BAB II KAJIAN PUSTAKA
|
|
- Sudirman Tedjo
- 5 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Cinta Tanah Air a. Pengertian Cinta Tanah Air Perasaan cinta sebenarnya mengandung unsur kasih dan sayang terhadap sesuatu, timbul dari dalam hati untuk memelihara, membela, melindungi tanah air. Cinta tanah air menurut Suyadi (2013: 9) yaitu sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawanan bangsa lain yang dapat merugikan bangsa. Senada dengan Daryanto (2013: 139) Cinta tanah air merupakan cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa. Sikap cinta tanah air harus ditanamkan kepada siswa sejak usia dini agar dapat menjadi manusia yang dapat menghargai bangsa dan negaranya, misalnya dengan upacara sederhana setiap hari Senin, dengan menghormati bendera Merah putih, menyayikan lagu Indonesia Raya dan mengucapkan Pancasila. Pentingnya sebuah lagu kebangsaan, dan sebagai identitas dari negara, agar dapat mengingatkan kembali betapa pentingnya cinta terhadap negara. 7
2 8 Cinta tanah air dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, sikap atau perilaku seseorang mencerminkan rasa cinta terhadap bangsa yang dimiliki. Rasa tersebut ditunjukan dengan kesetiaan, kepedulian, bangga yang tinggi terhadap bangsa Indonesia. Cinta tanah air sebaiknya ditanamkan pada warga negara sejak dini. b. Indikator Cinta Tanah Air Indikator keberhasilan sekolah, kelas dan siswa. Said (2010: 27) menyatakan bahwa indikator cinta tanah air termuat dalam pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa cinta tanah air. Indikator tersebut dapat berhasil jika diterapkan dengan baik diantaranya: Tabel 2.1 Indikator keberhasilan sekolah dan kelas No Nilai Indikator 1 Cinta Tanah Air Indikator Sekolah 1. Menggunakan produk buatan dalam negeri 2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar 3. Menyediakan informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia Indikator kelas 1. Memajangkan foto presiden dan wakil presiden, bendera negara, lambang negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat Indonesia 2. Menggunakan produk buatan dalam negeri. Indikator Siswa 1. Melaksanakan upacara bendera Merah Putih 2. Menyanyikan lagu Indonesia Raya 3. Mengucap pancasila dan UUD
3 9 2. Prestasi Belajar a. Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat terbuka maupun tertutup. Belajar menurut Slameto (2012: 2) yaitu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh hasil pengalaman dalam interaksi dengan lingkungan. Hasil dari proses belajar dapat ditunjukkan dari perubahan tingkah laku. Belajar yang dikemukakan Djamarah (2008: 13) adalah serangkaian jiwa dan raga untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungannya yang menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotor. Perubahan perilaku diperoleh dari hasil pengalaman dalam proses belajar. Pengalaman individu dengan lingkungannya dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Trianto mengemukakan (2011: 72) pengalaman individu diperoleh dari hasil interaksi sosial dengan teman sebaya, khususnya dalam berpendapat, berdiskusi, membantu bertukar pikiran dengan teman, yang pada akhirnya membuat pemikiran lebih baik. Oleh karena itu, seharusnya guru dapat menciptakan suatu keadaan atau lingkungan belajar yang memadai agar siswa dapat menemukan pengalaman
4 10 nyata dan dapat terlibat langsung dengan alat dan media. Peran guru sangat penting untuk menciptakan situasi dan kondisi belajar. Guru berperan sebagai fasilitator bukan sebagai pemberi informasi, agar siswa dapat membangun pengetahuan dari pengalaman individu dengan lingkungan dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi siswa. Teori yang mendukung dan sesuai dengan model pembelajaran drama yaitu teori penahapan perkembangan kognitif piaget dalam Susanto (2015: 77), diketahui bahwa anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasional konkrit (usia 7-11 tahun). Usia tersebut ditunjukkan dengan siswa sudah mulai memahami materi, siswa mampu berpikir sistematis mengenai benda dan peristiwa yang nyata, erat kaitannya dengan bermain sesuai dengan karakteristik usia siswa sekolah dasar. Pengertian belajar dari beberapa para ahli dapat disimpulkan bahwa, suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh pemahaman, pengetahuan baru. Belajar sebagai suatu proses perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap kebiasaan, keterampilan, pengetahuan dan interaksi dengan lingkungan antara individu dengan individu lain.
5 11 b. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi merupakan salah satu hasil yang diperoleh dari usaha. Kata prestasi menurut Arifin (2013: 12) berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Prestasi belajar berbeda halnya dengan hasil belajar. Prestasi belajar lebih mengarah pada hasil yang didapat dari pengetahuan, sedangkan hasil lebih mengarah pada pembentukan watak siswa. Prestasi pada dasarnya hasil yang diperoleh dari suatu aktivitas dalam berbagai bidang, salah satunya bidang pendidikan. Hamdani (2011: 138) berpendapat bahwa prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran terhadap siswa yang meliputi faktor kognitif, afektif, dan psikomotor setelah mengikuti proses pembelajaran yang diukur dengan menggunakan instrument tes yang cocok. Jadi prestasi belajar adalah hasil pengukuran dari penilaian usaha belajar yang dinyatakan dalam betuk simbol, huruf, maupun kalimat yang menceritakan hasil yang sudah dicapai oleh setiap siswa. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi. Hasil dari evaluasi dapat memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Prestasi belajar dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, bukti keberhasilan yang dicapai oleh siswa sebagai hasil belajar yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan. Hal ini berupa angka, huruf, serta tindakan yang dicapai tiap siswa dalam waktu tertentu.
6 12 c. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar Faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, dikemukakan oleh Ahmadi (2013: 138) digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor dari dalam (intern) diantaranya adalah: 1) faktor jasmaniah, 2) faktor psikologis, 3) faktor kematangan fisik maupun psikis, 4) faktor lingkungan spiritual dan faktor dari luar (ekstern) diantaranya adalah: 1) faktor sosial, 2) faktor budaya, 3) faktor lingkungan fisik. Melaksanakan pendidikan dengan baik harus memperhatikan kondisi fisik yang meliputi penglihatan, pendengaran dan struktur tubuh. Kondisi psikis pula harus diperhatikan, yang diperoleh dari faktor kecerdasan dan kecakapan nyata. Faktor tersebut saling mendukung dan saling berinteraksi secara langsung maupun tidak langsung untuk mencapai keberhasilan dalam belajar. 3. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) di Sekolah Dasar Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan perpaduan dari sejumlah ilmu-ilmu sosial. Istilah IPS dikemukakan Barr et al dalam Andriani (2014: 25) dapat diartikan sebagai integrasi dari ilmu-ilmu sosial dan humaniora yang mencakup ekonomi, sejarah, geografi, hukum, politik, sosiologi, antropologi, filosofi, dan psikologi. Materi yang diajarkan oleh guru kepada siswa khususnya siswa sekolah dasar yang bertujuan agar menjadi warga negara yang baik dan dapat berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan.
7 13 Pendidikan IPS sangat penting diajarkan pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Pendidikan IPS di SD dikemukakan oleh Susanto (2013: 143) yaitu bidang studi yang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya dalam masyarakat. Pembelajaran IPS di SD seharusnya lebih menekankan aspek pengetahuan sikap dan keterampilan dari berbagai permasalahan yang terdapat di sekitar siswa. Permasalahan yang terdapat di lingkungan siswa dapat dikaji dalam pendidikan IPS. Pendidikan IPS dikemukakan oleh Etin (2007: 15) adalah usaha membantu siswa dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi sehingga menjadikan paham dengan lingkungan sosial masyarakat. Guru sebaiknya memotivasi siswa agar aktif, kreatif, terhadap berbagai permasalahan dan mampu memberikan solusi pemecahannya berdasarkan pengetahuan dan pemahaman yang dimiliki guru. IPS dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, ilmu yang mengajarkan segala sesuatu yang berhubungan dengan masyarakat. IPS terkait dengan peran manusia atau tingkah laku dan kebutuhan manusia di dalam lingkungan masyarakat yang terdiri atas berbagai subjek sejarah, ekonomi, geografi, sosiologi, antropologi, dan psikologi sosial.
8 14 4. Materi Pokok Perjuangan Mempertahankan Kemerdekaan Materi pokok perjuangan mempertahankan kemerdekaan dijelaskan pada tabel di bawah ini: Tabel 2.2 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar Kompetensi Kompetensi Dasar 2. Menghargai peranan tokoh 2.4 Menghargai perjuangan pejuang dan masyarakat dalam para tokoh dalam mempersiapkan dan mempertahankan mempertahankan kemerdekaan kemerdekaan Sumber: Silabus Kelas V SD N 2 Cilongok 5. Model Pembelajaran a. Pengertian Model Pembelajaran Model pembelajaran digunakan guru untuk keberhasilan belajar. Menurut Trianto (2010: 6) model pembelajaran merupakan perencanaan yang digunakan sebagai pedoman. Penerapan model yang tepat dan sesuai dengan prosedur akan memudahkan siswa untuk memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah kekuatan untuk menerima, menyimpan, danmenerapkan konsep yang dipelajari. Berdasarkan hal tersebut soswa terlatih untuk dapat menemukan sendiri berbagai konsep yang dipelajari secara menyeluruh, bermakna, dan aktif. b. Model pembelajaran drama Drama adalah cerita atau tiruan perilaku manusia yang dipentaskan. Menurut Hasanudin (2009: 2-3) kata drama berasal dari kata Yunani draomai yang berarti berbuat, berlaku, bertindak, bereaksi, dan sebagainya. Konsepsi drama adalah peniruan atau
9 15 tindakan yang tidak sebenarnya, berpura-pura di atas pentas, menghasilkan kalimat yang menunjukan bahwa drama bukanlah dianggap sesuatu yang serius. Demikian drama sebagai salah satu aliran sastra seharusnya dipahami bahwa di dalamnya terkandung nilai kebenaran dan keseriusan, bukan sekedar permainan. Menurut Asmara (1983: 23) drama hanya suatu bentuk tiruan atau menyajikan suatu aktion, atau suatu salinan asli dari kehidupan nyata yang dicobakan, penonton atau pembaca harus mau menerima persoalan dalam bentuk imajinasi. Model pembelajaran drama dilaksanakan berdasarkan landasan pikiran, bahwa sangatlah mungkin menciptakan proses ke dalam suatu situasi permasalahan kehidupan nyata. Pembelajaran drama dapat mendorong siswa menggambarkan perasaannya dan bahkan melepaskannya. Proses psikologis melibatkan sikap, nilai, dan keyakinan serta mengarahkan pada kesadaran melalui keterlibatan spontan yang disertai analisis. Pembelajaran drama sebagai suatu model pembelajaran bertujuan untuk membantu siswa menemukan makna diri di dunia sosial dan memecahkan masalah dengan bantuan kelompok. Pembelajaran drama siswa dapat belajar menggunakan konsep peran, menyadari adanya peran yang berbeda dan memikirkan perilaku dirinya dan perilaku orang lain. Proses pembelajaran drama dapat memberikan contoh kehidupan perilaku manusia yang berguna
10 16 sebagai sarana bagi siswa untuk menggali perasaan, memperoleh inspirasi, dan pemahaman yang berpengaruh pada sikap cinta tanah air, mendalami materi pelajaran khususnya materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan dengan cara pembelajaran drama. c. Prosedur Pembelajaran Drama Keberhasilan model pembelajaran melalui pembelajaran drama tergantung pada kualitas permainan peran yang diikuti dengan analisis, dan persepsi siswa tentang peran yang dimainkan terhadap situasi yang nyata. Prosedur pembelajaran drama menurut Uno (2009: 26) ada Sembilan langkah meliputi: (1) Pemanasan, (2) Memilih siswa untuk memerankan tokoh drama, (3) Menyiapkan pengamat, (4) Menata panggung atau tempat untuk pembelajaran drama dan membahas teks skenario, (5) Memainkan peran, (6) Diskusi dan evaluasi. Langkah pertama, pemanasan. Guru memperkenalkan siswa pada permasalahan yang mereka sadari sebagai suatu hal yang bagi semua orang perlu mempelajari dan menguasainya. Bagian berikutnya dari proses pemanasan adalah menggambarkan permasalahan dengan jelas disertai contoh. Berdasarkan hal tersebut dapat terlihat dari imajinasi siswa atau sengaja disiapkan oleh guru. Langkah kedua, memilih siswa untuk memerankan tokoh drama. Siswa dan guru membahas karakter dari setiap pemain dan menentukan siswa yang akan memainkannya. Guru memilih siswa
11 17 yang sesuai untuk memainkan peran atau siswa sendiri yang mengusulkan akan memainkan dan mendeskripsikan peran-perannya. Berdasarkan hal tersebut menjadikan siswa aktif dalam proses pembelajaran. Langkah ketiga, menyiapkan pengamat. Guru menunjuk kelompok secara berurutan sebagai pengamat, bertugas untuk mengamati dan menilai kelompok yang sedang memerankan drama di depan kelas. Langkah keempat, Menata panggung atau tempat untuk pembelajaran drama dan membahas teks skenario. Guru dan siswa mendiskusikan dan membahas tempat yang akan digunakan dalam pembelajaran drama, dan membahas perlengkapan yang akan digunakan dalam pementasan drama. Penataan panggung atau tempat dapat dilakukan dengan sederhana yaitu dengan membahas teks skenario yang menggambarkan urutan permainan drama. Konsep sederhana memungkinkan untuk dilaksanakan, karena intinya bukan pada kemewahan panggung akan tetapi proses pembelajaran drama itu sendiri. Langkah kelima, permainan drama dimulai. Permainan drama dilaksanakan sesuai teks skenario. Pada awalnya siswa masih kesulitan dalam memainkan perannya atau bahkan tidak sesuai dengan peran yang seharusnya dilakukan. Bahkan ada siswa yang memainkan peran bukan perannya. Guru membimbing siswa untuk tidak menyimpang jauh dari alur yang ada di teks skenario.
12 18 Langkah keenam, guru bersama siswa mendiskusikan permainan drama yang sudah ditampilkan dan melakukan evaluasi terhadap peran yang dilakukan oleh siswa. Usulan perbaikan muncul seperti siswa meminta untuk berganti peran, atau bahkan alur ceritanya akan sedikit berubah, akan tetapi apa pun hasil diskusi dan evaluasi tidak jadi masalah. B. Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian yang dilakukan oleh Laela Astutu, Ali Imron, dan Abdul Ngalim (2013) dengan judul Implementasi Keaktoran Dengan Teknik Bemain Drama Rendra Pada Pembelajaran Drama Kelas XI MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2012/2013. Hasil penelitian menunjukkan penerapan model pembelajaran drama Rendra dapat meningkatkan kemampuan memerankan tokoh drama, pembelajaran drama terbukti dapat diterapkan dan melatih siswa untuk memerankan tokoh drama dengan efektif. Dengan demikian model pembelajaran drama Rendra dapat dipilih sebagai model unggulan yang dapat mengantarkan siswa mempunyai kemampuan memerankan tokoh drama. Penelitian lain oleh Melyani Sari Sitepu (2015) dengan Judul Pengaruh Penggunaan Model Pembelajaran Pembelajaran drama Terhadap Prestasi Belajar IPS Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Di Yogyakarta. Hasil postes (data akhir) pada kelas eksperimen menunjukkan bahwa nilai rerata prestasi IPS adalah 20,22. Nilai terendah 17 dengan frekuensi 2 siswa dan
13 19 nilai tertinggi 23 dengan frekuensi 4 siswa. Nilai yang banyak diperoleh (modus) siswa adalah 21 dan 23. Hasil postes (data akhir) pada kelas kontrol menunjukkan bahwa nilai rata-rata prestasi IPS adalah nilai terendah 12 dengan frekuensi 1 siswa dan nilai tertinggi 21 dengan frekuensi 2 siswa. Nilai yang banyak diperoleh (modus) siswa adalah 17 dan 18. Perolehan rerata prestasi IPS pada data awal maupun data akhir pada kelas eksperimen dan kontrol menunjukkan bahwa perolehan rerata prestasi IPS kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol. Penelitian di atas dapat dijadikan acuan dan sumber untuk melaksanakan penelitian dengan menggunakan model pembelajaran drama dalam meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa khususnya dalam mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan. C. Kerangka Berpikir Berdasarkan permasalahan yang terdapat pada latar belakang, diketahui bahwa kondisi awal siswa menunjukkan adanya rasa cinta tanah air kurang dalam pembelajaran, terlihat pada saat mengikuti upacara bendera setiap hari senin, siswa kurang menghormati bendera merah putih, kurang hafal dalam menyayikan lagu Indonesia raya, kurang hafal mengucap pancasila dan Undang-Undang Dasar. Kebiasaan tersebut menjadikan siswa kurang memahami dan memaknai upacara bendera. Kondisi ini perlu diatasi agar siswa dapat mengetahui dan mengenal bangsa Indonesia.
14 20 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan di kelas V SD Negeri 2 Cilongok. Hanya sedikit siswa yang berani menjawab pertanyaan dari guru, siswa lebih banyak mendengarkan penjelasan guru dari pada bertanya atau mengemukakan pendapat, sehingga suasana pembelajaran menjadi pasif. Hal ini dikarenakan materi yang terlalu banyak, siswa bosan dengan model yang diterapkan oleh guru. Oleh karena itu, siswa kesulitan dalam memahami materi yang dipelajari, sehingga prestasi belajar yang diperoleh belum mencapai hasil yang maksimal. Model pembelajaran drama dijadikan solusi menginovasi model pembelajaran untuk meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa. Pemilihan model pembelajaran drama menurut Laela Astuti, Ali Imron, Abdul ngalim (2013) menghasilkan pembelajaran melalui pembelajaran drama siswa dapat belajar aktif, melatih siswa untuk memerankan tokoh drama sesuai dengan teks skenario. Alur kerangka berpikir tersebut dapat digambarkan sebagai berikut: Kondisi awal siswa: 1. Rasa cinta tanah air siswa kurang. 2. Prestasi belajar IPS siswa masih kurang. Penerapan model pembelajaran drama Kondisi akhir siswa: 1. Rasa cinta tanah air yang meningkat. 2. Prestasi belajar IPS siswa meningkat. Siklus I Siklus II Gambar 2.1 Kerangka berpikir
15 21 D. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah melalui model pembelajaran drama dapat meningkatkan cinta tanah air dan prestasi belajar siswa kelas V pada mata pelajaran IPS materi perjuangan mempertahankan kemerdekaan SD Negeri 2 Cilongok, kecamatan Cilongok.
BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah dasar merupakan langkah awal untuk mencapai keberhasilan tujuan pendidikan. Tujuan pendidikan dapat dicapai dengan mengembangkan kemampuan,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar Menurut Hakim (2000: 14), belajar adalah suatu proses perubahan di dalam kepribadian manusia, dan perubahan tersebut ditampakan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan sehari-hari. Atas dasar pemikiran tersebut, pendidikan karakter. dengan metode serta pembelajaran yang aktif.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan karakter merupakan pendidikan yang mengembangkan nilainilai karakter bangsa pada diri peserta didik, sehingga peserta didik dapat memaknai karakter bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenang jasa para pahlawan yang telah gugur di medan juang.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pemuda Indonesia wajib mempertahankan Negara dan memajukan bangsa maka dari itu pemuda wajib selalu ingat akan semangat patriotik yang telah ditunjukkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. kehidupan dan tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan suatu hal yang penting bagi setiap manusia. Pendidikan dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Setiap pendidikan tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Untuk mencapai tujuan pembelajaran, guru dituntut untuk mampu memilih dan menerapkan metode pembelajaran yang bervariasi untuk mengaktifkan siswa. Belajar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa, fakta,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hasil yang telah dicapai siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Arifin (2013:12)
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Rasa Tanggung Jawab a. Pengertian Rasa Tanggung Jawab Rasa tanggung jawab merupakan salah satu aspek kepribadian yang sangat penting dalam kehidupan manusia.
Lebih terperinciPENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013)
PENANAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME MELALUI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (Studi Kasus di MTs Negeri Surakarta II Tahun 2013) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.
Lebih terperinciPENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT
PENGGUNAAN METODE PEMBELAJARAN THINK PAIR AND SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA PELAJARAN IPS KELAS VI SEKOLAH DASAR NEGERI SAWAH 2 CIPUTAT Mirna Herawati Dosen Program Studi Pendidikan Ekonomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang ada di Sekolah Dasar (SD). Tujuan mata pelajaran IPS mengajak siswa untuk
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI. Oleh Sartinem NPM
UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI MODEL ROLE PLAYING PADA SISWA KELAS IV SD TERUMAN BANTUL SKRIPSI Oleh Sartinem NPM 11266100002 PROGRAM PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran IPS di Sekolah Dasar adalah ilmu-ilmu soasial terpadu yang disederhanakan untuk pembelajaran di sekolah dalam rangka menanamkan nilainilai sosial
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Deskripsi Teori 2.1.1 Ilmu Pengetahuan Alam Dalam bahasa inggris Ilmu Pengetahuan Alam disebut natural science, natural yang artinya berhubungan dengan alam dan science artinya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Drama merupakan karya yang memiliki dua dimensi karakter (Hasanuddin, 1996:1). Dimensi pertama, drama sebagai seni lakon, seni peran atau seni pertunjukan.
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Disiplin Belajar 1. Pengertian Disiplin Dalam proses belajar disiplin belajar sangat penting dalam menunjang keberhasilan siswa di kelas maupun di sekolah. Ini bertujuan agar siswa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan suatu bangsa yang majemuk, yang terdiri dari berbagai keragaman sosial, suku bangsa, kelompok etnis, budaya, adat istiadat, bahasa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Ilmu Pengetahuan Sosial adalah ilmu yang mempelajari tentang masalah-masalah yang ada di sekitar kita sesuai dengan pernyataan Susanto (2014: 6) IPS merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus berkembang. Persaingan semakin ketat dan masyarakat dituntut untuk dapat bersaing dalam menghadapi tantangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pengertian pendidikan menurut Undang-Undang SISDIKNAS No.
A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN Pendidikan di Indonesia kini telah mengalami banyak perubahan. Perubahan-perubahan itu terjadi karena berbagai usaha pembaharuan dalam pendidikan. Pengertian
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Matematika
21 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika a. Pengertian Matematika Russefendi ET (Suwangsih dan Tiurlina, 2006: 3), menjelaskan bahwa kata matematika berasal dari perkataan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu hal yang paling penting untuk mempersiapkan kesuksesan dimasa depan. Pendidikan bisa diraih dengan berbagai cara salah satunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk mengubah tingkah laku manusia baaik individu maupun kelompok untuk meendewasakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran
Lebih terperinci1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan merupakan kunci yang nantinya akan membuka pintu ke arah modernisasi dan kemajuan suatu bangsa. Tujuan pendidikan nasional Indonesia terdapat pada
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus I Dalam pelaksanaan siklus I mengacu pada rencana pembelajaran dengan menggunakan sosiodrama dengan pokok bahasan sikap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Geografi merupakan satu dari sekian banyak disiplin ilmu yang dipelajari, oleh siswa dimulai dari jenjang sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Pada jenjang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENELITIAN YANG RELEVAN A. KAJIAN TEORI 1. Belajar Belajar bukanlah sekedar mengumpulkan pengetahuan, tetapi belajar adalah proses mental yang terjadi dalam diri seseorang sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak
Lebih terperinciPENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014)
PENANAMAN KARAKTER PATRIOTISME PADA SISWA TUNAGRAHITA (Studi Kasus di SMPLB Bina Karya Insani Cangakan Karanganyar Tahun Pelajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Karakter Rasa Ingin Tahu a. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu Karakter dapat diperoleh melalui pendidikan baik pendidikan formal maupun non formal. Pendidikan
Lebih terperincibelaka (Widja, 1989). Seorang pakar pendidikan, Suprijono secara rinci menjelaskan tentang masalah pembelajaran sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sejarah memiliki andil yang sangat berpengaruh dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam pembentukan karakter manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pengertian Disiplin Disiplin merupakan sebuah karakter yang harus ditanamkan pada anak sejak dini. Menurut Kemendiknas (2010: 9) disiplin adalah tindakan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak dapat terlepas dari kegiatan berkomunikasi, karena untuk mencapai segala tujuanya, manusia memerlukan sebuah alat atau
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS Ani Rosidah anirosidah.cjr@gmail.com Universitas Majalengka ABSTRAK Penelitian ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur, dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbatas oleh usia, ruang, dan waktu. Dalam situasi dan kondisi apapun apabila
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan selalu terjadi adanya proses belajar mengajar, baik itu disengaja maupun tidak disengaja, baik disadari maupun tidak disadari. Belajar tidak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Kerjasama a. Pengertian Kerjasama Kerjasama dalam proses pembelajaran merupakan salah satu hal yang penting dalam suatu proses pembelajaran. Kerjasama dalam belajar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan formal maupun pendidikan non formal, dilihat dari instansi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan proses transfer ilmu antara guru kepada siswa yang dilakukan melalui berbagai kegiatan. Pembelajaran bisa berlangsung secara pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN
9 BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hakekat Belajar dan Hasil Belajar A. Pengertian belajar Belajar adalah upaya pemenuhan reaksi mental dan atau fisik terhadap penglihatan,
Lebih terperinciPENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA. Kata Kunci : Metode Bermain Peran dan Pemeranan Drama
PENERAPAN METODE BERMAIN PERAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMERANAN DRAMA R. ArnisFahmiasih 1 ABSTRAK Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masalah kemampuan pembelajaran sastra dalam memerankan drama
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Ilmu Pengetahuan Sosial 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial Pendidikan ilmu pengetahuan sosial merupakan proses mendidik dan memberikan bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk
Lebih terperinciPENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY
1 PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V MELALUI METODE DISCOVERY PADA PEMBELAJARAN IPS DI SDN 28 PAINAN TIMUR KECAMATAN IV JURAI KABUPATEN PESISIR SELATAN Mardalinda 1, Muhammad Sahnan 1, Khairul 2.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengembangan daya nalar, keterampilan, dan moralitas kehidupan pada potensi yang dimiliki oleh setiap manusia. Suatu pendidikan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran Konstruktivisme Menurut Depdiknas (2004), model merupakan suatu konsep untuk mengajar suatu materi dalam mencapai tujuan tertentu. Joyce & Weil
Lebih terperinciBAB VI SIMPULAN DAN SARAN. ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut.
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan pada Bab V dapatlah ditarik beberapa kesimpulan dan dirumuskan beberapa saran sebagai berikut. 6.1 Simpulan Memperhatikan rumusan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. salah satu faktor penentu kelulusan ujian nasional. Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia menjadi salah satu mata pelajaran yang saat ini cukup banyak mendapat perhatian. Hal tersebut salah satunya dikarenakan masuknya bahasa Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Dalam meningkatkan hal tersebut,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
Lebih terperinciNASKAH ARTIKEL PUBLIKASI. Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Diajukan Oleh: Eliana Rahmawati
UPAYA PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE PERMAINAN BERBANTUAN MEDIA MONOPOLI ISLAMI PADA SISWA KELAS I SD MUHAMMADIYAH NGUPASAN I KOTA YOGYAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015
Lebih terperinciseperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah seperti bangunan sekolah yang baik, juga tersedia alat atau media pendidikan.
2 prasarana, mutu dan biaya juga sebagai kemudahan lain dari guru yang perlu disediakan agar tidak mengganggu jalannya proses belajar mengajar, misalnya seperti adanya fasilitas-fasilitas yang ada di sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Sosial merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan dari Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas. Ilmu Pengetahuan Sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa yang besar adalah bangsa menghargai jasa para pahlawan. Pernyataan yang sudah cukup umum didengar tersebut tersirat bahwa sejarah memerankan peran yang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Konsep yang akan dijelaskan dalam kajian teori berikut meliputi karakteristik pembelajaran ilmu pengetahuan sosial, pengertian hasil belajar, strategi dalam mencapai
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
48 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Pelaksanaan Siklus 1 a. Perencanaan Dalam tahap perencanaan ini tercakup kegiatan sebagai berikut : 1) Refleksi awal, yaitu peneliti melakukan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mata Pelajaran Geografi, yang diujikan dalam ujian nasional merupakan pelajaran jurusan di sekolah menengah atas sehingga pelajaran geografi perlu mendapat perhatian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seorang guru, dengan menciptakan kegiatan belajar mengajar yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Belajar merupakan segenap rangkaian kegiatan atau aktivitas yang dilakukan secara sadar oleh seseorang dan mengakibatkan perubahan dalam dirinya berupa penambahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di sekolah
Lebih terperinciTINJAUAN MATA KULIAH...
Daftar Isi TINJAUAN MATA KULIAH... i MODUL 1: HAKIKAT DAN KARAKTERISTIK MATA KULIAH KONSEP DASAR IPS 1.1 Hakikat Mata Kuliah Konsep Dasar IPS... 1.3 Latihan... 1.17 Rangkuman.... 1.17 Tes Formatif 1.....
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Belajar Belajar adalah proses perubahan perilaku berkat pengalaman dan latihan. Artinya tujuan kegiatan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut pengetahuan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. setiap perkembangan dunia pendidikan. Dengan adanya kurikulum 2013
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan telah mendorong berbagai upaya
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan komponen dari ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi. Di dalamnya dikembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Belajar a. Pengertian Belajar Menurut Burton dalam (Aunurahman, 2010: 35) belajar sebagai perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. KKG. Salah satu contoh yaitu rendahnya nilai belajar siswa kelas IV-A tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran yang dikembang di SDN 02 Tiuh Toho Kecamatan Menggala belum memenuhi standar yang ditetapkan oleh pemerintah. Metode pembelajaran yang diterapkan
Lebih terperinciT, 2015 PENGGUNAAN METODE PROBLEM SOVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA PEMBELAJARAN IPS
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Berdasarkan hasil observasi pra- penelitian yang peneliti lakukan di SMP Negeri 19 Bandung khususnya di kelas VIII F, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Drama adalah salah satu bentuk sastra yang diajarkan dalam mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Materi pembelajaran drama yang diajarkan di tingkat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu guru dapat di katakan sebagai sentral pembelajaran. dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pendidikan. Guru sebagai salah satu komponen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia di era modern saat ini. Pendidikan dipandang sebagai kebutuhan bagi setiap individu
Lebih terperinciMENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.
1 MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA Oleh Bustaman Asis Abstrak Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 (UU Sistem Pendidikan Nasional, 2003:2) menyatakan:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.artinya bahwa setiap manusia berhak mendapat dan berharap untuk selalu berkembang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan tercantum dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan kehidupan dalam masyarakat, bangsa dan negara, karena dengan pendidikan dapat meningkatkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5
9 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar 5 Hasil belajar adalah perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional bertujuan: Untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
Lebih terperinci278 Penerapan Metode Sosiodrama...
PENERAPAN METODE SOSIODRAMA DENGAN MEDIA VISUAL UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN IPS TENTANG PERANAN TOKOH DALAM MEMPROKLAMASIKAN KEMERDEKAAN PADA SISWA KELAS V SDN 4 KUTOSARI TAHUN AJARAN 2015/2016 Herlin
Lebih terperinciNurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas sebelas Maret Surakarta. ABSTRAK
PENGGUNAAN TEKNIK ROLE PLAYING UNTUK MENGURANGI KECEMASAN MENGHADAPI UJIAN AKHIR SEMESTER SISWA KELAS BILINGUAL SMP N 1 TAWANGMANGU TAHUN AJARAN 2013/2014 Nurul Hidayati Nafi ah dan Salmah Lilik Fakultas
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdiri dari 12 orang siswa laki-laki dan 13 orang siswa perempuan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mendeskripsikan penerapan metode bermain peran dalam mengatasi masalah belajar siswa memerankan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang yang sangat berpengaruh untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Pendidikan berkembang seiring dengan perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipelajari siswa sehingga pembelajaran matematika mempunyai. dituntut mempunyai konsentrasi, ketelitian, dan keterampilan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu yang mendasari perkembangan ilmu pengetahuan lain. Matematika menjadi salah satu bidang studi yang mempunyai peranan penting dalam
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.
11 BAB II KAJIAN TEORI A. Ilmu Pengetahuan Sosial Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yangdiberikan mulai dari SD/MI/SDLB sampai SMP/MTs/SMPLB. IPS mengkaji seperangkat peristiwa,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mata pelajaran sejarah sebagai bagian dari kurikulum pendidikan nasional yang diajarkan di sekolah kepada siswa Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pimpinan yang di dalamnya mengandung unsur-unsur seperti guru, peserta didik,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di Indonesia. Selain itu, pendidikan merupakan bagian integral dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pertama dan utama adalah pendidikan. Pendidikan merupakan pondasi yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu negara dipengaruhi oleh beberapa faktor yang mendukung meningkatnya sendi-sendi kehidupan dalam negara tersebut, salah satu faktor pertama dan
Lebih terperinciUPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR
UPAYA MENINGKATKAN MINAT DAN PRESTASI BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI PADA SISWA KELAS III SDN CAWANG 07 PAGI JAKARTA TIMUR LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS ( CLASSROOM ACTION RESEARCH
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terampil, bermartabat, bermoral dan berkualitas. Usaha perbaikan mutu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan sangat penting dalam kehidupan setiap bangsa, karena melalui pendidikan ini pula siswa diajarkan menjadi manusia yang terampil,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dari bangsa itu sendiri. Hal itu sesuai dengan ketentuan umum Undang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam proses kehidupan. Majunya suatu bangsa dipengaruhi oleh mutu pendidikan dari bangsa itu sendiri.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara sengaja dikelola untuk memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dirinya, budayanya serta budaya orang lain. Pembelajaran bahasa juga dapat
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah alat untuk melakukan komunikasi dan bekerja sama dengan orang lain serta alat untuk mengidentifikasi diri. Bahasa memiliki peranan didalam perkembangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang utama untuk membentuk karakter siswa yang mempunyai sikap dan pribadi yang kuat. Pendidikan mempunyai peran yang penting karena
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. Sehubungan dengan keberhasilan belajar, Slameto (1991: 62) berpendapat. bahwa ada 2 faktor yang mempengaruhi belajar siswa.
BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Belajar Belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan sebagai hasil dari proses belajar dapat ditunjukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Seperti diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 (dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan di tanah air selalu dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar dapat menciptakan proses pembelajaran yang dapat mengembangkan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Make a Match 2.1.1 Arti Make a Match Arti make a match adalah mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban soal sebelum habis waktu yang ditentukan. Menurut Lie (2002:30) bahwa,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. aktivitas untuk mencapai kemanfaatan secara optimal. yang bervariasi yang lebih banyak melibatkan peserta didik.
BAB II KAJIAN TEORI A. Partisipasi dan Prestasi Belajar Matematika 1. Partisipasi Menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI : 2007) partisipasi adalah turut berperan serta dalam suatu kegiatan (keikutsertaan/
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan manusia
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif merupakan salah satu startegi pembelajaran yang paling tepat untuk diterapkan guna mencapai apa yang diharapkan yaitu menciptakan
Lebih terperinci