BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kemampuan Perawatan Diri pada pasien diruang Flamboyan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kemampuan Perawatan Diri pada pasien diruang Flamboyan"

Transkripsi

1 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan diuraikan pembahasan tentang hasil penelitian Kemampuan Perawatan Diri pada pasien diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya. Setelah dilakukan pengamatan menggunakan kuisioner yang sejumlah 20 soal perawatan diri kepada 30 responden pasien Skizofrenia diruang Flambayon RSJ Menur pada bulan Juli 2018, hasil akan dikelompokkan dalam bentuk tabel. Berikut ini adalah hasil penelitian. 5.1 Hasil Penelitian Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan dirumah sakit jiwa Menur terletak di Jalan Raya Menur 120 Surabaya, Kelurahan Kertajaya, Kecamatan Gubeng, Kota Surabaya, dengan luas tanah ,00 dan luas bangunan m², RS Jiwa Menur tidak hanya melayani gangguan jiwa saja tapi juga penyakit non jiwa. Namun dengan tidak meninggalkan core bisnis RSJ Menur sebagai Rumah Sakit Jiwa Sejarah awal RSJ Menur, yaitu pada tahun 1923 rumah sakit jiwa Menur Surabaya diperkirakan sebagai Doorgangshuis atau tempat penampungan sementara penderita gangguan jiwa dengan kapasitas 100 tempat tidur. Sampai dengan tahun 1977 beralamatkan Jl. Karang 31

2 32 Tembok dan disebut : Rumah Sakit Jiwa Pegirian. Tahun 1954 Departemen Kesehatan membeli tanah seluas di Menur (dahulu Gubeng). Tanah selanjutnya diperuntukkan untuk RSJ Menur sedangkan sisanya untuk Akademi Penilik Kesehatan (sekarang Poltekkes). Pelayanan kesehatan yang ada dirumah sakit jiwa Menur Surabaya yaitu instalasi rawat jalan (Poli Jiwa Dewasa, Poli Psikogeriatri, Poli Gangguan Mental Organik, Poli Umum Spesialis, Poli Tumbuh Kembang Anak & Remaja, Poli Psikogeriatri, Poli Psikologi), Instalansi rawat inap (Rawat Inap Intensif Psychiatric Care, Rawat Inap Paviliun (Puri Anggrek), Rawat Inap Klas II Pria dan Wanita (Puri Mitra), Rawat Inap Klas III Pria dan Wanita (Gelatik, Kenari, Flamboyan), Instalasi gawat darurat jiwa dan Umum 24 Jam, Pelayanan Penunjang (Laboratorium Patologi Klinik, ECT, EEG & Brainmapping, Rehabilitasi Mental Psikososial, Fisioterapi, X Ray / Foto Rongent, USG, Treadmill, EKG, Echocardiografi, Farmasi, Konsultasi Gizi, Pemulasaraan Jenazah, IPS RS, Instalasi Kesling Dalin), Instalasi Keswamas dan PKMRS, Rehabilitasi medik dan mental psikososial, Instalasi diklat-lit dan asrama serta perpustakaan. Tempat penelitian rumah sakit jiwa Menur Surabaya memiliki tenaga kesehatan yaitu berjumlah 410 orang dengan rincian yaitu dokter umum 20 orang, dokter spesialis 17 orang, dokter gigi 3 orang, perawat 107 orang, pembantu perawat 51 orang, instruktur rehabilitasi 7 orang, paramedic non perawat 31 orang, administrasi farmasi 4 orang, administrasi lab 2 orang,

3 33 tenaga rekam medis 19 orang, tenaga administrasi 5 orang, serta non medis/administrasi 144 orang Data Umum Dalam data umum dibawah ini akan disajikan data sebagai berikut : 1. Usia Data berdasarkan usia responden perawatan diri pasien skizofrenia diruang Flamboyan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 5.1 Distribusi responden berdasarkan usia diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Kategori Usia Frekuensi Persentase tahun 8 27% tahun 20 67% tahun 2 7% tahun 0 0% Total % Data primer tahun 2018 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang berusia tahun sejumlah 8 responden (27%), berusia tahun sejumlah 20 responden (67%), berusia tahun sejumlah 2 responden (7%), berusia tahun tidak terdapat responden (0%). Berdasarkan hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa umur yang mengalami gangguan jiwa diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya dialami pada masa dewasa. Masa dewasa muda telah memiliki kematangan secara fisik, mereka harus terus menggalih dan mematangkan hubungan emosional, sedangkan masa dewasa tengah terdapat perubahan fisiologi dan menghadapi realitas kesehatan tertentu.

4 34 Umur berhubungan dengan pengalaman seseorang dalam menghadapi berbagai stressor, kemampuan memanfaatkan sumber dukungan dan ketrampilan dalam mekanisme koping. Penelitian yang dilakukan (Siagian (1995 dalam Parendrawati, 2008) mengemukakan bahwa semakin lanjut usia seseorang semakin meningkat pola kedewasaan teknik dan kedewasaan psikologis dengan menunjukkan kematangan jiwa, semakin bijaksana, mampu berpikir secara rasional, mengendalikan emosi dan bertoleransi terhadap orang lain. 2. Agama Data berdasarkan agama responden perawatan diri pasien skizofrenia diruang Flamboyan dapat dilihat pada table berikut: Tabel 5.2 Distribusi responden berdasarkan agama diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Kategori agama Frekuensi Persentase 1 Islam 29 97% 2 Khatolik 0 0% 3 Budha 0 0% 4 Kristen 1 3% 5 Hindu 0 0% Total % Data primer tahun 2018 Berdasarkan tabel dapat diketahui bahwa responden yang beragama islam sejumlah 29 responden (97%), beragama khatolik, budha, dan hindu tidak terdapat responden (0%), beragama kristen sejumlah 1 responden (3%). Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya

5 35 mayoritas beragama islam. Dapat diketahui mayoritas di Indonesia beragama islam. Menurut Rilis (2015) agama juga termasuk dari faktorfaktor mempengaruhi pada perawatan diri. Dalam setiap agama terdapat tradisi spiritualitas yang dapat berkontribusi pada pengembangan konsep dan praktik kesehatan jiwa. 3. Pendidikan Pengelompokan data berdasarkan pendidikan terakhir yang menjadi responden penelitian diruang Flamboyan dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.3 Distribusi responden berdasarkan pendidikan terakhir diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Pendidikan Frekuensi Persentase 1 Tidak Sekolah 3 10% 2 SD 12 40% 3 SMP 1 3% 4 SMA 13 43% 5 PT 1 3% Total % Data primer tahun 2018 Pada bulan Juli 2018 dalam hasil penelitian perolehan data berdasarkan pendidikan terakhir responden skizofrenia diruangflamboyan yaitu rata-rata dari responden yang tidak sekolah sejumlah 3 responden (10%), pendidikan SD sejumlah 12 responden (40%), pendidikan SMP sejumlah 1 responden (3%), pendidikan SMA sejumlah 13 responden (44%), dan PT sejumlah 1 responden (3%). Hasil penelitian ini sesuai dengan wibowo (1997) tentang karakteristik penderita skizofrenia yang menyebutkan bahwa individu banyak terjadi

6 36 gangguan jiwa pada tingkat pendidikan SMA. Hal yang sama diungkapkan oleh Tek, Krikpatrrick &Buchanan (2011), Folsom, et. al. (2009) bahwa skizofrenia terjadi setelah individu telah berpendidikan selama 11,5 tahun dan 12,7 tahun. 4. Status Perkawinan Pengelompokan data berdasarkan status perkawinan yang menjadi responden penelitian diruang Flamboyan RSJ Menur dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : Tabel 5.4 Distribusi responden berdasarkan status perkawinan diruang Flamboyan RSJ Menur pada bulan Juli 2018 No. Status Frekuensi Persentase Perkawinan 1 Belum Menikah 13 43% 2 Menikah 6 20% 3 Janda 11 37% Total % Data primer tahun 2018 Pada bulan Juli 2018 hasil penelitian diperoleh data berdasarkan status perkawinan pasien skizofrenia diruang Flamboyan yaitu rata-rata responden yang belum menikah sejumlah 13 responden (43%), yang sudah menikah 6 responden (20%), yang janda sejumlah 11 responden (37%). Menurut Folsom, et. al. (2009) bahwa kesehatan fisik dan mental dengan kualitas hidup menyebut bahwa 83% terjadi pada populasi ini. Usia dewasa muda berkaitan dengan keintiman dan seksualitas. Mereka tetap melakukan hubungan seks, tetap memilih hidup sendiri, menjadi homoseksual, atau menjadi janda. Hidup sendiri berdampak pada individu

7 37 tersebut dan keluarga. Kehadiran keluarga inti mempengaruhi konseling dan pelayanan kesehatan, mempengaruhi waktu keluarga, dan sumber ekonomi. Peran keluarga sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan, terutama untuk membantu memenuhi kebutuhan perawatan diri pasien skizofrenia. Masalah kesehatan pada salah satu anggotanya akan memungkinkan munculnya faktor risiko pada yang lain Data Khusus Dalam hasil penelitian terkait dengan kemampuan perawatan diri pasien skizofrenia. Terdapat 4 perawatan diri yang meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting. Pada 30 responden diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya dapat dilihat pada tabel sebagai berikut : a. Kemampuan perawatan diri secara total Data perawatan diri tentang mandi, berpakaian, makan, toileting dari 30 responden pasien skizofrenia dengan kuisioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.5 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri Tentang mandi, berpakaian, makan, toileting pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 14 47% Mampu Sebagian 15 50% Tidak Mampu 1 3% TOTAL % Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri mandi, berpakaian, makan, toileting dengan kategori Mampu

8 38 14 responden (47%), Mampu Sebagian terdapat 15 responden (50%), Tidak Mampu terdapat 1 responden (3%). Pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ menur surabaya dikategorikan mampu sebagian karena pasien dalam melakukan keempat aktivitas pasien hanya membutuhkan peralatan dan dalam melaksanakan pasien dapat melakukan sendiri, hanya ada beberapa pasien yang di bantu, terjadi pada pasien yang baru masuk karena pasien membutuhkan adaptasi pada lingkungan sekitar. b. Mandi Data perawatan diri tentang mandi dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuisioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.6 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang mandi pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 9 30% Mampu Sebagian 18 60% Tidak Mampu 3 10% Total % Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri mandi dengan katagori Mampu 9 responden (30%), Mampu Sebagian terdapat 18 responden (60%), Tidak Mampu terdapat 3 responden (10%). Pada perawatan diri mandi pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya di kategorikan Mampu Sebagian, karena

9 39 pasien hanya membutuhkan peralatan mandi seperti sabun, sikat gigi, dan shampo. Pasien dapat melakukan untuk pengaplikasian mandi tersebut hanya beberapa pasien yang belum bisa mandiri dalam merasakan kebersihan tubuh sendiri, pasien hanya bisa di perintah oleh perawat. c. Berpakaian Data perawatan diri tentang berpakaian dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.7 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang berpakaian pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 14 47% Mampu Sebagian 15 50% Tidak Mampu 1 3% Total % Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri berpakaian dengan katagori Mampu 14 responden (47%), Mampu Sebagian terdapat 15 responden (50%), Tidak Mampu terdapat 1 responden (3%). Dari penelitian yang saya lakukan pasien skizofrenia diruang Flamboyan rumah sakit jiwa Menur Surabaya pada perawatan diri berpakaian di kategorikan mampu sebagian dengan presentase 50%, karena pasien dapat mengenakan baju sendiri, pasien hanya membutuhkan baju yang disediakan oleh rumah sakit. Pada saat berdandan pasien di bantu oleh perawat.

10 40 d. makan Data perawatan diri tentang makan dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.8 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri tentang makan pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 12 40% Mampu Sebagian 14 47% Tidak Mampu 4 13% Total % Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri makan dengan katagori Mampu 12 responden (40%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden (47%), Tidak Mampu terdapat 4 responden (13%). Pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada perawatan diri makan di kategorikan mampu sebagian pasien tersebut hanya membutuhkan peralatan makan. Pada pasien di kategorikan tidak mampu yaitu pasien tidak dapat memakan makanan dengan porsi yang telah disediakan, ada yang melebihi porsi dan ada pasien hanya menghabiskan setengah porsi makanan yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit. Di ruangan tersebut juga terdapat pasien yang hanya diam di runag makan tidak mememakan makanan yang ada, untuk melakukan kegiatan tersebut perawat harus membantu dengan memegangkan tangannya pada sendok dan menyuapkan ke dalam mulut pasien.

11 41 e. Toileting Data perawatan diri tentang toileting dari 30 responden pasien skizofrenia dengan hasil kuesioner dapat dilihat pada tabel sebagai berikut: Tabel 5.9 Distribusi observasi responden berdasarkan perawatan diri Tentang toileting pasien skizofrenia diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya pada bulan Juli 2018 Kategori Frekuensi Presentase Mampu 16 53% Mampu Sebagian 14 47% Tidak Mampu 0 0% Total % Data sekunder tahun 2018 Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa dari 30 responden pada perawatan diri Toileting dengan katagori Mandiri 16 responden (53%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden (47%), Tidak Mampu tidak terdapat responden (0%). Berdasarkan penelitian yang saya lakukan pasien skizofrenia diruang Flamboyan RSJ Menur Surabaya pada perawatan diri Toileting pasien di kategorikan mampu, karena pasien dapat melakukan eliminasi sendiri dan eliminasi pada tempatnya hanya pasien tidak dapat menyiram toilet setelah melakukan eliminasi. Pasien harus di perintah oleh perawat jaga. 5.2 Pembahasan Dalam sub bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang Kemampuan Perawatan Diri pasien skizofrenia pada penerimaan diruangflamboyan RSJ Menur Surabaya, sebagai berikut :

12 Kemampuan perawatan diri mandi, berpakaian, makan, Toileting Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan penelitian deskriptif di dapatkan hasil dengan kategori Mampu 47%, Mampu Sebagian 50%, dan Tidak Mampu 3%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan perawatan diri pada pasien Skizofrenia di kategorikan mampu sebagian. Dimaksud dengan mampu sebagian yaitu pasien skizifrenia pada saat melakukan aktivitas memerlukan perintah, atau dorongan. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Lee Gurel dan John E. Davis (1967) yang menunjukan bahwa pasien Skizofrenia dengan defisit perawatan diri membutuhkan bantuan untuk memenuhi salah satu dari empat aktivitas perawatan diri: mandi, berpakaian, makan, toileting. Pada pasien skizofrenia yang baru masuk, ada beberapa pasien yang harus beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Pasien hanya diam di tempat dan tidak melakukan suatu kegiatan, untuk melakukan dari 4 aktivitas tersebut harus di perintah atau dibantu oleh perawat dan ada yang mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitar hanya diperintah pasien dapat melakukannya aktivitas sendiri. Dapat disimpulkan pasien skizofrenia mengalami gajela kognitif (kurangnya kemampuan memahami dan sulit fokus).

13 Perawatan Diri Mandi pada pasien Skizofrenia Pada penelitian ini dari 30 responden pasien skizofrenia diruangflamboyan Rumah Sakit Jiwa Menur Surabaya yang mengalami perawatan diri tentang mandi dengan katagori Mampu 9 responden dengan presentase (30%), katagori Mampu Sebagian yaaitu 18 responden dengan presentase (60%), katagori Tidak Mampu terdapat 3 responden dengan responden (10%). Pada perawatan diri mandi ini pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur Surabaya tergolong Mampu Sebagian dengan jumlah frekuensi 18 responden (60%). Karena pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur untuk memulai aktivitas membutuhkan perintah seperti mengabil perlengkapan mandi, dan dapat melakukan kegiatan mandi sendiri yaitu mencuci rambut, menggosok gigi, dan membersihkan badan dengan sabun. Dan pasien tersebut biasanya tidak dapat merasakan kebersihan tubuh pasien hanya mandi di pagi hari dengan dikomandoi oleh perawat jaga. Perilaku sulit melakukan aktivitas ini akibat kurangnya motivasi, perhatian, kurangnya dorongan. Klien Skizofrenia dengan gejala positif (halusinasi, delusi, gangguan pikir, gangguan perilaku, gejala negatif (afek datar, defisit perawatan diri, menarik diri), atau gejala kognitif (kurangnya kemampuan memahami dan menggunakan informasi dan sulit fokus) mempengaruhi perilaku kemampuan klien dalam merawat dirinya.

14 Perawatan Diri Berpakaian pada Pasien Skizofrenia Dari 30 responden yang saya ambil dengan perawatan diri berpakaian pada pasien Skizofrenia dirumah Sakit Jiwa Menur Surabaya terdapat tiga katagori yaitu Mampu, Mampu Sebagian dan Tidak Mampu frekuensi pada kategori Mampu terdapat 14 dengan presentase (47%), Mampu Sebagaian terdapat 15 dengan presentase (50%), dan Tidak Mampu terdapat 1 responden dengan presentase (3%). Pada perawatan diri berpakaian ini pasien hanya membutuhkan pakaian dan pasien dapat mengenakan baju dengan benar, dapat meresleting, mengancing baju. Hanya pasien tersebut biasanmya jarang menggunakan alas kaki dan jika berdandan pasien dibantu oleh perawat. Individu adalah makhluk biopsikososial spriritual yang utuh dan unik, memiliki norma dan nilai yang dipengaruhi oleh perkembangan, kepercayaan, dan lingkungan dengam beberapa variasi tingkat kemampuan keperawatan mandiri. Dalam teori Orem (1971, dalam Poter & Perry, 2009) berfokus pada kebutuhan pelayanan diri sebagai sesuatu yang di pelajari, kegiatan yang bertujuan membantu diri untuk mengolah kehidupan yang diinginkan, kesehatan, perkembangan, dan kesejahteraan Perawatan Diri makan pada Pasien Skizofrenia

15 45 Pada penelitian ini menggunakan 30 responden yang memiliki kategori Mampu, Mampu Sebagian, dan Tidak Mampu, dari penelitian ini. Yaitu pada kategori Mampu terdapat 12 responden dengan presentase (40%), Mampu Sebagian terdapat 14 responden dengan presentase (47), dan Tidak Mampu terdapat 4 responden dengan presentase (13%). Pasien hanya membutuhkan peralatan makan yang di sediakan oleh rumah sakit, pasien dapat mengambil gelas sendiri pasien tidak menggantungkan kepada perawat. Pada perawatan diri makan dikategorikan Mampu Sebagian karena pasien makan dengan porsi yang tidak sesuai yaitu ada pasien yang tidak menghabiskan makanan dengan satu porsi dan ada yang menghabiskan makanan melebihi porsi yang sudah disediakan dengan cara menghabiskan makanan pasien yang tidak habis oleh pasien lain, pasien hanya diam diruang makan dan tidak memakan makan yang disediakan. Pasien Skizofrenia memerlukan bantuan untuk menyelesaikan tugas sehari-hari terutama dalam hal perawatan diri sehingga membuatnya terlihat malas atau tidak mau membantu diri sendiri. Pada episode psikotik dapat menjadi sangat preokupasi dengan ide-ide waham atau halusinasi, sehingga ia gagal melaksanakan aktivitas dasar dalam kehidupan sehari-hari. Pasien memilki perasaan emosi, minat atau kepedulian dan dapat mengalami defisit perawatan diri. Mereka tidak memperhatikan atau gagal untuk mengenali sensasi rasa haus dan lapar. Pasien dapat terjadi malnutrisi dan konstipasi

16 Perawatan Diri Toileting pada Pasien Skizofrenia Dengan penelitian ini melibatkan 30 responden dan memiliki tiga kategori untuk menilai perawatan diri toileting yaitu Mampu, Mampu Sebagian, Tidak Mampu. Frekuensi yang di dapat yaitu pada katagori Mampu 16 responden (53%), Mampu Sebagian 14 responden (47%), dan Tidak Mampu tidak ada responden (0%). Pasien dapat melakukan Toileting sendiri pada tempatnya, dan dapat melepas atau menggunakan pakaian pakaian untuk eliminasi. Hanya pasien tidak dapat menyiram toilet dengan sediri, pasien harus di perintah oleh petugas. Defisit perawatan diri klien Skizofrenia dengan gejala negatif terjadi pada seseorang mengalami gangguan atau hambatan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sehari-hari meliputi mandi, berpakaian, makan, toileting. Kebutuhan pasien terhadap eliminasi dapat kurang terpenuhi, beberapa diantaranya buang air besar/buang air kecil di sembarang tempat yang dapat dipengaruhi oleh fisiologi, budaya, dan psikologi. Defisit perawatan diri pada pasien Skizofrenia disebabkan oleh adanya gangguan kognitif atau persepsi. Penurunan atau tidak ada motivasi dan ansietas berat yang menyebabkan ketergantungan

17 47 terhadap kebutuhan perawatan dirinya. Pilihan perawatan diri membutuhkan kontak intim antara perawat dengan klien dan komunikasi untuk mewujudkan hubungan terapeutik.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri A. Pengertian Defisit Perawatan Diri Kurang perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Maslim, 2001). Kurang perawatan diri adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. stressor, produktif dan mampu memberikan konstribusi terhadap masyarakat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sehat jiwa adalah keadaan mental yang sejahtera ketika seseorang mampu merealisasikan potensi yang dimiliki, memiliki koping yang baik terhadap stressor, produktif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial

BAB I PENDAHULUAN. suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesehatan Jiwa menurut Undang-undang kesehatan jiwa tahun 2014 adalah suatu kondisi perkembangan individu secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga

Lebih terperinci

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien BAB II KONSEP DASAR A. Pengetian Kurangnya perawatan diri pada pasien gangguan jiwa terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas perawatan diri menurun, kurang

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang. mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang BAB II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Kedaruratan Psikiatri Kedaruratan psikiatri adalah sub bagian dari psikiatri yang mengalami gangguan alam pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik

Lebih terperinci

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA. PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH. DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. 1. Inisial : Sdr. BAB III ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA Sdr.W DENGAN HARGA DIRI RENDAH DI RUANG X ( KRESNO ) RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG A. Identitas Pasien 1. Inisial : Sdr. W 2. Umur : 26 tahun 3. No.CM : 064601

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Rumah Sakit Jiwa Tahun 1935 didirikan Doorgangshuizen Voor Krankzinnigen (Rumah Sakit Jiwa) di Glugur sebagai Rumah Sakit Jiwa yang kelima di Indonesia dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa (Mental Disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di Negara-negara maju, modern dan industri. Keempat masalah kesehatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,

BAB I PENDAHULUAN. menghambat pembangunan karena mereka tidak produktif. terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara berkembang. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN Pada bab ini akan diuraikan hasil dan pembahasan penelitian tentang Hubungan peran orang tua terhadap perilaku menggosok gigi pada anak prasekolah di RA Sudirman

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA TINGKAT DEPRESI DENGAN KEMANDIRIAN DALAM ACTIVITY of DAILY LIVING (ADL) PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian I. Identitas Pasien Nama Umur Pendidikan Alamat Agama : Tn.G : 30 th : tamat SMA : Blora : Islam Tanggal masuk : 06/12/2009 Tgl pengkajian : 06/12/2009 No.cm : 06 80

Lebih terperinci

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014

FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT. Tanggal Masuk RS : 09 Desember 2014 Lampiran 1 FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT I. BIODATA IDENTITAS PASIEN Nama Jenis Kelamin Umur Status perkawinan Agama Pendidikan Pekerjaan : Tn. M : Laki-laki : 34 thn : Sudah Menikah : Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gangguan jiwa (mental disorder) merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara-negara maju, modern, industri dan termasuk Indonesia. Meskipun gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki. suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data Badan Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Chaplin,gangguan jiwa adalah ketidakmampuan menyesuaikan diri yang mengakibatkan orang menjadi tidak memiliki suatu kesanggupan (Sunaryo, 2007).Menurut data

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskriptif Wilayah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gamping yang berlokasi di kecamatan gamping, Kabupaten Sleman,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia

BAB 1 PENDAHULUAN. melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan salah satu modal penting bagi setiap individu untuk melanjutkan kelangsungan hidupnya. Salah satu masalah kesehatan utama di dunia yang

Lebih terperinci

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial

BAB I PENDAHULUAN. muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini banyak permasalahan sosial yang muncul dalam masyarakat, diantaranya disebabkan oleh faktor politik, sosial budaya serta krisis

Lebih terperinci

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas

/BAB I PENDAHULUAN. yang dapat mengganggu kelompok dan masyarakat serta dapat. Kondisi kritis ini membawa dampak terhadap peningkatan kualitas 1 /BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa merupakan salah satu dari empat masalah kesehatan utama di negara - negara maju. Meskipun masalah kesehatan jiwa tidak dianggap sebagai gangguan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan dan tuntutan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang optimal dari rumah sakit cenderung terus meningkat. Fenomena ini menuntut pihak rumah sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku yang mengkonstribusi pada fungsi yang terintegrasi. Pasien

Lebih terperinci

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015

EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 EVALUASI KINERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH (RSUD) PATUT PATUH PATJU KABUPATEN LOMBOK BARAT TAHUN 2015 I. Pelayanan RSUD Patut Patuh Patju Lombok Barat RSUD Patut Patuh Patju kabupaten Lombok Barat merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut yang disertai dengan perilaku mengamuk yang tidak dapat dibatasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Klien dengan perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai diri sendiri dan individu lain yang tidak menginginkan tingkah laku tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Personal Hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti Personal yang artinya perorangan Hygiene berarti sehat. Personal Hygiene adalah suatu tindakan memelihara kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk hidup yang lebih sempurna dibandingkan dengan makhluk yang lain. Konsep tentang manusia bermacam-macam. Ada yang menyatakan bahwa manusia adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan unsur terpenting dalam kesejahteraan perorangan, kelompok atau masyarakat yang dapat dipengaruhi oleh terpenuhinya kebutuhan dasar hidup seperti

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN KASUS

BAB III TINJAUAN KASUS BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Januari 2009, jam 10.00 WIB, di Ruang VIII Rumah Sakit Jiwa Daerah dr. Amino Gondhohutomo Semarang. 1. Biodata a. Identitas klien

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH

PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 73 TAHUN 2016 TENTANG TARIF LAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH, Menimbang : a. bahwa dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 1. Defisit Perawatan Diri 1.1. Pengertian Defisit perawatan diri merupakan suatu kondisi pada seseorang yang mengalami kelemahan kemampuan dalam melakukan atau melengkapi aktivitas

Lebih terperinci

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN KELAS II

TARIF LAYANAN BERDASARKAN KELAS BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN KELAS II 7 2014, No.573 LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75/PMK.05/2014 TENTANG TARIF LAYANAN BADAN LAYANAN UMUM RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN JAKARTA PADA KEMENTERIAN KESEHATAN

Lebih terperinci

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG

PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG PANDUAN PENUNDAAN PELAYANAN DI RUMAH SAKIT PUPUK KALTIM BONTANG KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Penundaan pelayanan kepada pasien terjadi apabila pasien harus menunggu terlayani dalam waktu yang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR, GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 19 TAHUN 2015 TENTANG TARIF LAYANAN DAN PEMAKAIAN KEKAYAAN DAERAH PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH UNIT KERJA DINAS KESEHATAN PROVINSI JAWA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun 1950;

3. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 2, 3, 10, dan 11 Tahun 1950; SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT GRHASIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Gambaran Lokasi Penelitian Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Amino Gondohutomo Semarang (RSJD Dr.Amino Gondohutomo Semarang) yang beralamat di Jl. Brigjend

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi

BAB I PENDAHULUAN. yang utuh untuk kualitas hidup setiap orang dengan menyimak dari segi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kondisi sehat baik secara fisik, mental, sosial maupun spiritual yang mengharuskan setiap orang hidup secara produktif baik secara sosial maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa.

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang merupakan amanat dari Undang-Undang Dasar Negara Republik. gangguan lain yang dapat mengganggu kesehatan jiwa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2014 tentang kesehatan jiwa, menyebutkan bahwa negara menjamin kehidupan setiap orang baik lahir maupun batin,serta menjamin

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR TAHUN 2016 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG STADAR PELAYANAN MINIMAL RUMAH SAKIT H.L. MANAMBAI ABDULKADIR DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering

BAB 1 PENDAHULUAN. pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Waham merupakan salah satu jenis gangguan jiwa. Waham sering ditemui pada gangguan jiwa berat dan beberapa bentuk waham yang spesifik sering ditemukan pada penderita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus gangguan jiwa berat mendapatkan perhatian besar di berbagai negara. Beberapa peneliti melaporkan kasus gangguan jiwa terbesar adalah skizofrenia. Menurut capai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH

PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PEDOMAN PENGORGANISASIAN UNIT RAWAT JALAN RUMAH SAKIT ELIZABETH PT NUSANTARA SEBELAS MEDIKA RUMAH SAKIT ELIZABETH SITUBONDO 2015 DAFTAR ISI BAB 1 PENDAHULUAN Tujuan Umum... 2 Tujuan Khusus... 2 BAB II

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TANGGAL 1 PEBRUARI 2007 RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM dr. SLAMET KABUPATEN GARUT

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. di Jalan Wirosaban No. 1 Yogyakarta. Rumah Sakit Jogja mempunyai visi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Penelitian Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Yogyakarta atau yang terkenal dengan nama Rumah Sakit Jogja adalah rumah sakit milik Kota Yogyakarta yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial, dimana untuk mempertahankan kehidupannya manusia memerlukan hubungan interpersonal yang positif baik dengan individu lainnya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Gambaran Umum RSUD Bekasi 1. Sejarah berdirinya RSUD Bekasi RSUD Bekasi didirikan pada tahun 1939, pada waktu itu masih berupa poliklinik dengan sarana yang sangat minim

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG TARIF LAYANAN KESEHATAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain,

BAB I PENDAHULUAN. karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana. tidak mampu menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya kekacauan pikiran, persepsi dan tingkah laku di mana individu tidak mampu menyesuaikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani,

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan disability (ketidakmampuan) (Maramis, 1994 dalam Suryani, BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Skizofrenia merupakan salah satu gangguan kejiwaan berat dan menunjukkan adanya disorganisasi (kemunduran) fungsi kepribadian, sehingga menyebabkan disability (ketidakmampuan)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala

BAB 1 PENDAHULUAN. fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Gangguan kejiwaan atau skizofrenia adalah suatu gangguan psikosis fungsional berupa gangguan mental berulang yang ditandai dengan gejala-gejala psikotik yang khas seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa bukan hanya sekedar terbebas dari gangguan jiwa, tetapi juga merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh semua orang. Kesehatan jiwa merupakan perasaan sehat

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR: 30 TAHUN 2017 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI BANGKA TENGAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BANGKA

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya

BAB 1 PENDAHULUAN. sendiri. Kehidupan yang sulit dan komplek mengakibatkan bertambahnya 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan yang pesat dalam berbagai bidang kehidupan manusia yang meliputi bidang ekonomi, teknologi, sosial, dan budaya serta bidangbidang yang lain telah membawa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif

BAB 1 PENDAHULUAN. sisiokultural. Dalam konsep stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptif BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gangguan jiwa merupakan penyakit dengan multi kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang bervariasi. Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa

Lebih terperinci

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A.

III. RIWAYAT KESEHATANSEKARANG A. Asuhan Keperawatan kasus I. PENGKAJIAN Nama/Inisial : Tn. S Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 28 tahun Status perkawinan : Belum menikah Agama : Islam Pendidikan : SMA Pekerjaan : - Alamat :Jl. Dusun I

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi, halusinasi, gangguan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas mengenai latar belakang dari masalah yang diteliti, rumusan masalah, tujuan umum dan tujuan khusus dari penelitian, serta manfaat penelitian. 1.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara

BAB I PENDAHULUAN. melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tidak pernah terbayangkan sebelumnya, Dadang yang awalnya ingin melangsungkan pernikahan dengan calon istrinya yang bernama Wida secara serentak batal menikah, karena

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab ini akan menguraikan diskusi dan kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban dari masalah penelitian berdasarkan analisis data yang telah dilakukan. Peneliti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Strauss et al (2006) skizofrenia merupakan gangguan mental yang berat, gangguan ini ditandai dengan gejala gejala positif seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SARAS HUSADA PURWOREJO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 24 TAHUN 2012 TENTANG BESARNYA BIAYA JASA SARANA DAN BIAYA JASA PELAYANAN PADA PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TAPIN, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat:

LAMPIRAN KUESIONER. Alamat : Pengasuh / keluarga terdekat: LAMPIRAN KUESIONER Nama : Umur : Alamat : No telp: Pengasuh / keluarga terdekat: Masuk RSI tanggal : Masuk ICU RSI tanggal : No rekam medis : Kelas ICU : A. DATA DASAR Kode A1 Jenis kelamin 1 pria 2 wanita

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU

PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PEMERINTAH KABUPATEN MALINAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALINAU NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN MALINAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALINAU,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Umum Lokasi Penelitian Rumah Sakit Harapan Ibu Purbalingga yang merupakan salah satu Rumah Sakit Swasta kelas D milik Yayasan Islam Bani Shobari.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengendalian diri serta terbebas dari stress yang serius. Kesehatan jiwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut UU No.36 tahun 2009 adalah "Kondisi jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan, dalam pengendalian diri serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku,

BAB I PENDAHULUAN. gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seseorang mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada fungsi mental, yang meliputi: emosi, pikiran, perilaku, perasaan, motivasi, kemauan, keinginan,

Lebih terperinci

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr.

PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. PENGELOLAAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI PENDENGARAN DAN PENGLIHATAN PADA Tn. E DI RUANG P8 WISMA ANTAREJA RSJ Prof. dr. SOEROJO MAGELANG Muhammad Nur Firman 1, Abdul Wakhid 2, Wulansari 3 123

Lebih terperinci

BAB III ELABORASI TEMA

BAB III ELABORASI TEMA BAB III ELABORASI TEMA 3.1 Pengertian Tema yang akan diangkat dalam perancangan Rumah Sakit Islam Ini adalah Habluminallah wa Habluminannas yang berarti hubungan Manusia dengan Tuhan dan hubungan Manusia

Lebih terperinci

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN

BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN BAB IV KRSIMPULAN, BATASAN DAN ANGGAPAN 1.1 Kesimpulan Pada bab sebelumnya telah diuraikan pembahan mengenai Rumah Sakit Korban Lakalantas Kendal, sehingga dapat disimpulkan berbagai masalah, dan potensi

Lebih terperinci

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013).

maupun sebagai masyarakat profesional (Nursalam, 2013). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, menuntut perawat bekerja secara profesional yang didasarkan pada standar praktik keperawatan dan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Puskesmas Pakualaman merupakan puskesmas yang terletak di jalan jayeng prawiran nomor 13 Kota Yogyakarta. Pusat manajemen puskesmas Pakualaman

Lebih terperinci

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI DI RUMAH SAKIT JIWA PROF. Dr. MUHAMMAD ILDREM PROVSU OLEH : REFIDA VERONIKA S 012015020 STIKes SANTA ELISABETH MEDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut undang undang Kesehatan Jiwa Tahun 2014 merupakan suatu kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Manusia adalah mahluk sosial yang terus menerus membutuhkan orang lain disekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah kebutuhan sosial untuk melakukan interaksi sesama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sejak dulu sudah dikenal adanya gangguan jiwa, misalnya dalam cerita Mahabarata dan Ramayana dikenal adanya Srikandi Edan, Gatot Kaca Gandrung. Pada

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR SALINAN

GUBERNUR JAWA TIMUR SALINAN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH (BLUD) RUMAH SAKIT DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Analisis Univariat Subyek dalam penelitian ini berjumlah 107 mahasiswa profesi PSPDG UMY, namun saat jalannya penelitian terdapat 2 responden

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG TARIF PELAYANAN PADA BADAN LAYANAN UMUM DAERAH RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan kesehatan salah satu bagian terpenting dalam meningkatkan derajat kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan terdapat beberapa staf diantaranya dokter, perawat,

Lebih terperinci

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Disusun oleh : CAHYO FIRMAN TRISNO. S J 200 090

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi,

BAB I PENDAHULUAN. penyimpangan dari fungsi psikologis seperti pembicaraan yang kacau, delusi, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skizofrenia merupakan sekelompok reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk fungsi berfikir dan berkomunikasi, menerima dan menginterpretasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan jiwa menurut WHO (World Health Organization) adalah ketika seseorang tersebut merasa sehat dan bahagia, mampu menghadapi tantangan hidup serta dapat menerima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pelayanan asuhan keperawatan sebagai salah satu bentuk pelayanan profesional, merupakan bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari upaya pelayanan kesehatan

Lebih terperinci

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU

2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU 2. STRUKTUR ORGANISASI RSUD INDRASARI RENGAT, KAB.INDRAGIRI HULU A. DESAIN STRUKTUR ORGANISIASI Struktur organisasi RSUD Indrasari Rengat adalah Organisasi Staf B. URAIAN TUGAS DAN FUNGSI 1) Direktur Sebagai

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan

BAB III PENYAJIAN DATA. Dalam Proses Penyembuhan Kesehatan Mental Klien Rumah Sakit Jiwa Tampan BAB III PENYAJIAN DATA Pada bab III ini merupakan data yang disajikan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau. Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan data

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1065, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Badan. Layanan. Umum. Rumah. Sakit. Umum. Pusat Dr.Kariadi Semarang. Tarif. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 156/PMK.05/2014

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Skizofrenia merupakan suatu penyakit otak persisten dan serius yang mengakibatkan perilaku psikotik, pemikiran konkret, dan kesulitan dalam memproses informasi, hubungan

Lebih terperinci

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 65 1V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Rumah Sakit Umum Daerah Dr. H. Abdul Moeloek pada mulanya merupakan Rumah Sakit Onderneming Pemerintahan hindia belanda yang

Lebih terperinci

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG

LAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan deskriptif analitik. Penelitian dilakukan untuk mengetahui peran perawat dalam pemenuhan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN 52 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Penelitian 1. Keadaan Geografis Rumah sakit Tugurejo Semarang terletak pada ruas jalur utama Semarang Jakarta yang merupakan jalur utama pantai utara jawa antara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PEMERINTAH KABUPATEN INDRAGIRI HILIR RANCANGAN PERATURAN DAERAH INDRAGIRI HILIR NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PURI HUSADA TEMBILAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN. pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi, dan evaluasi. 1 BAB V PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN A. Pembahasan Pada bab ini penulis membahas dua kasus asuhan keperawatan pada klien defisit perawatan diri dengan penerapan pendidikan kesehatan personal hygiene di rumah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit sebagai pusat pelayanan kesehatan harus memberikan kualitas pelayanan yang baik bagi pasiennya. Keberhasilan suatu rumah sakit ditandai dengan adanya peningkatan

Lebih terperinci

Perbedaan jenis pelayanan pada:

Perbedaan jenis pelayanan pada: APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT OLEH : LELI F. MAHARANI S. 081121039 MARINADIAH 081121015 MURNIATY 081121037 MELDA 081121044 MASDARIAH 081121031 SARMA JULITA 071101116 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 2007 SERI C R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG RETRIBUSI PELAYANAN KESEHATAN DAN FASILITAS LAINNYA PADA BADAN PENGELOLA RUMAH SAKIT UMUM

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum c. bahwa Kepala Kepolisian Nega

2016, No Republik Indonesia Sebagai Instansi Pemerintah Yang Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum c. bahwa Kepala Kepolisian Nega No. 236, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. BLU. RS Bhayangkara Tingkat III Nganjuk. POLRI. Tarif Layanan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/PMK.05/2016 TENTANG TARIF

Lebih terperinci