Model Pendidikan Karakter CAK di ITS

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Model Pendidikan Karakter CAK di ITS"

Transkripsi

1 TIM PENYUSUN Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Menuju Kemuliaan Hidup Bermartabat Strategi & Implementasi Syamsul Arifin Edy Subali Lucia Aridinanti Mardi Santoso Hasan Ikhwani Soedarso Zainul Muhibbin Nurul Widiastuti Suyanto Yusuf Bilfaqih i

2 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan ii

3 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS KATA PENGANTAR Penggalakan pendidikan karakter bangsa dilatarbelakangi oleh keinginan untuk mewujudkan konsensus nasional yang berparadigma Pancasila dan UUD Konsensus tersebut selanjutnya diperjelas melalui UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang berbunyi Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Pada dasarnya pembentukan karakter dimulai dari fitrah yang diberikan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa, yang kemudian membentuk jati diri dan perilaku. Dalam prosesnya, fitrah tersebut sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, sehingga lingkungan memilki peranan yang cukup besar dalam membentuk jati diri dan perilaku anak bangsa. Pada saat ini, pendidikan karakter sedang menjadi isu utama dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, karena selain dapat menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa, pendidikan karakter diharapkan mampu menjadi pondasi utama dalam menyukseskan Indonesia Emas Di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional, pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan pada semua jenjang, tidak terkecuali pada jenjang pendidikan tinggi, pendidikan karakter juga telah mendapat perhatian yang cukup besar. Pergutuan tinggi sebagai bagian dari lingkungan memiliki peranan yang sangat penting dalam mengembangkan dan iii

4 Menuju Hidup Bermartabat mengimplementasikan pendidikan karakter bangsa. Setiap perguruan tinggi dapat memilih pendisiplinan dan kebiasaan mengenai karakter yang akan dibentuk. Dalam konteks ini, semua pemangku kepentingan di perguruan tinggi harus mampu memberikan suri teladan mengenai karakter tersebut. Namun demikian, pendidikan karakter tidak untuk dijadikan sebagai kurikulum yang baku, melainkan dibiasakan melalui proses pembelajaran yang alami. Untuk itu diperlukan pelaksanaan pembelajaran secara utuh yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan konatif/psikomotorik (olah pikir, olah hati, olah raga, olah rasa dan olah karsa) serta diperlukan pemberdayaan potensi spiritual, emosional, intelektual, sosial, dan jasmani. Dalam buku pendidikan karakter yang diberi judul Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Menuju Kemuliaan Hidup Bermartabat: Strategi & Implementasi ini diuraikan berbagai strategi dan implementasi model pendidikan karakter di lingkungan ITS. Model pendidikan karakter yang didasarkan pada motto Cerdas, Amanah dan Kreatif, yang disingkat CAK; pada dasarnya ditujukan untuk: (a) meningkatkan dan menumbuhkembangkan nilai akhlak mulia dan karakter bangsa, (b) membangun keteladanan di kalangan semua pemangku kepentingan di lingkungan ITS dalam melaksanakan nilainilai ahlak mulia, (c) menumbuhkembangkan nilai-nilai yang berasal dari tradisi dan adat budaya setempat yang positif, misalnya religius, jujur, toleransi, kerjasama, gotongroyong, adil, sopan santun, hemat, cinta tanah air (nasionalisme), dan (d) menanamkan nilai-nilai positif lainnya seperti kreatif, mandiri, demokratis, saling menghargai, bersahabat, cinta damai, peduli, disiplin, dan tanggung jawab. Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya sampaikan kepada semua anggota tim penyusun buku pendidikan karakter bangsa di lingkungan ITS. Besar harapan model pendidikan karakter CAK yang telah diimplementasikan di lingkungan ITS akan dapat menciptakan dan menyadarkan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya yang iv

5 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS mampu meningkatkan akhlak mulia dan pembangunan karakter bangsa, menumbuhkembangkan pemberdayaan dan penghargaan terhadap nilai-nilai budaya yang mampu meningkatkan akhlak mulia dan pembangunan karakter bangsa, serta menciptakan lingkungan perguruan tinggi yang kondusif dan budaya perguruan tinggi yang positif untuk penanaman akhlak mulia dan pembentukan karakter bangsa. Surabaya, Desember 2010 Pembantu Rektor I, Prof. Ir. Arif Djunaidy, M.Sc., Ph.D v

6 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan vi

7 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS PRAKATA Alhamdulillah, atas berkat rahmat Tuhan YME, kami telah dapat merampungkan Buku Model Pendidikan Karakter Bangsa (PKB) di ITS dengan baik. Buku ini disusun berdasarkan pada keinginan untuk berbagai pengalaman ITS dalam melaksanakan pendidikan karakter selama usianya menginjak tahun yang ke 50. Begitu penting pendidikan karakter bagi anak-anak bangsa demi kelangsungan peradaban suatu bangsa. Sehingga ada ungkapan yang sangat termashur, kurang lebih menyatakan sebagai berikut, Sesungguhnya bangsa-bangsa akan tetap berjaya selama akhlak (karakter) tetap ada. Bila akhlak mereka telah tiada, maka merekapun akan sirna dari peradaban. Oleh karena itu sangat tepat jika bangsa ini mencanangkan prioritas pendidika karakter (akhlak) disemua lini kehidupan berbangsa dan bernegara. Sejalan dengan hal tersebut diatas melalui UU No. 20 Tahu 2003, pasal 3, tentang tujuan pendidikan nasional disebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bagsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pembentukan karakter bagai mahasiswa melalui jalur kegiatan pendidikan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler merupakan bagaian yang tak terpisah. Pendedikan karakter yang telah dan akan dijalankan tidak hanya menyentuh ranah kognitif dan kinestetik, tetapi juga masuk dalam ranah afektif. Nilai-nilai yang merupakan jabaran dari pendidikan karakter di ITS adalah sebagai berikut, Etika dan Integritas (Ethics and Integrity), Kreativitas dan inovasi vii

8 Menuju Hidup Bermartabat (Creativity and Innovation), Ekselensi (Excellence), Kepemimpinan yang kuat (strong Leadership), Sinergi (Synergy), Kebersamaan Sosial dan Tanggung Jawab Sosial (Sociocohesiveness and Social Responsibility). Kemudian keenam tata nilai dasar tersebut dikolaborasi dalam karakter CAK, yang merupakan akronim dari Cerdas, Amanah dan Kreatif. Selanjutnya semua upaya pendidikan karakter di ITS mengacu pada nilai-nilai tersebut diatas. Lulusan ITS diharapkan mempunyai karakter (akhlak) yang amanah dalam menjalankan setiap tugas dan pengabdian hidupnya dimasyarakat, dan juga mempunyai pola pikir (mind set) dan tindakan yang cerdas dan kreatif. Lulusan ITS yang mempunyai karakter CAK, pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing (competitiveness) bagi bangsa Indonesia, dan disegani oleh bangsa-bangsa dari negara-negara sahabat diera globalisasi ini. Buku ini disusun tidak hanya menyajikan pendidikan karakter dalam satu kegiatan kecil disalah satu unit di ITS. Namun berisi penyajian tentang pendidikan karakter yang dijalankan di ITS sebagai suatu institusi yang utuh. Oleh karena itu penjelasan dalam buku ini mencakup model-model pendidikan di ITS yang telah dibangun secara sistimatis dan direncanakan sejak kurikulum tahun 2004 dan diperbaharui pada tahun Metodologi penyusunan buku ini dimulai dengan melakukan penelitian terhadap 6 tata nialai dasar dan 3 nilai strategis operasional yang selama ini telah dijalankan di ITS. Sejauh mana tata nilai yang telah dicanangkan oleh ITS tersebut diatas telah menjadi landasan filosofi dan landasan operasional dalam kegiatan belajar ataupun pendidikan di ITS. Kegiatan yang kedua adalah melaksanakan sarasehan dengan mengmbil tema Pendidikan Karakter Bangsa di ITS;Penguatan viii

9 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Karakter Cerdas, Amanah, dan Kreatif (CAK) untuk Membangun Peradaban Bangsa. Sarasehan dihadiri oleh narasumber dari tokoh-tokoh dosen dan mahasiswa yang mempunyai karakter kuat di ITS, kelompok-kelompok interes penelitian inovasi, seperti tim mobil hemat energi Sapu Angin, tim Maritime Challenge, tim Technopreneurship, dan kelompok studi Laboratory Base Education (LBE) yang disponsori oleh JICA. Tujuan yang hendak disasar dalam sarasehan tersebut adalah untuk memperoleh masukan-masukan sejauh mana pelaksanaan pendidikan karakter di ITS telah menjadi satu kesatuan dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Simpulan yang diperoleh dari hasil survey dan sarasehan memang sangat mengejutkan, bahwa pendidikan karakter di ITS yang berlandaskan tata nilai cerdas, amanah dan kreatif telah menjadi satu kesatuan yang tidak terpisah dalam kegiatan intrakurikuler, kokurikuler dan ekstrakurikuler. Hasil survey juga menggambarkan bahwa pendidikan karakter di ITS dijalankan melalui proses pembiasaan dan keteladanan yang baik dari para dosen dan pembina kegiatan kemahasiswaan. Selain itu lingkungan belajar yang mendukung, kurikulum yang didasari oleh kompetensi, dan proses belajar dengan pendekatan student center learnning (SCL). Penjelasan lebih lengkap silahkan dibaca pada bab 5 dan bab 6. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada Kementrian Pendidikan Nasional RI, melalui Direktorat Ketenagaan yang telah membiayai pelaksanaan penyusunan buku ini, dan memilih ITS sebagai salah satu perguruan tinggi yang dipercaya untuk berbagi pengalaman tentang pendidikan karakter. Kami juga mengucapkan banyak terimakasih pada para narasumber Prof. Mahmud Zaki,M.Sc.(Mantan Rektor ITS), Dr.Ir. Abdullah Sahab (T. Mesin), Prof. Ir. Dr. Imam Robandi (T. Elektro), Prof. Daniel M Rosyid, Ph.D., M.RINA. (Maritime Challenge), Prof. Dr. Ir. Adi ix

10 Menuju Hidup Bermartabat Supriyanto, M.T.(LBE), Dr. M. Nur Yuniarto, ST.,M.Eng.(Tim Mobil Sapu Angin), Drs. Soeharjupri, M.Si. (Tim Technopreneurship), Dr.Ir. Bony PW. Soekarno (IPB), yang telah memberikan banyak ide-ide dan masukan-masukan. Juga kepada seluruh mahasiswa dan dosen ITS yang telah bersedia memberikan pendapatnya melalui lembar kuesioner. Serta pimpinan ITS, mulai dari Rektor, Pembantu Rektor, Dekan sampai Ketua Jurusan yang selalu mendukung baik pada saat survey, sarasehan maupun saat penyusunan buku. Semoga dengan semangat kebersamaan ini, ITS dapat memberikan konstribusi positif yang signifikan dalam pendidikan karakter yang telah dicanankan di negeri tercinta Indonesia. Akhir kata, buku ini juga tidak luput dari kekurangan, oleh karena itu sangat senang dan sangat berterimaksih jika para pembaca bersedia memeberikan masukan-masukan guna penyempurnaan buku ini. Kami tunggu saran dan masukan melalui Semoga bermanfaat, Wassalam, Surabaya, 27 Desember 2010, TIM PENYUSUN x

11 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS DAFTAR ISI MODEL PENDIDIKAN KARAKTER CAK... I DI ITS... I KATA PENGANTAR... III PRAKATA... VII DAFTAR ISI... XI DAFTAR GAMBAR... XV DAFTAR TABEL... XVII DAFTAR SINGKATAN...XIX 1 LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS KESEJARAHAN PENDIRIAN ITS YANG MENGINSPIRASI PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS VISI, MISI DAN TATA NILAI PENDIDIKAN DI ITS TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS TUJUAN PENULISAN BUKU MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS 12 3 NILAI-NILAI YANG DIKEMBANGKAN ENAM NILAI DASAR YANG DIKEMBANGKAN TIGA KARAKTER CAK YANG DIGUNAKAN Cerdas Amanah Kreatif KORELASI 6 NILAI DASAR DENGAN KARAKTER CAK LANDASAN TEORITIS DAN DISKRIPSI MODEL LANDASAN FILOSOFIS PENDIDIKAN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS KECERDASAN GANDA xi

12 Menuju Hidup Bermartabat Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan Linguistik Kecerdasan Spasial Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan Musikal Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Naturalis KECERDASAN SPIRITUAL KECERDASAN EMOSIONAL MODEL PENDIDIKAN KARAKTER ORANG DEWASA MODEL PENDIDIKAN KARAKTER CAK DI ITS PERSPEKTIF KOMUNIKASI METODA PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS SCL PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER DAN KOKURIKULER Agenda Kegiatan Metode Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Pelaksana Sistem Evaluasi Kegiatan Pendukung PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN ESKTRAKURIKULER PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN INTRAKURIKULER (AKADEMIK) PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI KEGIATAN EKSTRAKURIKULER Program- Program Kegiatan Mahasiswa ITS EVALUASI PROSES PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS Indeks Pengajaran Dosen xii

13 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Hasil Survey Jargon CAK di ITS Cara Mahasiswa ITS Belajar Karakter CAK P E N U T U P DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN 1: SK REKTOR SKEM LAMPIRAN 2: SK REKTOR TIM PKB ITS LAMPIRAN 3: KUESIONER PKB LAMPIRAN 3A: KUESIONER PKB DOSEN LAMPIRAN 3B: KUESIONER PKB MAHASISWA LAMPIRAN 4: HASIL KUESIONER INDEKS xiii

14 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan xiv

15 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS DAFTAR GAMBAR GAMBAR 1.1 PERESMIAN ITS OLEH IR. SOEKARNO, PRESIDEN RI KE GAMBAR 4.1 KECERDASAN GANDA GAMBAR 4.2 MODEL PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS GAMBAR 5.1 SISTEM E-LEARNING ITS, SHARE ITS ( 69 GAMBAR 5.2 SISTEM INFORMASI AKADEMIK ITS ( 70 GAMBAR 6.1 LOGO KARAKTER CERDAS, AMANAH, & KREATIF GAMBAR 6.2 DIAGRAM ALIR MEKANISME PELAKSANAAN SKEM GAMBAR 6.3 SIM SKEM GAMBAR 6.4 IPD JURUSAN DI ITS SEMETER GASAL GAMBAR 6.5 INDEKS PERTANYAAN NO1.3 DAN 1.4 SEMETER GASAL GAMBAR 6.6 INDEKS PERTANYAAN KINERJA DOSEN NOMOR GAMBAR 6.7 INDEKS PERTANYAAN KINERJA DOSEN NOMOR GAMBAR 6.8 INDEKS KINERJA DOSEN NOMOR 2.5 SEMESTER GASAL 09/ GAMBAR 6.9 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI ITS GAMBAR 6.10 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI FTI-ITS GAMBAR 6.11 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI FTSP -ITS GAMBAR 6.12 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI FMIPA-ITS GAMBAR 6.13 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI FTK-ITS GAMBAR 6.14 TINGKAT PENGENALAN JARGON CAK DI FTIF-ITS GAMBAR 6.15 PENANAMAN KECERDASAN DI ITS GAMBAR 6.16 PENANAMAN KECERDASAN DI FTI-ITS GAMBAR 6.17 PENANAMAN KECERDASAN DI FTSP - ITS GAMBAR 6.18 PENANAMAN KECERDASAN DI FMIPA-ITS GAMBAR 6.19 PENANAMAN KECERDASAN DI FTK-ITS GAMBAR 6.20 PENANAMAN KECERDASAN DI FTIF GAMBAR 6.21 PENANAMAN NILAI AMANAH DI ITS GAMBAR 6.22 PENANAMAN NILAI AMANAH DI FTI-ITS GAMBAR 6.23 PENANAMAN AMANAH DI FTSP - ITS GAMBAR 6.24 PENANAMAN NILAI AMANAH DI FMIPA-ITS xv

16 Menuju Hidup Bermartabat GAMBAR 6.25 PENANAMAN NILAI AMANAH DI FTK GAMBAR 6.26 PENANAMAN NILAI AMANAH DI FTIF GAMBAR 6.27 PENANAMAN NILAI KREATIF DI ITS GAMBAR 6.28 PENANAMAN KREATIF DI FTI GAMBAR 6.29 PENANAMAN NILAI R KREATIF DI FTSP GAMBAR 6.30 PENANAMAN KREATIF DI FMIPA-ITS GAMBAR 6.31 PENANAMAN NILAI KARAKTER KREATIF DI FTK GAMBAR 6.32 PENANAMAN KREATIF DI FTIF GAMBAR 6.33 CARA PENANAMAN NILAI CAK DI ITS GAMBAR 6.34 CARA DOSEN FTI MENANAMKAN NILAI CAK GAMBAR 6.35 CARA DOSEN FTSP MENANAMKAN NILAI CAK GAMBAR 6.36 CARA DOSEN FMIPA MENANAMKAN NILAI CAK GAMBAR 6.37 CARA DOSEN FTIF MENANAMKAN NILAI CAK GAMBAR 6.38 CARA MAHASISWA ITS BELAJAR NILAI KARAKTER GAMBAR 6.39 MAHASISWA ITS BELAJAR KARAKTER CAK MELALUI PBM GAMBAR 6.40 MAHASISWA FTI BELAJAR KARAKTER CAK DARI PBM GAMBAR 6.41 MAHASISWA FTSP BEAJAR KARKATER CAK DARI PBM GAMBAR 6.42 MAHASISWA FMIPA BELAJAR KARAKTER CAK MELALUI PBM 158 GAMBAR 6.43 MAHASISWA FTK BELAJAR DARI PBM GAMBAR 6.44 MAHASISWA FTIF BELAJAR KARAKTER CAK DARI PBM xvi

17 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS DAFTAR TABEL TABEL 1-1 JUMLAH MAHASISWA PROGRAM SARJANA (S1) TAHUN 2005/2006 S/D 2009/ TABEL 1-2 JUMLAH LULUSAN PROGRAM SARJANA (S1) TAHUN 2009/2010 WISUDA KE-100 DAN KE TABEL 3-1 MATRIK KORELASI 6 NILAI DASAR DENGAN KARAKTER CAK TABEL 6-1 KULIAH BERSAMA LINTAS JURUSAN TABEL 6-2 MENGIKUTI LOMBA KARYA TULIS ILMIAH TABEL 6-3 MENGIKUTI LOMBA KREATIFITAS DAN INOVASI TABEL 6-4 MENGIKUTI KEGIATAN FORUM KOMUNIKASI ILMIAH TABEL 6-5 KEANGGOTAAN UKM TABEL 6-6 MENGIKUTI LOMBA MINAT DAN BAKAT TABEL 6-7 SEBAGAI PENGURUS ORMAWA TABEL 6-8 AKTIF DALAM KEGIATAN YANG DIADAKAN ORMAWA TABEL 6-9 AKTIF SEBAGAI PESERTA PELATIHAN KEPEMIMPINAN DAN PENGEMBANGAN KEPRIBADIAN TABEL 6-10 AKTIF MENGIKUTI KEGIATAN KEPEDULIAN SOSIAL TABEL 6-11 PERTANYAAN IPD TABEL 6-12 SAMPEL DOSEN PER JURUSAN TABEL 6-13 RESPONDEN MAHASISWA TABEL 6-14 KATEGORI HASIL SURVEY TABEL 6-15 KATEGORI TINGKAT PENANAMAN KECERDASAN TABEL 6-16 PENANAMAN NILAI AMANAH: TANGGUNG JAWAB TABEL 6-17 PENANAMAN NILAI KARAKTER KREATIF TABEL 6-18 PENANAMAN NILAI KARAKTER DI FTSP TABEL 6-19 PENANAMAN KARAKTER DI FTI TABEL 6-20 CARA MAHASISWA BELAJAR KARAKTER CAK DI FAKULTAS xvii

18 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan xviii

19 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS DAFTAR SINGKATAN SINGKATAN CAK ITS IPTEK ICT TIK KBK SCL TCL PBL SGD FGD FMIPA FTI FTSP FTK FTIF RI SDM BPM UKM PQ IQ EQ KEPANJANGAN Cerdas, Amanah dan Kreatif Institut Teknologi Sepuluh Nopember Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Information & Communication Teknologi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Student Centered Learning Teacher Centered Learning Problem Based Learning Small Group Discussion Focused Group Discussion Fakultas Matematika & Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Teknologi Industri Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan Fakultas Teknologi Kelautan Fakultas Teknologi Informasi Republik Indonesia Sumber Daya Manusia Badan Pelaksana Mentoring Unit Kegiatan Mahasiswa Physical Quotient Intelligence Quotient Emotinal Quotient xix

20 Menuju Hidup Bermartabat SQ SKS SKEM SMS Subata Ormawa TKK IPS IPK KP TA UPMB UPMS TPB TPK MPK PWK Spiritual Quotient Satuan Kredit Semester Satuan Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa Seminar Mid Semester Studi Baca Tulis Al-Quran Organisasi Mahasiswa Tim Konsultasi Kemahasiswaan Indeks Prestasi Semester Indeks Prestasi Kumulatif Kerja Praktek Tugas Akhir Unit Pengelola Matakuliah Bersama Unit Pengelola Matakuliah Sosial Humaniora Tahun Pertama Bersama Tim Pembina Kerohanian Matakuliah Pengembangan Kepribadian Perencanaan Wilayah dan Tata Kota xx

21 BAB1 1 LATAR BELAKANG PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS Sesungguhnya bangsa-bangsa akan tetap berjaya selama akhlak (karakter) tetap ada. Bila akhlak mereka telah tiada, maka merekapun akan sirna dari peradaban. Kesejarahan berdirinya sebuah institusi pendidikan biasanya menjadi landasan filosofi dan spirit yang kuat dalam menetapkan visi, misi dan tujuan pendidikan. Bab ini menjelaskan bagaimana pendidikan karakter di ITS dilandasi oleh nilai-nilai kejuangan, semangat patriotisme dan gairah untuk menyelesaikan persoalan bangsa Indonesia, khususnya dalam bidang teknologi, sain dan seni. 1.1 Kesejarahan Pendirian ITS Yang Menginspirasi Pendidikan Karakter di ITS ITS didirikan dengan semangat kepahlawanan arek-arek suroboyo dan kejuangan para pendiri yang sangat gigih untuk memerdekakan bangsanya dari penjajahan dan kebodohan. Maka pada tanggal 10 Nopember 1957 didirikanlah perguruan tinggi teknik pertama di Jawa Timur, tepatnya di Kota Surabaya, yang diberi nama PERGURUAN TEKNIK 10 NOPEMBER SURABAYA. Setelah menjadi perguruan tinggi negeri berganti nama menjadi INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (ITS). ITS merupakan perguruan tinggi pertama yang didirikan oleh kaum pribumi dan diresmikan oleh Presiden RI yang pertama Ir. Soekarno. ITS diharapkan mampu menjadi motor penggerak utama dalam membangun generasi muda yang kompeten di bidang iptek, yang mampu mewarisis semangat perjuangan kemerdekaan, menjadi kader-kader militan yang memiliki 1

22 Menuju Hidup Bermartabat kemauan dan semangat juang tinggi untuk mewujudkan kemandirian bangsa Indonesia yang bermartabat. Gambar 1.1 Peresmian ITS oleh Ir. Soekarno, Presiden RI ke-1 Itulah penggalan sejarah yang menginspirasi dan menjadi spirit dalam membangun dan mengembangkan pendidikan karakter di ITS sejak awal hingga saat ini menginjak usianya yang ke 50 tahun, bahkan sampai akhir peradaban dunia nanti. 1.2 Visi, Misi dan Tata Nilai Pendidikan di ITS Undang-Undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya (ITS) sebagai salah satu lembaga pendidikan teknik di Indonesia akan mengapresiasi undang-undang tersebut. Wujud dan bentuk apresiasinya dapat disimak dari visi dan misinya. 2

23 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS VISI ITS adalah menjadi perguruan tinggi yang maju pesat di bidang kelautan, permukiman dan energi yang berwawasan lingkungan untuk mencapai pengakuan internasional. MISI ITS adalah memberikan kontribusi nyata dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni untuk kesejahteraan masyarakat melalui kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian dan pengabdian masyarakat dengan memanfaatkan ICT yang diakui secara internasional. Berdasar pada visi dan misi ITS tersebut, terutama yang terkandung dalam kata maju pesat, berwawasan lingkungan, memberikan kontribusi nyata, untuk kesejahteraan masyarakat maka persoalan karakter merupakan prasaratnya. Visi dan misi tersebut hanya menjadi kata-kata kosong tanpa wujud jika SDM-nya tidak berkarakter. Oleh karenanya, makna dan pesan yang terkandung dalam kata-kata yang dicetak miring tersebut mengisyaratkan bahwa bekal karakter cerdas, amanah, kreatif (CAK) dan kepahlawanan, (seperti: keberanian, semangat pantang menyerah, keikhlasan, tanggung jawab, kepeloporan, kejujuran, keadilan, nasionalismepatriotisme, kesetiakawanan, kepedulian, ketekunan, keuletan, disiplin, percaya diri) merupakan bahan bakar yang akan menggerakkan mesin motor dalam proses mencapai visi tersebut. Perubahan ke arah yang lebih baik tentu ada. Pembangunan telah membawa hasil yang dapat kita lihat dan kita rasakan bersama. Kemajuan dalam bidang teknologi komunikasi, informasi dan transportasi misalnya, telah dapat dinikmati bersama. Akan tetapi, bersamaan dengan itu ada dampak negatif yang justru memerlukan pemecahan yang tidak mudah karena harus melibatkan banyak pihak/institusi dan perlu waktu yang relatif lama untuk mengatasinya. Apa dampak negatif tersebut? Jawabannya antara lain adalah karakter bangsa yang mengalami pergeseran-pergeseran ke arah yang kurang menguntungkan bagi pembangunan bangsa. Dengan dasar kenyataan tersebut maka pendidikan karakter menjadi wacana 3

24 Menuju Hidup Bermartabat hangat segenap lapisan masyarakat, terutama yang berkecimpung dalam dunia pendidikan. Dua hal yang melatarbelakangi pendidikan karakter penting dan mendesak untuk direvitalisasi. Pertama, defisit kemanusiaan/moral. Kedua, pendidikan yang semakin kurang menempatkan pendidikan nilai sebagai hal yang penting. Antara kedua hal tersebut saling berhubungan. Defisit kemanusiaan atau moral menggejala dalam kehidupan masyarakat tidak terlepas dari dunia pendidikan kita yang semakin melemahkan porsi menu-menu yang memberikan gizi pada tumbuh-kembangnya bobot kemanusiaan. Peserta didik pasti manusia, tetapi bobot kemanusiaannya perlu diasah, diasih, dan diasuh dengan baik agar kodratnya sebagai manusia yang secara moral memiliki keutamaan-keutamaan dapat dipertahankan sepanjang sejarah. Bisa dibayangkan bagaimana manfaatnya bagi kehidupan ini jika sekian ribu mahasiswa ITS berikut ini dapat memiliki keutamaan-keutamaan moral, seperti cerdas, amanah dan kreatif. Tabel 1-1 Jumlah Mahasiswa Program Sarjana (S1) Tahun 2005/2006 S/D 2009/2010 NO FAKULTAS JUMLAH MAHASISWA 1 MIPA FTI FTSP FTK FTIF 1433 Jumlah mahasiswa Data diambil tanggal : 19/12/ :39:53 Pendidikan sangat disayangkan jika hanya menghasilkan manusia robot yang tunareligi, tunarasa, tunasosial dan tuna-tuna 4

25 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS kemanusiaan lainnya. Semua pihak diyakini tidak salah jika merenungkan dan menghayati pernyataan berikut ini. Iptek modern tampil memberikan sumbangan bagi pemecahan hidup manusia, yang sekilas bisa dilihat sebagai saingan agama, tetapi bisa juga dilihat sebagai partner agama. Dalam Islam iptek diposisikan sebagai sarana teknis, tetapi dalam perkembangannya, iptek juga menawarkan sebuah gaya dan pandangan hidup yang kemudian menjelma menjadi pseudo-agama yang memiliki pseudo-syariah sendiri. Fenomena tersebut, terutama di Barat, telah menggeser urgensi agama pada posisi pinggiran. Berbagai persoalan hidup yang dahulu dipecahkan dengan melibatkan Tuhan dalam bentuk doa, sekarang diganti dengan berkonsult pada iptek (Komaruddin Hidayat, 1996:91). Kemenangan iptek justru akan lebih memenangkan yang kuat terhadap yang lemah, Kemenangan iptek justru akan lebih memenangkan yang kaya terhadap yang miskin, Kemenangan iptek justru akan lebih memenangkan yang berpendidikan terhadap yang tidak berpendidikan, Kemenangan iptek justru akan lebih memenangkan orang kota terhadap orang desa. Terlalu mahal jika nafsu memajukan iptek harus dibayar dengan ongkos mengeroposkan bobot kemusiaan/moral. Terlalu berani dan gegabah jika nilai-nilai Pancasila: ketuhanan, kemanusiaan,persatuan/kebersamaan/ kesetiakawanan, kearifan dan keadilan cenderung dimaknai bukan faktor penting yang harus diinternalisasi dalam jiwa manusia muda Indonesia. 5

26 Menuju Hidup Bermartabat Semua pihak tentu tidak mengharapkan manusia Indonesia terjebak kapitalisme global yang memiliki jiwa atau ruh: swastanisasi, individual, kompetisi, profit, ekonomi pasar dan ujung-ujungnya serakah. Apa pun penyebabnya, yang perlu menjadi kesadaran bersama adalah manusia Indonesia yang berkemanusiaan berindikasi semakin menurun. Humanisme yang dinafasi oleh religi dan religiusitas tampak semakin mengering. Tidak sedikit para cerdik pandai dan para elit politik dan pemerintahan yang terkait memberikan pernyataanpernyataan yang bernada cemas karenanya. Simaklah pernyataan mereka berikut ini. Mendiknas mencermati fenomena sirkus, yaitu tercerabutnya karakter asli dari masyarakat. Fenomena anomali yang sifatnya ironis paradoksal menjadi fenomena keseharian, yang dikhawatirkan pada akhirnya dapat mengalami metamorfose karakter. Memang kadangkadang menjadi lucu dan mengherankan, betapa tidak mengherankan, penegak hukum yang mestinya harus menegakkan hukum ternyata harus dihukum. Para pendidik yang mestinya mendidik malah harus dididik. Para pejabat yang mestinya melayani masyarakat malah minta dilayani dan itu adalah sebagian dari fenomena sirkus tadi itu. Itu semua bersumber pada karakter (disampaikan Mendiknas pada upacara peringatan hari pendidikan nasional di Kementerian Pendidikan Nasional, Jakarta, Minggu 2/5/2010). Sejalan dengan perkembangan globalisasi, akhirnya disadari bahwa negara dan bangsa Indonesia diperhadapkan pada suatu situasi pencarian dan penelusuran kembali karakternya. Sebuah bangsa yang dulunya mempunyai karakter saling menghormati satu sama lain, terkenal lembut, malu berbuat penyimpangan, patuh pada aturan dst., kini menjadi bangsa garang yang mudah marah, terkesan 6

27 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS semakin marak melakukan kekerasan, serta mudah disulut. Perilaku masyarakat terkesan semakin tidak beretika dan tidak disiplin dan nilai-nilai luhur budaya terkesan mengalami degradasi. Beberapa figur yang mestinya menjadi penuntun dan teladan hampir di semua lini dipertontonkan secara merata di berbagai media dengan berbagai hujatan dan menjadikan rakyat nyaris tidak percaya siapa-siapa lagi termasuk mungkin mahasiswa terhadap guru nya dan atau pemimpinnya. Perilaku tersebut merupakan contoh-contoh yang mencerminkan rendah atau melemahnya karakter bangsa saat ini, (Laporan Komisi V dalam Seminar Pendidikan Karakter Bangsa di Bogor, Agustus 2010). Sudahkah pendidikan di negeri ini mampu melahirkan anak-anak bangsa yang visioner; yang mampu membawa bangsa ini berdiri sejajar dan terhormat dengan negara lain di kancah global? Sudahkah rahim dunia pendidikan kita melahirkan generasi bangsa yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga cerdas secara emosional, spiritual, dan sosial? Jawaban terhadap semua pertanyaan itu agaknya membuat kita sedikit gerah. Jutaan generasi datang silih-berganti memasuki tembok sekolah. Namun, kenyataan yang kita rasakan, nilai kesalehan, baik individu maupun sosial, nyaris tak terhayati dan teraplikasikan dalam panggung kehidupan nyata. Yang kita saksikan, justru kian meruyaknya kasus korupsi, kolusi, manipulasi, kejahatan krah putih, atau perilaku anomali sosial lain yang dilakukan oleh orang-orang yang notabene sangat kenyang makan sekolahan. Yang lebih memprihatinkan, negeri kita dinilai hanya mampu menjadi bangsa penjual tenaga kerja murah di negeri orang. Kenyataan empiris semacam itu, disadari atau tidak, sering dijadikan sebagai indikator bahwa dunia pendidikan kita telah gagal melahirkan tenaga-tenaga ahli yang memiliki kompetensi untuk bersaing di pasar kerja, meskipun berkali-kali terjadi perubahan kurikulum. 7

28 Menuju Hidup Bermartabat Pernyataan tersebut tidak berlebih-lebihan. Koentjaraningrat (dalam Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan, 1985:45) sudah sekian puluh tahun yang lalu menyebutkan kelemahan mentalitas bangsa Indonesia, seperti: (1) mentalitas yang meremehkan mutu, (2) mentalitas yang suka menerabas, (3) sifat tak percaya pada diri sendiri, (4) sifat tak berdisiplin murni, (5) sifat mentalitas yang suka mengabaikan tanggung jawab yang kokoh. Apa pun keadaan karakter atau mental bangsa kita tentu harus disikapi secara positif dan bijak. Artinya, upaya untuk mengurai dengan benar terhadap persoalan defisit kemanusian harus terus diupayakan. Defisit moral dan kemanusiaan tentu tidak sekedar karena faktor pendidikan. Pendidikan kita yang cenderung kurang bersemangat memberikan menu-menu terkait dengan pendidikan nilai bisa saja karena terjebak tuntutan globalisasi. A. Giddens (1990) mendefinisikan globalisasi sebagai intensifikasi hubungan sosial global yang menghubungkan komunitas lokal sedemikian rupa sehingga peristiwa yang terjadi di kawasan yang jauh bisa dipengaruhi oleh peristiwa yang terjadi di suatu tempat yang jauh pula, dan sebaliknya. Globalisasi memberikan banyak pilihan-pilihan kepada manusia. Transaksi nilai-nilai asing-global telah membentuk atmosfer sosialbudaya yang berkembang di tengah-tengah masyarakat demikian liar dan masif dalam mengadopsi kultur global dengan berbagai ikon modernitasnya. Dunia pendidikan pun tak luput dari imbas dan pengaruh yang dihembuskan oleh globalisasi. Globalisasi akan mendorong delokalisasi dan perubahan teknologi serta orientasi pendidikan. Pemanfaatan teknologi, seperti komputer dan internet, telah membawa perubahan yang sangat revolusioner dalam dunia pendidikan. Sumber pembelajaran menjadi beragam, mengglobal, mudah, murah dan cepat diakses. Artinya, menu yang akan memberi gizi rokhani (karakter dan mentalitas)bagi manusia Indonesia menjadi mudah, murah, cepat dan pilihannya banyak serta beragam. Kata- 8

29 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS kata produk impor, produk lokal, gaya hidup konsumtif, hedonis, materialistis, individualistis merupakan pertanda bahwa globalisasi benar-benar telah memberikan ruang gerak yang longgar bagi predator-predator untuk memangsa indentitas, jati diri dan kepribadian yang kental dengan keutamaan-keutamaan moral, seperti kejujuran, tanggung jawab, kemandirian moral, keberanian moral, kerendahan hati dan sikap realistis-kritis (Suseno, 1989: 1410). Lulusan perguruan tinggi setiap tahun tidak semakin sedikit. Harapannya, semakin banyak yang berpendidikan tinggi akan semakin banyak pula manfaatnya bagi kemanusiaan dan kehidupan ini. Hal tersebut terjadi karena semakin berpendidikan tinggi justru mereka semakin memiliki mental dan moral yang baik. Mereka bukan hanya cerdas dan kreatif, tetapi juga amanah. Jika harapan tersebut terlaksana maka dapat diduga kehidupan ini akan aman, damai dan sejahtera. Di Indonesia terdapat ratusan bahkan ribuan perguruan tinggi. Setiap perguruan tinggi menghasilkan lulusan sesuai dengan bidang disiplin ilmunya. Bisa dibayangkan jika lulusan ITS saja jumlah lulusannya seperti dalam tabel 1-2, dan mereka berkarakter cerdas, amanah dan kreatif. Kehidupan ini jelas akan aman, damai dan sejahtera. Tabel 1-2 Jumlah Lulusan Program Sarjana (S1) Tahun 2009/2010 Wisuda Ke-100 Dan Ke-101 NO FAKULTAS JUMLAH LULUSAN 1 MIPA FTI FTSP FTK FTIF 226 Jumlah lulusan

30 Menuju Hidup Bermartabat Keterangan: Data diambil tanggal: 19/12/ :39:53 am. Manusia adalah makhluk lemah. Hasrat ingin yang segera, yang cepat dan yang instan tanpa proses lama adalah kelemahan setiap manusia. Apalagi globalisasi telah memberikan ruang lebar bagi manusia untuk melakukan transaksi nilai-nilai global. Akibatnya bukan saja terjadi modernisasi, akan tetapi juga westernisasi. Jika westernisasi yang terjadi maka proses penjajahan kultur termasuk fenomena yang mengiringi globalisasi. Dalam upaya menghadapi penjajahan kultur sebagai imbas globalisasi maka para elit pendidikan berdaya upaya mencari dan memberi alternatif pemikiran yang diharapkan mampu menciptakan sistem imun terhadap anasir-anasir negatif globalisasi. Salah satu bukti upaya tersebut adalah penulisan buku praktek baik model pendidikan karakter di perguruan tinggi, termasuk di ITS. 10

31 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS BAB2 2 TUJUAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS Intelligence plus character-that is the true goal of education (Martin Luther King,Jr) Buku ini disusun dilandasi oleh keinginan berbagi pengalaman dalam pelaksanaan pendidikan karakter di ITS. ITS salah satu peguruan tinggi teknik terbesar di Indonesia mempunyai banyak keragaman dan pengalaman dalam menghasilkan lulusan-lulusan yang berintelligensia dan berkarakter yang kuat. Lulusan yang berkemampuan dan berkarakter cerdas, amanah dan kreatif itulah yang akan mampu meningkatkan daya saing, harkat dan martabat bangsa Indonesia. 2.1 Tujuan Pendidikan Karakter di ITS Kampus ITS berada di kota terbesar kedua di Indosesia, kota pahlawan, kota industri, kota metropolis. Secara demografis merupakan perpaduan yang potensial dalam pembentukan karakter yang unggul. Nilai-nilai kejuangan para pahlawan; kejujuran, ikhlas berkorban, nasionalisme sejati, kebebasan berfikir dan berekspresi yang sudah menyatu dan menjadi bagian yang tidak terpisah bagi masyarakat Surabaya. Demikian halnya kondisi di ITS, nilai-nilai tersebut di atas merupakan landasan dasar yang menjiwai pelaksanaan seluruh aktivitas akademika di ITS. Mulai dari kegiatan intrakurikuler, kokurikuler juga ekstrakurikuler semuanya dilandasi dan dijiwai oleh spirit untuk membangun pribadi yang memiliki pengetahuan yang baik dan bermanfaat, meningkatkan ketrampilan, mengembangkan kepribadian yang kokoh dan karakter yang kuat sebagai bangsa Indonesia yang besar dan bermartabat. Seperti yang diuraikan dalam 11

32 Menuju Hidup Bermartabat Bab 1, landasan dan spirit dinyatakan dalam visi, misi, tujuan pendidikan, 6 tata nilai, yang kemudian dikolaborasi dalam 3 tata nilai Cerdas, Amanah, dan Kreatif yang kemudian dikenal dengan jargon CAK. 2.2 Tujuan Penulisan Buku Model Pendidikan Karakter di ITS Penulisan buku model pendidikan karakter CAK di ITS ini adalah upaya yang dilakukan untuk mengeksplorasi tata nilai cerdas, amanah dan kreatif (CAK) yang selama usia ITS sampai ke-50 tahun ini telah mewarnai pendidikan karakter di ITS baik yang terjadi dalam kegiatan belajar intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler. Tujuan khusus dari penulisan buku ini diantaranya adalah, Sebagai buku pegangan bagi mahasiswa dan dosen dalam kegiatan belajar di ITS, Berbagi pengalaman dengan pembaca dari perguruan tinggi lainnya di Indonesia, Memberikan konstribusi positif terhadap perbaikan sistem maupun proses pendidikan tinggi di Indonesia. Pada akhirnya buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai media untuk meningkatkan kualitas pendidikan tinggi, pembentukan karakter mahasiswa dan civitas akademika, menuju pada kemuliaan hidup dan peradaban bangsa yang bermartabat. 12

33 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS BAB3 3 NILAI-NILAI YANG DIKEMBANGKAN Sesungguhnya tidak diutus para nabi dan rasul, kecuali untuk menyempurnakan nilai-nilai karakter (akhlak) yang mulia. Pendidikan karakter tidak dapat terlepas dari tata nilai yang melandasinya. Pendidikan karakter di ITS dilandasi oleh 6 tata nilai; etika dan integritas, kreativitas dan inovasi, ekselensi, kepemimpinan yang kuat dan sinergi. Ke enam tata nilai tersebut kemudian dikorelasikan dalam tiga tata nilai yang lebih mendasar dan filosofis, yaitu Cerdas, Amanah dan Kreatif. Ketiga tata nilai tersebut kemudian dikenal sebagai jargon CAK dalam proses pendidikan karakter di ITS. 3.1 Enam Nilai Dasar yang Dikembangkan Pembentukan karakter bagi mahasiswa melalui jalur kegiatan pendidikan intrakurikuler (akademik), dan ekstrakurikuler (nonakademis) merupakan bagaian yang tak terpisah. Pendidikan karakter yang telah dan akan dijalankan tidak hanya menyentuh ranah kognitif dan kinestetik, tetapi juga masuk dalam ranah afektif. Nilai-nilai yang merupakan jabaran dari pendidikan karakter di ITS adalah sebagai berikut, Etika dan integritas (ethics and integrity): dalam kehidupan bermasyarakat, bernegara, maupun menjalankan profesinya, selalu berpegang teguh pada norma-norma dan peraturan-peraturan yang berlaku di masyarakat, negara, dan agama. Kreativitas dan inovasi (creativity and innovation): selalu mencari ide-ide baru untuk menghasilkan inovasi dalam menjalankan tugas/perannya dengan lebih baik. 13

34 Menuju Hidup Bermartabat Ekselensi (excellence): berusaha secara maksimal untuk mencapai hasil yang sempurna. Kepemimpinan yang kuat (strong leadership): menunjukkan perilaku yang visioner, kreatif, inovatif, pekerja keras, berani melakukan perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik, dan bertanggung jawab. Sinergi (synergy): bekerja sama untuk dapat memanfaatkan semaksimal mungkin potensi yang dimiliki. Kebersamaan sosial dan tanggung jawab sosial (socio-cohesiveness and social responsibility): menjaga kerukunan dan peduli terhadap masyarakat sekitar. 3.2 Tiga Karakter CAK yang Digunakan Kemudian keenam nilai-nilai tersebut dikolaborasi dalam tata nilai strategis operasional dalam karakter CAK, yang merupakan akronim dari Cerdas, Amanah dan Kreatif Cerdas Mengandung pengertian: Tajam pikiran dan berfikir solutif, Cepat tanggap terhadap perubahan lingkungannya, Cepat mengerti dan memahami masalah akibat perubahan lingkungannya, Tajam analisisnya dan memiliki banyak alternatif penyelesaian masalah yang sedang dihadapi, Dengan cepat mampu memilih alternatif penyelasaian masalah yang sesuai dan benar. Kecerdasan yang telah dikembangkan dalam pendidikan karakter di ITS tidak hanya berdimensi kecerdasan intelektual (intellegence 14

35 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS quotient), namun juga kecerdasan emosional (emotional quotient), kecerdasan spiritual (spiritual quotient), dan kecerdasan fisik (physical quotient),. Keempat jenis kecerdasan tersebut dikembangkan dan ditanamkan pada mahasiswa secara berulangulang dengan keserasian lingkungan belajar dan keteladanan dosen, baik dalam kegiatan belajar intrakurikuler, kokurikuler ataupun ekstrakurikuler Amanah Amanah mengandung pengertian sebagai sebuah kepercayaan yang harus diemban dalam mewujudkan sesuatu yang dilakukan dengan penuh rasa tanggung jawab, kerja keras, konsisten dan membuat rasa aman bagi fihak lain. Pengertian amanah yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah, Sikap memiliki tanggung jawab yang tinggi, Mampu membangun kemitraan dengan tingkat kepercayaan yang tinggi, Mempunyai kemampuan diri untuk mengembangkan dan menjaga kelangsungan hidup dan kelestarian lingkungannya, Mempunyai integritas tinggi, Bekerja dengan kompetensi dan percaya diri yang tinggi, Bekerja dengan profesional dan dengan dedikasi yang tinggi Kreatif Kreatif mengandung pengertian kemampuan daya cipta, berfikir inovatif dan berdaya guna. Pengertian kreatif yang dikembangkan di ITS diantaranya adalah, Kritis dan tanggap terhadap perubahan, 15

36 Berkemampuan menciptakan peluang, Menuju Hidup Bermartabat Mengembangkan daya cipta dalam bidang ilmu, teknologi dan seni, Trampil mengorganisir gerak tubuh, Sikap proaktif, Memiliki kompetensi yan unggul, yang bermutu dan berdaya guna, Memiliki kemampuan yang adaftif terhadap perkembangan dan perubahan zaman, Bekerja keras dan pantang menyerah, Berfikir holistik. Selanjutnya semua upaya pendidikan karakter di ITS mengacu pada nilai-nilai tersebut di atas, dengan jargon CAK (Cerdas, Amanah dan Kreatif). Lulusan ITS diharapkan mempunyai karakter yang amanah dalam menjalankan setiap tugas dan pengabdian hidupnya di masyarakat, dan juga mempunyai pola pikir (mind set) dan tindakan yang cerdas dan kreatif. Lulusan ITS yang mempunyai karakter CAK, pada akhirnya diharapkan akan dapat meningkatkan daya saing (competitive) bagi bangsa Indonesia, dan disegani oleh bangsabangsa dari negara-negara sahabat di era globalisasi ini. Pada program penyusunan buku model pendidikan karakter bangsa di ITS yang dibiayai oleh Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2010, disajikan model-model pendidikan karakter mahasiswa yang telah dilaksanakan dalam kegiatan kurikuler sesuai dengan kurikulum berbasis kompetensi yang dijalankan secara komprehensif bersama dengan satuan kegiatan ekstrakurikuler mahsiswa ITS. 16

37 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 3.3 Korelasi 6 Nilai Dasar dengan Karakter CAK Apakah suatu pendidikan karakter itu mungkin? Apakah ukuranukurannya, dapatkah pengakuan dijadikan ukuran yang valid. Dari keraguan tentang pendidikan karakter maka kemudian terjadi reduksi bahwa secara positif pendidikan karakter tak lain adalah pendidikan perilaku. Dengan mereduksi pendidikan karakter sebagai pendidikan perilaku mampu dipecahkan secara metodologi bagimana cara mengukurnya, karena perilaku lebih bisa diamati dan diukur sesuai skala yang diinginkan. Akan tetapi persoalannya, perilaku yang hanya teramati secara parsial tidak cukup menjawab pemahaman secara holistis tentang manusia. Perilaku tidak lain merupakan hasil saja yang tampak dari motif-motif dibelakangnya. Padahal, sangat mungkin etiket perilaku sangat berlainan antar satu dengan lainnya untuk hal yang sama, misalnya saja dari perilaku mahasiswa yang berjabat tangan dan mencium tangan dosen dengan yang tidak melakukan, tidak dapat disimpulkan bahwa yang satu lebih baik dibanding yang lain. Ukuran perilaku dengan demikian juga mengalami kendala apabila harus dimutlakkan sebagai ukuran karakter. Dalam perspektif pendidikan karakter di ITS, maka karakter dimaknai tidak hanya sekedar menyangkut masalah perilaku akan tetapi yang lebih utama adalah suatu karakter merupakan perpaduan dari nilainilai dasar dan sikap yang khas yang dimiliki dan berkembang di ITS. ITS memiliki enam tata nilai yakni: etika dan integritas (ethics and integrity), kreativitas dan inovasi (creativity and innovation), ekselensi (excellence), kepemimpinan yang kuat (strong leadership), sinergi (synergy), serta kebersamaan dan tanggungjawab sosial (socio cohesiveness and social responsibility). Sedangkan sikap-sikap yang dikembangkan ITS dari nilai-nilai dasar tersebut terangkum dalam jargon cerdas, amanah, kreatif atau disingkat CAK. 17

38 Menuju Hidup Bermartabat Sikap cerdas, amanah dan kreatif merupakan karakter yang bersumber dari nilai-nilai dasar ITS. Sikap ini telah berkembang dan selanjutnya akan terus diperkuat keberadaannya. Keradaan sikap cerdas, amanah dan kreatif dipahami bukan secara terpisah-pisah atau boleh hanya diambil beberapa saja, akan tetapi ketiganya tersebut merupakan satu kesatuan yang konsisten dan koheren. Konsisten dalam pengertian dari segi arti pentingnya maka ketiga sikap tersebut memiliki kedudukan yang secara horisontal sama, sikap yang satu sama pentingnya dibanding yang lain, dan yang satu tidak lebih menonjol dari yang lain. Koheren maksudnya bahwa sikap-sikap cerdas, amanah dan kreatif bersifat saling mengandaikan, bahwa cerdas yang dimaksudkan dalam hal ini mengandaikan sikap amanah dan kreatif di dalamnya, begitu pula amanah yang dimaksudkan inhern kecerdasan dan kreativitas; sementara kreativitas yang didasari dan sekaligus hasil dari suatu kecerdasan dan ke-amanahan. Integrasi sikap CAK bagi ITS setidaknya merupakan bentuk usaha untuk menjembatani kesenjangan fungsi pokok pendidikan teknologi untuk mengajarkan sains dan teknologi di satu pihak serta tidak mungkin diabaikannya penanaman nilai-nilai karakter di dalam proses pendidikan. Implementasi nilai-nilai dasar ITS melalui sikap cerdas, amanah, kreatif mencerminkan bahwa pendidikan ITS tidak hendak menghasilkan lulusan dengan karakter kepribadian timpang, melainkan pendidikan yang dikembangkan bersifat integratif dan holistik, tidak hanya aspek ke dalam tetapi juga keluar, tidak hanya bermanfaat tetapi juga bermartabat. Sebagaimana dipahami bahwa dinamika kehidupan kontemporer senantiasa ditandai oleh perubahan-perubahan, baik secara drastis maupun perlahan, mencakup teritorial sempit maupun sangat luas, lokal maupun global. Dalam keadaan yang serba berubah ini akan selalu muncul situasi-situasi krisis, terlebih jika tidak disertai kesiapan yang diperlukan. Situasi-situasi krisis akibat keadaan yang serba 18

39 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS berubah tersebut menyebabkan banyak pihak mengalami kebingungan bahkan kehilangan orientasi sehingga tidak lagi mampu menentukan tindakan-tindakan terbaiknya. Alih-alih berubah ke arah yang lebih baik, tidak jarang justru sebaliknya situasi krisis bisa menghasilkan kondisi chaos dalam masyarakat, mengakibatkan banyak frustasi sosial, serta hilangnya kepekaan sebagai sesama manusia yang ditandai oleh maraknya kriminalitas, tindakan-tindakan amoral dan tidak lagi diindahkannya kebajikan hidup bersama. Oleh karena itu untuk menghadapi keadaan yang berubah dan situasi krisis yang senantiasa menyertainya, maka yang sangat diperlukan adalah menanamkan kecerdasan kritis yang mampu memilih dengan tepat sikap dan tindakan yang membawa kepada kemaslahatan diri, bangsa dan agama. Kecerdasan yang kritis ini mengandung unsur amanah, mampu memilah-milah tindakan yang dilakukan yang tidak hanya menyelamatkan dan menguntungkan diri dan kelompok, tetapi juga membawa pada kebajikan hidup bersama. Kecerdasan yang amanah tidak lain merupakan cermin adanya ekselensi yang menjunjung tinggi nilai kebersamaan dan tanggungjawab sosial, sinergi, etika dan integritas. Kecerdasan yang amanah hanya dapat terwujud jika mahasiswa juga dibekali dengan motivasi nilai-nilai dan sikap untuk senantiasa mengembangkan kreativitas. Orang-orang kreatiflah yang akan selalu dapat menemukan jalan bagaimana keluar dari situasi krisis yang serba tak menentu. Orang-orang kreatif mampu menjadi pemimpin bagi dirinya sendiri dan masyarakat, tidak hanya sekedar memimpin untuk menunggu bola atau menjemput bola, bahkan orang kreatif merupakan leader yang mampu memimpin untuk membuat bola. Pemimpin yang kreatif selalu menciptakan peluang-peluang baru yang lebih baik yang membawanya keluar dari krisis yang lama dan siap untuk menjalani krisis yang berikutnya. Pemimpin yang kreatif tidak hanya mampu mengikuti atau melawan arus, tetapi lebih dari itu membuat arus. 19

40 Menuju Hidup Bermartabat Dengan demikian penanaman karakter CAK secara integratif di ITS diharapkan mampu menjawab tantangan dan persoalan bangsa. Bangsa Indonesia yang sejauh ini dikenal diragukan jika berhadapan dengan kekuatan-kekuatan asing, tidak bangga dengan budaya sendiri, lebih mengagung-agungkan budaya orang lain, kurang percaya diri, tidak solid untuk kemajuan bangsanya, dan seterusnya perlu ditransformasi ke arah penanaman karakter cerdas, amanah, dan kreatif. Hanya sikap-sikap serta tindakan-tindakan yang cerdas, amanah dan kreatiflah yang mampu mengokohkan jati diri bangsa sendiri untuk kemudian berkata tidak untuk mengekor pada bangsa lain. Bangsa ini perlu memiliki kemandirian untuk dapat bertahan, untuk dapat bersaing serta agar memiliki keunggulan di era dunia global. Alumni-alumni terbaik ITS khususnya, dengan karakter cerdas, amanah, kreatif akan membuka lapangan usaha sendiri untuk memajukan lingkungannya, atau jika harus bekerja maka ia hanya akan mengedepankan untuk bekerja hanya pada perusahaanperusahaan bangsa sendiri dibanding membesarkan perusahaan asing. Tekad intelektual ITS adalah mampu mengembangkan perusahaan-perusahaan nasional menuju kemandirian bangsa, kejayaan serta kemakmuran bersama. Hal ini didasari oleh keprihatinan bersama bahwa putra-putri terbaik bangsa ini, para intelektualnya justru mudah tertarik membesarkan bangsa asing dibanding bangsanya sendiri sehingga sampai sekarang bangsa Indonesia masih lemah dan miskin meskipun di dalamnya berlimpah sumber daya alam dan sumber daya manusia karunia Allah swt. Karakter itulah yang dijunjung dari nilai-nilai ITS etika dan integritas, ekselensi, kepemimpinan yang kuat, kretifitas dan inovasi, sinergi serta kebersamaan dan tanggungjawab sosial melalui pengembangan sikap untuk senantiasa bertindak cerdas, amanah, kreatif. 20

41 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tabel 3-1 Matrik Korelasi 6 Nilai Dasar dengan Karakter CAK CERDAS AMANAH KREATIF Etika dan Integritas Kreativitas & inovasi Ekselensi strong Leadership Sinergi Kebersamaan Sosial & Tanggung Jawab Sosial 21

42 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan 22

43 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS BAB4 4 LANDASAN TEORITIS DAN DISKRIPSI MODEL Character education is teaching students to know the good, love the good, and do the good. It is cognitive, emotional, an behavioral. It integrates head, heart, and hands. It places equal importance on all three. (Prof. Kevin Ryan) Kecerdasan ganda sebagai potensi dasar dalam pendidikan karakter menjadi perhatian penting untuk disajikan dalam bab ini. Namun demikian kecerdasan ganda tersebut harus juga diiringi dengan peningkatan kemampuan kecerdasan emosional dan kecerdasan spitual. Keberhasilan pendidikan karakter, salah satunya ditentukan oleh bagaimana proses pendidikan itu dijalankan berdasarkan landasan dan konsep yang benar. Itulah pentingnya bab ini menjelaskan landasan tiori dan konsep-konsep yang digunakan dalam pendidikan karakter di ITS. Tentu dalam bab ini juga dibahas tentang empat pilar UNESCO yang menjadi landasan pendidikan dunia. Sehingga pendidikan karakter di ITS adalah suatu upaya untuk mengintegrasikan potensi head, heart, dan hands. 4.1 Landasan Filosofis Pendidikan Hidup tak lain merupakan proses pembelajaran, sedangkan salah satu inti dari belajar adalah mengetahui (learning to know) secara lebih baik. Belajar mengetahui akan berbagai hal baik berkenaan dengan perolehan, penguasaan maupun pemanfaatan informasi. Dewasa ini terdapat ledakan informasi dan pengetahuan. Hal itu bukan saja disebabkan karena adanya perkembangan yang sangat cepat dalam bidang ilmu dan teknologi, tetapi juga karena perkembangan teknologi yang sangat cepat, terutama dalam bidang 23

44 Menuju Hidup Bermartabat elektronika, memungkinkan sejumlah besar informasi dan pengetahuan tersimpan, bisa diperoleh dan disebarkan secara cepat dan hampir menjangkau seluruh planet bumi. Belajar mengetahui merupakan kegiatan untuk memperoleh, memperdalam dan memanfaatkan pengetahuan. Pengetahuan diperoleh dengan berbagai upaya perolehan pengetahuan, melalui membaca, mengakses internet, bertanya, mengikuti kuliah, dll. Pengetahuan dikuasai melalui hafalan, tanya-jawab, diskusi, latihan pemecahan masalah, penerapan, dll. Pengetahuan dimanfaatkan untuk mencapai berbagai tujuan: memperluas wawasan, meningkatakan kemampuan, memecahkan masalah, belajar lebih lanjut, dll. Jacques Delors (1996), sebagai ketua komisi penyusun Learning the Treasure Within, menegaskan adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean) dan pengetahuan sebagai hasil (end). Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk pencapaian berbagai tujuan, seperti: memahami lingkungan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan keterampilan bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan mereka dasar bagi kepuasaan memahami, mengetahui dan menemukan.pengetahuan terus berkembang, setiap saat ditemukan pengetahuan baru. Oleh karena itu belajar mengetahui harus terus dilakukan, bahkan ditingkatkan menjadi knowing much (berusaha tahu banyak). Agar mampu menyesuaikan diri dan beradaptasi dalam masyarakat yang berkembang sangat cepat, maka individu perlu belajar berkarya (learning to do). Belajar berkarya berhubungan erat dengan belajar mengetahui, sebab pengetahuan mendasari perbuatan. Dalam konsep komisi UNESCO, belajar berkarya ini mempunyai makna khusus, yaitu dalam kaitan dengan vokasional. Belajar berkarya adalah balajar atau berlatih menguasai keterampilan dan kompetensi kerja. Sejalan dengan tuntutan perkembangan industri dan perusahaan, maka keterampilan dan kompetisi kerja ini, juga berkembang semakin tinggi, tidak hanya pada tingkat keterampilan, 24

45 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS kompetensi teknis atau operasional, tetapi sampai dengan kompetensi profesional. Karena tuntutan pekerjaan didunia industri dan perusahaan terus meningkat, maka individu yang akan memasuki dan/atau telah masuk di dunia industri dan perusahaan perlu terus bekarya. Mereka harus mampu doing much (berusaha berkarya banyak). Dalam kehidupan global, kita tidak hanya berinteraksi dengan beraneka kelompok etnik, daerah, budaya, ras, agama, kepakaran, dan profesi, tetapi hidup bersama dan bekerja sama dengan aneka kelompok tersebut. Agar mampu berinteraksi, berkomonikasi, bekerja sama dan hidup bersama antar kelompok dituntut belajar hidup bersama (learning to live together). Tiap kelompok memiliki latar belakang pendidikan, kebudayaan, tradisi, dan tahap perkembangan yang berbeda, agar bisa bekerjasama dan hidup rukun, mereka harus banyak belajar hidup bersama, being sociable (berusaha membina kehidupan bersama) Tantangan kehidupan yang berkembang cepat dan sangat kompleks, menuntut pengembangan manusia secara utuh (learning to be). Manusia yang seluruh aspek kepribadiannya berkembang secara optimal dan seimbang, baik aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, maupun moral. Untuk mencapai sasaran demikian individu dituntut banyak belajar mengembangkan seluruh aspek kepribadiannya. Sebenarnya tuntutan perkembangan kehidupan global, bukan hanya menuntut berkembangnya manusia secara menyeluruh dan utuh, tetapi juga manusia utuh yang unggul. Untuk itu mereka harus berusaha banyak mencapai keunggulan (being excellence). Keunggulan diperkuat dengan moral yang kuat. Individu-individu global harus berupaya bermoral kuat atau being morally. Prinsip-prinsip 4 pilar pendidikan model UNESCO tadi (learning to know, learning to do, learning to live together, learning to be) membantu memetakan persoalan-persoalan filosofis pendidikan: apa tujuan pendidikan, bagaimana cara mencapainya, bagaimana output 25

46 Menuju Hidup Bermartabat pendidikan sekarang, serta akan diarahkan menjadi seperti apa pendidikan di masa depan. Pertanyaan-pertanyaan ini bersifat kolektif, tidak hanya perlu dijawab oleh kita sebagai individu masingmasing tetapi juga yang lebih penting sebagai sebuah sistem pendidikan maka hal ini merupakan kebutuhan sebagai sebuah bangsa. Sebagaimana diketahui filosofi pendidikan di setiap negara memiliki perbedaan-perbedaan di samping juga memiliki kesamaan. Perbedaan itu misalnya dalam hal kedudukan pendidikan agama. Negara-negara dengan dasar keagamaan yang kuat akan mengedepankan pendidikan agama sebagai unsur utamanya, akan tetapi pada negara-negara sekuler maka pendidikan agama diserahkan kepada masing-masing pemeluknya dalam arti bukan lagi merupakan tanggungjawab negara. Di Indonesia yang menganut prinsip jalan tengah antara agama dan sekuler, maka pendidikan agama tetap merupakan tanggungjawab negara meskipun dalam porsi yang belum tentu optimal. Adanya pluralitas agama di Indonesia tidak memungkinkan untuk menerapkan satu paradigma tunggal menanamkan nilai-nilai agama tertentu, bahkan dalam satu jenis agama juga memiliki cukup ragam aliran-aliran di dalamnya. Kesamaan filosofi pendidikan yang ditemui dalam hampir setiap negara adalah bahwa pendidikan harus menanamkan rasa kebangsaannya. Pendidikan yang bersifat nasionalisme untuk menciptakan karakter yang kuat sebagai generasi penerus bangsa. Kebangsaan dalam penanaman pendidikan yang kritis tidak dimaknai secara konservatif bersifat menutup diri (ultra nasionalis), tetapi kebangsaan yang terbuka. Melalui filosofi pendidikan kritis maka proses pendidikan akan mengantarkan generasi penerus yang mencintai bangsanya meskipun tidak lupa menghargai bangsa lain atas nama kemanusiaan universal. Yang jelas filososfi pendidikan kritis tidak akan begitu saja mendesain suatu sistem pendidikan yang justru memperlemah rasa kebangsaan. Pendidikan kritis akan 26

47 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS senantiasa mengevaluasi apakah sistem pendidikan telah bersifat membebaskan dibanding memperbudak, apakah mendewasakan dibanding mengerdilkan, apakah membuka jalan menuju kemandirian bukannya ketergantungan. Dalam satu dan lain hal wujud bangga akan kebangsaan Indonesia diwujudkan dalam sistem pendidikan di ITS yang senantiasa berupaya menuju yang terbaik. Upaya-upaya menuju yang terbaik adalah cermin usaha yang sungguh-sungguh mengangkat citra ITS khususnya dan bangsa Indonesia umumnya, untuk mampu bersaing di level nasional bahkan internasional. Hal ini dibuktikan dengan bahwa ITS senantiasa aktif mengikuti event-event baik nasional maupun internasional. Dalam event-event internasional tidak jarang ITS memperoleh penghargaan yang sudah barang tentu mengharumkan nama Indonesia sebagai contoh pada event-event seperti: robotika, rekayasa mesin, pelayaran dan seterusnya. Sistem pendidikan di ITS meskipun diwarnai penanaman rasa kebangsaan ataupun nasionalisme yang tinggi, namun bukan berarti menganut atau terjebak pada model filsafat pendidikan yang konservatif. Sebagai perguruan tinggi teknologi, ITS bermaksud tidak hanya melayani kemanfaatan-kemanfaatan pengetahuan yang bersifat praktis dan pragmatis secara personal maupun kelompok, namun lebih jauh mengandaikan bahwa pengetahuan-pengatahuan tersebut memiliki fungsi yang lebih luas untuk mensejahterakan bangsa. ITS menyadari bahwa pendidikan ataupun pengetahuan tidaklah bebas nilai, karena misi mensejahterakan rakyat masih jauh dari harapan. Oleh karenanya pendidikan harus berpihak, pendidikan harus bersifat emansipatoris yakni membawa kearah perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik dan pada maksud-maksud mencapai mensejahterakan bersama secara adil. Dampak teknologi tidak hanya membawa kepada kemajuan dalam arti umum, akan tetapi juga dapat membawa kepada kemiskinan karena sifat efektif dan efisiensi teknologi dapat menciptakan 27

48 Menuju Hidup Bermartabat pengangguran. Perubahan-perubahan kebutuhan hidup, perkembangan informasi yang serta merta serta berbagai pola kebudayaan teknologis dapat membawa kepada shock culture bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang taraf kesejahteraan dan pendidikannya masih belum memadai. Untuk itu system pendidikan ITS secara arif mengkaji bukan hanya faktor efektif dan efisien dari suatu sains dan teknologi, tetapi juga bagaimana agar sains dan teknologi selaras dengan kebutuhan untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang seluas-luasnya yang berguna untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, kemajuan negara serta kemandirian bangsa. Hal ini ditempuh dengan cara mengembangkan teknologi secara komprehensif dan faktual, tidak hanya yang berasal dari sains Barat, tetapi juga yang berasal dari pengetahuan-pengetahuan tradisional yang hidup dalam masyarakat. Pengetahuanpengetahuan tradisional tersebut diangkat, dikaji dan disempurnakan agar memiliki daya kompetitif yang cukup serta sesuai perkembangan jaman sebagai contoh ITS mengembangkan desaindesain batik tradisional, gaya arsitektur dalam berbagai adat budaya, serta budidaya tanaman-tanaman obat tradisional. Dengan demikian filosofi pendidikan di ITS bukan lagi filosofi pendidikan yang konservatif akan tetapi bersifat kritis dan progresif. Artinya, tidak hanya mementingkan aspek penanaman nilai-nilai perennial (ideal abadi) tetapi juga mengedepankan bagaimana nilainilai tersebut berfungsi secara operasional melalui transformasi pengembangan sains teknologi seni dari dan untuk masyarakat. Hal ini untuk menjawab tantangan sejarah bahwa bangsa ini secara konseptual memiliki nilai-nilai kebajikan akan tetapi mengapa tidak juga beranjak menuju kemajuan bangsa secara signifikan. Realitasnya justru persoalan yang menghambat kemajuan serta merusak hubungan harmonis antar sesama manusia dalam satu kebangsaan. Korupsi, kolusi dan pelayanan publik yang tak kunjung selesai merupakan pekerjaan rumah yang tidak sederhana 28

49 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS bagaimana harus mentransformasi dari nilai-nilai yang dikonsepsi menjadi nilai-nilai yang hidup dalam kenyataan faktual masyarakat. Filosofi pendidikan yang kritis dan progresif diperlukan untuk mengoreksi dan mengevaluasi kondisi kesadaran masyarakat karena selama ini bangsa ini terlalu lama menjadi pelayan bangsa asing, sehingga seolah-olah telah merasuk dalam relung-relung sanubari untuk memuliakan majikannya dan menghinakan bangsa sendiri. Ketiadaan rasa kebanggaan nasional sudah dalam kondisi yang memprihatinkan. Dampak dari globalisasi bukannya meningkatnya daya saing, tetapi bahkan generasi muda bangsa ini tidak lagi mengenal bangsanya seraya secara bersamaan menjadi pengagum bangsa lain. Semua yang datangnya dari bangsa ini di anggap jelek, nilai-nilai tradisional harus diganti dengan nilai-nilai lain, dan lain-lain sifat inferior. Sifat-sifat inferior bangsa jelas-jelas menguntungkan dan bisa jadi dikondisikan oleh bangsa lain terutama yang hendak turut mengambil kekayaan alam bangsa ini. Sistem pendidikan ITS melepaskan diri dari induk sejarahnya, sebagaimana diketahui maksud penjajah Belanda mendirikan sekolah tinggi teknik di Indonesia pada mulanya semata-mata untuk mempersiapkan tenaga terampil yang siap untuk membantu para insinyur Belanda yang bekerja di Indonesia. Pendidikan di ITS mendekonsruksi cetak biru pendidikan Belanda tersebut, sebagai perguruan tinggi teknik karya anak bangsa sendiri ITS mempersiapkan diri untuk mencetak para calon pemimpin baik secara keilmuan dan tidak menutup kemungkinan dalam masyarakat atau lembaga publik lainnya. Dengan kata lain sistem pendidikan di ITS hendak turut mencetak generasi anak bangsa yang tidak lagi inferior melainkan berdiri sejajar dihadapan bangsa lain; tidak lagi membiarkan kekayaan alam dinikmati dan dihabiskan oleh bangsa lain, akan tetapi digunakan secara bijaksana untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat. 29

50 Menuju Hidup Bermartabat 4.2 Pendidikan Karakter Berbasis Kecerdasan Ganda Seperti yang kita fahami, manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling cerdas, dikarunia kecerdasan mendasar. Kecerdasan itu terekam secara ginetis dalam seluruh sejarah kehidupan manusia di bumi. Kecerdasan itu juga dipengerahui oleh pengalaman hidup sehari-hari, tambahan pengetahuan, makanan yang dikonsumsi, latihan dan pembelajaran yang dilakukan oleh manusia. Kecerdasan itu terdiri dari kecerdasan fisik atau tubuh (physical intelligence, PQ) yang terkait dengan kemampuan mengorganisasi otot-otot tubuh baik yang disadarai maupun yang tidak disadari, kuosien kecerdasan (intelligence quotient, IQ) yang berhubungan dengan kemampuan berfikir rasional, logis dan taat asas, kuosien emosi (emotional quotient, EQ) yang berhubungan dengan kemampuan berfikir asosiatif dan mengelola pola-pola emosi, dan kuosien spiritual (spiritual quotient, SQ) yang berhubungan dengan kemampuan berfikir kreatif, berwawasan jauh kedepan, mengubah tatanan hidup dan hal-hal yang bersifat transendensi. Howard Gardner seorang psikolog dari Harvard University telah memperkenalkan delapan kecerdasan sebagai salah satu teori belajar yang dianggap paling inovatif pada abad 20. Delapan kecerdasan ini sering disebut sebagai teori kecerdasan ganda (multiple intellegence). Pada mulanya Gardner memperkenalkan 7 kecerdasan, yaitu : 1). kecerdasan linguistik, 2).kecerdasan logis matematik, 3). kecerdasan spasial, 4). kecerdasan kinestetik, 5). kecerdasan musikal, 6). kecerdasan intrapersonal, 7). kecerdasan interpersonal. Selanjutnya ditambahkan satu kecerdasan lagi sebagai kecerdasan yang ke-8, yaitu kecerdasan naturalis. Berikut akan dipaparkan masing-masing kecerdasan tersebut. 30

51 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Yang perlu diketahui oleh para dosen adalah setiap orang dilahirkan dengan membawa kecerdasan multipel pada level yang berbeda. Setiap hari setiap orang menggunakan kecerdasan multipelnya dengan kombinasi yang bervariasi. Dengan mengetahui bahwa setiap mahasiswa mempunya kecerdasan lebih dari satu, maka bagi seorang dosen matematika bila mengetahui mahasiswanya tidak lulus, tidak akan terburu-buru mengatakan mahasiswa ini bodoh, dosen menjadi lebih bijaksana dan dapat mencari metode lain yang mampu membangkitkan mahasiswa untuk lebih banyak belajar, lebih bersemangat dan lebih bergembira dalam dalam belajar. Karena kecerdasan ganda ini hanya dapat menonjol apabila dilatih sesering mungkin. Kecerdasan itu seperti pisau, makin sering di asah makin tajam. Para mahasiswa di ITS dipacu untuk mengembangkan minat dan bakatnya melalui unit-unit kegiatan mahasiswa, seperti UKM paduan suara, UKM menari, UKM silat, UKM basket, UKM futsal dan UKM olah raga lainnya. Di lain pihak organisasi internal kampus seperti himpunan mahasiswa di setiap jurusan, Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) di tingkat fakultas dan Institut dapat mewadahi atau menjadi sarana latihan untuk meningkatkan kecerdasan interpersonal, kemampuan berkomunikasi, kepemimpinan dll. Semua unit kegiatan mahasiswa dibangun dengan tujuan untuk mengasah kecerdasan ganda mahasiswa ITS Kecerdasan Logis-Matematis Kecerdasan logis-matematis adalah kemampuan sesorang dalam mengolah angka dan atau kemampuan sesorang menggunakan logika dalam menghadapi berbagai masalah. Kecerdasan ini digunakan ilmuwan ketika merumuskan hipotesis dan melakukan berbagai percobaan untuk menguji hipotesis tersebut sehingga melahirkan berbagai teori baru. Kecerdasan ini juga digunakan oleh para programmer untuk merancang suatu sitem informasi, para ahli 31

52 Menuju Hidup Bermartabat ekonom untuk menentukan berbagai kebijakan moneter, para pakar teknik industri untuk merancang suatu sistem produksi yang efisien dll. Bagi orang awam kecerdasan ini tetap diperlukan, terutama untuk keperluan melakukan perhitungan belanja bulanan bagi ibu rumah tangga, perhitungan rugi-laba bagi pedagang baik ditingkat eceran maupun grosir. Tugas yang diberikan kepada mahasiswa agar dapat meningkatkan kecerdasan logis matematis adalah tugas problem solving dalam mata kuliah bukan matematika, seperti mata kuliah manajemen, pengantar ilmu lingkungan, kewarganegaraan. Sedangkan dalam mata kuliah bahasa Indonesia dapat diberi tugas membuat cerita fiktif yang melibatkan nalar. Tim Sapu Angin dari Jurusan Teknik Mesin adalah kelompok yang telah mengasah kecerdasan logika matematika karena telah berhasil menciptakan kendaraan yang hemat bahan bakar. Ada beberapa diantara mereka yang indeks prestasinya di bawah 2, tetapi dosen pembimbingnya telah dapat memotivasi mahasiswa ini menjadi percaya diri sehingga mampu berkarya dan menang di tingkat Asia Kecerdasan Linguistik Kecerdasan linguistik adalah kemampuan seseorang untuk mendeskripsikan tentang suatu benda,suasana atau peristiwa dalam rangkaian kata-kata sehingga orang lain menjadi lebih paham. Kecerdasan ini juga sering disebut sebagai kecerdasan verbal. Para presenter, moderator, orator, penulis, penyair adalah peran yang mengharuskan seseorang untuk pandai dalam mengolah kata-kata. Seorang dosen harus selalu mengasah kecerdasan linguistiknya agar para mahasiswa yang dibinanya percaya dan mau belajar lebih giat dan mau mengasah kecerdasan linguistik yang dimilikinya. 32

53 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Mereka yang hapal pantun, sering membuat kata-kata plesetan, membuat puisi, membuat lirik lagu, menulis cerita, pandai bicara adalah orang-orang yang kecerdasan linguistiknya menonjol. Tugas yang dapat diberikan kepada mahasiswa untuk mengasah kecerdasan linguistiknya adalah membuat makalah dan mempresentasikannya, memberikan reward kepada mahasiswa untuk dapat bertanya atau menjawab pertanyaan dalam suatu perkuliahan sehingga mahasiswa berani belajar berbicara dengan menggunakan kalimat yang efektif Kecerdasan Spasial Kecerdasan spasial adalah kemampuan sesorang dalam menggambar atau memvisualisasikan suatu benda atau suasana atau peristiwa dalam bentuk dua dimensi atau 3 dimensi. Seseorang yang memiliki kecerdasan spasial atau sering juga disebut kecerdasan visual adalah orang yang pandai menggambar karikatur, melukis. Afandi adalah salah seorang pelukis ternama yang mempunyai kecerdasan visual sangat baik dan sudah terasah dengan baik. Seorang dosen teknik arsitektur yang memberikan tugas membuat maket adalah seorang dosen yang sedang mengajarkan kecerdasan spasial kepada mahasiswanya. lulusan Teknik Arsitektur cenderung dapat menata rumah atau tamannya lebih baik. Karena mereka sudah sering melakukan asah kemampuan visualnya. Kemampuan visual mahasiswa di jurusan selain Teknik Arsitektur dapat diasah dengan cara memberikan tugas membaca, kemudian membuat sistematika hasil bacaan atau meminta mahasiswa untuk menggambarkan hasil bacaan dalam bentuk diagram. Membuat flow chart atau diagram alir proses pembuatan suatu produk adalah salah satu bentuk tugas lain yang dapat mengasah kemampuan visual. Dalam setiap mata kuliah selalu ada bentuk visualnya karena memudahkan pemahaman. Mahasiswa yang tergabung dalam Tim 33

54 Menuju Hidup Bermartabat Sapu Angin juga telah mengasah kemampuan spasialnya karena mereka harus mampu menggambarkan rancangan mobilnya, berapa luas ruang yang dibutuhkan agar dapat menghemat bahan bakar Kecerdasan Kinestetik Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan sesorang mengolah gerakan tubuhnya sehingga mengahsilkan gerakan yang dinamis seperti pemain sepak bola, pemain bulutangkis atau pebasket. Ari Tulang adalah salah seorang koreografer terkenal yang banyak mengajari para penari dalam acara-acara hiburan di televisi. Di ITS banyak sarana olah raga seperti lapangan sepak bola, lapangan tennis, lapangan basket, futsal, panjat tebing yang sering digunakan untuk latihan olahraga baik dosen, mahasiswa maupun karyawan. Di setiap unit kerja selalu ada kegiatan senam pagi yang secara rutin dilakukan setiap hari Jumat. Para mahasiswa yang aktif berolah raga adalah mereka yang sedang mengasah kemampuan kinestetisnya. Bagaimana dengan profesi seorang dosen? Salah satu tugas seorang dosen adalah menjelaskan tentang materi ajar. Bisa dibayangkan bila dosen tersebut pandai dalam nalar tetapi tidak pandai bicara sehingga sulit memberikan penjelasan kepada mahasiswa ditambah bahasa tubuh dosen amat kaku. Ia berbicara sambil berdiri disalah satu sudut ruangan, tak pernah berpindah tempat. Tentu mahasiswa akan jemu melihat dosen tersebut apalagi termotivasi untuk belajar. Kemampuan mengolah tubuh sangat penting bagi setiap orang karena olahraga merupakan bagian penting dalam menjaga kesehatan jasmani. Setiap hari menyediakan waktu sekitar 30 menit untuk olah raga dapat menanamkan karakter yang baik untuk hidup sehat, karena dapat membakar lemak, menjaga kolesterol tetap berada pada standar normal dan menurunkan gula darah. 34

55 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Jadi selain kemampuan lingusitik yang harus dikuasai oleh seorang dosen, kemampuan mengolah tubuh dikelas juga merupakan hal yang penting untuk dikuasai oleh dosen. Memang tidak harus selincah penari,tetapi dosen dapat memadukan kemampuan bicara, kemampuanm logika matematika dan kemampuan olah tubuhnya sehingga dia menjadi lebih luwes Kecerdasan Musikal Kecerdasan musikal adalah kemampuan seseorang dalam mengingat melodi, dapat menyanyikan sebuah lagu dan menginterpretasikannnya. Ia peka dengan irama lagu. Para pencipta lagu, pemain piano atau alat music adalah profesi yang membutuhkan kecerdasan musical sebagai modal utama dalam melakukan pekerjaannya. Mahasiswa yang aktif dalam Paduan Suara ITS adalah mereka yang sedang mengasah kecerdasan musikalnya. Grup Harmoni yang beranggotakan 5 mahasiswa baru ITS dari jurusan PWK, Arsitektur dan Teknik Fisika berhasil jadi juara I dalam final Festival Music Akustik Kompas Muda di kampus B Unair Desember Grup ini tampil kreatif dan membanggakan karena mereka menampilkan aransemen etnik yang canggih bercampur jazz, ada efek suara dengan menggunakan perkusi dalam air baskom untuk gemericik air, tampah berisi kacang hijau untuk suara ombak. Dalam perkuliahan ada dosen di ITS yang memberikan hukuman kepada mahasiswa yang datang terlambat untuk menunjukkan kecerdasan ganda. Bila mahasiswa terlambat maka dia harus nyanyi, menari atau pidato. Dari metode ini kemudian ditemukan bahwa banyak mahasiswa dikelas yang pandai menyanyi. Tetapi metode ini sudah tidak digunakan lagi karena tidak efektif untuk membuat mahasiswa disiplin karena mahasiswa yang senang menyanyi tetap terlambat. Namun demikian, dari banyaknya mahasiswa yang mempunyai kecerdasan musikal, muncul gagasan lain yang dapat 35

56 Menuju Hidup Bermartabat dikembangkan yaitu menyediakan waktu sekitar 5-10 menit untuk memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk menunjukkan kecerdasan ganda. Dalam beberapa sesi perkuliahan sehingga perkuliahan menjadi menyenangkan. Penikmat musik, walaupun tak dapat bernyanyi adalah juga orang yang mempunyai kecerdasan musikal, demikian juga bila ada siswa dikelas yang bersenandung, bernyanyi atau bersiul menirukan sebuah lagu favorit Kecerdasan Interpersonal Kecerdasan interpersonal atau kecerdasan antar pribadi (people smart) adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan orang lain. Seseorang yang mempunyai kecerdasan interpersonal adalah seorang yang tidak suka menyendiri, hubungan sosialnya baik. Ia selalu mencari teman untuk diajak bekerja sama berkolaborasi dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan interpersonal adalah : mampu merasakan penderitaan orang lain. mampu mengesampingkan egonya demi hubungan yang baik dengan temannya apabila ia menghadapi masalah dengan orang lain. memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. mau berempati dengan orang lain, karena ia dapat merasakan penderitaan orang lain. Para pekerja sosial, pemimpin agama, pejabat, manajer, konsultan, para diplomat, politisi, dokter, perawat, pedagang atau pelaku bisnis, pengajar/dosen/guru adalah profesi yang sangat membutuhkan kemampuan interpersonal yang terasah. 36

57 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Seorang yang pendiam dan pemalu sekalipun dapat melatih kemampuannya dalam berkomunikasi dengan orang lain, asal mau dan diberi kesempatan. Dalam hal melatih komunikasi mahasiswa yang pendiam dan pemalu, pengajar harus menciptakan suasana yang kondusif, yaitu suasana yang menyenangkan tidak ada beban dan tidak ada cemooh bila mahasiswa salah bicara atau salah dalam menjawab pertanyaan Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan sesorang dalam memahami dirinya sendiri. Ia tahu kekuatan dan kelemahannya. Ia mampu merefleksikan pengalaman hidupnya untuk meningkatkan kemampuan pribadi. Ia juga dapat menciptakan kata-kata mutiara atau berbagai peribahasa sebagai hasil dari perenungannya disetiap kejadian yang dialaminya. Para psikolog, ulama, pastor, biksu, konselor, ahli terapis, motivator adalah profesi yang membutuhkan kecerdasan intrapersonal. Di ITS banyak dosen yang sudah cukup terasah kecerdasan intrapersonalnya. Soeharjupri adalah seorang dosen Jurusan Matematika yang sering mengirimkan kata-kata bijak melalui sms ke banyak orang. Berikut adalah satu diantara kata-kata bijak yang pernah dikirimnya Kejadian yang menimpa kita tidaklah penting, yang penting adalah bagaimana kita merespon kejadian tersebut yang menentukan nasib kita. Bersyukurlah sebab Allah membekali suatu kecerdasan yang mengubah kesulitan menjadi berkah.. Di Jurusan Teknik Fisika ada Syamsul Arifin seorang dosen yang juga sering mengirimkan kata-kata bijak yang merupakan hasil refleksinya melalui sms. Ia mempergunakan bonus 300 sms untuk mengirimkan ke banyak orang. Ia mempunyai style yang berbeda dalam mengirim ucapan selamat Idul Fitri. Berikut adalah salah satu ucapan selamat yang pernah dikirim: Hidup yang kita jalani saat ini adalah pancaran pikiran, pilihan dan keputusan di masa lalu. Jika kita 37

58 Menuju Hidup Bermartabat rela menerimanya maka kita telah meretas di jalan menuju perubahan kemajuan dan kesuksesan, selamat idul fitri Mohon maaf lahir batin Kedua orang ini adalah contoh dosen yang mampu mengasah kecerdasan intrapersonal, interpersonal juga kecerdasan linguistik karena hasil refleksinya adalah kata-kata bijak yang tersusun dalam kalimat dan dikomunikasikan ke banyak orang disamping mengasah kecerdasan logika-matematika.. Dalam pendidikan karakter, pengalaman hidup dosen sebagai pengajar sebaiknya melahirkan kata-kata bijak. Kata-kata bijak lahir karena hidup yang benar. Hidup yang benar tidak selalu menyenangkan, tetapi harus dilalui oleh setiap orang agar menjadi orang yang berkarakter baik Kecerdasan Naturalis Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang dalam memahami lingkungannya. Ia sangat peka dengan kerusakan lingkungan alam akibat ulah manusia. Seorang yang memiliki kecerdasan naturalis yang tinggi adalah orang yang pola hidupnya kembali ke alam. Selalu mengkonsumsi makanan alami, sangat perduli pada punahnya binatang langka,sangat mudah dan banyak mengenali jenis tanaman dan hewan. Ciri-ciri orang yang mempunyai kecerdasan naturalis adalah : suka pada binatang dan tumbuhan, peka terhadap kerusakan lingkungan, senang melakukan aktivitas di luar. Di ITS ada unit kegiatan yang terlait dengan lingkungan yaitu PLH- Siklus ITS yang mempunyai program pengendalian lingkungan yang tercantum dalam websitenya. Dalam sebuah kegiatan kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Biologi mengadakan acara 38

59 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS penanaman 1000 pohon. Kegiatan ini ditujukan untuk umum tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan agar lingkungan tetap terjaga sehingga mengurangi efek rumah kaca. Di jurusan Teknik Mesin dikembangkan mobil dengan bahan bakar energi matahari, tujuannya agar di masa mendatang efek polusi dari bahan bakar premium dapat dikurangi, untuk menjaga lingkungan tetap sehat. Di jurusan lain misalnya di jurusan Statistik ada satu di antara beberapa orang dosen yang peka dengan kebersihan setiap ngajar bila ada sampah dikelas dia sering memberi contoh kepada mahasiswa untuk mengambil sampah tersebut dan membuang di tempat sampah. Sambil membuang sampah dia memberikan motivasi kepada mahasiswa, bahwa jika dari kalangan terdidik tidak menjaga kebersihan lingkungan apalagi dari kalangan yang tidak terdidik. Jadi karena mahasiswa adalah kalangan terdidik maka harus sadar akan kebersihan lingkungan dan harus turut menjaganya. Gambar 4.1 Kecerdasan Ganda 39

60 Menuju Hidup Bermartabat Bagaimana hubungan antara kecerdasan ganda, kecerdasan emosi dan kecerdasan spiritual dapat dilihat pada gambar 4.1. gambar 4.1 memperlihatkan bahwa kecerdasan spiritual dekat dengan kecerdasan intrapersonal. Karena dari kemampuan seseorang merefleksikan pengalaman pribadilah kecerdasan spiritual berasal. Orang yang sering merenungkan hikmah setiap kejadian ditambah pengetahuan mengenai baik buruk dari pelajaran agama dan banyak membaca buku-buku motivator, mempunyai kecenderungan kecerdasan spritualnya akan terasah dengan baik. Orang ini dapat menjadi lebih religius. Profesor Muhammad Nuh, mantan rektor ITS yang sekarang menjadi Mendiknas periode adalah seorang dosen ITS yang amat religius. Ketika menjadi rektor ITS, dalam setiap sambutan acaraacara resmi, yang disampaikan adalah kata bermakna yang sering dikemas dalam cerita bijak, sehingga banyak orang senang mendengar sambutan beliau. Pada gambar 4.1 diperlihatkan kecerdasan emosional dekat dengan kecerdasan logika matematika. Menurut Ivan Pardiansyah dalam bukunya 7 sifat yang membuat bahagia, mengatakan bahwa orang yang cerdas secara emosional sebenarnya adalah orang yang dapat berpikir sebab akibat. Berpikir sebab akibat adalah ciri kecerdasan logis-matematika. Bila ada seorang dosen yang dapat mengendalikan amarahnya karena banyak mahasiswa yang tidak membawa buku pada saat kuliah sehingga diskusi kelompok tidak dapat berjalan dengan baik, sebenarnya karena otaknya melakukan perhitungan sebab akibat. Bila marah-marah maka situasi akan lebih buruk karena mengajar menjadi tidak nyaman hubungan mahasiswa dosen menjadi terganggu. Bila kesalahan mahasiswa dimaafkan dan dosen mencari cara agar mahasiswa selalu membawa buku, misalnya setiap kuliah akan ada tes open book, maka proses belajar mengajar akan tetap berjalan dengan baik karena hubungan dosen dan mahasiswa tetap terjaga.dan bila dosen memilih memaafkan 40

61 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS maka ia berhasil mengendalikan emosinya. Dengan demikian orang yang dapat mengendalikan emosi adalah orang kreatif, karena selalu mencari solusi ketika ada permasalahan yang dapat membangkitkan emosinya sehingga emosi dapat dikendalikan dan tetap terjaga dengan baik. 4.3 Kecerdasan Spiritual Manusia dikatakan eksis bila manusia itu hadir, dan kehadiran manusia akan dinilai oleh manusia lain dari tindakannya. Suatu tindakan dapat dinilai apakah itu baik atau buruk. Tindakan seseorang bisa dinilai baik-buruknya bila dilakukan dengan sadar atas dasar pilihan, dan inilah yang disebut sengaja. Kesengajaan merupakan faktor penting dalam penilaian baik-buruk, ini disebut penilaian etis (Poedjawiyatna, 1990: 14). Memberi jastifikasi terhadap suatu tindakan apakah itu sengaja atau tidak memang tidak mudah, tetapi tidak juga sulit secara normatif. Yang jelas bila ada kesadaran dan pilihan maka di situlah ada kesengajaan. Mengenai baik dan buruk, pada dasarnya manusia tahu akan hal itu, meskipun manusia tidak selalu mengetahui bahwa dalam tindakannya tertentu ia telah melakukan sesuatu yang baik atau buruk, tetapi pada umumnya manusia tahu bahwa dalam tindakan itu mengandung nilai baik dan buruk. Pengetahuan bahwa ada baik dan buruk itu disebut kesadaran etis atau kesadaran moral (Poedjawiyatna, 1990: 27). Sejak dilahirkan manusia memang telah memiliki daya-daya (potensi), meskipun belum dapat didayagunakan, khususnya ketika masih kecil (anak-anak), misalnya daya mengeluarkan daya pikirannya dengan kalimat, daya menetapkan keputusan dan daya tahu yang sebenarnya. Semua itu memerlukan proses terbentuknya kesadaran dan pengetahuan. Hal ini memerlukan bantuan orang (pihak) lain untuk memunculkan potensi yang terpendam tersebut. Dalam proses perkembangan itu diperlukan pendidikan dan 41

62 Menuju Hidup Bermartabat keteladanan, penyuluhan dan bimbingan, serta alat dan faktor pendidikan lain agar kesadaran moral dapat diaktualisasikan. Kesadaran moral yang sudah aktual dan berkembang itu disebut kata hati. Penilaian baik dan buruk suatu tindakan itu bisa dilakukan oleh orangnya sendiri dengan kata hatinya (Shihab, 1996: 255). Meskipun manusia dapat menilai dengan kata hatinya tetapi ia memiliki kelemahan untuk selalu bisa obyektif karena manusia memiliki emosi, keinginan dan kepentingan subyektif. Oleh karena itu manusia membutuhkan ukuran baik dan buruk serta sumber nilainya. Mengenai ukuran baik dan buruk setidaknya ada dua aliran teori yang dapat dikemukakan di sini, yaitu Humanisme dan Religiusisme. a. Humanisme Dalam Humanisme yang baik adalah yang sesuai dengan kodrat manusia, yaitu kemanusiaannya itu sendiri. Suatu tindakan tidak akan lepas dari pengaruh pikiran, rasa, situasi dan kondisi yang mengitarinya, tetapi penetuan tindakan apakah akan baik atau buruk adalah tetap pada kata hati. Kata hati yang sesuai dengan kemanusiaannya maka akan menjadi baik, dan kata hati yang bertentangan dengan kemanusiaannya maka akan buruk. Tegasnya menurut Humanisme, tindakan yang baik adalah tindakan yang sesuai dengan derajat manusia, jadi tidak menyimpang dan menentang kemanusiaan (Poedjawiyatna, 1990: 48). Bila seseorang melakukan perbuatan yang selayaknya dilakukan binatang maka akan menjadi buruklah tindakan itu, karena telah menyimpang dari kodrat kemanusiaan. Sebagai contoh dapat dikatakan, orang makan dan minum untuk kelangsungan hidupnya merupakan suatu hal yang wajar dan akan menjadi baik bila makanan dan minumannya itu diperoleh dengan cara yang benar sesuai kesepakatan manusia, tetapi akan menjadi buruk bila yang dilakukan adalah selayaknya binatang dengan mengambil makanan dan minuman yang ada tanpa memperhatikan hak milik dan cara-cara yang benar. 42

63 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS b. Religiusisme Menurut aliran ini, yang baik adalah yang sesuai dengan kehendak Tuhan, dan yang buruk adalah yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Oleh karena itu tugas teologi, secara umum, adalah menunjukkan mana yang menjadi kehendak Tuhan (Poedjawiyatna, 1990: 47). Tuhan Yang Maha Pencipta, yang telah menciptakan manusia, pasti mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk bagi manusia, sebagaimana Tuhan maha tahu apa dan bagaimana kodrat manusia. Oleh karena itu ajaran yang diturunkan Tuhan untuk manusia sangat tepat dipakai manusia sebagai petunjuk mana yang baik dan mana yang buruk, karena kehendak Tuhan untuk manusia pasti sesuai dengan kodrat manusia. Ajaran dari Tuhan itu disebut Agama. Manusia membutuhkan agama karena agama mengandung ajaran tentang baik dan buruk, serta petunjuk apa yang harus dilakukan manusia agar menjadi baik dan apa yang harus dihindari agar tidak menjadi buruk. Maka dapat dikatakan, agama merupakan kebutuhan vital bagi manusia agar menjadi baik karena agama adalah jalan hidup. Dari dua aliran tentang ukuran baik dan buruk di atas dapat dipahami bahwa sumber nilai baik dan buruk ada dua, yaitu nilai-nilai kemanusiaan yang disepakati manusia dan ajaran dari Tuhan. Dengan kata lain dapat dikatakan, dua sumber nilai tersebut adalah: Nilai-nilai Mondial, yaitu nilai dan norma yang bersumber dari pikiran, adat istiadat dan budaya yang dimiliki manusia. Nilai-nilai Ilahi, yaitu ajaran dari Tuhan sebagai petunjuk bagi manusia (Daradjat, 1996: 262). Nilai adalah konsep abstrak yang disepakati atau diyakini sebagai identitas yang memberikan corak khusus kepada pola pemikiran, perasaan, sikap maupun perilaku. Adapun sistem nilai adalah 43

64 Menuju Hidup Bermartabat standar umum yang diyakini, yang diserap dari keadaan obyektif atau diangkat dari ajaran yang datang dari Tuhan. Nilai-nilai tersebut merupakan nilai-nilai universal, berlaku bagi semua manusia, oleh karena itu setiap orang harus memperhatikan ini. Seseorang dikatakan baik perilakunya bila yang dilakukan sesuai dengan nilai-nilai kebaikan, dan dikatakan berperilaku buruk bila yang dilakukannya bernilai buruk atau bertentangan dengan nilai-nilai kebaikan. Semua nilai, baik yang mondial maupun Ilahi menjadi sistem nilai yang terpadu, namun nilai-nilai Ilahi tetap menjadi standar utama. Apa yang baik menurut ajaran Tuhan pasti baik pula bagi kodrat manusia, demikian juga yang buruk. Nilai-nilai mondial yang selaras dengan nilai-nilai Ilahi dapat menjadi pedoman, tetapi yang menyimpang dari nilai-nilai Ilahi harus diluruskan dan disesuaikan. Manusia dinilai dari tindakannya, dan tindakan seseorang tidak akan lepas dari kepribadiannya. Kepribadian yang dimiliki setiap orang selalu terkait dengan sifat-sifat kejiwaan yang terbentuk dari perilaku, yaitu suatu perbuatan tertentu yang dilakukan berulang-ulang secara konsisten, dan ketika perbuatan tertentu itu mengkristal karena pengulangan maka terbentuklah suatu sifat jiwa. Sifat jiwa inilah yang mendasari karakter bagi seseorang. Semua orang selalu memiliki karakternya masing-masing. Seseorang akan memiliki karakternya sendiri yang berbeda dengan yang lainnya, atau mungkin juga dua orang memiliki karakter yang mirip satu sama lain, karena memang tidak sepenuhnya sama. Akan tetapi secara umum dapat dikatakan seseorang mamiliki karakter baik, atau seseorang berkarakter buruk. Suatu karakter dapat dibangun melalui proses pembiasaan, oleh karena itu membiasakan berbuat baik sesuai norma-norma agama merupakan suatu keniscayaan, bila ingin membentuk karakter baik. 44

65 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Beberapa hal dari ajaran agama yang harus diperhatikan dan diimplementasikan agar orang menjadi baik adalah: a. Takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa Arti takwa adalah menjaga, yaitu menjaga diri dari hal-hal yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Hakikat arti takwa adalah taat dan patuh terhadap ajaran Tuhan, yang meliputi taat untuk menjalankan perintah Tuhan dan patuh untuk menjauhi apa yang dilarang oleh Tuhan. Bila seseorang telah tidak jujur dan melakukan suatu kecurangan maka ketakwaannya perlu dipertanyakan, karena dia telah melanggar larangan Tuhan, dan ini tidak dikehendaki Tuhan. Secara keseluruhan takwa akan membuat orang menjadi baik, karena di dalamnya terdapat tiga sifat pokok bagi orang yang bertakwa, yaitu iman kepada Tuhan Yang Maha Esa; pengamalan terhadap ajaran Tuhan; dan berperilaku mulia. b. Sadar Hukum Hukum adalah norma-norma yang ditetapkan untuk diterapkan dan ditegakkan. Taat hukum tidak hanya mengandung makna kewajiban hukum tetapi juga kewajiban moral dan spiritual. Ditetapkannya suatu hukum adalah untuk menata kehidupan manusia agar menjadi baik dan sejahtera, terhindar dari perilaku-perilaku jahat, dan mengembalikan pelaku kejahatan kepada pemulihan moral yang tinggi dan penyucian spiritual. Setiap orang dituntut untuk taat hukum, tapi akan lebih luhur bila semua orang memiliki kesadaran hukum. Orang taat hukum adalah orang yang patuh terhadap hukum karena takut dihukum, tetapi orang sadar hukum adalah orang taat terhadap hukum bukan karena takut dihukum melainkan sudah menjadi dorongan jiwanya, inilah kebaikan hakiki. c. Laku Etis 45

66 Menuju Hidup Bermartabat Laku etis adalah sikap etis yang dimanifestasikan dalam perbuatan. Kata lain yang biasa digunakan semakna dengan ini adalah adab dan ihsan. Adab artinya kesopanan, kebaikan dan kehalusan budi, sementara ihsan artinya perbuatan baik, dan memberi kebaikan kepada pihak lain. Adab dan ihsan substansinya adalah sama, yaitu kesopanan, perbuatan baik dan kehalusan budi sebagai kebaikan bagi seseorang yang diimplementasikan untuk memberi kebaikan kepada orang lain. Perilaku ini mengandung unsur spiritual yang sangat mendalam (Madjid, 1995: 476). Laku etis merupakan integrasi iman, takwa dan perbuatan konkrit. Perilaku etis mencakup berbagai bentuk sikap dan perbuatan, mulai dari sikap dan perbuatan kepada Tuhan kepada sesama manusia bahkan kepada alam sekitar. Bila seseorang memiliki dan menerapkan tiga hal di atas (takwa, sadar hukum, dan laku etis) sehingga dalam kehidupannya bermasyarakat, bernegara maupun menjalankan profesinya selalu berpegang teguh kepada norma-norma yang berlaku di masyarakat, negara dan agama, maka dapat dikatakan sebagai seorang yang telah memiliki etika dan integritas. d. Amanah dan Tanggungjawab Kata amanah mempunyai dua arti, yaitu; 1) titipan, atau pesan yang dititipkan/ dipercayakan kepada orang lain untuk disampaikan. Dalam arti ini amanah dapat dipahami sebagai kata benda; dan 2) kejujuran, atau hal dapat dipercaya. Dalam arti ini amanah dapat dipahami sebagai sifat. Bila dikatakan seseorang mengemban amanah maka berarti dia mengemban titipan, pesan atau urusan yang dipercayakan kepadanya, dan bila dikatakan dia itu orang yang amanah maka berarti dia adalah orang yang memegang kejujuran dan dapat dipercaya. Dalam hal pekerjaan atau suatu tugas, orang dapat dipercaya karena dia memiliki kejujuran dan potensi; yaitu ilmu, keahlian, keterampilan dan kemampuan kerja yang baik. Eksistensi 46

67 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS amanah tidak bisa dilepaskan dengan tanggungjawab. Amanah dan tanggungjawab merupakan dua hal tidak terpisahkan. Seseorang yang diserahi amanah tidak akan dikatakan amanah bila tidak bertanggungjawab. Tanggungjawab, dalam kaitannya dengan amanah, diklasifikasikan dalam tiga bentuk; yaitu 1) tanggungjawab kepada Tuhan, 2) tanggungjawab kepada sesama manusia, dan 3) tanggungjawab kepada diri sendiri sebagai orang yang memiliki kata hati. Dari sini dapat dipahami bahwa substansi amanah sangat sarat dengan nilainilai spiritual. e. Etos Kerja Baik Agama mengajarkan agar manusia dalam mengerjakan segala sesuatu selalu melakukannya dengan baik, giat, sungguhsungguh dan kontinyu, baik dalam aktivitas ibadah ritual maupun di luar itu, dalam mencari rejeki maupun kegiatan social, dan dalam menjalankan profesinya maupun bermasyarakat. Kerja adalah aktivitas mendayagunakan potensi yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia. Tuhan menciptakan manusia sekaligus menganugerahkan potensi bagi manusia (Shihab, 2007: 304). Potensi itu adalah: 1) daya fisik, 2) akal, 3) kalbu (nurani), dan 4) keinginan.daya fisik melahirkan aktivitas fisik dan menghasilkan keterampilan dan kreativitas. Potensi akal merupakan daya piker yang menghasilkan kemampuan intelektual, melahirkan ide-ide, inovasi, dan pemecahan masalah, Kalbu adalah perasaan atau nurani, dengan kalbu ini manusia mampu mengendalikan dan mengarahkan emosi dan segala bentuk keinginan. Nurani manusia selalu mengarah kepada kebaikan. Keinginan merupakn potensi yang dimiliki manusia, potensi ini membuat manusia mempunyai semangat juang, berani menghadapi tantangan, ambisi dan keinginan untuk maju. Potensi ini harus selalu dikawal oleh akal dan nurani 47

68 Menuju Hidup Bermartabat agar terarah positif. Atas dasar inilah maka kerja merupakan suatu keharusan dalam agama. Kerja adalah ibadah. Tuhan menciptakan manusia adalah untuk ibadah, baik ibadah yang sifatnya langsung (ritual) maupun yang di luar itu. Aktivitas di luar ritual ibadah dapat bernilai ibadah jika dilakukan dengan dasar ketaatan kepada Tuhan, bekerja menjadi ibadah bila dilakukan dengan benar, jujur dan baik sesuai ajaran agama. Agama juga mengajarkan kerja harus giat, rajin dan disiplin, karena agama mengajarkan manusia harus menghargai waktu agar dapat menghasilkan manfaat, dan dilarang menyia-nyiakan. Berdasarkan uraian di atas, maka prinsip etos kerja menurut agama adalah berilmu dan mengamalkan ilmu, optimalisasi potensi yang dimiliki dengan selalu mengembangkan kemampuan, kerja adalah ibadah, dan menjadi orang yang bermanfaat. Dari sini dapat dipahami bahwa agama menghendaki manusia agar memiliki kreativitas dan inovasi, bersinergi dan ekselen. f. Toleransi dan Empati Agama menngajarkan agar manusia saling bekerja sama dan tolong menolong dalam kebaikan. Manusia diciptakan Tuhan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa adalah untuk saling mengenal dan bukan membuat permusuhan. Firman Tuhan mengisyaratkan agar manusia bersikap egaliter dan toleran, saling berkasih sayang dan memiliki empati. Peduli terhadap fakir miskin, anak yatim dan orang-orang lemah merupakan perbuatan mulia menurut agama. Oleh karena itu manusia harus memiliki kebersamaan sosial dengan menjaga kerukunan, dan peduli terhadap masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggungjawab sosialnya. 48

69 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Demikianlah agama mengajarkan kepada manusia. Manusia diberi akal pikiran, kecerdasan, dan ilmu pengetahuan adalah untuk dimanfaatkan dan menghasilkan manfaat bagi manusia sendiri dan alam semesta ini. Dalam pergaulan hidup, hubungan sosial kemasyarakatan, kehidupan berkeluarga dan sebagainya diatur dalam agama. Tanggungjawab manusia terhadap sesama, cara menyelesaikan masalah bersama dengan musyawarah, kasih sayang dan saling menghargai menjadi sifat bagi orang beragama. Kepatuhan terhadap hukum, bersikap adil dan jujur harus datang dari dalam sebagai sebuah kesadaran. Agama harus dihayati dan kemudian diimplementasikan. Agama hendaknya masuk ke dalam jiwa manusia dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dengan kepribadian. Ini berarti agama harus masuk bersamaan dengan proses perkembangan kepribadian, sejak anak-anak hingga dewasa, karena agama berperan penting dalam kehidupan manusia. 4.4 Kecerdasan Emosional Kecerdasan emosi (Emosional Quotienct) adalah kemampuan untuk mengetahui diri sendiri, kesadaran diri, berdamai dengan diri sendiri, berhubungan dengan orang lain, kepekaan sosial, rasa simpati dan empati. Dengan kata lain kecerdasan jenis ini sangat terkait dengan kemampuan bersikap postif maupun negatif terhadap diri sendiri, orang lain dan lingkungannya. Kecerdasan emosi ini seringkali dikaitkan dengan kinerja otak kanan. Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh para ahli neuro science dan ahli psicholgy, otak kanan akan bekerja mengelola emosi, berfikir kreatif, intuisi, berfikir dan menyelesaikan masalah yang menyeluruh (holistic). Berfikir asosiatif juga sering dinisbatkan sebagai kerja otak kanan. Berfikir asosiatif mendasari sebagian besar kecerdasan emosional, termasuk didalamnya kaitan antara emosi dan gejala tubuh, dan antara emosi dan lingkungan tubuh. Kecerdasan emosional 49

70 Menuju Hidup Bermartabat memungkinkan kita mengenal pola-pola, seperti wajah, aroma, belajar beketrampilan gerak seperti mengendarai speda motor atau mobil. Kecerdasan EQ melengkapi kecerdasan PQ. Bagi para atlit dunia kecerdasan EQ dapat menhasilkan efek-efek keindahan, keluesan, ulet sabar dan berkekuatan. Danah Zohar mengatakan bahwa kecerdasan EQ, adalah cara berfikir yang menggunakan hati dan tubuh. Berfikir asosiatif adalah berfikir yang mengkaitkan antara satu kejadian dengan kejadian yang lainnya, dan kemudian menghasilkan pengertian baru. Setiap pengertian baru diperoleh, itu artinya terjadi sambungan sinapsis pada jaringan syaraf (neural network) otak kita. Interkoneksi antara elemen-elemen jaringan syaraf inilah yang akan memperbesar volume otak kita. Bagian inilah yang sering disebut formasio rektikularis thalamus, bagian jaringan syaraf dalam batang otak yang paling rumit dan canggih. Jadi pembelajaran dapat memperbanyak dan memperkuat interkoneksi elemen-elemen syaraf dala otak kita. Berbeda dengan hippocampus, makin berkurang kemampuannya untuk menyimpan informasi seiring dengan makin menuanya seseorang, sedangkan bagian otak asosiatif atau memori jangka panjang ini makin tua akan makin baik, jika terus digunakan untuk belajar secara rutin dan terus menerus. Sistem merori jangka panjang ini dapat belajar secara bertahap terhadap hal-hal baru, seperti ketrampilan badan dan pengenalan pola wajah secara visual. Oleh karena itu orang yang sudah berumur lanjut lebih mudah mengingat wajah dari pada mengingat nama seseorang. 4.5 Model Pendidikan Karakter Orang Dewasa Mahasiswa tidaklah bisa dikatakan anak-anak, tetapi lebih mendekati pada orang dewasa. Pendidikan orang dewasa tidak dapat disamakan dengan pendidikan pada anak-anak, sehingga memerlukan pendekatan khusus, konsep, metode dan strategi. Terlebih bila ingin membentuk karakter pada orang dewasa, bukanlah hal yang mudah seperti menanamkan karakter pada balita 50

71 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS atau anak-anak. Oleh karena itu, untuk mendesain pendidikan berkarakter pada orang dewasa diperlukan pengetahuan tentang landasan teorinya. Salah satu teori pendidikan orang dewasa ini diajukan oleh Malcom Knowles [1], yaitu (1) pembelajar orang dewasa cenderung ingin bebas mengarahkan dirinya (autonomous and self directed), (2) biasanya berorientasi pada pengalaman hidup dan pengetahuan, sehingga memerlukan model pembelajaran yang berhubungan langsung dengan pengetahuan dasar atau pengalaman terkait dengan kehidupan nyata, (3) berorientasi pada tujuan (goal oriented), sehingga memerlukan pembelajaran yang dirancang dengan profesional untuk mencapai tujuan yang diharapkan, (4) berorientasi pada relevansi (relevancy oriented), yaitu hubungan yang nyata antara yang dipelajari dengan aplikasinya seperti dengan pekerjaan, pengalaman hidup dan kehidupan, (5) practical, sehingga memerlukan pembelajaran yang berfokus pada topik atau aspek materi belajar yang sesuai dengan kebutuhannya, (6) respek atau kesamaan posisi antara pembelajar dengan pengajar, pembelajar orang dewasa memerlukan penghargaan terhadap pengalaman belajar dalam hidupnya, kesejajaran pengetahuan dan pengalaman serta kebebasan beropini dalam belajar Selain teori pembelajaran di atas, ada juga teori pendidikan orang dewasa lain yang diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike dalam pubilkasinya yang berjudul Adult Learning, pada tahun 1928 [2]. yaitu: pembelajar orang dewasa akan termotivasi untuk belajar karena kebutuhan dan minat, sehingga belajar itu akan memberikan kepuasan, orientasi pembelajar orang dewasa adalah berpusat pada kehidupan, sehingga topik-topik pembelajaran sebaiknya 51

72 Menuju Hidup Bermartabat diangkat dari kehidupan nyata (penerapan) dan bukan berorientasi pada materi (subject matter), pengalaman adalah sumber terkaya bagi pembelajar orang dewasa, sehingga metode pembelajaran sebaiknya bersumber dari analisa pengalaman (experiential learning), pembelajaran orang dewasa mempunyai kebutuhan yang mendalam untuk mengarahkan diri sendiri (self directed learning), sehingga peran pengajar adalah sebagai instruktur atau fasilitator, perbedaan diantara pembelajar orang dewasa semakin meningkat dengan bertambahnya usia, oleh karena itu pendidikan orang dewasa harus memberi pilihan dalam hal perbedaan gaya belajar, waktu, tempat dan kecepatan belajar. Berdasarkan pada dua teori di atas, maka model pendidikan karakter di pendidikan tinggi sebaiknya berorientasi pada: kesesuaian materi atau topik belajar dengan kebutuhan, ada ruang dan waktu khusus untuk membangkitkan motivasi, komunikasi dua arah dan kesejajaran antara pengajar dengan pembelajar, menggunakan multiple sense learning, selalu ada monitoring dan umpan balik (feedback) untuk perbaikan, berorientasi pada model pembelajaran SCL (Student centered learning), latihan dan diberikan keteladanan. 52

73 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 4.6 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Membangun karakter merupakan permasalahan yang sangat penting meskipun tidak sederhana. Ini menyangkut manusia sebagai individu, masyarakat dan bangsa. Karakter seorang individu sedikit banyak akan mempengaruhi nama baik suatu masyarakat di mana individu tersebut menjadi bagiannya. Karakter suatu masyarakat juga akan berpengaruh bagi nama baik bangsa dari masyarakat tersebut. Oleh karena itu karakter harus dibangun. Karakter seorang mahasiswa atau sarjana akan mencerminkan identitas kepribadian almamaternya. Karakter berarti watak, sifat atau tabiat. Oleh karena itu karakter adalah ciri khas yang ada pada sesuatu untuk membedakan dari yang lain. Bila dihubungkan dengan perilaku maka karakter dapat dikatakan sebagai kekhususan yang tertanam dalam jiwa yang mendorong terjadinya suatu perbuatan. Bila dorongan jiwa seseorang baik sehingga melahirkan perbuatan baik maka berarti karakter orang itu baik. Demikian pula sebaliknya, jika dorongan jiwanya buruk dan melahirkan perbuatan buruk maka berarti karakternya buruk. Dengan demikian karakter berarti sifat, oleh karena itu membangun karakter adalah membentuk sifat. Suatu sifat yang ada pada seseorang terbentuk dari kebiasaan (Al-Ghazali, t.t.: 47-48), oleh karena itu membangun karakter dapat dilakukan dengan membuat kebiasaan. Bila seorang mahasiswa terbiasa berbuat baik maka kabiasaan itu akan membentuk sifatnya, dan jadilah dia mempunyai sifat baik. Demikian juga sabaliknya, bila seorang mahasiswa terbiasa berbuat buruk maka kebiasaan itu akan membentuk sifat buruk. Membangun karakter mempunyai dua pengertian, yaitu membentuk karakter dan merubah karakter. Yang dimaksud dengan membentuk karakter adalah membangun karakter orang mulai dari awal, yaitu 53

74 Menuju Hidup Bermartabat dari masa anak-anak hingga masa remaja, sedangkan mengubah karakter adalah mengubah atau memperbaiki karakter yang telah terbentuk sejak masa anak-anak. Membangun karakter dalam pengertian yang kedua ini bisa berarti mengubah karakter yang dinilai kurang baik menjadi lebih baik, mengembangkan karakter yang sudah mulai terbentuk baik menjadi semakin baik, atau menguatkan karakter yang telah terbentuk baik agar tetap baik dan semakin kuat. Untuk ITS sebagai sebuah perguruan tinggi maka yang lebih tepat dilakukan dalam konteks pendidikan karakter adalah pembangunan karakter dalam pengertian yang kedua. Pendidikan karakter di ITS dilakukan dengan metode pembiasaan yang dilakukan dengan upaya menambah aspek pengetahuan, memberi keteladanan dan motivasi sebagai penguatan. Ini didasarkan pada konsep Life long learning yang dijabarkan menjadi learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together. Korelasinya dapat dikatakan, learning to know diwujudkan dalam program menambah aspek pengetahuan, learning to do dilaksanakan dengan memberi keteladanan, learning to be dilakukan dengan motivasi sebagai penguatan, dan learning to live together diimplementasikan dengan metode pembiasaan, agar menjadi kebiasaan dan sifat. Proses pembiasaan dalam rangka pendidikan karakter di ITS ini diharapkan dapat menghasilkan karakter Cerdas, Amanah dan Kreatif (CAK). Dikatakan cerdas karena memiliki sinergi (synergy), ekselensi (Excellence), serta kebersamaan sosial dan tanggungjawab sosial (socio-cohesiveness and social responsibility). Amanah karena memiliki etika dan integritas (ethics and integrity), sifat kepemimpinan yang kuat (strong leadership), serta kebersamaan sosial dan tanggungjawab sosial (socio-cohesiveness and social responsibility). Selanjutnya Kreatif karena kreatifitas dan daya inovasi (creativity and innovation) yang dimilikinya. Selengkapnya dapat dilihat ilustrasi pada gambar

75 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Gambar 4.2 Model Pendidikan Karakter di ITS 4.7 Perspektif Komunikasi Pendidikan karakter berhasil atau tidak dipengaruhi oleh keterampilan dosen dalam menciptakan iklim hubungan yang baik dengan mahasiswa. Komunikasi berdimensi isi dan hubungan. Komunikasi dalam proses pembelajaran sebaiknya dilakukan dosen bukan sekedar untuk menyampaikan/menjelaskan materi kuliah (dimensi isi), tetapi juga diupayakan untuk membentuk, mengembangkan dan merawat hubungan baik dengan mahasiswa. Bahkan, jika hubungan berkembang ke arah akrap, bersahabat dan terpelihara dengan baik pula maka materi/pesan akan mudah dan cepat dipahami dengan baik. Masing-masing perserta komunikasi dapat saling membuka diri tanpa ada beban-beban psikologis, seperti takut, ragu, malu untuk bertanya, menjawab, mengkonfirmasi dan lain semacamnya. Apakah komunikasi dalam proses pembelajaran berhasil membangun hubungan baik dengan mahasiswa sehingga 55

76 Menuju Hidup Bermartabat keterbukaan, saling konfirmasi dsb bisa terbentuk tentu perlu penelitian. Akan tetapi, dari pengalaman mengikuti dan memberi kuliah patut diduga bahwa komunikasi dalam proses perkuliahan lebih bercorak linier atau searah dan lebih dominan pada penekanan dimensi isi. Target menyampaikan materi dengan lengkap cenderung masih menjadi orientasi dosen. Hubungan dosen-mahasiswa cenderung masih lebih pada orientasi hubungan memberi dan mengisi mahasiswa dengan materi. Bukan menciptakan hubungan persahabatan yang menyenangkan dan menggairahkan, yang akhirnya si dosen dapat mengambil posisi semacam mak comblang atau fasilitator/motifator yang membuat mahasiswa pembelajar tumbuh perasaan menyukai, kemudian menggeluti materi kuliahnya secara aktif-mandiri sehingga akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan benar. Komunikasi dosen dan mahasiswa dalam proses pembelajaran juga sangat dipengaruhi oleh kemampuan dosen melakukan semacam transaksi dagang. Biasanya disebut model pertukaran sosial (Rakhmat, 2001:120). Proses perkuliahan sama seperti suatu transaksi dagang. Mahasiswa berkuliah karena mengharapkan sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhannya. Mahasiswa akan suka, senang dan bergairah berkuliah hanya selama proses perkuliahan itu cukup memuaskan ditinjau dari ganjaran (akibat positif, seperti suasana senang, kejelasan, motivasi, dukungan positif, tambahan pencerahan, wawasan, nilai baik/ memuaskan dan semacamnya) dan ongkos/biaya (akibat negatif, seperti lelah, cemas, waktu dan semacamnya) yang dikeluarkan. Apakah mahasiswa memperoleh laba atau keuntungan dari proses transaksi dagang tersebut? Jawabannya tergantung dari apakah akibat positif (ganjaran) itu lebih banyak daripada akibat negatifnya (biaya/ongkos)? Celakanya, jika ganjaran atau keuntungan yang ingin diperoleh mahasiswa hanyalah huruf A, AB, atau B. Huruf tersebut memang simbol prestasi, tetapi kalau orientasi utamanya 56

77 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS nilai biasanya mereka akan lupa atau tidak peduli proses dan etika. Yang penting dapat nilai A, tidak peduli bagaimana prosesnya. Mentalitas menerabas, instan, tidak jantan/kesatria, tidak memiliki beranian moral akan tetap menjadi bagian karakternya. Komunikasi dan hubungan efektif dalam proses perkuliahan akan terwujud apabila terjadi semacam lakon sandiwara. Masing-masing pemeran serta dapat memainkan perannya sesuai dengan tuntutan naskah atau skenario yang dibuat masyarakat. Dosen benar-benar berperan sebagai dosen yang memiliki kompetensi pedagogi, sosial, kepribadian, dan profesi. Mahasiswa juga benar-benar berperan sebagai pembelajar dewasa yang hasrat ingin tahunya dan ingin bisanya tinggi, serta kemandirian dan kebebasan untuk mendidik dirinya tampak jelas. 57

78 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan 58

79 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS BAB5 5 METODA PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS Dunia memberi ruang pada orang yang kata-kata dan perbuatannya mencerminkan ia tahu mau kemana. (Napoleon Hill) Itulah sebabnya mengapa dalam bab ini akan disajikan metoda apa saja yang akan digunakan dalam proses pendidikan karakter di ITS. Diawali dari penjelasan tentang kurikulum berbasis kompetensi (KBK) yang telah dikembangkan oleh ITS sejak tahun 2004, kemudian diperbaharui pada tahun 2009, dan berlaku hingga tahun KBK ITS kemudian dijalankan secara masif dengan menggunakan pendekatan dan paradigma student center learning (SCL), dengan berbagai modelnya. Sedangkan dalam kegiatan belajar ekstrakurikuler juga dijelaskan bagaimana mahasiswa menjalankan kegiatan belajar sesuai dengan ketentuan dan standar yang telah ditentukan oleh ITS melalui satuan kegiatan ekstrakurikuler mahasiswa (SKEM), selanjutnya silahkan disimak. 5.1 Kurikulum Berbasis Kompetensi Kompetensi sebagai tujuan pembelajaran oleh para praktisi pendidikan dimaknai sebagai kemampuan akhir yang harus dimiliki oleh peserta didik dan ditunjukkan dalam kinerja pembelajaran. Dalam pengertian ini kompetensi meliputi penguasaan pengetahuan (cognitive), ketrampilan (psychomotor) dan sikap (affective) yang dapat diamati (observable) dan diukur (measurable) dalam aktivitas hidup sehari-hari. Hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Richard M. Jaeger dan Carol Kehr Title dalam bukunya Minimum Competency Achievement Testing sebagai berikut, 59

80 Menuju Hidup Bermartabat Competences are indicators of successful performance in life-role activities. Competences involve the ability to create effective results in one s life. It means the ability to create new role for oneself in response to changing social conditions. Dari pernyataan di atas, makna yang terpenting adalah bahwa kompetensi merupakan satu-kesatuan yang utuh dari ketiga kemampuan (cognitive, psychomotor dan affective) yang melekat pada diri seseorang dan dapat dilihat dari kinerjanya sehari-hari. Kompetensi yang kita kenal di perguruan tinggi, khususnya terkait dengan pengembangan kurikulum sesuai dengan Kep. Mendiknas No. 232/U/2000 tentang rambu-rambu kurikulum inti yang berlaku secara nasional dan Kep. Mendiknas No. 045/U/2002, terdiri dari kompetensi utama, kompetensi pendukung dan kopetensi lainnya. Kempetensi utama merupakan kompetensi penciri program studi. Kompetensi pendukung adalah kompetensi yang memberikan penguatan terhadap kompetensi utama. Sedangkan kompetensi lainnya adalah kompetensi yang akan memperkaya kompetensi lulusan program studi, dan bisa jadi merupakan ciri lokal sesuai keberadaan program studi tersebut di suatu wilayah atau daerah. Kompetensi perguruan tinggi pada umumnya diperoleh berdasarkan kompetensi unggul (superior competency) bidang pekerjaan tertentu di masyarakat. Baik kompetensi yang diperlukan oleh dunia industri, atau dalam pengertian yang lebih luas, kompetensi pekerjaan yang berperan terhadap peningkatan kesejahteraan dan kemuliaan hidup masyarakat. Inilah kompetensi yang memperhatikan kecenderungan kebutuhan masyarakat (market signal). Sebagai contoh kemamapuan bekerja dalam tim dan berpegang pada etika profesi adalah kompetensi yang sangat diperlukan di dunia industri dan bisnis. Sedangkan empati, kejujuran, kemampuan berkomunikasi, dan membangun jejaring adalah sebagai contoh kompetensi yang sangat dominan diperlukan dalam peran serta meningkatkan kesejahteraan dan kemuliaan masyarkat. 60

81 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Di sisi lain perguruan tinggi (PT), khususnya ITS tidak boleh lupa dengan misi pengembangan bidang keilmuan dan teknologi (IPTEK). Di PT lah ilmu dan teknologi itu digali, dipelajari, didiskusikan, lalu dikembangkan untuk digunakan oleh masyarakat luas. Oleh karena itu kompetensi PT tidak boleh lepas dari visi pengembangan bidang keilmuan (scientific visions). Tentu dalam pengembangan kompetensi bidang IPTEK ini, PT tidak boleh lepas dari kontek kompetensi yang terkait dengan kebutuhan masyarakat (strake holders). Dengan model penetapan kopetensi seperti itu maka peran ITS sebagai salah satu PT terbesar di Indonesia dalam peningkatan kesejahteran dan peradaban menuju pada kemuliaan hidup yang lebih baik akan sangat strategis dan penting. Peran ITS sangat strategis karena lulusan dan para akademisi dapat memberikan konstribusi langsung dalam peningkatan kemajuan tersebut, dan mendapat balikan dari masyarakat. Peran ITS penting karena institusi inilah yang akan menjadi agen perubahan (agent of change) ilmu, teknologi dan budaya. Berikut adalah kompetensi softskill dan hardskill yang dicanangkan dalam kurikulum ITS tahun , Kompetensi soft skills untuk semua program studi meliputi, kemampuan untuk mendayagunakan teknologi informasi dan komunikasi secara optimal, kemampuan berbahasa asing baik lisan maupun tulisan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, kemampuan bekerjasama dalam tim, kemampuan kepemimpinan, sikap technopreuner, komitmen terhadap etika dan tanggung jawab profesi, 61

82 Menuju Hidup Bermartabat kepribadian dengan integritas yang tinggi, menjunjung tinggi tata nilai dan moral dalam membina kehidupan yang beradab dan bermartabat, serta berwawasan lingkungan dan bahari. Komptensi hard skill untuk program sarjana (S1), kemampuan untuk menerapkan matematika, ilmu pengetahuan dasar, seni, dan prinsip rekayasa, kemampuan untuk merancang dan melakukan eksperimental, termasuk mengolah dan menganalisis data, kemampuan merancang dan mengelola suatu sistem, komponen, dan proses untuk memenuhi kebutuhan yang diinginkan, kemampuan untuk menerapkan IPTEK dalam memecahkan masalah secara kreatif dan berwawasan lingkungan. Komptensi hard skill untuk program magister (S2), Kemampuan mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan, teknologi, dan/atau kesenian dengan cara menguasai dan memahami pendekatan, metode, kaidah ilmiah disertai ketrampilan penerapannya, Kemampuan memecahkan permasalahan di bidang keahliannya melalui kegiatan penelitian dan pengembangan berdasarkan kaidah ilmiah, Kemampuan mengembangkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan dengan ketajaman analisis permasalahan, keserbacakupan tinjauan, kepaduan pemecahan masalah atau profesi yang serupa. Komptensi hard skill untuk program doktor (S3), 62

83 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS kemampuan mengembangkan konsep dan teori ilmu, teknologi, dan/atau kesenian baru di dalam bidangkeahliannya melalui penelitian, kemampuan mengelola, memimpin, dan mengembangkanprogram penelitian, kemampuan mengaplikasikan pendekatan interdisiplin dalam berkarya di bidang keahliannya. Komptensi hard skill untuk program diploma III (D3) kemampuan melaksanakan kegiatan di bidangnya yang bersifat rutin dan tidak rutin secara mandiri, kemampuan melakukan pengawasan dan pembimbingan serta mempunyai keterampilan manajerial, mempunyai kesiapan untuk berkembang lebih lanjut. Komptensi hard skill untuk program diploma IV (D4), kemampuan melaksanakan kegiatan di bidangnya yang bersifat kompleks dengan dasar kemampuan profesional tertentu, kemampuan merencanakan dan melaksanakan kegiatan serta memecahkan masalah dengan tanggung jawab mandiri pada tingkat tertentu, memiliki ketrampilan manajerial, serta mampu mengikuti perkembangan pengetahuan dan teknologi dalam bidang keahliannya. Pada akhirnya kurikulum yang telah dirancang, kemudian dijalankan di ITS secara massif dalam segala lini kegiatan belajar dan pendidikan, intrakurikuler, kokurikuler maupun ekstrakurikuler, 63

84 Menuju Hidup Bermartabat diharapkan dapat membentuk karakter lulusan yang cerdas, amanah dan kreatif. 5.2 Pendidikan Karakter Berbasis SCL Terkait dengan kurikulum berbasis kompetensi di ITS maka perkuliahan di ITS telah menerapkan model pembelajaran Student Centered Learning (SCL). Dengan model pembelajaran SCL ini, kegiatan perkuliahan di ITS tidak lagi berorientasi pada kegiatan ceramah saja atau yang dikenal dengan model pembelajaran Teacher Centered Learning (TCL), tetapi sudah melaksanakan model pembelajaran seperti diskusi kelompok, pembelajaran berbasis pada projek (project based learning), pembelajaran berbasis pada problem (problem based learning), studi kasus, dan lain-lain. Dengan model pembelajaran ini, penanaman karakter CAK dalam proses pembelajaran di ITS sangat memungkinkan untuk dimonitor. Sebagai contoh, dalam kegiatan diskusi kelompok, dosen dapat menanamkan nilai cerdas dengan cara mengamati aktifitas peserta diskusi, kualitas argumen yang disampaikan mahasiswa saat diskusi, cara menyampaikan argumen saat berbeda pendapat dan sebagainya. Sedangkan nilai amanah dapat diamati dalam peran yang diambil oleh mahasiswa saat bekerja dalam kelompok, apakah mahasiswa menjalankan amanah yang ditugaskan oleh kelompoknya. Contoh lain, pada pembelajaran berbasis projek, mahasiswa diberi tantangan untuk menyelesaikan suatu projek, misal membuat miniatur jembatan dengan fungsi, ukuran dan biaya tertentu di Jurusan Teknik Sipil atau membuat sabun dengan buih sedikit dan tinggi daya cucinya. Dalam kegiatan pembelajaran ini, karakter CAK dapat secara langsung diamati oleh dosen seperti karakter kreatif dapat dengan mudah diamati dari kualitas produk yang dihasilkan. Model-model pembelajaran SCL yang telah dijalankan di ITS sejak tahun kurikulum 2004 s/d 2009, dan kemudian ditegaskan dan 64

85 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS dikuatkan kembali dengan berbagai program yang ada di tingkatan institut, fakultas dan jurusan adalah, Small Group Discussion Role-Play & Simulation Discovery Learning Self-Directed Learning Cooperative Learning Collaborative Learning Contextual Learning Problem Based Learning & Inquiry Laboratory Base Education (a) Small Group Discussion Dengan kurikulum berbasis kompetensi, semakin banyak model pembelajaran small group discussion ini diterapkan di ITS. Pada model pembelajaran ini, dalam satu pertemuan kelas, dosen membentuk kelompok-kelompok mahasiswa, kemudian memberikan bahan diskusi antara lain berupa membandingkan teori atau konsep, membahas suatu isu terkini terkait topik kuliah, menyelesaikan masalah dan lain-lain. Dengan kegiatan pembelajaran ini, mahasiswa memiliki kemampuan berpikir kritis, kemampuan analisis, keberanian mengungkapkan pendapat, leadership, tanggungjawab, saling menghargai, percaya diri dan dapat mencapai tujuan pembelajaran dengan efektif. (b) Contextual learning Beberapa mata kuliah di ITS telah menggunakan model pembelajaran contextual learning ini. Dengan model 65

86 Menuju Hidup Bermartabat pembelajaran ini, mahasiswa belajar tentang suatu topik dengan konteks real dan bukan lagi dalam bentuk ceramah. Salah satu contohnya adalah mata kuliah Teknik dan Ilmu Komputer (TIK). Pada mata kuliah ini tidak lagi disajikan dengan cara ceramah di kelas, tetapi mahasiswa dihadapkan langsung dengan software dan hardware untuk membangun sendiri pengetahuannya terhadap ilmu komputer. Ketika belajar komponen-komponen komputer, mahasiswa ditugaskan untuk membongkar komponen-komponen tersebut dan menyusunnya kembali, sehingga mereka akan mudah mengetahui fungsi dari masing-masing komponen tersebut. (c) Problem Based Learning & Inquiry Pada model pembelajaran ini, mahasiswa dapat dibentuk kelompok atau bekerja secara individu untuk menyelesaikan sutau problem sesuai dengan target kompetensi mata kuliah tersebut. Aktifitas mahasiswa berupa mencari studi literatur terkait dengan beberapa alternatif penyelesaian masalah, kemudian menganalisis strategi penyelesaian masalah. Selanjutnya hasil dipresentasikan dan/atau dituliskan dalam makalah. Contoh metode pembelajaran ini yang telah diterapkan di ITS adalah kerja praktek terstruktur. Dalam mata kuliah kerja praktek ini, mahasiswa melakukan magang kerja di perusahaan dan ditugaskan untuk mencari masalah yang ada di perusahaan tersebut terkait dengan bidang keahliannya. Kemudian mahasiswa diminta untuk mengidentifikasi masalah, dan mencari beberapa alternatif solusinya. Selanjutnya mereka dapat menguji beberapa alternatif solusi itu di perusahaan yang bersangkutan untuk kemudian mampu merekomendasikan kepada perusahaan tersebut untuk memutuskan cara yang tepat dalam menyelesaikan probem tersebut. Luaran dari aktifitas pembelajaran ini berupa suatu makalah, laporan dan 66

87 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS presentasi. Pembimbing kegiatan ini berasal dari perusahaan dan juga dari staf perguruan tinggi. Dengan model pembelajaran ini, nilai-nilai karakter seperti tanggungjawab, kreatif, mandiri, percaya diri, amanah, cerdas, belajar sepanjang hayat dapat dengan efektif ditanamkan pada mahasiswa. (d) Laboratory based learning Dengan kurikulum berbasis kompetensi ini, di ITS tidak lagi menempatkan praktikum sebagai suatu mata kuliah, tetapi praktikum adalah suatu aktifitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk tujuan tertentu. Aktifitas praktikum yang dirancang merupakan kegiatan yang terintegrasi dengan topik mata kuliah yang dibahas dan ditujukan salah satunya untuk membuktikan teori atau konsep, menerapkan atau mengaplikasikan konsep, memberi pengalaman terkait dengan topik, keahlian menggunakan suatu alat/instrumen, mengembangkan cara berpikir kritis, melakukan estimasi kesalahan data, menulis laporan dan presentasi hasil. Dengan konsep ini, nilai-nilai karakter kecerdasan antara lain, kecerdasan logika, emosi, interpersonal dapat ditanamkan secara simultan dalam kegiatan perkuliahan. Selain itu kreatifitas, percaya diri, berpikir kritis dapat dicapai dengan baik. Terlebih lagi untuk beberpa mata kuliah pilihan di semester akhir, kegiatan di laboratorium ini melibatkan beberapa laboratoium penelitian terkait dengan topik-topik ddalam mata kuliah. Dalam pelaksanaannya model-model tersebut tidak berdiri sendiri. Bisa jadi satu mata kuliah menggunakan lebih dari satu model sepanjang pelaksanaan perkuliahan satu semester. Penggunaan model tersebut di atas sangat bergantung pada jenis mata kuliah, tingkatan mahasiswa, alokasi waktu, jumlah sks, tujuan kompetensi mata kuliah dan ketersediaan sumberdaya. Kesemuanya 67

88 Menuju Hidup Bermartabat itu akan terlihat secara jelas dalam rancangan pembelajaran masingmasing mata kuliah yang telah dibuat oleh dosen dan tim rumpun mata kuliah. Proses pembelajaran SCL ini di ITS setiap semester untuk semua mata kuliah di seluruh jurusan dilakukan evaluasi dalam program IPD (Indeks Pengajaran dosen). Detail lembar kuesioner IPD dapat dilihat di lampiran dan hasil kuesioner IPD ini dapat dilihat di Bab Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Intrakurikuler dan Kokurikuler Ada ungkapan yang mengatakan apa yang kita pikirkan akan menjadi perkataan, apa yang menjadi perkataan akan menjadi tindakan, tindakan yang dilakukan berulang-ulang akan menjadi karakter. Karakter akan menentukan nasib kita. Melalui ungkapan ini dapat disimpulkan bahwa karakter akan terbentuk bila dilakukan tindakan yang berulang-ulang. Agar karakter yang terbentuk baik maka tindakan yang dilakukan haruslah tindakan yang positif. Pendidikan karakter melalui kegiatan intrakurikuler. Metoda yang digunakan di antaranya adalah, kegiatan belajar di dalam kelas (perkuliahan), kagiatan kuliah di luar kelas (survie, observasi, pengukuran, dll), praktikum di laboratorium/ bengkel / studio, luliah lapangan, kerja praktek, tugas akhir. Semenjak pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun , pelaksanaan praktikum dan perkuliaan di kelas dirancang dalam satu mata kuliah. Misalnya mata kuliah mekanika fluida 3 sks 68

89 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS misalnya, maka dirancang kegiatan belajar di kelas 2 sks dan kegiatan belajar 2 sks, dan dilaksanakan dalam satu kesatuan waktu belajar selama satu semester. Dengan metoda tersebut, mahasiswa dapat belajar secara utuh antara teori yang diberikan di kelas dengan kenyataan yang diperoleh saat praktikum. Di samping itu dengan model ini dosen dapat menanamkan sikap baik yg lebih efektif pada mahasiswa, baik di saat perkuliaahan di kelas maupun pembibingan saat di laboratorium. Demikian juga evaluasi dilakukan baik pada proses maupun pada hasil belajar. Evaluasi pada hasil belajar biasanya dilakukan oleh dosen untuk mengetahui pencampaian belajar kognitif maupun psikomotor mahasiswa. Bentuk evaluasinya, ujian tulis, ujian lisan, ujian membuat makalah, ujian online yang menggunakan elearning SHARE-ITS, dll. Pembaca yang berminat untuk mengunjungi sistem pembelajaran elearning SHARE-ITS silahkan buka Gambar 5.1 Sistem E-learning ITS, Share ITS ( 69

90 Menuju Hidup Bermartabat Sedangkan monitoring dan evaluasi proses belajar mahasiswa, ITS sejak tahun 1998 telah mengadakan kuesioner evaluasi proses pembelajaran yang respondennya adalah seluruh mahasiswa pengambil mata kuliah. Sejak tahun 2006 pelaksanaan kuesioner dilakukan secara online melalui Sistem Informasi Akademik ITS (SiaKad-ITS). Setiap mahasiswa diwajibkan mengisi kuesioner ini; jika tidak maka mahasiswa yang bersangkutan tidak akan dapat mengisi program mata kuliah yang hendak diambil semester berikutnya, karena sistem terkunci. Kegiatan kuesioner ini kemudian menghasilkan sebuah indek, yang kita sebut Indek Pengajaran dosen (IPD), sekala indeknya 1-4. Lebih lengkap tentang IPD dapat dibaca pada bab-6. Gambar 5.2 Sistem Informasi Akademik ITS ( Sedangkan kegiatan pendidikan karakter melalui kegiatan kokurikuler, misalnya pelatihan-pelatihan yang dilakukan mahasiswa di laboratorium, bengkel, stodio, dll. Yang masih ada kaitannya dengan kompetensi mata kuliah. Contoh salah satu pendidikan 70

91 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS karakter melalui kegiatan kokurikuler adalah mentoring pada matakuliah Pendidikan Agama Islam. Mentoring ITS adalah program pendampingan bagi mahasiswa muslim ITS dalam mendalami agama Islam. Program ini merupakan satu bentuk kegiatan kokurikuler bagi Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam. Latar belakang diadakannya Program Mentoring ini adalah karena penyelenggaraan Mata Kuliah Pendidikan Agama Islam yang hanya dua SKS dalam satu semester dirasa sangat kurang untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, yaitu manusia beriman, bertakwa dan berakhlak mulia, oleh karena itu perlu ada pendampingan bagi mahasiswa. Maksud diadakannya program ini adalah untuk membantu mahasiswa mengkaji dan mendalami ajaran Islam untuk kemudian diimplementasikan dalam perilaku sehari-hari. Sedangkan tujuannya adalah agar mahasiswa mampu menampilkan sosok pribadi muslim yang memiliki pemahaman agama yang baik dan mengaktualisasikannya dalam kehidupan yang tercermin dalam kemuliaan akhlak. Mentoring ini dilaksanakan dengan berbagai agenda yang telah terprogram. Mentoring ITS ini telah terlaksana sejak tahun Agenda Kegiatan Mentoring dilaksanakan dalam dua bentuk kegiatan, yaitu kegiatan penyampaian materi mentoring (Forum Kajian) dan kegiatan studi baca tulis Al-Qur an (Subata). Forum Kajian adalah kegiatan utama mentoring yang dilaksanakan dalam bentuk penyampaian materi mentoring dan diskusi interaktif, disamping itu juga kegiatan lain di luar ruangan. Kegiatan ini diprogramkan 8 pertemuan, yaitu satu kali pertemuan dalam sepekan. SUBATA adalah Studi Baca Tulis Al-Qur an yang dilaksanakan dengan mengelompokkan peserta menjadi dua kelas, yaitu Kelas A untuk peserta yang belum mampu 71

92 Menuju Hidup Bermartabat baca tulis Al-Qur an, dan Kelas B untuk peserta yang sudah mampu tapi belum menguasai hukum tajwid dan makharijul huruf Al-Qur an. Kegiatan ini diprogramkan 4 pertemuan, yaitu dua pekan sekali Metode Pelaksanaan Kegiatan mentoring yang telah diagendakan diselenggarakan dengan metode pelaksanaan sebagai berikut: ceramah (penyampaian materi mentoring) dialog (tanya jawab) studi kasus (mengkaji suatu kasus dan memecahkan masalah) diskusi (bertukar pengalaman, pengetahuan dan pendapat) penugasan (pemberian tugas untuk peserta) role play (permainan peran) game (permainan kelompok) Waktu Pelaksanaan Program mentoring ini dilaksanakan selama masa satu semester dalam semester gasal, di tahun pertama setiap tahun akademik, dan dalam semester genap untuk program mentoring lanjutan. Masingmasing dilaksanakan selama 10 pekan dengan 12 pertemuan, meliputi 8 pertemuan forum kajian dan 4 pertemuan Subata. Alokasi waktu untuk setiap pertemuan adalah 120 menit, dengan rincian sebagai berikut: Tilawah Al-Qur an : 15 menit Materi utama : 60 menit Dialog (tanya jawab) : 30 menit 72

93 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Evaluasi forum/pertemuan : 15 menit Untuk pelaksanaan diskusi, studi kasus atau yang lainnya waktunya disesuaikan dengan alokasi yang ada. Jadwal pelaksanaan disusun sedemikian rupa oleh pengurus mentoring di masing-masing jurusan/program studi agar tidak berbenturan dengan kegiatan perkuliahan maupun praktikum yang ada Pelaksana Penyelenggara program mentoring ITS ini adalah Badan Pelaksana Mentoring (BPM), Jama ah Masjid Manarul Ilmi ITS. Mentor (pendamping/instruktur) sebagai pembina kelas-kelas mentoring. Mereka adalah mahasiswa senior yang dinilai berkopenten setelah lulus dalam proses screening mentor dan Training for Mentor. Pembina utama adalah para dosen matakuliah Pendidikan Agama Islam di ITS sebagai pembimbing. Peserta adalah mahasiswa baru ITS, baik program S1, D4 maupun D3, yang sedang menempuh tahap persiapan. Keikutsertaan dan keaktifan peserta dalam seluruh kegiatan mentoring ini akan mendapatkan nilai dan sertifikat, dan dilaporkan kepada dosen matakuliah Pendidikan Agama Islam Sistem Evaluasi Penilaian dalam mentoring merupakan parameter tingkat keberhasilan peserta dalam kegiatan mentoring, dan sekaligus merupakan bentuk pertanggungjawaban Badan Pelaksana Mentoring (BPM). Poin-poin penilaiannya adalah sebagai berikut: a. Poin-poin penilaian forum kajian (kegiatan utama): kehadiran : 20% 73

94 keaktifan : 25% pemahaman : 20% ujian akhir : 35% b. Poin-poin penilaian SUBATA : kehadiran : 20% kelancaran baca : 20% penerapan tajwid : 20% tes akhir : 40% c. Nilai Akhir (keseluruhan): forum kajian (kegiatan utama) : 80% SUBATA : 20% Menuju Hidup Bermartabat Kegiatan Pendukung Kegiatan pendukung mentoring adalah kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan untuk memperkuat kebersamaan dan ukhuwah dalam program mentoring ITS, yang meliputi: SMS mentoring (seminar mid semester), adalah kegiatan temu ilmiah yang diadakan untuk menambah wawasan keislaman. Kegiatan ini dikemas dalam beberapa alternatif bentuk acara, seperti seminar, talk show, temu tokoh, dan bedah buku. mabit mentoring, adalah pembinaan mental keislaman untuk memperkuat iman dan takwa secara konkret. lomba mentoring, adalah kegiatan perlombaan berbagai bidang antar peserta mentoring untuk mempererat persahabatan, misalnya sepak bola, cerdas cermat, dan lain-lain. 74

95 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 5.4 Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Esktrakurikuler Kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan non akademik dimana kegiatan kemahasiswaan di luar akademik yang meliputi : penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, upaya perbaikan kesejahteraan mahasiswa dan bakti sosial bagi mahasiswa. Kegiatan ekstrakurikuler merupakan kegiatan kemahasiswaan yang sedapat mungkin melibatkan banyak mahasiswa dan memenuhi tolok ukur yang ditetapkan. Kegiatan kemahasiswaan dapat diselenggarakan di tingkat institut, fakultas dan jurusan/program studi. Dalam pelaksanaan kegiatan ekstrakurikuler Organisasi Mahasiswa (Ormawa) ITS sangat diperlukan pendamping kemahasiswaan. Pendamping kemahasiswaan adalah dosen atau pejabat lain yang bertugas memberikan pendampingan, pembinaan, pembimbingan dan penyuluhan kepada mahasiswa menyangkut kegiatan kemahasiswaan. Selain pejabat yang berwewenang, pendamping kemahasiswaan lain adalah tim konsultasi kemahasiswan (TKK), pembina unit kegiatan dan pembimbing kegiatan. TKK adalah suatu tim yang dibentuk pada tingkat institut dan jurusan. Anggota TKK adalah dosen atau pejabat lain yang dianggap mempunyai kepedulian di bidang kemahasiswaan dimana keanggotaannya ditetapkan oleh pimpinan ITS berdasarkan usulan atau penunjukan. Selanjutnya TKK bertugas membantu pimpinan dalam pelaksanaan atau pelayanan kepada mahasiswa khususnya menyangkut kegiatan ekstrakurikuler. Pembina unit kegiatan adalah dosen atau pejabat lain yang bertugas membina pengembangan minat & bakat mahasiswa yang bersifat melembaga. Penugasan pembina unit kegiatan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Rektor ITS. Pembimbing kegiatan adalah dosen atau pejabat lain yang 75

96 Menuju Hidup Bermartabat bertugas membimbing suatu kegiatan mahasiswa yang bersifat insidentil dan ditetapkan dengan suatu Surat Keputusan(SK). Pembinaan kegiatan kemahasiswaan di ITS dilakukan dengan tujuan agar mahasiswa memiliki karakter seperti sikap ilmiah, sikap hidup bermasyarakat, sikap kepemimpinan dan sikap kejuangan. Beberapa kegiatan kemahasiswaan yang dapat menunjang sikap tersebut adalah : sikap berpikir ilmiah : penelitian, karya tulis ilmiah, program kreatifitas mahasiswa dan prestasi akademik. sikap hidup bermasyarakat : bakti sosial, olah raga, seni budaya, kerohanian dan sebagainya. sikap kepemimpinan : organisasi kemahasiswaan, kepanitiaan, LKMM. sikap kejuangan : upacara, ziarah ke makam pahlawan, mewakili ITS/ daerah/negara dalam kegiatan prestatif, pelayaran kebangsaan. Berkaitan dengan kegiatan kemahasiswaan di ITS, semua tradisi yang akan dibangun oleh ITS itu pada akhirnya diarahkan demi terbentuknya lulusan yang trustworthy dan credible dengan ciri-ciri: (i) cerdas, (ii) amanah, (iii) kreatif, yang dijargonkan dengan istilah Arek ITS CAK. Dengan mengusung jargon Arek ITS CAK, diharapkan mahasiswa dapat mengembangkan potensi positipnya secara maksimal menjadi pribadi-pribadi yang andal dan terpercaya dengan karakter: cerdas multiintelegensia dengan kemampuan mengembangkan sikap ilmiah dan kahlian (expertise), cakap dalam hidup bermasyarakat dengan kemampuan komunikasi dan artikulasi yang baik. 76

97 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS amanah yang diwujudkan dalam kepemimpinan yang jujur, berbudi pekerti yang luhur dan berakhlaq mulia, memiliki sikap yang berdedikasi, berdisiplin, berkomitmen dan professional. kreatif dalam menemukan, menggali, menciptakan ide-ide baru serta mencari penyelesaian baru atas problematika yang berkembang di masyarakat sehingga timbul inovasi dan terobosan baru sesuai dengan keahliannya masingmasing. Untuk mencapai tujuan tersebut, pengembangan kemahasiswaan di ITS diarahkan sedemikian hingga kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan kurikuler berjalan seiring dan saling melengkapi. Oleh karena itu, mahasiswa ITS mulai Angkatan 2008 dan seterusnya dengan SK Rektor Nomor: 3112/I2/KM/2008 diberlakukan Satuan Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa (SKEM), yang mewajibkan mahasiswa untuk menempuh nilai kegiatan ekstrakurukuler sebagai syarat kelulusannya dalam yudisium. Nilai minimal yang disyaratkan adalah 1000 poin bagi mahasiswa S1 dan 750 poin bagi mahasiswa D3, yang harus ditempuh sejak semester pertama sampai akhir. BAAK secara resmi akan menerbitkan transkrip nilai SKEM di akhir studi mahasiswa. Untuk menghindari adanya kelalaian mahasiswa dalam manajemen diri sehingga SKEM tidak terpenuhi dalam rentang semester waktu studi, maka dosen wali wajib melakukan monitoring di setiap perwalian. Peraturan Rektor No /I2/KM/2010 dan Surat Edaran Rektor Nomor: 06435/I2/KM/2010 memberikan kewajiban bagi dosen wali untuk melakukan perencanaan studi dan SKEM secara bersamaan di dalam perwalian dengan mahasiswa. Secara detail isi dari Peraturan Rektor dan perubahannya terlampir pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. 77

98 Menuju Hidup Bermartabat Kegiatan ekstrakurikuler yang diakomodasi dalam SKEM ini meliputi 4 (empat) hal sebagai berikut : penalaran dan keilmuan minat dan bakat organisasi dan kepemimpinan kepedulian sosial Kegiatan penalaran dan keilmuan bertujuan untuk menanamkan sikap ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menulis karya ilmiah, meningkatkan pemahaman profesi, serta meningkatkan kerjasama mahasiswa. Kegiatan minat dan bakat bertujuan untuk memberikan apresiasi terhadap olah raga dan seni, tekad bela negara, ketrampilan kepramukaan, kecintaan pada alam dan kemampuan jurnalistik. Kegiatan organisasi dan kepemimpinan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan manajemen praktis dan berorganisasi. Kegiatan kepedulian sosial bertujuan untuk meningkatkan pengabdian kepada masyarakat, menanamkan rasa persatuan dan kesatuan bangsa, menumbuhkan kecintaan kepada tanah air dan lingkungan, serta menumbuhkan kesadaran kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 78

99 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS BAB6 6 PELAKSANAAN PENDIDIKAN KARAKTER DI ITS Perencanaan yang baik dan realistis, pelaksanaan yang bersungguh-sungguh dan berdedikasi, dan evaluasi yang paripurna, itulah kunci kesuksesan menggapai visi, misi dan tujuan." Pelaksanaan pendidikan karakter di ITS dilakukan melalui kegiatan intrakurikuler (akademik), kegiatan kokurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan kurikuler yang akan dijelaskan dalam bab ini, mulai dari kurikulum, pelaksanaan, monitoring dan evaluasinya. Dijelaskan bagaimana pelaksanaan pendidikan karakter masuk menjadi satu kesatuan dalam kegiatan perkuliahan, kegiatan di laboratorium/studio/bengkel, perkuliahan bersama lintas jurusan dan lintas semester pada matakuliah yg dikelola oleh UPMB dan UPMS, kerja praktek, tugas akhir,dll. Pelaksanaan tersebut kemudian dimonitoring dan dievaluasi melalui kuesioner dengan responden seluruh mahasiswa pengembil matakuliah yang dilakukan setiap semester, kemudian menghasilkan indek pengajaran dosen (IPD) yang merupakan salah satu indikator proses pendidikan di ITS. Evaluasi IPD ini dilakukan sejak tahun 1998, dan dilakukan secara online sejak tahun Demikian juga kegiatan SKEM dilakukan monitoring dan evaluasi secara online setiap semester. Bagaimana hasilnya dalam konteks pendidikan karakter di ITS silahkan membaca bab ini dengan seksama. 79

100 Menuju Hidup Bermartabat 6.1 Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Intrakurikuler (Akademik) Kegiatan akademik yang frekuensinya paling tinggi adalah kegiatan perkuliahan yang terjadi hampir sepanjang hari, sepanjang bulan, dan sepanjang semester. Sedangkan bimbingan kerja praktek dan tugas akhir dan perwalian yang terjadi minimal 1 kali dalam 1 semester. Agar pendidikan karakter dapat dilakukan dalam setiap perkuliahan, perwalian, pembimbingan kerja praktek dan tugas akhir maka nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan harus masuk dalam kurikulum. Berikut ini akan diuraikan masing-masing metode tersebut. a. KBK, seperti yang dijelaskan pada bagian 5.1. b. Perwalian Perwalian adalah suatu kegiatan pemilihan mata kuliah yang akan ditempuh mahasiswa selama satu semester di bawah arahan dosen wali. Setiap semester perwalian di ITS dilakukan satu minggu sebelum kuliah dimulai. Prosedur perwalian secara umum adalah sebagai berikut : mahasiswa mengajukan jumlah mata kuliah yang akan ditempuh sesuai dengan indeks prestasi mahasiswa (IPS) pada semester sebelumnya. jika jumlah sks yang diminta mahasiswa sesuai dengan IPS, maka dosen wali langsung menyetujui, tetapi jika permintaan mahasiswa lebih tinggi daripada yang seharusnya maka diperlukan beberapa pertimbangan untuk memenuhi keinginan mahasiswa. Pendidikan karakter yang dapat dilakukan selama perwalian adalah : 80

101 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS dosen dapat memberikan motivasi kepada mahasiswa agar terus mempertahankan prestasinya, apabila IPS mahasiswa baik. bila IPS mahasiswa rendah atau turun atau ada mata kuliah yang mendapat nilai D atau E maka dosen wali dapat menanyakan sebab- sebab terjadinya nilai D atau E; memberikan alternatif cara untuk meningkatkan kualitas metode belajar mahasiswa. Dalam hal ini dosen wali dapat menanamkan semangat pantang mundur kepada mahasiswa yang menurun prestasinya. c. Perkuliahan Perkuliahan di ITS dilakukan selama 18 minggu termasuk evaluasi. Bagi mata kuliah dengan beban (2/1/0) sks pertemuan dilakukan 32 kali dalam 1 menit dan 16 kali pertemuan bagi mata kuliah dengan beban (2/0/0) sks. Bagi mata kuliah dengan beban sks (3/0/0) dilakukan 16 kali dengan waktu pertemuan 150 menit setiap tatap muka. Mengingat seringnya pertemuan dalam perkuliahan maka pendidikan karakter dalam perkuliahan dapat lebih efektif. Hal ini disebabkan karena ke-4 pilar pendidikan karakter dapat diimplementasikan lebih sering sehingga terjadi pembiasaan, pemberian motivasi dapat dilakukan lebih sering dilakukan, keteladananan dosen juga dapat lebih sering diperlihatkan disamping pemberian konten pengetahuan. d. Bimbingan Kerja Praktek Kerja Praktek (KP) adalah kegiatan perkuliahan yang dilakukan di perusahaan swasta atau instansi pemerintah. Mahasiswa program D3 mengambil KP setelah semester ke-4, sedangkan pelaksanaan KP mahasiswa S1 dilakukan setelah semester ke

102 Menuju Hidup Bermartabat Beban KP adalah 2 sks. Tujuan KP adalah mahasiswa dapat mengenal dunia kerja, belajar beradaptasi, belajar bekerja dan belajar mengaplikasikan teori yang pernah diperoleh di bangku kuliah. Prosedur kerja praktek adalah sebagai berikut : mahasiswa mencari instansi/perusahaan baik swasta ataupun pemerintah yang dapat menerima mahasiswa untuk magang atau kerja praktek. setelah perusahaan memberikan ijin Kerja Praktek, mahasiswa mendaftarkan diri kepada koordinator KP di jurusan. koordinator KP menentukan dosen pembimbing KP bagi mahasiswa peserta KP yang sudah mendaftar. setelah mendapatkan pembimbing KP, mahasiswa melaksanakan KP di perusahaan yang menerimanya. dosen memberikan bimbingan kerja praktek sebelum, selama Kerja Praktek berlangsung dan pada saat pembuatan laporan Kerja Praktek. Pendidikan karakter yang dapat ditanamkan selama KP adalah : mahasiswa belajar melakukan negosiasi dengan pihak perusahaan agar dapat diterima Kerja Praktek. mahasiswa belajar bekerja sesuai aturan di tempat kerja. mahasiswa belajar berkomunikasi, belajar bekerja sama dalam tim. mahasiswa belajar membuat laporan sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan. 82

103 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS e. Bimbingan Tugas Akhir Pembimbingan tugas akhir (TA) biasanya dilakukan setelah semester VII, atau ada juga mahasiswa yang telah mengambil TA di semester VII. Dosen memberikan bimbingan TA kepada mahasiswa sejak pembuatan proposal, pelaksanaan proposal mulai dari pengukuran/survey, penetapan metode analisis, pengolahan data, analisis data sampai penulisan skripsi. Beban tugas akhir cukup besar yaitu sekitar 6 sks, sehingga frekuensi pertemuan mahasiswa dan dosen bisa cukup sering. Dalam pertemuan bimbingan inilah dosen dapat menanamkan nilai-nilai karakter CAK. Misalnya penanaman kejujuran sangat penting untuk ditanamkan terutama dalam penulisan skripsi karena pada era Informasi ini godaan untuk melakukan plagiat sangat besar. Hal ini disebabkan sumber-sumber bacaan mudah diperoleh melalui internet. Dalam hal ini dosen pembimbing harus jeli dan harus cerewet untuk selalu mengingatkan kepada mahasiswa bahwa buah dari kejujuran adalah manis, sedangkan buah dari kebohongan adalah pahit. f. Perkuliahan UPMB dan UPM Soshum, Pendidikan karakter mahasiswa ITS juga ditanam, dipupuk dan dikembangkan oleh, (1) Unit Pengelola Matakuliah Bersama (UPMB) dan (2) Unit Penyelenggara Matakuliah Sosial Humaniora (UPM Soshum). 83

104 Menuju Hidup Bermartabat Tabel 6-1 Kuliah Bersama Lintas Jurusan PESERTA KULIAH PER KELAS Mahasiswa semester 1 saja, tetapi dari 2 atau 3 jurusan bergabung dalam satu kelas Mahasiswa semester 2 saja, tetapi dari 2 atau 3 jurusan bergabung dalam satu kelas Mahasiswa semester 3, 5 & 7 serta dari 2 atau 3 jurusan bergabung dalam satu kelas Mahasiswa semester 4, 6 & 8 serta dari 2 atau 3 jurusan TUJUAN agar mahasiswa memperoleh materi dan kompetensi yang ralatif sama untuk mata kuliah wajib nasional dan wajib ITS mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. membantu mahasiswa memantapkan kepribadiannya agar secara konsisten mampu mewujudkan nilai-nilai dasar keagamaan dan kebudayaan, rasa kebangsaan dan cinta tanah DIMENSI SIKAP DAN TINDAKAN YANG DIASAH/DIBIASAKAN Dengan kuliah berama (lintas jurusan dan semester) maka mereka dibiasakan bekerja sama, berkoordinasi, berdiskusi, bertoleransi dalam menyelesaikan tugastugas kuliah selama satu semester tanpa melihat siapa dan dari disiplin ilmu apa membangun sikap menghargai perbedaan menciptakan manusia multikultur mengasah kepekaan, rasa simpati dan empati pendewasaan pribadi sebagai manusia dan warga negara, membangun manusia 84

105 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS PESERTA KULIAH PER KELAS bergabung dalam satu kelas TUJUAN air sepanjang hayat dalam menguasai, menerapkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dimilikinya dengan rasa tanggung jawab. penanaman, pemupukan dan pengembangan karakter atau kepribadian mahasiswa. DIMENSI SIKAP DAN TINDAKAN YANG DIASAH/DIBIASAKAN Indonesia dengan hati budi, rasa, karsa yg selaras,bukan manusia robot, penuh otak, kuat otot saja, tapi tunarasa/tunaempati. membangun rasa kesetiakawanan, kebersamaan dan rasa ke-its-san; tidak justru sebaliknya. membina sikap mental (karakter) mahasiswa menjadi manusia yang seutuhnya dengan berkepibadian keindonesiaan. UPMB merupakan pengembangan dari TPB (Tahun Pertama Bersama) yang berfungsi mengelola kegiatan akademik/perkuliahan wajib nasional dan wajib institut. Mata kuliah yang dikelola oleh UPMB antara lain adalah Pendidikan Agama (Islam, Katolik, Protestan, Budha, Hindu dan Kong Hucu), Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, 85

106 Menuju Hidup Bermartabat Tehnoprenership, Ilmu Pengantar Lingkungan, Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi, Kalkulus dan Fisika Dasar. UPM soshum merupakan unit yang di dalamnya terhimpun 40 dosan sosial humaniora. Pada dasarnya mata kuliah sosial humaniora ini merupakan kumpulan mata kuliah pengembangan kepribadian. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor: 43/DIKTI/Kep/2006 tentang Rambu-Rambu Pelaksanaan Kelompok Matakuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi, Pasal 1 dan Pasal 2 dipaparkan visi MPK: visi kelompok MPK di PT merupakan sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program studi guna mengantarkan mahasiswa memantapkan kepribadiannya sebagai manusia Indonesia seutuhnya. Pendidikan humaniora tidak mengarah pada ketrampilan teknis, tetapi menuju pada pendewasaan pribadi sebagai manusia dan warga negara, bukannya sebagai pekerja pada bidang tertentu. Manusia diupayakan jangan bergerak menjadi robot, penuh otak, kuat otot, tetapi bukan lagi manusia Indonesia dengan hati budi, rasa, karsa selaras lagi. Bukan manusia pintar yang kita tidak senang, melainkan manusia timpang (Diek Hatoko, 1984:63). Apakah pendidikan humaniora di ITS memperoleh sambutan positif bagi samua pihak atau lapisan masyarakat? Buku ini tidak dalam rangka menjawab pertanyaan tersebut. Di ITS semua mata kuliah pengembangan kepribadian berbobot 2 SKS, dengan tatap muka per minggu sekali selama 100 menit. Satu semester 18 kali tatap muka; toleransi kehadiran kuliah 90 %. Nilai akhir minimal dari 4 macam evaluasi dan hampir semua mata kuliah soshum melakukan evaluasi tidak dengan cara ujian tulis semata. Ada nilai dari keaktifan dan kedisiplinan kuliah, partisipasi dalam proses perkuliahan, tugas menulis/mengarang dan mempresentasikannya. Semua hal terkait dengan proses perkuliahan 86

107 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS dikomunikasikan dalam kontrak kuliah dan di pertemuan awal/pertama perlu dipaparkan, dipahami, dan disepakati oleh semua peserta proses perkuliahan, baik mahasiswa maupun dosennya. Pembiasaan menulis apa yang akan dilaksanakan dan kemudian membiasakan melaksanakan apa yang sudah ditulis. Hal ini perlu juga disampaikan kepada mahasiswa yang memang harus belajar mendidik dirinya tentang banyak hal secara aktif, mandiri dan cerdas dari mana pun dan tentang apa pun. Contoh kuliah bahasa Indonesia. BELAJAR DENGAN PRINSIP SEKALI BERLAYAR SEKIAN PULAU TERLAMPAUI. BELAJAR DENGAN PRINSIP DIMULAI DARI SEDIKIT-SEDIKIT LAMA-LAMA MENJADI BUKIT. BELAJAR DENGAN PRINSIP ALA BISA KARENA BIASA/DIBIASAKAN. TUGAS NO KULIAH 1 Membuat karangan ilmiah, baik berbentuk artikel maupun berbentuk makalah atau proposal penelitian, semacam PKM, kolektif. TUJUAN Mahasiswa harus diberi pemahaman/kesadaran bahwa tugas menulis/mengarang itu bukan hanya bertarget trampil menghasilkan karangan yang baik, tetapi juga belajar trampil berfikir DIMENSI YANG DIASAH/DIBIASAKAN berfikir urut, berfikir mengurai, berfikir merekonstruksi, berfikir memadukan, berfikir mengkomposisi, berfikir kausalitas, berfikir divergen, berfikir konvergen, berfikir logis-rasional, berfikir metaforik. Berfikir serempak Berfikir struktur Berfikir sistem dibiasakan mengemas ide-idenya dengan tatabahasa yang runtut, lengkap dan benar 87

108 Menuju Hidup Bermartabat NO TUGAS KULIAH TUJUAN DIMENSI YANG DIASAH/DIBIASAKAN Mahasiswa harus diberi pemahaman/kesadaran bahwa tugas menulis/mengarang itu juga untuk mendidik emosinya tugas menulis kolektif maka mereka juga perlu disadarkan bahwa yang sedang dibiasakan adalah ketrampilan sosial dan ketrampilan profesional mengemas ide-idenya dengan pilihan kata-kata yang pas-proporsional dari segi rasa dan rasio menyetel/nyetir nada emosional kecermatan ketelitian kehalusan kelembutan cakap bekerja sama, cakap berkoordinasi, cakap bertolerannsi, cakap memimpin, cakap mengontrol/ mengendalikan, memecahkan persoalan, Cakapmembuat keputusan. Membiasakan bertanggung jawab, keberanian Keuletan 2 Presentasi tugas membiasakan diri melakukan manajemen/tatakrama tampilan. melatih sikap tubuh, mimik, nada, gaya bahasa, mata, senyum, gerak-gerik tangan, mengkoordinasikan bahasa tubuh, bahasa verbal dan konteks belajar membiasakan diri untuk tenang, cerdas mendengarkan 88

109 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS NO TUGAS KULIAH TUJUAN DIMENSI YANG DIASAH/DIBIASAKAN Melatih suara dan menjawab pertanyaan cerdas mengemas bahasa yang jelas dan menarik, belajar terbiasa lepas dari beban-beban psikologis, seperti takut, ragu, malu dan semacamnya. Volume/intensitas relatif suara Keras-pelan, Variatif-proporsional Cepat-lambat Tempo: tinggi-rendah Artikulasi Latihan menjawab Cermat mendengarkan dengan benar dengan Cermat mencerna kemasan bahasa yang baik pertanyaan Cermat mengemas bahasa jawaban Sikap toleran, Sikap kritis-realistis Pendidikan sosial humaniora tidak untuk mendapatkan keterampilan teknis sebagai bekal mencari uang, tetapi untuk membuat manusia muda memiliki bobot kemanusiaan utuh, tidak timpang sebagai bekal membangun peradaman masa depan yang aman, damai dan sejahtera. 6.2 Pendidikan Karakter melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Kemandirian suatu bangsa tidak luput dari karakter bangsa itu sendiri. Bangsa yang besar dan maju umumnya mempunyai sifatsifat antara lain bekerja keras, menghargai waktu, jujur dan 89

110 Menuju Hidup Bermartabat berkomitmen tinggi serta bangga dengan bangsanya sendiri. Sifatsifat tersebut secara umum mendominasi sebagian besar penduduknya, sehingga dapat dikatakan sebagai ciri khas dari bangsa tersebut, yang akhirnya menjadi suatu budaya. Budaya tersebut dapat dijumpai pada negara maju, baik maju dalam bidang industri, ekonomi, pendidikan dan pertahanan. Dapat diambil contoh adalah Amerika, Eropa, Jepang, Korea dan Cina. Pembangunan karakter dapat dimulai dari pendidikan, dari tingkat dasar sampai dengan perguruan tinggi. Pembangunan karakter dapat dilakukan dengan pembangkitan motivasi secara terus menerus di kelas oleh guru/dosen yang diselipkan dalam penyampaian materi kuliah/pengajaran. Dengan pengulangan yang terus menerus oleh guru/dosen, akan tertanam di alam bawah sadar siswa/mahasiswa sifat-sifat mulia sebagai dasar pembentukan karakter. Di ITS, pembanguanan karakter dimulai dengan adanya training kepribadian (ESQ) bagi mahasiswa baru yang dimulai angkatan Setiap awal semester, mahasiswa baru ITS diharuskan mengikuti training ESQ bagi mahaiswa yang beragama Islam, dan training kepribadian bagi yang beragama non Islam. Kegiatan ini merupakan rangkaian dari IPITS (Informasi Pendidikan ITS) yang bersifat wajib bagi mahasisawa baru sebelum melakukan perkuliahan. Tujuan dari training ini adalah untuk membentuk karakter awal mahasiswa ITS. Kegiatan pasca ESQ adalah melalui mentoring agama, yang terintegrasi dengan Mata Kuliah Agama bekerjasama dengan jamaah masjid Manarul Ilmi (JMMI) ITS. Nilai-nilai kepribadian unggul, kuat dan berakhlak diharapkan sudah terwujud sejak mereka resmi menjadi mahasiswa ITS. ITS mempunyai jargon lama untuk mendapatkan karakter mahasiswa yang bersifat cerdas, ulet dan kreatif yang disingkat menjadi Arek ITS CUK. CUK (Cerdas, Ulet, Kreatif) walaupun bagus arti dan substansinya, namun kata-kata tersebut bagi sebagaian masyarakat 90

111 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS menunjukkan sifat yang negatif (kasar, umpatan dalam bahasa jawa). Sehingga mulai tahun 2008, Kemahasiswaan ITS telah mengubah jargon ITS CUK dengan jargon yang baru, yaitu Arek ITS CAK (Cerdas, Amanah, Kreatif). Untuk lebih memasyaratkan ke seluruh sivitas akademik ITS, jargon tersebut secara resmi dibuat logo seperti di bawah ini: Gambar 6.1 Logo Karakter Cerdas, Amanah, & Kreatif Arti logo tersebut adalah sebagai berikut: Berdasar warna Biru: warna biru yang dipakai sama seperti warna biru yang dipakai pada logo ITS. Warna biru ini mewakili semangat AREK ITS. Merah: warna merah ini bermakna bahwa Arek ITS haruslah berani dan percaya diri karena bermodalkan karakter cerdas, amanah, dan kreatif. Berdasar bentuk dan tulisan Arek merupakan logat khas Surabaya yang berarti anak. Ini merupakan merupakan huruf khas yang menjadi identitas visual ITS, sehingga 91

112 Menuju Hidup Bermartabat diketahui bahwa logo AREK ITS CAK! ini adalah milik ITS. Tulisan cak! merupakan slogan yang diusung untuk mahasiswa ITS. Cak juga merupakan logat khas Surabaya yang berarti mas/kakak. Tulisan cerdas, amanah, kreatif adalah sebagai bentuk sosialisasi identitas CAK ke luar ITS. Merupakan bentuk penegasan bahwa Mahasiswa ITS (Arek ITS ) memang benarbenar berkarakter cak (cerdas, amanah, kreatif). Agar jargon Arek ITS CAK melembaga di seluruh elemen organisasi kemahasiswaan, logo tersebut melalui Surat Edaran Pembantu Rektor III ITS no 08164/I2.III/KM/2010, wajib untuk dicantumkan dalam setiap proposal kegiatan dan spanduk kemahasiswaan yang diajukan oleh Ormawa di ITS. Karakter yang kuat harus ditunjang dengan soft-skill yang tinggi. Untuk merealisasikan hal tersebut, mulai mahasiswa angkatan 2008 diberlakukan adanya program SKEM (Satuan Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa). SKEM ini mengikat bagi mahasiswa, dalam artian dipersyaratkan sebagai salah satu syarat kelulusan sarjana/diploma di ITS. Seorang mahasiswa wajib mengumpulkan nilai/poin yang terdistribusi ke dalam empat kegiatan: Penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, organisasi & kepemimpinan, dan Kepedulian Sosial. Diharapkan dengan adanya SKEM ini, lulusan ITS akan mempunyai kepribadian dan karakter yang kuat dengan didukung kemampuan softskill yang tinggi. Mekanisme pelaksanaan SKEM di ITS dapat dijelaskan seperti diagram alir pada gambar

113 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Gambar 6.2 Diagram Alir Mekanisme Pelaksanaan SKEM 93

114 Menuju Hidup Bermartabat Penjelasan dari gambar 6.2 tersebut di atas adalah sebagai berikut: setiap semester mahasiswa bersama dosen wali merencanakan SKEM bersamaan dengan perwalian/ perencanaan studi. setiap semester mahasiswa wajib mengajukan penilaian SKEM kepada dosen wali atas kegiatan yang telah direalisasikan. yang berhak memberikan penilaian SKEM adalah dosen wali dengan memperhatikan bukti-bukti terkait. Bukti terkait dianggap sah apabila ada: o o o o o pengesahan oleh dosen pembina UKM untuk kegiatan minat dan bakat. pengesahan oleh dosen pembina TPK untuk kegiatan keagamaan. sertifikat untuk kegiatan Ormawa. SK Dekan/Rektor untuk kepengurusan/keanggotaan Ormawa. bukti-bukti lain yang dapat dipertanggungjawabkan. bukti terkait sebagaimana poin 3 di atas berlaku maksimal 2 (dua) semester terhitung dari semester yang sedang berjalan. dosen wali juga berhak menilai kegiatan yang tidak reguler. Kegiatan tidak reguler yang dimaksud adalah kegiatan yang keberadaannya bersifat insidental, misalnya kegiatan sosial/penanggulangan bencana alam. Kegiatan SKEM tersebut di atas dilaksanakan oleh mahasiswa, dan dievaluasi bersama dosen wali, yang setiap akhir semester mahasiswa bersama dosen wali akan memasukkan semua data hasil kegiatan SKEM. Pelaksanaan SKEM ini melalui SIM SKEM dan telah terintegrasi dengan SIM Akademik ITS secara online, dengan laman seperti terlihat pada gambar

115 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Gambar 6.3 SIM SKEM Di akhir studi, nilai SKEM akan dibuatkan transkrip. Transkrip nilai SKEM akan diterbitkan BAAK pada saat mahasiswa dinyatakan lulus dalam yudisium. Nilai SKEM akan dicantumkan dalam sertifikat SKEM berdasarkan pengelompokan jenis kegiatan meliputi: penalaran dan keilmuan, minat dan bakat, organisasi & kepemimpinan dan kepedulian sosial. 95

116 Menuju Hidup Bermartabat Adapun format transkrip tersebut adalah sebagai berikut : BIRO ADMINISTRASI AKADEMIK DAN KEMAHASISWAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Transkrip Nilai Satuan Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa (SKEM) Nama mahasiswa Nomor Pokok Jurusan Fakultas : : : : No Kelompok Kegiatan Nilai Akumulasi Predikat 1 Penalaran dan Keilmuan CUKUP/ 2 Minat dan Bakat CUKUP BAIK/ 3 Organisasi dan Kepemimpinan BAIK 4 Kepedulian Sosial TOTAL SANGAT BAIK* *pilih salah satu dan coret yang tidak perlu Surabaya, 20 (Ka BAAK) 96

117 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Keterangan predikat tersebut adalah sebagai berikut : Untuk mahasiswa S1 a. Cukup, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. b. Cukup baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. c. Baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. d. Sangat baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai lebih besar dari 2500 poin. Untuk mahasiswa D3 a. Cukup, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. b. Cukup baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. c. Baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai poin. d. Sangat baik, apabila mahasiswa dapat mengumpulkan nilai lebih besar dari 2000 poin. 97

118 Menuju Hidup Bermartabat Berikut ini adalah penilaian SKEM yang dikelompokkan dalam empat bidang tersebut: g. Kegiatan Penalaran dan Keilmuan Kegiatan penalaran dan keilmuan adalah kegiatan mahasiswa yang dapat menumbuhkan sikap ilmiah, merangsang daya kreasi dan inovasi, meningkatkan kemampuan meneliti dan menulis karya ilmiah, serta meningkatkan pemahaman profesi. Kegiatan dimaksud meliputi: a. kegiatan karya tulis ilmiah mahasiswa yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi, instansi pemerintah atau swasta. b. kegiatan kreativitas dan inovasi mahasiswa yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi, instansi pemerintah atau swasta. c. keikutsertaan dalam kegiatan forum komunikasi ilmiah yang dilaksanakan oleh perguruan tinggi, instansi pemerintah atau swasta. 98

119 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Nilai poin dari kegiatan di bidang ini diberikan dalam tabel 6-2. Tabel 6-2 Mengikuti Lomba Karya Tulis Ilmiah No Tingkat Lomba Prestasi Yang Diperoleh Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Internasional Juara I/II/III 1500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 1000 Sertifikat Peserta terpilih 750 Sertifikat 2 Nasional Juara I/II/III 1000 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 750 Sertifikat Peserta terpilih 600 Sertifikat 3 Regional Juara I/II/III 750 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 500 Sertifikat Peserta terpilih 400 Sertifikat 4 Institut Juara I/II/III 500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 300 Sertifikat Peserta terpilih 200 Sertifikat 5 Fakultas Juara I/II/III 300 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 200 Sertifikat Peserta terpilih 150 Sertifikat 6 Jurusan Peserta terpilih 100 Sertifikat Ket 99

120 Tabel 6-3 Mengikuti Lomba Kreatifitas dan Inovasi Menuju Hidup Bermartabat No Tingkat Lomba Prestasi Yang Diperoleh Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Internasional Juara I/II/III 1500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 1000 Sertifikat Peserta terpilih 750 Sertifikat 2 Nasional Juara I/II/III 1000 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 750 Sertifikat Peserta terpilih 600 Sertifikat 3 Regional Juara I/II/III 750 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 500 Sertifikat Peserta terpilih 400 Sertifikat 4 Institut Juara I/II/III 500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 300 Sertifikat Peserta terpilih 200 Sertifikat Ket Tabel 6-4 Mengikuti Kegiatan Forum Komunikasi Ilmiah No Tingkat Kegiatan Status Keikutsertaan Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Internasional Pembicara 1000 Sertifikat + paper Peserta 300 Sertifikat 2 Nasional Pembicara 750 Sertifikat + paper Peserta 200 Sertifikat 3 Regional Pembicara 500 Sertifikat + paper Peserta 150 Sertifikat 4 Institut Pembicara 300 Sertifikat + paper Peserta 100 Sertifikat Ket 100

121 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS h. Kegiatan Minat dan Bakat Kegiatan minat dan bakat adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh Unit kegiatan mahasiswa (UKM) ITS, yanag meliputi : menjadi pengurus dan anggota UKM. menjadi peserta lomba/pertandingan yang diselenggarakan oleh UKM ITS. menjadi peserta lomba/pertandingan pada tingkat institut, regional, nasional, dan internasional. menjadi duta kesenian dan kebudayaan tingkat regional, nasional, dan internasional. menjadi peserta lomba/pameran seni dan budaya tingkat institut, regional, nasional, dan internasional. Adapun penilaian dari kegiatan ini dapat diberikan dalam tabel 6-5. Tabel 6-5 Keanggotaan UKM No Jabatan 1 Pengurus Inti 2 Pengurus lain 3 Anggota aktif Deskripsi Detail Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian Ket Ketua 500 SK Rektor per semester Wakil Ketua 500 SK Rektor per semester Sekretaris 500 SK Rektor per semester Bendahara 500 SK Rektor per semester 400 SK Rektor per semester 300 Surat Keterangan Dosen Pembina per semester 101

122 Menuju Hidup Bermartabat Tabel 6-6 Mengikuti Lomba Minat dan Bakat No Tingkat Lomba Prestasi Yang Diperoleh Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Internasional Juara I/II/III 1500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 1000 Sertifikat Peserta 750 Sertifikat terpilih 2 Nasional Juara I/II/III 1000 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 750 Sertifikat Peserta 600 Sertifikat terpilih 3 Regional Juara I/II/III 750 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 500 Setifikat Peserta 400 Sertifikat terpilih 4 Institut Juara I/II/III 500 Sertfkt/Medali/Piala Peserta finalis 300 Sertifikat Peserta terpilih 200 Sertifikat Ket i. Kegiatan Organisasi dan Kepemimpinan Kegiatan organisasi dan kepemimpinan adalah kegiatan mahasiswa dalam suatu kepengurusan organisasi kemahasiswaan, pelatihan kepemimpinan, pengembangan kepribadian, dan kepanitiaan pada tingkat institut, fakultas, dan jurusan/program studi. Adapun penilaiannya diberikan dalam tabel

123 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tabel 6-7 Sebagai Pengurus Ormawa No 1 Institut Tingkat Ormawa Pengurus Inti Pengurus lainnya Anggota Pengurus 2 Fakultas Jabatan Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian Ket Ketua 550 SK Rektor per semester Wakil Ketua 500 SK Rektor per semester Sekretaris 500 SK Rektor per semester Bendahara 500 SK Rektor per semester 400 SK Rektor per semester 100 SK Rektor per semester Pengurus Inti SK Dekan per semester Ketua 500 SK Dekan per semester Wakil Ketua 450 SK Dekan per semester Sekretaris 450 SK Dekan per semester Bendahara 450 SK Dekan per semester Pengurus lainnya 350 SK Dekan per semester Anggota Pengurus 100 SK Dekan per semester 3 Jurusan Pengurus Inti Ketua 450 SK Dekan per semester 103

124 Menuju Hidup Bermartabat No Tingkat Ormawa Pengurus lainnya Anggota Pengurus 4 TPK ITS Pengurus Inti Pengurus lainnya Anggota Pengurus Jabatan Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian Ket Wakil Ketua 400 SK Dekan per semester Sekretaris 400 SK Dekan per semester Bendahara 400 SK Dekan per semester 300 SK Dekan per semester 100 SK Dekan per semester Ketua 500 SK Rektor per semester Wakil Ketua 450 SK Rektor per semester Sekretaris 450 SK Rektor per semester Bendahara 450 SK Rektor per semester 350 SK Rektor per semester 100 SK Rektor per semester Tabel 6-8 Aktif dalam Kegiatan yang diadakan Ormawa No Tingkat Status Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Nasional Panitia/Peserta 350 Sertifikat 2 Regional Panitia/Peserta 300 Sertifikat 3 Institut Panitia/Peserta 250 Sertifikat 4 Fakultas Panitia/Peserta 200 Sertifikat 5 Jurusan Panitia/Peserta 150 Sertifikat Ket 104

125 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tabel 6-9 Aktif sebagai Peserta Pelatihan Kepemimpinan dan Pengembangan Kepribadian No Status Jenis Pelatihan Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Peserta LKMM 200 Sertifikat PP-LKMM 300 Sertifikat Pengemb.Kepribadian/ 200 Sertifikat Karakter/Soft Skills 2 Pemandu LKMM 250 Srtifikt/SK/Srt Tgs j. Kegiatan Kepedulian Sosial Kegiatan kepedulian sosial adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh mahasiswa untuk meningkatkan pengabdian kepada masyarakat, rasa kepedulian terhadap sesama, serta menanamkan rasa cinta tanah air. Contoh dari kegiatan ini adalah sebagai berikut: kegiatan penanggulangan bencana alam, penanggulangan NAPZA, pencegahan HIV/AIDS, menjaga kebersihan dan penghijauan kampus, dan kegiatan bakti sosial lain yang sejenis. Penilaian dari kegiatan ini diberikan dalam tabel Tabel 6-10 Aktif mengikuti Kegiatan Kepedulian Sosial No Tingkat Kegiatan Status Keikutsertaan Poin Bukti Terkait Untuk Penilaian 1 Internasional Panitia/Peserta 750 SK/Srt Tgs/Sertfkt 2 Nasional Panitia/Peserta 500 SK/Srt Tgs/Sertfkt 3 Regional Panitia/Peserta 400 SK/Srt Tgs/Sertfkt 4 Institut Panitia/Peserta 300 SK/Srt Tgs/Sertfkt 105

126 Menuju Hidup Bermartabat Untuk lebih mudah memahami tabel 6.2 sampai dengan tabel 6.10 dalam implementasi SKEM, berikut diberikan contoh simulasi : Contoh 1 Eni, seorang mahasiswa ITS pada Jurusan Teknik Lingkungan. Dia saat ini duduk pada semester 5. Pada Kompetisi Karya Tulis Mahasiswa (KKTM) Bidang IPA, dia terpilih mewakili jurusannya untuk kompetisi tingkat fakultas. Di kompetisi tingkat fakultas, ternyata Eni berhasil menempati ranking 1 sehingga ia berhak maju untuk berkompetisi pada tingkat institut. Hasil seleksi tingkat institut menempatkan Eni sebagai wakil ITS pada KKTM tingkat wilayah C. Pada kompetisi tingkat wilayahpun, Eni berhasil menjadi Juara 1, sehingga berhak maju pada kompetisi tingkat nasional. Tetapi sayang, Eni hanya berhasil menjadi Juara 2 pada lomba tingkat nasional tersebut. Penilaian SKEM untuk Eni: No KETERANGAN PEROLEHAN TOTAL PENJELASAN NILAI/POIN NILAI 1 Wakil tingkat Juara 1, 2, & 3 jurusan berhak 2 Juara fakultas mendapatkan 3 Juara 1 tingkat institute poin yang sama 4 Juara 1 tingkat Karena sifat wilayah C lomba adalah 5 Juara 2 tingkat berjenjang, nasional maka nilai yang diambil adalah nilai terakhir/tertingg i, bukan akumulasi nilai dari semua jenjang lomba Lihat Pasal 9 ayat (1) dan (4) 106

127 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Contoh 2 Karya tulis yang dibuat Eni diambil sebagian besar dari hasil penelitian dosen pembimbingnya. Oleh dosen pembimbingnya, Eni disuruh mengirimkan karya tulis tersebut (paper) pada suatu seminar internasional (minimal dihariri oleh wakil/peserta dari 3 negara) di Bandung. Dalam paper tersebut Eni sebagai penulis kedua (bukan penulis utama). Paper tersebut diterima untuk dapat dipresentasikan pada seminar internasional tersebut. Karena kesibukannya, sang dosen pembimbing tidak bisa menghadiri seminar tersebut sehingga mewakilkannya kepada Eni, dan Eni menghadiri seminar internasional tersebut sebagai pembicara (tertulis dalam sertifikat seminar). Penilaian SKEM untuk Eni: No KETERANGAN PEROLEHAN NILAI/POIN TOTAL NILAI 1 Pembicara pada seminar tingkat internasional PENJELASAN Bukti yang harus ditunjukkan: sertifikat seminar & paper Ini merupakan tambahan poin setelah Fitri menjadi juara KKTM tingkat nasional ( = 2000 poin) Contoh 3 Afifah, seorang mahasiswa ITS pada Jurusan Biologi. Dia saat ini duduk pada semester 7. Dia aktif sebagai anggota UKM Bulu Tangkis. Tahun 2008 di Surabaya diselenggarakan kompetesi bulutangkis tingkat regional untuk mahasiswa. Dalam kegiatan 107

128 Menuju Hidup Bermartabat tersebut, Afifah terlibat sebagai panitia penyelenggara`sekaligus peserta lomba. Di akhir pertandingan, Afifah berhasil meraih Juara 2. Penilaian SKEM untuk Afifah: No KETERANGAN PEROLEHAN NILAI/POIN TOTAL NILAI 1 Sebagai anggota UKM (per semester) 2 Sebagai angota panitia tingkat regional 3 Juara 2 tingkat Regional PENJELASAN Lihat pasal 11 ayat (1c) dan (2c) Lihat pasal 12 ayat (6) dan (4) Contoh 4 Lathifah, seorang mahasiswa ITS pada Jurusan Teknik Kelautan. Dia saat ini duduk pada semester 5. Dia menjabat sebagai sekretaris JMMI di bawah naungan TPK Islam. Pada Bulan Ramadhan 2008 JMMI mengadakan bakti sosial pembagian sembako di wilayah Keputih dan Gebang. Penilaian SKEM untuk Lathifah: No KETERANGAN PEROLEHAN NILAI/POIN TOTAL NILAI 1 Sebagai sekretaris JMMI (per semester) PENJELASAN Lihat pasal 12 ayat (3) dan (7) 2 Sebagai anggota panitia baksos tingkat institut

129 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Program- Program Kegiatan Mahasiswa ITS Program Technopreneurship & Student Wellfare Di era global ini, perguruan tinggi dituntut agar menghasilkan generasi penerus bangsa yang kritis dan tanggap dalam menghadapi segala dinamika hidup. Mahasiswa sebagai material dasar (raw material) generasi penerus bangsa mempunyai potensi besar untuk menghadapi problematika bangsa dengan taktis dan terencana. Mereka dituntut tidak hanya mandiri dalam membaca peluang kerja, tetapi juga mandiri dan mampu dalam menciptakan lapangan kerja. Oleh karena itu perlu dilakukan penanaman nilai dan jiwa seorang wirausahawan (entrepreneur). Sebagai salah satu perguruan tinggi teknik di Indonesia, ITS dalam rangka mendorong penanaman nilai dan jiwa pada mahasiswa di bidang wirausaha maka perlu diwujudkan suatu kegiatan wirausaha yang diberi sentuan nilai dasar keteknikan yang dikenal dengan Technopreneurship. Melalui penerapan jiwa dan nilai-nilai wirausaha berbasis teknologi, maka diharapkan upaya penyelesaian terhadap permasalahan sosial dan ekonomi yang ada akan lebih cepat dan lebih baik. Penerapan jiwa dan nilai-nilai wirausaha dapat dikembangkan dengan jalan mengikuti perkembangan dunia global melalui berbagai seminar, pelatihan singkat yang terintegrasi, pelatihan jangka panjang dan diikuti dengan kerja praktek nyata dan kegiatan game yang bersifat entrepreneurship, kegiatan ini telah banyak diselenggarakan oleh berbagai macam perusahaan di Indonesia. Tinjauan technopreneurship merupakan perpaduan antara teknologi dan kewirausahaan yang dibentuk berbasis dengan pola pikir teknologi. Adapun tujuan technopreneurship antara lain: memacu peningkatan prestasi mahasiswa ITS melalui kegiatan di bidang Entrepreneur. 109

130 Menuju Hidup Bermartabat untuk memancing ide-ide kreatif mahasiswa ITS, khususnya dalam membaca dan menciptakan peluang untuk berbisnis dan menjadi pengusaha. membentuk jiwa entrepreneur pada mahasiswa, melalui penanaman nilai-nilai entrepreneurship. melatih mahasiswa untuk mampu membaca peluang usaha, sesuai dengan bidang keilmuan masing-masing. meningkatkan pengalaman mahasiswa untuk memahami kegiatan usaha, sesuai dengan bidang keilmuan masingmasing melalui pembimbingan nyata dalam bentuk inkubasi. Mekanisme dan rancangan dalam pengembangan program technopreneurship di ITS didasarkan atas beberapa hal. Pertama adanya mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur terdorong mengikuti seminar technoprenurship, seminar teknik pemasaran, seminar sertifikasi halal, seminar Haki, seminar akutansi dan Perpajakan. Kedua adanya mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur terdorong mengikuti workshop proposal Haki, Workshop Teknik Packaging & Pemasaran, Workshop Bisnis Plan dan Workshop Bisnis Game. Ketiga adanya mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur terdorong mengikuti Lomba Bisnis Plan dan Lomba Bisnis Game. Keempat adanya mahasiswa yang mempunyai jiwa entrepreneur terdorong untuk mengikuti inkubator mahasiswa berupa pelatihan & pembinaan nyata dari hasil yang diperoleh melalui kegiatan technopreneurship. Yang terakhir memberikan penghargaan (reward) kepada mahasiswa yang mempunya jiwa entrepreneurship yang berprestasi pada kegiatan technopreneurship. Target utama pengembangan program technopreneurship adalah mahasiswa memahami dunia kewirausahaan melalui pembuatan bisnis plan dan mengimplementasikannya dalam bentuk usaha. 110

131 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Dalam perjalanannya pengembangan program techopreneurship mengalami beberapa kendala, yaitu : kurangnya dosen pembina yang dapat aktifdi kegiatan technopreneurship. belum berjalannya komunikasi yang lancar dengan alumni yang sukses. adanya duplikasi kegiatan entrepreneur di ITS (WET & CED). CED kurang hidup (pembina & fasilitas belum memadai). besarnya biaya yang dibutuhkan. sedikit sekali mahasiswa yang berjiwa wirausaha. sedikit sekali mahasiswa yang mempunyai daya saing tinggi. dosen tdak banyak yang memilki jiwa kewirausahaan. kurangnya sosialisasi tentang kewirausahaan. adanya unit usaha mahasiswa yang belum terpantau. Untuk itu diperlukan langkah-langkah strategis dalam mengurangi kendala-kendala program pengembangan technopreneurship di ITS, yaitu : membangun lebih intensif kegiatan intrakurikuler dan ekstrakurikuler mengenai jiwa wirausaha. menghidupkan CED dengan pembinaan intensif & pembiayaan yang memadai. menciptakan lebih intensif atmosfer technopreneur dilingkungan ITS (dosen, mahasiswa, karyawan). 111

132 Menuju Hidup Bermartabat meningkatkan kegiatan technopreneurship di setiap jurusan (melalui kegiatan Hima, misalnya Divisi Wirausaha). mengikutsertakan mahasiswa pada kegiatan technopreneurship pada seminar & kuliah tamu. menyempurnakan materi kewirausahaan. memberikan pembekalan dan pemagangan di Unit Inkubator. mengadakan & mengikutkan mahasiswa dalam kompetisi bisnis plan Program Pengembangan Soft Skill Pengembangan soft skill di perguruan tinggi merupakan salah satu syarat agar kelulusannya memiliki daya saing yang unggul, baik pada tataran nasional maupun global. Suatu kenyantaan yang tidak bisa dihindari bahwa kebutuhan tenaga kerja saat ini dan masa yang akan datang tidak hanya kompeten dalam bidang akademik (hard skill), namun dibutuhkan orang yang memiliki inovasi, cakap dalam berkomunikasi, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, mampu bekerja secara mandiri maupun bersama-sama (team work), memiliki kemampuan memimpin (leadership) serta memiliki karakter yang kuat sehingga mampu bertahan dan mengambil keputusan yang tepat dalam situasi apapun. Kemampuan-kemampuan tersebut harus dirancang, diimplementasikan dan dievaluasi sedemikian rupa sehingga kompetensi lulusannya sesuai dengan tantangan jaman. Dua aspek soft skill penting yang dipercaya, berperan menentukan keberhasilan seseorang dalam prosess belajar-mengajar maupun pengembangan karier ke depan adalah aspek kepemimpinan dan kerja sama. Dua aspek soft skill ini dipilih berdasarkan masukan dari stakeholders atas pengamatan mereka terhadap llulusan ITS, yang dirasa rendah untuk kedua aspek soft skill tersebut. Disamping aspek-aspek softskill lainnya seperti kemampuan komunikasi, 112

133 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS motivasi, kepribadian, kepercayaan diri dan sebagainya. Karenanya sejak tahun 2004, ITS berupaya menggali data dan informasi tentang potensi dasar mahasiswa ITS dalam dua aspek soft skill tersebut. Pemetaan mahasiswa baru 2008 yang dilakukan student advisory centre (SAC) ITS masih juga menunjukkan kelemahan secara rerata pada kedua aspek softskill ini. Melalui pertimbangan yang matang dan tepat, ITS telah mewajibkan semua mahasiswa baru untuk mengikuti pelatihan ESQ dan latihan ketrampilan manajemen mahasiswa (LKMM Pra-Dasar) di tahun pertama kuliah, agar nantinya dapat mengembangkan softskill mahasiswa. Pengembangan kemampuan mahasiswa dalam kepemimpinan dan manajemen praktis Organisasi Mahasiswa (Ormawa) diberikan melalui LKMM dan dalam pelaksanaannya diupayakan dapat menjangkau seluruh mahasiswa ITS sebanyakbanyaknya dan secara baku terbagi dalam jenjang/tindakan berikut : LKMM Pra Dasar (manejemen pribadi) Terintegrasi dalam rangkaian IPITS untuk mahasiswa baru. LKMM Tingkat Dasar (Manajemen Kegiatan) Dilaksanakan oleh masing-masing Jurusan/HMJ (sekurangkurangnya sekali pertahun). LKMM Tingkat Menengah (Manajemen Organisasi) Dilaksanakan oleh BEM Fakultas LKMM Tingkat Lanjut (Manajemen Opini Publik) Dilaksanakan oleh BEM Institut PP-LKMM (Pelatihan Pemandu) Kegiatan ToT yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan Ormawa (Jurusan/Fakultas/Institut). 113

134 Menuju Hidup Bermartabat Kebutuhan mengembangkan softskill mahasiswa yang dirasa masih belum optimum dalam capaiannya dapat dilakukan dengan mengakomodasinya dalam Program Kerja Jurusan (PPJ)/Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) atau mahasiswa secara mandiri dapat mengikuti beberapa pelatihan soft skill yang diselenggarakan oleh SAC-ITS Program Pengembangan Minat & Bakat Kegiatan pengembangan minat dan bakat di ITS diarahkan pada kegiatan organisasi unit kegiatan mahasiswa (UKM) yang mewadahi kegiatan minat, bakat dan kegemaran mahasiswa ITS. UKM di ITS secara umum terbagi menjadi 4 (empat) kelompok : UKM Olah Raga : Basket, Sepak Bola, Bulutangkis, Tenis Lapangan, Skateboard, Billiard, Maritim Chalange, Olah Raga Air, Bridge, Catur. UKM Seni: Paduan Suara, Tari dan Karawitan, Teater, Musik, Pernafasan Satria Nusantara. UKM Beladiri: Jiu Jitsu, Taekwondo, Perisai Didi, Karate, Tapak Suci, Tapak Sakti, Persaudaraan Setia Hati Teratai, Merpati Putih, Nur Alif, Hilmatul Iman, Kendo. UKM Khusus: Resimen Mahasiswa, Pramuka, Pecinta Lingkungan Hidup (SIKLUS), Bahasa Asing, WE&T, Koperasi Mahasiswa, Workshop Technopreneurship, Penalaran dan Fotography. Selain itu juga dibentuk tm pembina kerohanian (TPK), yang meliputi : Jamaah Masjid Manarul Ilmi (JMMI) bagi mahasiswa beragama Islam, TPK Katolik bagi mahasiswa beragama Katolik, TPK Hindu bagi mahasiswa beragama Hindu, TPK Budha bagi mahasiswa beragama Budha dan TPK Kristen bagi mahasiswa beragama Kristen. 114

135 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Disamping untuk pembelajaran organisasi, UKM-UKM ini digunakan untuk membina mahasiswa dapat berprestasi di bidang olahraga dan seni. Untuk bidang olahraga bermuara pada Pekan Olah Raga Mahasiswa Nasional (Pomnas), untuk tingkat ITS diadakan Pekan Olah Raga dan Seni Mahasiswa ITS (Porsenima ITS). Sedangkan untuk bidang seni bermuara pada Pekan Seni Mahasiswa Nasional (Peksiminas). UKM-UKM ini dalam melaksanakan kegiatannya bekerjasama dalam koordinasi lembaga minat dan bakat mmahasiswa (LMB) Program Pengembangan Bidang Penalaran Lulusan ITS dituntut untuk memiliki academic knowledge, skill of thinking, management skill dan communication skill. Kekurangan atas salah satu dari keempat keterampilan/kemahiran tersebut dapat menyebabkan kekurangan mutu lulusan. Sinergis keempatnya akan tercermin melalui kemampuan lulusan dalam kecepatan dalam menemukan solusi atas persoalan-persoalan atau tantangantantangan yang dihadapinya. Perilaku dan pemkiran lulusan ITS harus bersifat konstruktif realistik atau kreatif yang membawa manfaat bagi kehidupan masyarakat. Kreativitas merupakan jelmaan integratif dari faktor pikiran, perasaan dan ketrampilan. Dalam faktor pikiran terdapat perasaan dan keterampilan. Faktor perasaan terdiri dari emosi, estetika dan harmonisasi. Sedangkan faktor ketrampilan mengandung bakat, faal tubuh dan pengalaman. 115

136 Menuju Hidup Bermartabat Dengan demikian, agar mahasiswa dapat menjadi level kreatif, ketiga faktor tersebut harus dioptimalkan dalam kegiatan penalaran seperti : a. Forum Penalaran Ilmiah Forum ini untuk menanamkan dan membekali sikap ilmiah seperti Stadium Generale, Seminar, Workshop untuk keperluan kompetisi/kontes ilmiah. b. Keikut-sertaan dalam Lomba/Kontes/Olimpiade i. Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ii. Kontes Robot iii. Kontes Jembatan iv. OnMIPA (Olimpiade Matematika dan IPA) v. Gemastik vi. Kompetisi Pemikiran Kritis Mahasiswa vii. Seleksi Mawapres. viii. Penyelenggaraan PIMITS (Pekan Ilmiah ITS). ix. Keikut-sertaan di PIMNAS (Pekan lmiah Nasional) dan x. Lomba karya ilmiah lainnya, seperti : o o o o o o o Lomba Karya Ilmiah Mempora Lomba Karya Ilmiah Pemprov Lomba Karya Ilmiah Beasiswa Djarum Lomba Karya Ilmiah oleh Perguruan Tinggi LKTI Indocement Pertamina Youth Program Inveromental Envoy Bayer. 116

137 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS o o o o Essay Korea LKTI BESWAN Djarum Astra Student Innovation Competition. UNILEVER 6.3 Evaluasi Proses Pendidikan Karakter di ITS Pelaksanaan pendidikan karakter melalui kegiatan akademik di ITS, dapat dilihat melalui 2 hal yaitu : Hasil jajak pendapat terhadap mahasiswa mengenai proses pembelajaran di ITS yang secara rutin dilakukan di akhir semester sejak tahun 1998 dan dilakukan secara online sejak tahun Hasil jajak pendapat ini menghasilkan suatu indeks, yaitu Indeks Pengajaran dosen (IPD). Hasil survey terhadap mahasiswa dan dosen ITS tentang tingkat pengenalan jargon CAK dan bagaimana jargon tersebut di implementasikan. Paparan mengenai ke-2 aspek tersebut akan diuraikan berikut ini Indeks Pengajaran Dosen Indeks Pengajaran Dosen (IPD) adalah suatu indeks yang menyatakan bagaimana proses pembelajaran berlangsung dan performa dosen dalam proses pembelajaran tersbut. IPD diukur melalui instrument yang terdiri dari 2 bagian dan terdiri dari 16 pertanyaan. Bagian pertama meliputi 9 pertanyaan yang mengukur kinerja proses belajar berlangsung dan 7 pertanyaan di bagian ke-2 mengukur kompetensi dosen secara personal. Setiap pertanyaan diberi jawaban dengan skor 1 sampai dengan 4. Pertanyaanpertanyaan tersebut diberikan kepada mahasiswa untuk memberikan penilaian. Mahasiswa mengisi skor pertanyaan pada minggu ke-12 secara online. 117

138 Pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah sbb : Pertanyaan bagian I : Menuju Hidup Bermartabat 1. Apakah dosen Anda pada semester ini telah menyampaikan Rencana Pembelajaran (RP) 2. Apakah tugas dan/atau test yang diberikan kepada Anda sudah direncanakan, disampaikan dan dijalankan sesuai dengan RP dan/atau kontrak kuliah? 3. Apakah dosen Anda pada setiap pergantian materi kuliah selalu memberikan penjelasan tentang kompetensi tersebut dengan jelas dan lengkap? 4. Apakah dosen Anda pada semester ini menggunakan metode pembelajaran Student Centred Learning (SCL) 2) dalam perkuliahan? 5. Apakah metode pembelajaran SCL yang digunakan dosen Anda membantu tercapainya kompetensi? 6. Apakah Sumber Belajar 3) untuk mata kuliah yang Anda ambil semester ini dapat membantu mencapai kompetensi? 7. Apakah tugas dan/atau soal test yang diberikan dosen Anda pada semester ini sesuai dengan kompetensi? 8. Apakah tugas dan/atau test yang Anda kerjakan dikembalikan dan diberi umpan balik paling lambat 2 minggu sesudah tugas/test diberikan? 9. Apakah kompetensi/subkompetensi sebagaimana yang dijelaskan dosen Anda sudah tercapai? 118

139 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Pertanyaan bagian II dapat dilihat pada tabel Tabel 6-11 Pertanyaan IPD NO PERTANYAAN Bagian II Skor 1 Dosen membantu Anda mencapai kompetensi Dosen terampil berkomunikasi sehingga mampu menjelaskan topik atau materi kuliah dengan baik/menarik. 3 Dosen mampu mendorong/memotivasi Anda untuk aktif dalam proses pembelajaran. 4 Dosen mengusai topik atau materi kuliah dan mampu menjelaskannya dengan menarik. 5 Dosen memberikan kuliah sesuai dengan waktu yang dialokasikan. 6 Dosen memiliki persepsi positif terhadap kemampuan Anda. 7 Dosen memberikan hasil penelitian dan/atau pengalaman pekerjaan profesionalnya sesuai dengan topik /materi pada mata kuliah yang sedang Anda tempuh Keteladanan yang perlu ditunjukkan oleh dosen dalam rangka pendidikan karakter tersirat pada beberapa pertanyaan : Pada pertanyaan bagian I dapat diukur mengenai : o o kemampuan dosen dalam mengajarkan kompetensi kepada mahasiswa melalui pertanyaan nomor 3 (no. 1.3) Kemampuan dosen dalam menjalankan pembelajaran SCL proses pembelajaran SCL apakah telah dijalankan dengan baik. Karena dalam pembelajaran SCL dosen harus punya strategi yang sesuai dan terencana. Lihat pertanyaaan nomor 4 (no. 1.4) Pada pertanyaan bagian II yang dapat dipelajari adalah : o Pertanyaan nomor 2 mengukur kemampuan komunikasi dosen. Bila dosen dapat berkomunikasi dengan baik 119

140 o o Menuju Hidup Bermartabat menurut mahasiswa, maka Ia dapat menanamkan cara berkomunikasi dengan baik pula. (no. 2.2) Pertanyaan nomor 3 mengukur kemampuan dosen dalam memotivasi. Jika dosen mampu memotivasi mahasiswa maka mahasiswa akan termotivasi untuk belajar mencapai kompetnsi lebih baik. (no. 2.3) Pertanyaan nomor 5 merupakan pembelajaran disiplin pada bagian II. (no. 2.5) Berikut adalah hasil IPD pada semester Genap Rata-rata IPD ITS pada Semester Gasal adalah 3,10. IPD rata-rata tertinggi adalah jurusan T.Kimia-FTI dan yang paling rendah adalah jurusan Kimia FMIPA. Lihat gambar 6.4. Rata-rata indeks pembelajaran SCL adalah 3,17 ini berarti proses pembelajaran telah berjalan dengan baik. Dalam pembelajaran SCL inilah mahasiswa belajar nilai-nilai karakter, yaitu belajar kritis,kecerdasan sosial karena dalam pembelajaran SCL ada proses komunikasi, sehingga mahasiswa bisa belajar komunikasi. Selain itu juga belajar meningkatkan kecerdasan linguistic dalam berkomunikasi lisan. Lihat gambar 6.5 pada indeks pertanyaan nomor 4 (P4). Rata-rata indeks pertanyaan nomor 3 (P3) adalah 3,12 artinya dosen sudah memberikan penjelasan tentang kompetensi mata kuliah dengan jelas. 120

141 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 3,35 3,34 3,30 3,29 IPD-Jurusan di ITS Semeter Gasal ,22 3,21 3,21 3,20 3,20 3,18 3,17 3,15 3,14 3,14 3,13 3,10 3,08 3,08 3,05 rata-rata ITS=3,16 3,04 T. Kimia T. Material Despro PWK T. Mesin T. Industri Biologi T. Fisika T. Perkapalan T. Elektro T. Sistem Fisika Sistem Informasi T. Lingkungan T. Sipil Statistika T. Informatika T. Geomatika Arsitektur Matematika T. Kelautan Kimia 2,97 2,92 Gambar 6.4 IPD Jurusan di ITS Semeter Gasal Indeks Pertanyaan No1.3 Dan 1.4 Semeter Gasal P3 P4 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 1,00 0,50 0,00 3,41 3,37 3,37 3,32 3,31 3,29 3,28 3,27 3,12 3,40 3,41 3,28 3,24 3,28 3,22 3,31 3,19 3,42 3,29 3,24 3,21 3,17 3,24 3,20 3,11 3,06 3,06 3,05 3,05 3,05 2,88 3,25 3,21 3,00 3,03 2,97 3,02 3,16 3,01 3,18 2,90 2,93 2,83 2,83 T. Kimia T. Mesin T. Material T. Industri T. Fisika T. Elektro T. Siskal T. Perkapalan T. Kelautan Despro PWK T. Sipil T.Arsitektur T. Lingkungan T. Geomatika Sistem Informasi T. Informatika Biologi Fisika Statistika Matematika Kimia Gambar 6.5 Indeks Pertanyaan No1.3 Dan 1.4 Semeter Gasal

142 Menuju Hidup Bermartabat 3,50 3,40 3,30 3,20 3,10 3,00 2,90 2,80 2,70 2,60 2,50 Indeks Pertanyaan Kinerja Dosen nomor 2.2 3,37 3,35 3,23 3,23 3,15 3,13 3,24 3,18 2,96 3,26 3,25 3,12 3,07 3,03 2,97 3,11 3,05 3,17 3,19 3,11 3,01 2,84 T. Material T. Kimia T. Industri T. Fisika T. Elektro T. Mesin T. Perkapalan T. Sistem T. Kelautan PWK Despro T. Lingkungan T. Sipil T. Geomatika Arsitektur Sistem Informasi T. Informatika Biologi Fisika Statistika Matematika Kimia Gambar 6.6 Indeks Pertanyaan Kinerja Dosen nomor 2.2 3,50 3,40 3,30 3,20 3,10 3,00 2,90 2,80 2,70 2,60 2,50 3,39 3,37 Indeks pertanyaan kinerja Dosen nomor 2.3 3,21 3,22 3,17 3,13 3,24 3,17 2,93 3,24 3,26 3,12 3,07 3,07 2,92 3,07 3,02 3,19 3,19 3,09 3,02 2,86 T. Material T. Kimia T. Industri T. Fisika T. Elektro T. Mesin T. Perkapalan T. Sistem T. Kelautan PWK Despro T. Lingkungan T. Sipil T. Geomatika Arsitektur Sistem Informasi T. Informatika Biologi Fisika Statistika Matematika Kimia Gambar 6.7 Indeks pertanyaan kinerja Dosen nomor

143 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Indeks kinerja Dosen nomor 2.5 Semester Gasal 09/10 3,40 3,35 3,18 3,19 3,16 3,12 3,22 3,14 2,89 3,24 3,21 3,14 3,11 3,01 2,96 2,97 3,05 3,14 3,16 3,09 3,04 2,78 T. Material T. Kimia T. Industri T. Fisika T. Elektro T. Mesin T. Perkapalan T. Sistem Perkapalan T. Kelautan PWK Despro T. Lingkungan T. Sipil T. Geomatika Arsitektur Sistem Informasi T. Informatika Biologi Fisika Statistika Matematika Kimia Gambar 6.8 Indeks kinerja Dosen nomor 2.5 Semester Gasal 09/ Hasil Survey Jargon CAK di ITS Survey tentang tingkat pengenalan jargon CAK dan bagaimana partisipasi dosen dalam menanamkan nilai-nilai CAK dilaksanakan selama lebih kurang 3 minggu mulai tanggal 18 November sampai tanggal 3 Desember Kuesioner dapat di lihat di Lampiran 3, sedangkan data hasil survey dapat di lihat di Lampiran 4. Tabel 6.12 dan tabel 6.13 memperlihatkan sampel dari masingmasing jurusan di ITS. Sampel yang diambil adalah 100 orang mahasiswa dari setiap jurusan dan 50% dosen yang ada di setiap jurusan. Target sampel adalah 3200 mhasiswa dan 465 orang dosen. Hasilnya karena keterbatasan waktu maka kuesioner yang terkumpul hanya 2220 orang mahasiswa atau 79,3% dari target sampeldan 370. Sementara itu jumlah dosen yang dapat dijaring adalah 370 orang atau 39,8% dari populasi dosen di ITS. Margin error untuk sampel adalah 10%. 123

144 Menuju Hidup Bermartabat Tabel 6-12 Sampel Dosen per Jurusan No Fakultas n* Jurusan No Fakultas n Jurusan 1 FTI 17 D3 T. Mesin 14 FMIPA 9 Biologi 2 FTI 15 T. Fisika 15 FMIPA 14 Kimia 3 FTI 22 T. Elektro 16 FMIPA 20 fisika 4 FTI 17 T. Industri 17 FMIPA ** Matematika 5 FTI 19 T. Kimia 18 FMIPA 13 Statistika 6 FTI 9 T. Material 19 FMIPA 13 UPM SosHum 7 FTI 40 T. Mesin 20 FTSP 22 D3 T. Sipil 8 FTI 4 D3 T. Kimia 21 FTSP 21 Arsitektur 9 FTIf 8 Sist.Informasi 22 FTSP 9 T. Geomatika 10 FTIf 19 T.Informatika 23 FTSP 10 T. Lingkungan 11 FTK ** T Mesin Perkapalan 24 FTSP 38 T. Sipil 12 FTK ** T Kelautan 25 FTSP 6 PWK 13 FTK 10 Sis.Perkapalan 26 FTSP 15 Desain Produk Jumlah responden dosen total =370 orang n=ukuran sampel, ** Tidak mengumpulkn hasil kuesioner 124

145 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tabel 6-13 Responden Mahasiswa Fakultas n Jurusan Fakultas n Jurusan FTI 96 D3 T. Mesin FMIPA 100 Biologi FTI 26 D3 T. Instrumentasi FMIPA 106 Kimia FTI 37 T. Fisika FMIPA 100 fisika FTI 87 T. Elektro FMIPA 113 D3 Statistika FTI 76 D3 T. Elektro FMIPA 91 Statistika FTI 100 T. Industri FTSP 86 D3 T. Sipil FTI 99 T. Kimia FTSP 102 T. Arsitektur FTI 100 T. Material FTSP 99 T. Geomatika FTI 104 T.Mesin FTSP 95 T. Lingkungan FTI 70 D3 T. Kimia FTSP 99 T. Sipil FTIf 96 Sis Informasi FTSP 84 PWK FTIf 72 T.Informatika FTSP 97 Despro FTK 85 Sis Perkapalan Jumlah responden Survey menghasilkan sejumlah informasi yang terkait dengan pelaksanaan pendidikan karakter di ITS, meliputi : Tingkat pengenalan jargon CAK di ITS Penanaman nilai karakter Cerdas Penanaman nilai karakter Amanah Penanaman nilai karakter Kreatif Cara dosen ITS menanamkan nilai karakter CAK Cara mahasiswa belajar Nilai karakter CAK di ITS 125

146 Menuju Hidup Bermartabat Tingkat Pengenalan Jargon CAK Tingkat pengenalan jargon CAK di lingkungan ITS diperoleh melalui kuesioner dengan pertanyaan yang ditujukan kepada dosen dan mahasiswa sbb : Pertanyaan kepada dosen : o o Apakah ibu bapak sudah menegenal jargon ITS : CAK (Cerdas, Amanah, Kreatif)? a. Ya, b.tidak Apakah ibu/bapak pernah menanamkan nilai-nilai pembentuk karakter kepada mahasiswa selama mengajar/membimbing Tugas Akhir dan Kerja Praktek? a.ya, b. Tidak Pertanyaan kepada mahasiswa : Apakah saudara sudah menegenal jargon ITS : CAK (Ceradas, Amanah, Kreatif)? a. Ya, b.tidak Untuk mempermudah penilaian terhadap hasil survey perlu dilakukan pengklasifikasian terhadap rata-rata prosentase yang dicapai untuk setiap pertanyaan. Pengklasifikasian dilakukan dengan menggunakan standar penilaian yang biasa digunakan di ITS. Lihat tabel Tabel 6-14 Kategori Hasil Survey Prosentase Katagori 80 % Sangat Baik SB 71% - <80% Baik B 66 % - <71% Cukup Baik CB 56% - <66 % Kurang K < 56% Sangat Kurang SK 126

147 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Dari hasil survey diperoleh beberapa informasi tentang tingkat pengenalan jargon CAK di kalangan dosen dan mahasiswa ITS. Informasi tersebut adalah sbb: Tingkat pengenalan jargon CAK di ITS sangat tinggi baik di kalangan dosen maupun mahasiswa. Berdasarkan 370 dosen yang ditanya sudah mengenal jargon CAK? 96,3% menjawab sudah dan 92,5% menjawab sudah menanamkan nilai-nilai pembentuk karaker CAK. Sedangkan dari 2200 mahasiswa 94,6% mengatakan sudah menegenal jargon CAK. Hal ini terjadi karena jargon CAK sering ditulis di berbagai spanduk kegiatan kemahsiswaan yang dipasang di tempat2 yang sering dilalui dosen dan mahasiswa. Lihat gambar ,0% 96,0% 95,0% 94,0% 93,0% 92,0% 91,0% 90,0% Tingkat Pengenalan Jargon CAK di ITS 96,3% 94,6% Sudah kenal Jargon CAK 92,5% Dosen Tanamkan Nilai CAK Dosen Mahasiswa Gambar 6.9 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di ITS Tingkat pengenalan jargon CAK di FTI hampir sama baik dikalangan dosen maupun mahasiswa, yaitu 95% dosen yang telah mengenal jargon CAK dan 94% di kalangan mahasiswa. Dosen yang telah menanamkan nilai CAK adalah 92%. Lihat gambar 6.10 Gambar 6.11 memperlihatkan tingkat pengenalan jargon CAK di FTSP. Di kalangan dosen FTSP Prosentase dosen 127

148 Menuju Hidup Bermartabat yang telah mengenal jargon CAK adalah 97% sedangkan di kalangan mahasiswa 96%. Dosen yang telah menanamkan dosen nilai-nilai karakter CAK adalah 90%. Tingkat pengenalan jargon CAK di kalangan dosen FMIPA lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa. Dalam hal ini berdasarkan sampel 98% dosen dan 91% mahasiswa telah mengenal jargon CAK. Selain itu 94% dosen juga telah menanamkan nilai karakter CAK melalui keteladanan maupun proses pembelajaran. Lihat gambar Di FTK 100% dari dosen yang menjadi responden (10 orang) mengatakan sudah menanamkan nilai-nilai karakter CAK. Bukan berarti semua dosen di FTK telah menanamkan nilai-nilai karakter CAK, karena nilai 100% hanya berdasarkan sampel 10 orang dosen dan hanya dari satu jurusan yaitu Sistem Perkapalan. Padahal FTK mempunyai 3 jurusan. Jika diambil sampel yang lebih besar dengan jumlah dosen yang lebih banyak dari semua jurusan di FTK, mungkin saja prosentasenya akan berubah. Lihat gambar Berdasarkan sampel sebanyak 50% populasi dosen (27 orang) di FTIf semua mengatakan telah mengenal jargon CAK dan 94% di antaranya telah menanamkan nilai-nilai CAK. Sedangkan mahasiswa yang sdudah mengenal jargon ini adalah 94%. Lihat gambar

149 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTI-ITS 100% 80% 60% 40% 20% 0% 95% 94% 92% Sudah Kenal Jargon CAK % Dosen Tanam Nilai Dosen Mahasiswa Gambar 6.10 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTI-ITS Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTSP -ITS 100% 98% 96% 94% 92% 90% 88% 86% 84% 97% 96% Sudah Kenal Jargon CAK 90% % Dosen Tanam Nilai Dosen Mahasiswa Gambar 6.11 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTSP -ITS 129

150 Menuju Hidup Bermartabat 100% 98% Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FMIPA-ITS 98% 96% 94% 92% 91% 94% Dosen Mahasiswa 90% 88% Sudah Kenal Jargon CAK % Dosen Tanam Nilai Gambar 6.12 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FMIPA-ITS 102% 100% 98% 96% 94% 92% 90% 88% 86% 84% Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTK-ITS 90% 94% Sudah kenal Jargon CAK 100% Dosen Tanamkan Nilai Dosen Mahasiswa Gambar 6.13 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTK-ITS 130

151 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 102% 100% 98% 96% 94% 92% 90% Gambar 5.1f Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTIf-ITS 100% 99% Sudah Kenal Jargon CAK 94% % Dosen Tanam Nilai Dosen Mahasiswa Gambar 6.14 Tingkat Pengenalan Jargon CAK di FTIf-ITS Penanaman Nilai Karakter Kecerdasan Penanaman nilai karakter kecerdasan oleh dosen diperoleh berdasarkan pertanyaan sebagai berikut : Pertanyaan kepada dosen (pertanyaan nomor 4) : o Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah ibu-bapak tanamkan kepada mahasiswa selama membina mata kuliah/membimbing Tugas Akhir atau Kerja Praktek? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) CERDAS : o o o o Kecerdasan intelektual (logika/matematika) Kecerdasan emosi Kecerdasan sosial : Hubungan dengan sesama (komunikasi) Kecerdasan intrapersonal (kemampuan mereflesikan pengalaman pribadi) 131

152 Menuju Hidup Bermartabat o o Kecerdasan spiritual Kecerdasan financial : dapat mengelola keuangan Pertanyaan kepada mahasiswa (pertanyaan nomor 3): Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah diperoleh saudara dapatkan selama kuliah di ITS? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) CERDAS : o o o o o o Kecerdasan intelektual (logika/matematika) Kecerdasan emosi Kecerdasan sosial : Hubungan dengan sesama (komunikasi) Kecerdasan intrapersonal (kemampuan mereflesikan pengalaman pribadi) Kecerdasan spiritual Kecerdasan financial : dapat mengelola keuangan Gambar 6.15 menunjukkan prosentase dosen yang telah menanamkan nilai karakter Cerdas dan prosentase mahasiswa yang merasa telah mendapatkan penanaman nilai tersebut. Ternyata dosen ITS tidak hanya mengajarkan satu jenis kecerdasan saja, yaitu kecerdasan logika/matematika, tetapi juga sudah banyak yang berpartisipasi menanamkan kecerdasan multipel, walaupun prosentase dosen yang turut berpartisipasi belum merata di semua elemen kecerdasan mulitipel. Kecerdasan multipel yang dimaksud masih berupa kecerdasan logika matematika, kecerdasan emosional, kecerdasan spiritual, intrapersonal dan kecerdasan Finansial. Informasi yang dapat disampaikan dari gambar 6.15 sd 6.20 adalah sbb: 132

153 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Penanaman kecerdasan yang paling tinggi peringkatnya adalah penanaman kecerdasan logika matematika dan kecerdasan social. sebanyak 85% dosen di ITS sudah menanamkan kecerdasan logika-matematika dan 83% menanamkan kecerdasan sosial. Menanamkan kecerdasan logika-matematika di Perguruan tinggi adalah hal yang biasa, tetapi menanamkan kecerdasan sosial merupakan fakta yang menggembirakanapalagi dengan prosentase yang dapat dikatagorikan Sangat Baik. Di pihak lain jumlah mahasiswa yang telah merasakan pernah mendapatkan penanaman kecerdasan logika matematika hanya 75% dan 74% pernah mendapatkan kecerdasan sosial. Dalam hal ini masih dapat dimasukkan dalam katagori Baik. Dalam hal penanaman kecerdasan emosi, jumlah dosen yang turut berpartisipasi masih termasuk katagori Kurang, dan termasuk katagori Sangat Kurang dalam penanaman kecerdasan spiritual dan finansial. Lihat tabel Tingkat penerimaan mahasiswa yang merasakan pernah mendapatkan penanaman Kecerdasan selain logika matematika dan sosial dapat dilihat pada tabel Tampak bahwa Prosentase mahasiswa yang pernah menerima kecerdasan spiritual, emosi, intrapersonal dan finansial masih termasuk katagori Sangat Kurang, Ini berarti ke depannya perlu dilakukan program peningkatan partipasi dosen dalam penanaman kecerdasan-kecerdasan ini secara menyeluruh dan secara sistemik dengan evaluasi program yang lebih terencana dan secara periodic dilakukan oleh institusi 133

154 Menuju Hidup Bermartabat Penanaman Kecerdasan di ITS Dosen Mahasiswa 100% 80% 60% 40% 20% 0% 85% 75% 63% 48% 83% 74% Kecerdasan logika/mtk 55% 37% Kecerdasan Emosi 49% 36% Kecerdasan Sosial 25% 24% Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Gambar 6.15 Penanaman Kecerdasan di ITS Tabel 6-15 Kategori Tingkat Penanaman Kecerdasan Jenis kecerdasan Partisipasi Dosen Kat Mahasiswa Penerima Kat Logika-matematika 85% SB 75% B Emosi 63% KB 48% SK Sosial 83% SB 74% B Intrapersonal 55% SK 37% SK Spiritual 49% SK 36% SK Finansial 25% SK 24% SK Penanaman kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan emosi yang paling baik di antara fakultas fakultas di ITS adalah di FTIf. Hal ini karena partisipasi dosen dalam menanamkan ke-2 kecerdasan ini termasuk katagori Sangat Baik dan prosentase mahasiswa yang merasa telah menerima pengajaran ini juga termasuk katagori Sangat Baik. Dalam hal ini mencapai 87% mahasiswa yang merasa mendapatkan penanaman kecerdasan logika matematika dan 82% untuk kecerdasan emosi. Bahkan partisipasi dosen dalam menanamkan kecerdasan logika-matematika adalah 134

155 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS yang paling tinggi yaitu mencapai 91%. Sedangkan partisipasi dosen dalam penanaman kecerdasan emosi adalah 82%. Faktor yang menyebabkan rata-rata partisipasi dosen di ITS dalam menanamkan kecerdasan logika-matematika dan kecerdasan emosi termasuk katagori Sangat Baik adalah karena partisipasi dosen dalam penanamana kecerdasan ini termasuk Sangat Baik di 4 Fakultas, yaitu di FTO, FTSP, FMIPA dan FTIf. Di FTI mencapai 86% untuk kecerdasan logika-matematika dan 87% untuk kecerdasan emosi,di FTSP mencapai 83% dan 82% berturut untuk penanaman ke-2 kecerdasan tersebut. Di FMIPA mencapai 87% untuk penanaman 2 kecerdasan ini. Sedangkan di FTIF mencapai 82% untuk penanaman kecerdasan emosi. Lihat gambar 6.16, 6.18, Tingkat penerimaan mahasiswa terhadap penanaman kecerdasan logika matenatika yang termasuk katagori sangat tinggi adalah di FTI mencapai 87% Partisipasi dosen yang paling rendah dalam menanamkan kecerdasan logika matematika adalah di FTK hanya mencapai 60%, termasuk katagori Kurang Baik. Sebenarnya fakta ini sangat aneh karena sampel adalah dosen jurusan yang mayoritas mengajar teknik. Pengajaran di Teknik sebenarnya pengajaran logika matematika semua. Jadi jika ada dosen yang tidak mengakui dia mengajarkan kecerdasan logika-matematika maka ada kemungkinan tidak tahu atau tidak menyadarinya. Lihat gambar

156 Menuju Hidup Bermartabat 100% 80% 60% 40% 20% 0% 86% 81% Penanaman Kecerdasan di FTI-ITS 63% 52% 87% 78% 52% 38% 54% 37% Dosen Mahasiswa Kecerdasan logika/mtk Kecerdasan Emosi Kecerdasan Sosial Kecerdasan Intrapersonal 26% 27% Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Gambar 6.16 Penanaman Kecerdasan di FTI-ITS Penanaman Kecerdasan di FTSP - ITS 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 83% 70% 71% 82% 48% 78% 65% 35% 44% 27% Dosen Mahasiswa 24% 20% Kecerdasan Logika/mtk Kecerdasan Emosi Kecerdasan Sosial Kecerdasan Intraperson al Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Gambar 6.17 Penanaman Kecerdasan di FTSP - ITS 136

157 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Penanaman Kecerdasan di FMIPA-ITS Dosen Mahasiswa 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kecerdasan logika/mtk 87% 68% Kecerdasan Emosi 61% 47% Kecerdasan Sosial 87% 65% 52% 33% 53% 49% 29% 26% Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Gambar 6.18 Penanaman Kecerdasan di FMIPA-ITS Penanaman Kecerdasan di FTK-ITS 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% 45% 30% 26% 50% 44% 30% 29% 30% 22% 20% 16% Dosen Kecerdasan logika/mtk Kecerdasan Emosi Kecerdasan Sosial Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Mahasiswa Gambar 6.19 Penanaman Kecerdasan di FTK-ITS 137

158 Menuju Hidup Bermartabat Penanaman Kecerdasan di FTIf 100% 80% 60% 40% 20% 0% 91% 89% Dosen Mahasiswa 61% 40% 82% 81% 52% 50% Kecerdasan logika/mtk Kecerdasan Emosi 41% 40% 21% 26% Kecerdasan Sosial Kecerdasan Intrapersonal Kecerdasan Spiritual Kecerdasan Financial Gambar 6.20 Penanaman Kecerdasan di FTIf Penanaman Nilai Karakter Amanah Nilai-nilai Karakter Amanah yang ditanamkan kepada mahasiswa di ITS adalah : Kejujuran, bertanggung jawab, kompeten/ahli, dapat dipercaya atau berintegritas dan berdedikasi/loyal/setia. Untuk mengetahui bagaimana partisipasi dosen dalam penanaman nilai karakter amanah di ITS dan bagaimana mahasiswa menerimanya, diperoleh berdasarkan pertanyaan kepada dosen dan mahasiswa sebagai berikut : Pertanyaan kepada dosen : Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah ibu-bapak tanamkan kepada mahasiswa selama membina mata kuliah/membimbing Tugas Akhir atau Kerja Praktek? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) AMANAH : o o o Kejujuran Bertanggung jawab Kompeten/ahli 138

159 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS o o Dapat dipercaya/berintegritas Berdedikasi/loyal/setia Pertanyaan kepada mahasiswa : Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah diperoleh saudara dapatkan selama kuliah di ITS? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) AMANAH : o o o o o Kejujuran Bertanggung jawab Kompeten/ahli Dapat dipercaya/berintegritas Berdedikasi/loyal/setia Hasil survey memberikan sejumlah informasi mengenai penanaman nilai Amanah sebagai berikut : Penanaman nilai karakter yang paling baik adalah penanaman nilai karakter bertanggung jawab. Dalam hal ini partisipasi dosen yang telah menanamkan nilai ini termasuk katgori Sangat Baik. Rata-rata partisipasi dosen di tingkat ITS adalah 85%. Hal ini disebabkan karena didukung oleh partisipasi dosen di 4 fakultas, yaitu FTI,FTSP,FMIPA dan FTIf. Tingkat partisipasi dosen yang paling rendah adalah dari FTK, hanya mencapai 50%, termasuk katagori Sangat Kurang. Lihat tabel Selain itu prosentase mahasiswa yang menerima termasuk katagori baik, yaitu 75%. Lihat gambar Dalam penanaman kejujuran banyak dosen di ITS telah menanamkan sekitar 90%, termasuk katagori sangat Baik. 139

160 Menuju Hidup Bermartabat Namun demikian prosentase mahasiswa yang merasa telah menerima masih sangat rendah termasuk katagori Sangat Kurang (52%). Lihat gambar Tingkat patisipasi dosen ITS dalam penanaman nilai Amanah : kompeten/ahli termasuk katagori Cukup Baik, partisipasi dosen 67%, tetapi mahasiswa yang merasa menerima pengajaran ini hanya 38% termasuk katagori Sangat Kurang. Lihat gambar Tabel 6-16 Penanaman nilai Amanah: Tanggung Jawab Fakultas Partisipasi Dosen Katagori Mahasiswa Penerima Katagori FTI 84% SB 78% B FTSP 90% SB 76% B FMIPA 91% SB 72% B FTK 50% SK 40% SK FTIf 91% SB 84% SB 100% 80% 60% 40% 20% 0% Penanaman Nilai Amanah di ITS 90% 87% 67% 63% 46% 52% Kejujuran 75% Bertanggung jawab 38% Kompeten/ahli 52% Dapat dipercaya/berinte gritas 51% Berdedikasi/loyal/ setia Dosen Mahasiswa Gambar 6.21 Penanaman Nilai Amanah di ITS Yang paling sulit tampaknya adalah dalam menanamkan nilai integritas/dapat dipercaya, karena hasil survey 140

161 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS menunjukkan tingkat partisipasi dosen hanya 63% yang turut berpartisipasi dalam menanamkan nilai karakter ini, terasuk katagori Kurang. Bahkan dosen yang berpartisipasi dalam menanamkan nilai dedikasi atau kesetiaan atau loyalitas hanya mencapai 46% termasuk katagori Sangat Kurang. Hal ini disebabkan karena kondisi di tiap fakultas juga masih sangat rendah partisipasi dosennya dalam menanamkan nilai amanah ini. Lihat gambar 6.21 dan gambar 6.22 sampai dengan 6.26 Penanaman Nilai Amanah di FTI-ITS 100% 80% 60% 40% 20% 0% 92% 53% KeJujuran 84% 78% Bertanggung jawab 76% 39% Kompeten/ahli Dosen 61% 54% Dapat dipercaya/ berintegritas Mahasiswa 50% 57% Berdedikasi/ loyal/ setia Gambar 6.22 Penanaman Nilai Amanah di FTI-ITS 141

162 Menuju Hidup Bermartabat 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 87% 50% Kejujuran 90% Penanaman Amanah di FTSP - ITS 76% Bertanggung jawab 69% 36% Kompeten/ ahli 73% 48% Dapat dipercaya/ berintegritas Dosen Mahasiswa 55% 47% Berdedikasi/ loyal/setia Gambar 6.23 Penanaman Amanah di FTSP - ITS Penanaman Nilai Amanah di FMIPA-ITS 100% 80% 60% 40% 20% 0% 91% 56% 91% Dosen 72% Mahasiswa 60% 36% KeJujuran 58% 54% 38% Bertanggung jawab 48% Kompeten/ahli Dapat dipercaya/berintegri tas Berdedikasi/loyal/se tia Gambar 6.24 Penanaman Nilai Amanah di FMIPA-ITS 142

163 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Penanaman Nilai Amanah di FTK 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 80% Kejujuran 28% 50% Bertanggung jawab 40% 50% Kompeten/ahli 32% 40% 31% Dapat dipercaya/berintegritas 40% Berdedikasi/loyal/setia 31% Dosen Mahasiswa Gambar 6.25 Penanaman Nilai Amanah di FTK Penanaman Nilai Amanah di FTIf 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 88% 91% 59% 84% 56% 49% 61% 64% 31% 51% Dosen Mahasiswa KeJujuran Bertanggung jawab Kompeten/ahli Dapat dipercaya/berintegritas Berdedikasi/loyal/setia Gambar 6.26 Penanaman Nilai Amanah di FTIf 143

164 Menuju Hidup Bermartabat Penanaman Nilai Kreatif Pertanyaan kepada dosen : Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah ibu-bapak tanamkan kepada mahasiswa selama membina mata kuliah/membimbing Tugas Akhir atau Kerja Praktek? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) KREATIF : o o o o Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Pertanyaan kepada mahasiswa Nilai-nilai pembentuk karakter apa yang pernah diperoleh saudara dapatkan selama kuliah di ITS? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) KREATIF : o o o o Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Berdasarkan Hasil survey tentang tingkat partisipasi dosen ITS dalam penanaman nilai karakter Kreatif dapat disampaikan informasi berikut : Rata-rata partisipasi dosen ITS dalam penanaman nilai karakter kreatif berkisar antara 40% (katagori Sangat Kurang) untuk penanaman karakter berpikir di luar 144

165 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS biasanya dan 72% (katagori Cukup Baik) untuk penanaman karakter kritis. Hal ini sangat memungkinkan karena mengajarkan cara berpikir kritis lebih mudah dibandingkan menanamkan karakter berpikir di luar biasanya.lihat tabel 6.17 dan gambar Di antara fakultas-faklultas di ITS, yang paling tinggi partisipasi dosennya dalam menanamkan karakter Kritis ini adalah FTSP termasuk katagori Sangat Baik, diikuti FMIPA dan FTI dengan katagori Baik. Sedangkan yang paling rendanh partisipasinya adalah di FTIf dan FTK. Partisipasi dosen yang paling tinggi dalam menanamkan nilai karakter Tanggap terhadap perubahan adalah di FTSP (100%), dikuti FMIPA (78%), FTI dan FTIf masing-masing mencapai 66%. Dan partisipasi dosen yang paling rendah dalam penanaman karkter ini adalah FTK (40%) termasuk katagori Sangat Kurang. Lihat tabel 6.17 Tabel 6-17 Penanaman nilai Karakter Kreatif FAK Kritis Kat Tanggap terhadap perubahan Kat Berpikir diluar biasanya Kat Dapat Menciptakan peluang FMIPA 79% B 78% B 41% SK 50% SK FTI 78% B 66% CB 46% SK 54% SK FTIf 60% K 66% CB 49% SK 38% SK FTK 60% K 40% SK 10% SK 40% SK FTSP 81% SB 100% SB 54% SK 49% SK Rata2ITS 72% B 70% CB 40% SK 46% SK Kat Partisipasi dosen dalam menanamkan nilai karakter Berpikir di luar biasanya rata-rata termasuk katagori Sangat Kurang (40%) karena semua fakultas rata-ratanya buruk, yang paling tinggi adalah para dosen di FTSP yang mencapai 145

166 Menuju Hidup Bermartabat 54%. Partisipasi dosen FTSP dalam penanaman karakter ini paling tinggi, karena di dukung oleh jurusan Desain Produk (Despro) yang tingkat partisipasi dosen dalam menanamkan karakter ini sangat tinggi termasuk katagori Sangat Baik, yaitu 91%. Artinya 91% dosen Despro telah menanamkan nlai karakter ini. Diikuti dengan Jurusan Arsitektur yang tingkat artisipasi dosen dalam menanamkan karakter ini mencapai 76% (katagori Baik) Demikian juga dengan penanaman nilai karakter. Dapat menciptakan peluang partisipasinya sangat rendah, termasuk katagori sangat kurang (46%), yang paling tinggi dalam hal ini tetap ditunjukkan oleh FTI. Hal ini disebabkan karenaprogram studi D3 Teknik Kimia mencapai 75% dosen telah menanamkan nilai karakter ini. Secara umum dosen yang tingkat partisipasinya termasuk katagori Baik dan Sangat Baik dalam penanaman semua komponen nilai karakter Kreatif adalah Despro dan Arsitektur. Lihat tabel 6.16 Penanaman nilai Kreatif di ITS 100% 80% 60% 40% 20% 0% 77% 78% 53% 52% 46% 48% 49% 36% Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Dosen Mahasiswa Gambar 6.27 Penanaman nilai Kreatif di ITS 146

167 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Tabel 6-18 Penanaman nilai karakter di FTSP Jurusan Kritis Kat Tanggap terhadap perubahan Kat Berpikir diluar biasanya Kat Dapat Menciptakan peluang D3 T. Sipil 73% B 73% B 41% SK 59% K Arsitektur 76% B 86% SB 76% B 71% B T. Geomatika 78% B 89% SB 33% SK 33% SK T. Sipil 79% B 79% B 37% SK 39% SK T. Lingkungan 90% SB 40% SK 50% SK 30% SK PWK 83% SB 250% SB 50% SK 33% SK Despro 87% SB 87% SB 93% SB 73% B Rata-rata FTSP 81% SB 100% SB 54% SK 49% SK Kat Tabel 6-19 Penanaman karakter di FTI Jurusan Kritis Kat Tanggap Terhadap perubahan D3 T. Mesin Kat Berpikir Diluar biasanya Kat Dapat Menciptakan peluang 71% CB 65% K 12% SK 59% K T. Fisika 87% SB 67% CB 47% SK 33% SK T.Elektro 77% B 55% SK 36% SK 36% SK T.Industri 76% B 65% K 71% CB 47% SK T.Kimia 84% SB 74% B 37% SK 58% K T.Material 100% SB 78% B 67% CB 67% CB T. Mesin 83% SB 73% B 48% SK 58% K D3 T. Kimia Rata-rata FTI 50% SK 50% SK 50% SK 75% B 78% B 66% K 46% SK 54% SK Kat 147

168 Penanaman Kreatif di FTI Menuju Hidup Bermartabat 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 78% 66% 59% 57% Dosen 46% 48% Mahasiswa 54% 38% Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Gambar 6.28 Penanaman Kreatif di FTI 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Penanaman Nilai r Kreatif di FTSP 75% 75% Kritis 48% 52% Tanggap terhadap perubahan 53% 50% Berpikir diluar biasanya 45% 32% Dapat Menciptakan peluang Dosen Mahasiswa Gambar 6.29 Penanaman Nilai r Kreatif di FTSP 148

169 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Penanaman kreatif di FMIPA-ITS 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 78% 48% 41% 46% 50% 36% 55% 36% Dosen Mahasiswa Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Gambar 6.30 Penanaman kreatif di FMIPA-ITS 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% Kritis Penanaman nilai karakter Kreatif di FTK 40% 29% 28% 29% Tanggap terhadap perubahan 10% Berpikir diluar biasanya 40% 27% Dapat Menciptakan peluang Dosen Mahasiswa Gambar 6.31 Penanaman nilai karakter Kreatif di FTK 149

170 Menuju Hidup Bermartabat Penanaman Kreatif di FTIf 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 60% 59% 66% 51% 58% 49% Dosen Mahasiswa 38% 41% Kritis Tanggap terhadap perubahan Berpikir diluar biasanya Dapat Menciptakan peluang Gambar 6.32 Penanaman Kreatif di FTIf Cara Penanaman nilai CAK di ITS Berdasarkan hasil survey dapat diperoleh informasi tentang bagaimana cara penanaman nilai-nilai karakter CAK di ITS. Dalam hal ini diajukan pertanyaan sebagai berikut: Bagaimana cara ibu/bapak menanamkan nilai-nilai tersebut? (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) Memberikan reward bila mahasiswa bersikap jujur, Memberikan punishment bila mahasiswa melakukan kecurangan, Menyediakan waktu sekitar menit untuk memberikan nasihat atau pengalaman hidup, Memberikan keteladanan. 150

171 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Hasil survey memberikan sejumlah informasi sebagai berikut : Pada Umumnya dosen ITS menanamkan nila karakter CAK melalui perkuliahan, yaitu memberikan waktu 10 menit untuk memberikan nasihat atau motivasi di kelas. Dalam hal ini 70% dosen ITS sudah melakukannya. Selanjutnya 63% dosen cenderung memberikan penanaman nilai karakter CAK melalui keteladanan, 47% memberikan punishment bila berlaku curang. Ini biasanya terjadi pada saat ujian bila ada mahasiswa yang melihat pekerjaan temannya hal ini dapat dilihat dari jawaban ujian yang persis salahnya, maka dosen memberikan punishment misalnya menggagalkan ujian tersebut. Atau bila dalam penulisan skripsi mahasiswa melakukan copy paste maka punishmentnya adalah mahasiswa harus mengulang pada semester berikutnya. Hal ini merata di setiap fakultas. Lihat gambar 6.33 sampai dengan % 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 39% Reward Bila Jujur Cara penanaman Nilai CAK di ITS 47% Punishment Bila Curang 70% Nasihat 10' 63% Keteladanan Gambar 6.33 Cara penanaman Nilai CAK di ITS 151

172 Menuju Hidup Bermartabat Cara Dosen FTI menanamkan Nilai CAK 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 37% 43% 73% 64% Reward Bila Jujur Punishment bila Curang Nasihat 10' Keteladanan Gambar 6.34 Cara Dosen FTI menanamkan Nilai CAK Cara Dosen FTSP Menanamkan Nilai CAK 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 44% 46% 60% 53% Reward Bila Jujur Punishment bila Curang Nasihat 10' Keteladanan Gambar 6.35 Cara Dosen FTSP Menanamkan Nilai CAK 152

173 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Cara Dosen FMIPA menanamkan Nilai CAK 38% 55% 58% 8% reward un jujur punishment bl curang nasihat 10' keteladanan Gambar 6.36 Cara Dosen FMIPA menanamkan Nilai CAK Cara Dosen FTIf menanamkan Nilai CAK 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 31% 56% 73% 62% Reward Bila Jujur Punishment bila Curang Nasihat 10' Keteladanan Gambar 6.37 Cara Dosen FTIf menanamkan Nilai CAK 153

174 Menuju Hidup Bermartabat Cara Mahasiswa ITS Belajar Karakter CAK Bagaimana mahasiswa belajar nilai karakter CAK di ITS, dapat di lihat dari hasil survey. Pertanyaan terkait dengan hal ini adalah : Dari mana nilai-nilai tersebut diperoleh (lingkari yang dipilih, bisa lebih dari satu) Dari keteladanana dosen : 1. Selalu, 2.Sering, 3. kadang-kadang, 4.Tidak pernah Dari keikutsertaan dalam berorganisasi : o o o Organisasi internal kampus Organisasi eksternal kampus Lainnya, sebutkan.. Dari Proses perkuliahan : o o o o Selalu, Sering, Jarang/kadang-kadang, Tidak Pernah Dari proses pembimbingan Tugas Akhir /Kerja Praktek : 1. Selalu, 2.Sering, 3. kadang-kadang, 4.Tidak Pernah Dari Proses perwalian : 1. Selalu, 2. Sering, 3. Kadang-kadang, 4.Tidak Pernah Berikut adalah hasil survey tentang cara nahasiswa belajar nilai karakter CAK di ITS. Mahasiswa yang kadang-kadang, sering, dan selalu belajar nilai karakter CAK melalui keteladanan dosen baru 154

175 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS mencapai 46%,46% dan 4%. Hal ini merata di semua fakultas Lihat gambar 6.38 Prosentase mahasiswa yang paling banyak dalam belajar karakter CAK dari kegiatan berorganisasi adalah mahasiswa yang belajar melalui kegiatan organisasi internal kampus. Dalam hal ini rata-rata mahasiswa yang aktif dalam organisasi internal kampus mencapai 75%. Organisasi internal kampus adalah himpunan di setiap jurusan, kelompok paduan suara, kelompok olah raga seperti basket, beladiri, kegiatan kerohanian seperti mentoring dll. Sedangkan belajar melalui eksternal kampus hanya 27%. Hal ini berlaku juga di fakultas-fakultas. Tabel 6-20 Cara mahasiswa belajar karakter CAK di fakultas Fakultas Keteladanan Dosen Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Internal Kampus Aktif Berorganisasi Eksternal Kampus Lainnya FMIPA 5% 53% 44% 3% 65% 28% 13% FTIf 5% 53% 44% 3% 65% 28% 13% FTK 6% 41% 14% 0% 40% 26% 4% FTSP 5% 49% 34% 2% 57% 27% 10% FTI 6% 45% 48% 4% 81% 27% 6% 155

176 Menuju Hidup Bermartabat 80% 60% 40% 20% 0% 6% Cara Mahasiswa ITS belajar nilai karakter 75% 46% 46% 4% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Internal Kampus 27% Eksternal Kampus 8% Lainnya Keteladanan Dosen Aktif Berorganisasi Gambar 6.38 Cara Mahasiswa ITS belajar nilai karakter Rata-rata 97% mahasiswa ITS telah belajar nilai-nilai karakter CAK dari perkuliahan. 54% belajar dari proses pembimbingan Kerja Praktek dan atau Tugas akhir. Sedangkan mahasiswa yang belajar nilai-nilai karakter CAK dari perwalian ada sekitar 87%, Sangat Baik. Lihat gambar Karena mayoritas mahasiswa banyak belajar dari perkuliahan dan keteladanan dosen, maka perlu dilakukan peningkatan metode penanaman nilai karakter CAK agar lebih sistemik sehingga jumlah dosen yang memberikan keteladanan, mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik kepada mahasiswa menjadi lebih banyak. Gambar 6.40 sampai dengan 6.44 memperlihatkan prosentase mahasiswa yang belajar karakter CAK dari Proses Belajar Mengajar di 5 fakultas yang ada di ITS. Tampak tidak ada perbedaan yang sigifikan antara fakultas. Yang paling tinggi adalah mahasiswa dari FTSP, karena 69% mengatakan sering dan selalu belajar karakter CAK dari perkuliahan. 156

177 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Mahasiswa ITS Belajar Karakter CAK melalui PBM 11% 50% 32% 3% 8% 24% 20% 27% 10% 30% 42% 11% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses Perkuliahan Proses Pembimbingan TA/KP Proses Perwalian Gambar 6.39 Mahasiswa ITS Belajar Karakter CAK melalui PBM Mahasiswa FTI belajar karakter CAK dari PBM 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 11% 52% 34% 3% 8% 25% 19% 24% 9% 33% 42% 13% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses perkuliahan Proses Pembimbingan Tugas Akhir/Kerja Praktek Proses Perwalian Gambar 6.40 Mahasiswa FTI belajar karakter CAK dari PBM 157

178 Menuju Hidup Bermartabat 55% Mahasiswa FTSP beajar karkater CAK dari PBM 46% 31% 27% 23% 23% 31% 14% 2% 6% 11% 11% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses Perkuliahan Proses Pembimbingan TA/KP Proses Perwalian Gambar 6.41 Mahasiswa FTSP beajar karkater CAK dari PBM 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Mahasiswa FMIPA belajar Karakter CAK melalui PBM 44% 35% 37% 31% 26% 22% 19% 13% 12% 9% 6% 7% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses Perkuliahan Proses Pembimbingan TA/KP Proses Perwalian Gambar 6.42 Mahasiswa FMIPA belajar Karakter CAK melalui PBM 158

179 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Mahasiswa FTK belajar dari PBM 40% 31% 8% 14% 0% 11% 16% 2% 12% 22% 21% 6% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses Perkuliahan Proses Pembimbingan TA/KP Proses Perwalian Gambar 6.43 Mahasiswa FTK belajar dari PBM 11% Mahasiswa FTIf Belajar Karakter CAK dari PBM 50% 48% 46% 34% 26% 14% 14% 3% 3% 6% 18% Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Selalu Sering Kadang2 Tidak pernah Proses Perkuliahan Proses Pembimbingan TA/KP Proses Perwalian Gambar 6.44 Mahasiswa FTIf Belajar Karakter CAK dari PBM 159

180 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan 160

181 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 7 BAB7 P E N U T U P Dari uraian yang telah disampaikan pada bab sebelumnya, maka dapatlah disimpulkan bahwa kesuksesan pendidikan karakter di perguruan tinggi tergantung pada komponen berikut: kebijakan pendidikan karakter di tingkat managemen perguruan tinggi yang menetapkan bahwa pendidikan karaker adalah bagian dari misi pendidikan, tidak hanya sebatas dokumen tulisan tetapi lebih pada implementasi bagaimana misi itu dapat terwujud. kurikulum terpadu berbasis karakter (Character-based Integrated Curriculum) Pendidikan karakter tidak harus ditanamkan/diinternalisasikan dalam bentuk matakuliah, karena karakter itu lebih dapat terbentuk dari keteladanan dan dilakukan terus menerus dengan konsep knowing the good, loving the good, and acting the good. Oleh karena itu, pendidikan karakter hendaklah dirancang terintegrasi dari bagian kurikulum di setiap mata kuliah. Dengan 6 nilai-nilai karakter yang telah ditetapkan ITS dan jargon 3 karakter CAK (cerdas, amanah dan kreatif), maka disetiap mata kuliah hendaknya dituliskan secara eksplisit dalam kompetensi pembelajarannya disamping kompetensi kognitif mata kuliah tersebut. Memasukkan minimal salah satu karakter yang telah disepakati dalam setiap kegiatan pembelajaran misalkan dalam sebuah percobaan ilmiah dilaboratorium yang didalamnya memperhatikan aspek kreatif. Contoh lain adalah bekerja dalam suatu tim untuk menyelesaikan suatu projek yang didalamnya dapat dinilai terbentuknya karakter amanah. 161

182 Menuju Hidup Bermartabat Oleh karena itu, dalam pelaksanaan pembelajarannya hendaknya diterapkan metode belajar yang melibatkan partisipasi aktif mahasiwa yang mampu memotivasi, membangkitkan semangat untuk selalu berubah menuju kebaikan khususnya dalam pencapaian karakter yang telah ditetapkan. Sebagai contoh, menanamkan karakter kreatif dalam sebuah kegiatan pembelajaran di laboratorium, mahasiswa dapat ditantang untuk melakukan modifikasi prosedur atau bahan/alat terkait dengan aplikasi tertentu, merubah variabel tertentu dari suatu percobaan dalam sebuah projek dan sebagainya. Topik atau materi yang disampaikan tidak lagi berorientasi pada subject matter dengan cara transfer of knowledge saja, tetapi lebih berorientasi pada konteks nyata dalam kehidupan. Selain itu, perlu diciptakan lingkungan belajar yang kondusif yang dapat menciptakan suasana belajar yang aman, nyaman, penuh penghargaan tanpa ancaman, semangat dan mampu belajar dengan konsep belajar sepanjang hayat (longlife learning). Sistem evaluasi terpadu yang memperhatikan pembentukan karakter yang telah disepakati Untuk mewujudkan tercapainya target Kurikulum terpadu berbasis karakter, maka perlu sistem evaluasi terprogram ditingkat institusi yang khusus untuk mengamati pembentukan karakter tersebut. Sistem evaluasi untuk karakter ini dapat dijalankan secara simultan dengan kemampuan kognitif dan psikomotorik. Sebagai ilustrasi, pada kegiatan pembelajaran di laboratorium, dapat dilakukan penilaian tentang kemampuan bekerja dalam tim (amanah), dan/atau kreatifitas. Selain itu, di setiap mata kuliah minimal sekali dalam satu semester (sebelum perkuliahan berakhir) mahasiswa diberi kesempatan untuk membuat refleksi diri tentang pengalaman belajar. Kemudian juga, diperlukan kuisioner seperti dalam kuisioner IPD (yang 162

183 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS dapat digabungkan dalam kuisioner IPD) tentang tingkat pencapaian karakter yang ditanamkan dalam mata kuliah tersebut menurut mahasiswa. Hal ini sangat penting, karena kemampuan mahasiswa sebagai target kurikulum dapat dinilai sendiri oleh mahasiswa yang mengalami proses belajar tersebut disamping penilaian dari dosen. Pengembangan staf Untuk menjalankan pendidikan karakter di tingkat perguruan tinggi, tantangan jauh lebih dibandingkan dengan menanamkan karakter pada tingkat anak-anak. Hal ini karena pada usia mahasiswa telah terbentuk karakter yang telah melekat pada diri peserta didik. Ketika yang telah melekat itu ada karakter yang kurang baik, maka tantangannya adalah merubah karakter tersebut. Cara paling efektif untuk merubah karakter ataupun menanamkan karakter pada peserta didik adalah melalui teladan yang dilihat, dan dirasakan oleh peserta didik. Oleh karena itu, dosen sebagai pendidik dituntut tidak hanya tinggi kemampuan kognitifnya tetapi juga baik karakternya. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dosen lebih profesional dalam menjalankan tugasnya, perlu diprogramkan (wajib) secara terus menerus pengembangan staf dosen dalam sebuah institusi seperti mengikuti pelatihan pengembangan dan ketrampilan kependidikan-aa/pekerti, pengembangan kepribadian, kemampuan IT dan sebagainya. Disamping itu, diperlukan evaluasi secara berkala dari pihak institusi untuk memonitor pelaksanaan dan capaian dari proses pembelajaran yang telah dirancang dan dilaksanakan. Penting juga untuk diterapkan model reward kepada staf dosen yang memiliki capaian tinggi, serta model pembinaan kepada staf dosen yang tingkat pencapaiannya kurang. 163

184 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan 164

185 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS DAFTAR PUSTAKA A, Doni Koesoema Pendidikan Karakter. s.l. : Grasindo, Pendidikan Karakter. Jakarta : Grasindo, Arsyad, Azhar Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa di Perguruan Tinggi. Bogor : BALITBANG KEMENDIKNAS RI, Baptiste, Tracey Character Education:Overcoming Prejudice. New York : Chelsea House Publishing, Deradjat, Zakiah Dasar-Dasar Agama Islam. Jakarta : Bulan Bintang, Gidden, Antony The Constitution of Society: the Outline of the Theory of Structuritation (Teori Strukturasi untuk Analisis Sosial). Pasuruan: Pedati : Penerjemah Adi Loka Sujono, Harefa, Andreas Menjadi Manusia Pembelajar. Jakarta : Penerbit Harian KOMPAS, Hartoko, Dick. (ed.) Memanusiakan Manusia Muda Tinjauan Pendidikan Humaniora. Yogyakarta : Kanisius, Hidayat, Komaruddin Memahami Bahasa Agama Sebuah Kajian Hermeneutik. Jakarta : Paramadina, Hidayatullah, M. Rurqon Guru Sejati, Membangun Insan Berkarakter Kuat & Cerdas. s.l. : Yuma Pustaka Surakarta, Ihya' Ulumuddin. Al-Ghazali, Abu Hamid Muhammad bin Muhammad. s.l. : Syirkah An-Nur Asia, Vol

186 Menuju Hidup Bermartabat IKA ALUMNI ITS Inspiring To Success, Menuju Kemandirian Bangsa, Jejak Langkah 100 Alumni ITS. Surabaya : Ikatan Alumni ITS, Instruksi Presiden Republik Indonesia. No.1 Tahun Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional Tahun Prioritas 2. s.l. : PENDIDIKAN, No.1 Tahun Julia, Jasmine Mengajar dengan metode Kecerdasan Majemuk implementasi Multiple Intelligences. Bandung : Penerbit Nuansa, Kasali, Rhenald MYELIN, Mobilisasi Intangibles Menjadi Kekuatan Perubahan. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, Koellhoffer, Tara Tomczyk Character Education: Being Fair and Honest. New York : Chelsea House Publishing, Koentjaraningrat Kebudayaan Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta : PT Gramedia, Madjid, Nurcholis Islam Doktrin dan Peradaban. Jakarta : Paramadina, Megawangi, Ratna Pendidikan Karakter: Solusi yang Tepat untuk Membangun Bangsa. s.l. : Indonesia Heritage Foundation, Nucci, Larri P. and Narvaez, Darcia Handbook of Moral and Character Education. New York and London : Routledge Taylor & Francis Group, P3AI Sukses Menulis Buku Ajar. Surabaya : GRASINDO, Poedjawiyatna Etika Filsafat Tingkah Laku. Jakarta : Rineka Cipta,

187 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. Bandung : Remaja Rosdakarya, Scales, Peter Teaching in the Lifelong Learning Sector. s.l. : McGraw Hill, Shihab, Muhammad Quraish Secercah Cahaya Illahi. Bandung : Mizan, Wawasan Al-Qur'an. Bandung : Mizan, Slavin, Robert E Cooperative Learning:Theory, research and practice. London : Allymand Bacon, Suseno, Franz Magnis Etika Dasar Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral. Yogyakarta : Kanisius, Syukur, Amin Studi Akhlak. Semarang : Walisongo Press, Thomas, Armstrong Setiap anak cerdas, panduan membuat anak belajar dengan memanfaatkan multiple intelligence-nya. Jakarta : Gramedia, TIM Kemahasiswaan ITS Pedoman Pelaksanaan Satuan Kegiatan Ekstrakurikuler Mahasiswa (SKEM). Surabaya : Percetakan ITS, Undang-Undang Republik Indonesia. Nomor 20 Tahun Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Nomor 20 Tahun Welty, Tara Character Education: Handling Teamwork and Respect for Others. New York : Chelsea House Publishing, Yahya, Khan Pendidikan karkater berbasis potensi diri, mendongkrak kualitas pendidikan. Yogyakarta : Pelangi publishing, Yogyakarta,

188 Menuju Hidup Bermartabat Halaman ini sengaja dikosongkan 168

189 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS LAMPIRAN Lampiran 1: SK Rektor SKEM 169

190 170 Menuju Hidup Bermartabat

191 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 171

192 172 Menuju Hidup Bermartabat

193 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 173

194 174 Menuju Hidup Bermartabat

195 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 175

196 176 Menuju Hidup Bermartabat

197 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS 177

198 178 Menuju Hidup Bermartabat

199 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Lampiran 2: SK Rektor TIM PKB ITS 179

200 180 Menuju Hidup Bermartabat

201 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Lampiran 3: Kuesioner PKB 181

202 Lampiran 3a: Kuesioner PKB Dosen Menuju Hidup Bermartabat 182

203 Model Pendidikan Karakter CAK di ITS Lampiran 3b: Kuesioner PKB Mahasiswa 183

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Era globalisasi ini, melihat realitas masyarakat baik kaum muda maupun tua banyak melakukan perilaku menyimpang dan keluar dari koridor yang ada, baik negara, adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER KANTOR PENJAMINAN MUTU INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER 2017 INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Kampus ITS Sukolilo-Surabaya 60111 Telp: 031-5994418 http://www.its.ac.id STANDAR MUTU SPMI (Quality

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM

MODEL PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kurikulum Institut Teknologi Sepuluh Nopember MODEL PEMBELAJARAN DI LABORATORIUM Nurul Widiastuti, PhD Visi dan Misi ITS VISI ITS MISI ITS Menjadi perguruan tinggi dengan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan

Lebih terperinci

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan

Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan PENDIDIKAN KARAKTER LATAR BELAKANG Prioritas pembangunan nasional sebagaimana yang dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005 2025 (UU No 17 Tahun 2007) antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan akan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kepribadian dan perilaku mereka sehari-hari. Krisis karakter yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Krisis yang dialami bangsa Indonesia tidak hanya krisis ekonomi maupun politik, tapi lebih dari itu, bangsa kita tengah mengahadapi krisis karakter atau jati diri yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan

DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN. Oleh Herminarto Sofyan DINAMIKA KEMAHASISWAAN DAN ARAH KEBIJAKAN UNY DALAM PEMBINAAN KEMAHASISWAAN Oleh Herminarto Sofyan VISI DIKNAS : INSAN INDONESIA CERDAS DAN KOMPETITIF VISI POLBANGMAWA: Terciptanya mahasiswa yang bertaqwa,

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA OLEH: DR. SUKIMAN, M.PD. DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DITJEN PAUD DAN DIKMAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan nasional salah satunya yaitu untuk membentuk akhlak/budi pekerti yang luhur, pembentukan akhlak harus dimulai sejak kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional kabupaten hingga diimplementasikan langsung disekolah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Soft Skills dalam pendidikan adalah suatu hal yang harus dicermati bersama oleh semua pihak mulai dari struktur teratas yakni kementerian pendidikan dan kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah 1 BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Masalah Kepemimpinan adalah bagian dari kehidupan manusia, dan haruslah dipupuk sejak dini sehingga generasi penerus bangsa mampu menjadi pemimpin berdedikasi tinggi

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Pendidikan karakter menjadi fokus pendidikan diseluruh jenjang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter akhir-akhir ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam (Undang-Undang Dasar 1945 Nomor 20 tahun 2003 pasal 1 ayat 1) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu aspek penunjang keberhasilan pembangunan, selain itu pendidikan yang telah berkembang juga menggambarkan tingkat kemajuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan

Lebih terperinci

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE

PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE PROGRAM KERJA WAKIL REKTOR BIDANG KEMAHASISWAAN PEROIDE 2015-2019 Tema : REVITALISASI PERAN ORGANISASI KEMAHASISWAAN DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DAN KARAKTER AKA DI LINGKUNGAN KAMPUS Dr. H. Suherna,.M.Si Pendahuluan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan teknis (skill) sampai pada pembentukan kepribadian yang kokoh 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mengacu pada berbagai macam aktifitas, mulai dari yang sifatnya produktif-material sampai kreatif-spiritual, mulai dari proses peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS.

HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS. HAKIKAT PEMBELAJARAN IPS MENGAPA PERLU IPS? 1. Kehidupan manusia/masyarakat: sebuah sistem 2. Kondisi atau realitas pendidikan kita 3. Arah dan tujuan pendidikan nasional tsunami tawuran nero Makna Insan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Indonesia merupakan inti utama untuk menunjang pengembangan sumber daya manusia yang berperan penting bagi pembangunan suatu bangsa, untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah gerbang yang utama dan pertama dalam usaha mewujudkan sumber daya manusia yang lebih baik. Pendidikan harus mampu dalam perbaikan dan pembaharuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia baik fisik maupun moril, sehingga pendidikan memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia khususnya

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Indri Cahyani 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang pesat terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini, akan membawa dampak kemajuan baik

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual

Pendidikan Nasional Indonesia pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia Indonesia baik secara fisik maupun intelektual 1 Hubungan antara minat belajar dan keaktifan siswa dalam organisasi dengan prestasi belajar siswa kelas XI IPS SMA Batik 1 Surakarta tahun ajaran 2005/2006 Oleh: Wahyu Wijayanti NIM K1402534 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN Pada saat bangsa Indonesia menghadapi permasalahan komplek yang disebabkan oleh berbagai krisis yang melanda, maka tantangan dalam menghadapi era globalisasi yang bercirikan keterbukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini proses pembelajaran hendaknya menerapkan nilai-nilai karakter. Hal tersebut sebagai upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan karakter di Indonesia. Pendidikan

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN. Materi Kuliah. Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan. Modul 1 PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Materi Kuliah Latar Belakang Pendidikan kewarganegaraan Modul 1 0 1. Tujuan Pembelajaran Umum Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS

RENCANA STRATEGIS PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS JEMBER RENCANA STRATEGIS 2012-2016 KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS JEMBER 2012 RENSTRA PS PENDIDIKAN BIOLOGI

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 1 Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 TANGGAL 28 OKTOBER 2011 (DIKIR NEGERI ASSALAMU ALAIKUM WR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan

BAB I PENDAHULUAN. yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik,

I. PENDAHULUAN. Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Sekolah menyelenggarakan proses pembelajaran untuk membimbing, mendidik, melatih dan mengembangkan kemampuan siswa guna mencapai tujuan pendidikan nasional

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. bermoral, sopan santun dan berinteraksi dengan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks penelitian Pendidikan merupakan wahana untuk membentuk manusia yang berkualitas, sebagaimana dalam undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan pasal 3, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional merumuskan fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang harus digunakan dalam mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini,

BAB I PENDAHULUAN. dan Undang Undang Dasar Pendidikan Nasional harus tanggap. terhadap tuntutan perubahan zaman. Untuk mewujudkan cita-cita ini, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. Pendidikan Nasional harus tanggap terhadap tuntutan perubahan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas. Pendidikan juga merupakan kunci bagi suatu bangsa untuk bisa meraih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Untuk tercapainya suatu tujuan dalam hidup bermasyarakat setiap individu mempunyai urusan yang berbeda-beda. Tujuan tersebut bisa tercapai ketika individu mau

Lebih terperinci

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta

Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Evaluasi Kurikulum Prodi Teknik Informatika Fakultas Teknologi Industri Universitas Islam Indonesia FTI UII Yogyakarta Sejarah Kurikulum Prodi Teknik Informatika Hingga saat ini, Program Studi Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal

Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal PERAN PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG) DALAM MENYIAPKAN TENAGA KEPENDIDIKAN YANG PROFESIONAL DAN BERKARAKTER Prof. Suyanto, Ph.D. Direktur Jenderal Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan dasar dan Menengah

Lebih terperinci

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA

KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA Konferensi Nasional Ilmu Sosial & Teknologi (KNiST) Maret 2015, pp. 289~293 KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER PADA MAHASISWA DI YOGYAKARTA 289 Heri Maulana AMIK BSI Yogyakarta e-mail: heri.hml@bsi.ac.id Abstrak

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN

STANDAR PROSES PEMBELAJARAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN NASIONAL (UNDIKNAS) STANDAR PROSES PEMBELAJARAN Kode/No : STD/SPMI/A.03 Tanggal : 20-12-2016 Revisi : I Halaman : 1-10 STANDAR PROSES PEMBELAJARAN undiknas, 2016 all rights reserved

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dinyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah mencerdaskan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sekolah dasar merupakan bagian dari pendidikan nasional yang mempunyai peranan sangat penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia, memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing,

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan pembentukan karakter peserta didik sehingga mampu bersaing, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3, yang menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sejatinya adalah untuk membangun dan mengembangkan potensi manusia agar memiliki karakter, integritas, dan kompetensi yang bermakna dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang: (1) Latar Belakang Masalah, (2) Rumusan Masalah, (3) Pembatasan Masalah, (4) Tujuan Penelitian, (5) Manfaat Penelitian, (6) Penegasan Isilah. 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA

PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA PERATURAN KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG GARIS-GARIS BESAR HALUAN KERJA KELUARGA BESAR MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. dan melakukan tindak lanjut hasil pembelajaran. Guru adalah pemeran utama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Guru memiliki peran vital dalam proses pembelajaran di kelas, guru memiliki tugas dan tanggung jawab menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mubarak Ahmad, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan selama ini dipercaya sebagai salah satu aspek yang menjembatani manusia dengan cita-cita yang diharapkannya. Karena berhubungan dengan harapan,

Lebih terperinci

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister

A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister A. Program Magister Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) 1. Standar Kompetensi Lulusan Jenjang Strata Dua (S2) Progam Magister a. Profil Lulusan Profil utama lulusan Program Magister Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci