BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Ukuran: px

Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN"

Hadian Sumadi
5 tahun lalu
Tontonan:

1 BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil eksperimen model bendungan urugan tanah di laboratorium dan hasil simulasi numeris menggunakan metode elemen hingga dengan software PLAXIS versi 8.5 maka dapat disimpulkan : 1. Dari hasil eksperimen diketahui bahwa model dengan komposisi tanah 100% (T 100 ) dengan kedua variasi kemiringan hulu 1:1 dan 1:1,5 mengalami deformasi total (U) paling besar baik pada titik tinjau Point A, Point B dan Point C. Nilai deformasi Point A lebih besar dari Point B dan Point C. Nilai deformasi Point B lebih besar dari Point C. Artinya secara umum Point C mengalami deformasi dengan nilai lebih kecil dari titik tinjau lainnya. 2. Dari hasil simulasi numeris terlihat bahwa deformasi total (U) terbesar terjadi pada Point A. Nilai deformasi Point A lebih besar dari nilai deformasi Point B dan Point C saat elevasi muka air mencapai maksimum. Nilai deformasi Point B lebih besar dari Point C. Secara umum Point C mengalami deformasi dengan nilai lebih kecil dari Point A dan Point B. Jika ditinjau dari semua komposisi campuran tanah dengan dua model kemiringan hulu (S 1:1 dan S 1:1,5 ), diperoleh hasil yang hampir sama dimana sulit membedakan komposisi campuran mana yang memiliki nilai deformasi paling besar atau kecil. Jika dibandingkan dengan hasil eksperimen, maka hasil yang diperoleh dari Plaxis masih jauh lebih kecil. Namun secara trend kecenderungan diperoleh kesimpulan yang 92

2 93 sama antara hasil eksperimen dengan hasil simulasi numeris dimana point A mengalami deformasi lebih besar dari titik tinjau lainnya. Jadi secara garis besar kesimpulan dari hasil simulasi numeris ini sama dengan yang diperoleh dari hasil eksperimen. 3. Secara umum model T 100 S 1:1 mengalami deformasi total (U) sedikit lebih besar dari T 100 S 1:1,5 baik pada hasil eksperimen dan hasil simulasi numeris. Faktor kelandaian lereng hulu bisa menjadi alasannya. 4. Secara umum terlihat bahwa nilai deformasi akan semakin besar seiring dengan naiknya elevasi muka air hulu (H 1 ). Semakin tinggi elevasi muka air, semakin besar pula deformasi yang terjadi. 5. Pada model bendungan tanah dengan kemiringan lereng hulu 1:1 nilai U x terbesar terjadi pada model T 100, dimana hasil eksperimen menunjukkan U x terbesar berada di titik A, sama dengan hasil simulasi numeris U x terbesar juga berada di titik A. Untuk model bendungan dengan kemiringan lereng hulu 1:1,5, hasil eksperimen menunjukkan U x terbesar berada pada titik B pada model T 100 dan hasil simulasi numeris menunjukkan nilai U x terbesar terjadi pada model T 20 P 80 dan T 100 di titik A. Pada semua variasi model bendungan tanah, hasil analisis numeris menunjukkan nilai U x terbesar terjadi di titik A pada model bendungan T 100 dengan kemiringan lereng hulu 1:1, sedangkan berdasarkan hasil eksperimen U x terbesar terjadi di titik B pada model bendungan tanah T 100 dengan kemiringan lereng hulu 1:1. Secara keseluruhan, horizontal displacement (U x ) hasil eksperimen di laboratorium mempunyai

3 94 nilai yang lebih besar dibandingkan hasil analisis numeris menggunakan program PLAXIS versi Nilai U y terbesar terjadi di titik A untuk kedua variasi kemiringan hulu. Ditinjau dari variasi model bendungan tanah. Secara keseluruhan terlihat vertical displacement (U y ) hasil eksperimen di laboratorium lebih besar dibandingkan hasil simulasi numeris menggunakan PLAXIS versi Pengaruh ketinggian muka air hulu terhadap stabilitas adalah nilai faktor keamanan (SF) model bendungan tanah berkurang seiring dengan pertambahan ketinggian muka air hulu. Semua model bendungan tanah dengan bahan yang berbeda dan variasi kemiringan lereng hulu 1:1 dan 1:1,5 mempunyai kecenderungan yang sama. Hasil penelitian ini lebih jelas terlihat ditinjau dari segi material model bendungan. Model bendungan dengan campuran tanah lanau yang lebih banyak, mempunyai nilai SF yang lebih tinggi daripada model bendungan dengan persentase pasir lebih banyak. 8. Pengaruh kenaikan muka air hulu secara cepat adalah nilai faktor keamanan semua model bendungan tanah mengalami peningkatan seiring dengan bertambahnya kecepatan kenaikan muka air hulu (V R ). Ditinjau dari masingmasing model bendungan tanah (T 10 P 90, T 20 P 80, dan T 100 ), maka model dengan kemiringan hulu yang lebih landai (S 1:1,5 ) mempunyai kenaikan nilai faktor keamanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan model yang memiliki kemiringan lereng hulu lebih curam (S 1:1 ). 9. Pengaruh penurunan muka air secara cepat adalah faktor keamanan semua model bendungan menurun seiring dengan bertambahnya kecepatan penurunan

4 95 muka air hulu (V L ). Ditinjau dari kemiringan lereng hulu belum diperoleh kesimpulan yang jelas tentang pengaruh kecepatan penurunan muka air terhadap hulu yang lebih landai atau lebih curam. Ditinjau dari segi material terlihat bahwa model T 100 mempunyai nilai SF yang lebih tinggi dari model T 10 P 90 dan T 20 P Hasil eksperimen dan simulasi numeris menunjukkan besarnya deformasi dan stabilitas yang terjadi pada model bendungan tanah lebih dipengaruhi oleh ketinggian elevasi muka air. Semakin tinggi muka air, deformasi yang terjadi semakin besar dan stabilitas menurun. 11. Perhitungan stabilitas lereng bendungan dengan metode elemen hingga menggunakan PLAXIS kurang cocok digunakan apabila ingin mengetahui hubungan antara pengaruh kelandaian geometri lereng hulu terhadap faktor keamanan akibat fluktuasi muka air. Dari hasil analisis, belumlah diperoleh kesimpulan yang jelas tentang pengaruh kelandaian. Hal ini karena PLAXIS menganalisis faktor keamanan hanya menitikberatkan pada faktor kekuatan tanah saja (analisis phi-c reduction) tanpa memperhitungkan gaya-gaya keseimbangan dan momen seperti yang digunakan pada metode keseimbangan batas. B. Saran 1. Dalam pelaksanaan pemadatan model bendungan, perlu metode yang lebih konsisten dan terkontrol. 2. Simulasi numeris dengan metode elemen hingga hanya salah satu alternatif solusi pendekatan pemecahan masalah terkait stabilitas lereng bendungan.

5 96 Baiknya analisis juga dilakukan dengan metode keseimbangan batas sebagai bahan perbandingan dan alternatif solusi lainnya. 3. Perlu lebih banyak jumlah sampel simulasi eksperimen di laboratorium jika biaya, waktu dan tempat memungkinkan. Dengan jumlah data yang lebih banyak memungkinkan hasil analisis dan kesimpulan dapat diperoleh lebih detail sebagai salah satu upaya pencarian solusi masalah stabilitas lereng bendungan.

dokumen-dokumen yang mirip

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak peninggalan budaya yang bernilai sejarah tinggi. Peninggalan budaya tersebut masih dapat dirasakan hingga sekarang