdapat kehamilan pada umur kurang 15 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya. pada tahun 2000 menjadi 237,6 juta di tahun 2010 (BKKBN, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN Dini Rahmayani 1, Ramalida Daulay 2, Erma Novianti 2 1 Program Studi S1 Keperawatan STIKES

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk merupakan masalah yang sedang dihadapi di Negara maju maupun di Negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk

Lebih terperinci

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016

Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Lembar Persetujuan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 16 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Ketut Budiartha, SE., Msi.,Ak.,CPA NIP. 19591202 198702 1 001 Dr.Drs.Herkulanus Bambang Suprasto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Defenisi Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun Indonesia. merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk di dunia mencapai 7,3 miliar jiwa tahun 2015. Indonesia merupakan negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak, yaitu sebesar 255,993,674

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR Yati Afiyanti!, Eka Ayu Nofyani ² 1. Program Studi Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang memiliki banyak masalah kependudukan dan belum bisa teratasi hingga saat ini. Hasil sensus Badan Pusat Statistik (BPS) pada bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari lima negara berkembang yaitu, India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada pertambahan penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2.1.1 Definisi Persepsi berasal dari bahasa lathin, persipere: menerima, perceptio: pengumpulan, penerimaan, pandangan, dan pengertian. Persepsi adalah kesadaran intuitif

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010). BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat merupakan masalah besar bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah Indonesia telah mencanangkan berbagai progam untuk menangani masalah kependudukan yang ada. Salah satu progamnya dengan Keluarga Berencana Nasional sebagai

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT SANG AYU MADE CHANDRADITA ASTASANI 1120025021 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis

BAB I PENDAHULUAN. dan menyelenggarakan program KB nasional. (BKKBN, 2011) dihitung berbagi perbandingan atau rasio (ratio) antara lain : rasio jenis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penanganan masalah kependudukan adalah Undang-undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga yang mengamanatkan bahwa kewenangan

Lebih terperinci

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA

STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA STUDI KOMPARATIF KINERJA PORTOFOLIO SAHAM SMALL MEDIUM ENTERPRISE (SME) DI PASAR MODAL INDONESIA, CHINA, DAN INDIA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Manajemen Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat merupakan salah satu masalah bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa bangsa (PBB) memproyeksikan

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD Tetty Rihardini, SST Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tettyrihardini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan PENGARUH MEDIA LEAFLET TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN WUS (WANITA USIA SUBUR) DALAM PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD (INTRA UTERINE DEVICE) DI DESA TEGALREJO KECAMATAN SAWIT KABUPATEN BOYOLALI PUBLIKASI ILMIAH

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak atau mengatur jarak kelahiran anak serta dapat menanggulangi masalah kemandulan, selain itu keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2013 tercatat sebesar jiwa, yang terdiri atas jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 tercatat sebesar 248.422.956 jiwa, yang terdiri atas jumlah penduduk laki-laki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Gerakan Keluarga Berencana 1. Keluarga Berencana (KB) Keluarga Berencana merupakan suatu program pemerintah yang dirancang untuk menyeimbangkan antara kebutuhan dan jumlah penduduk.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus

BAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam

BAB I PENDAHULUAN. hanya pemerintah, masyarakat juga diperlukan partisipasinya dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belarkang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menekan laju pertumbuhan penduduk adalah melalui program KB. KB adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat

Lebih terperinci

UCAPAN TERIMA KASIH. kerta wara nugraha-nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya

UCAPAN TERIMA KASIH. kerta wara nugraha-nya, tesis ini dapat diselesaikan. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya UCAPAN TERIMA KASIH Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena hanya atas asung kerta wara nugraha-nya, tesis ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana Keluarga berencana merupakan salah satu upaya untuk mengatur jumlah dan jarak anak yang diinginkan dengan tujuan membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari masalah kependudukan. Secara garis besar masalah masalah pokok di bidang kependudukan yang dihadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan

Lebih terperinci

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP

Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 NIP NIP Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 28 DESEMBER 2016 Pembimbing I, Pembimbing II, Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi. Dr.A.A.N.B. Dwirandra, SE, MSi., Ak. NIP. 19641225199303 1 003

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.penginderaan

Lebih terperinci

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN

TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN TESIS PERAN MEDIASI KEPUASAN KERJA PADA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DAN BUDAYA PATIENT SAFETY TENAGA KESEHATAN AYU DIANDRA SARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS PERAN MEDIASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bidang kependudukan. Pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. disebabkan tingkat kelahiran masih lebih tinggi dibandingkan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk yang besar, tingkat pertumbuhannya yang masih tinggi, dan penyebaran antar daerah yang kurang seimbang merupakan ciri penduduk Indonesia dan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP

DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP TESIS DETERMINAN LOSS TO FOLLOW UP PASIEN ODHA YANG MENERIMA TERAPI ANTIRETROVIRAL DI LAYANAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING SEKAR JEPUN RSUD BADUNG TAHUN 2006-2014 PUTU DIAN PRIMA KUSUMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada saat ini Keluarga Berencana (KB) telah dikenal hampir di seluruh dunia. Di negara-negara yang maju keluarga berencana bukan lagi merupakan suatu program atau gagasan,

Lebih terperinci

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut :

DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA. Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut : DAFTAR TILIK PEMASANGAN IMPLAN JADENA Beri nilai setiap langkah klinik dengan mengunakan kriteria sebadai berikut 1. Perlu perbaikan 2. Mampu 3. Mahir Langkah langkah tidak dilakukan dengan benar dan atau

Lebih terperinci

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER

PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER PENDAHULUAN INFORMASI ALAT KONTRASEPSI BUKU UNTUK KADER Buku informasi alat kontrasepsi pegangan untuk kader diperuntukkan bagi kader PPKBD dan Sub PPKBD atau Posyandu yang dipelajari secara berdampingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keluarga Berencana 2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Menurut Kamus Istilah Kependudukan dan Keluarga Berencana (2011) yang diterbitkan oleh Badan Kependudukan dan Keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan laju pertumbuhan penduduk yang cukup cepat. Berdasarkan penelitian Noya, dkk. (2009), penduduk Indonesia pada tahun 1971 berjumlah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kepadatan kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapatkan perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Keluarga Berencana a. Pengertian 1) Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan (Hanafi Winkjosastro, 2007). Kontrasepsi adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA

PENGERTIAN KELUARGA BERENCANA 1. DATANG KE BALAI PENYULUH KB DI MASING-MASING KECAMATAN TEMUI PETUGAS PENYULUH KB ATAU PEMBANTU PENYULUH KB DESA ATAU LANGSUNG KE TEMPAT PELAYAN KESEHATAN/PUSKESMAS/RUMAH SAKIT 2. PILIH KONTRASEPSI YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia berkisar antara 2,15% pertahun hingga 2,49% pertahun. Tingkat pertumbuhan penduduk seperti itu dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana

Tesis untuk memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana 1 TESIS PENGARUH PENGALAMAN, ORIENTASI ETIKA, KOMITMEN DAN BUDAYA ETIS ORGANISASI PADA SENSITIVITAS ETIKA AUDITOR BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN PERWAKILAN PROVINSI BALI PUTU PURNAMA DEWI PROGRAM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak

Lebih terperinci