KEJAHATAN TRANSAKSI PERBANKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEJAHATAN BISNIS. Oleh : Yuyun Yulianah
|
|
- Susanto Oesman
- 9 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KEJAHATAN TRANSAKSI PERBANKAN SEBAGAI SALAH SATU BENTUK KEJAHATAN BISNIS Oleh : Yuyun Yulianah Dosen Fakultas Hukum Universitas Suryakancana. Jalan Pasir Gede Raya Cianjur, Telp. (0263) ABSTRAK Salah satu kejahatan bisnis yang cukup mengkhawatirkan adalah semakin maraknya bentuk-bentuk kejahatan transaksi perbankan dengan menggunakan sarana media teknologi dan informasi. Dalam hal ini kejahatan transaksi perbankan dengan menggunakan media internet dan telepon merupakan salah satu dari beberapa kejahatan bisnis yang saat ini marak terjadi.tidak sedikit kerugian yang ditimbulkan oleh praktik-praktik kotor kejahatan bisnis tersebut, mulai dari kerugian individu, perusahaan selaku organisasi sampai pada negara. Kata kunci : kejahatan, transaksi, Perbankan. ABSTRACT One of the dangerous business crime is so many forms of the banking transactions crime used medium technology and information. In this case banking transaction crime used internet medium and telephone is one of the business crime spreads everywhere in the world to day, the result of such practicess of the duty bussniss crime is very bad, individualdamages, corporated damages as an organization until national damages. Key Word : Crime, Transaction, Banking. 263
2 264 I. PENDAHULUAN Ditengah meningkatnya pembangunan diberbagai bidang, pembangunan sektor ekonomi salah satunya yang mengalami pertumbuhan pesat. Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk di Indonesia, kebutuhan akan barang maupun jasa kian hari kian meningkat. Sementara itu, dalam pergaulan hidup masyarakat banyak dijumpai pratikpraktik bisnis yang bervariasi, berbagai terobosan dalam upaya pemenuhan kebutuhan ekonomi terus dilakukan masyarakat. Selain pratik-praktik bisnis yang mensiasati aturan hukum dengan tidak melanggar norma-norma yang berlaku, terus dilakukan oleh para penggiat bisnis. Akan tetapi, sejalan dengan hal tersebut muncul pula berbagai praktik-praktik kotor dalam dunia bisnis yang cenderung bertentangan dengan aturan hukum maupun norma-norma yang berlaku di masyarakat. Tidak sedikit kerugian yang ditimbulkan oleh praktik-praktik kotor kejahatan bisnis tersebut, mulai dari kerugian individu, perusahaan selaku organisasi sampai pada Negara. Perilaku yang menyimpang yang dilakukan oleh pelaku bisnis membawa dampak yang sangat merugikan pada masyarakat luas dan dapat dikatakan telah melanggar etika bisnis. Kejahatan sejak jaman dahulu terus ada dan terus menyesuaikan diri dengan perkembangan jaman. Globalisasi, sebagai suatu fenomena sosial telah merasuk hampir setiap kehidupan manusia, baik dalam lapangan politik, ekonomi, sosial budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi. 1 Di sisi lain dengan berkembangnya kegiatan ekonomi, berdampak pula pada munculnya kejahatan-kejahatan baru dengan modus yang canggih, dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang canggih pula. Salah satu kejahatan bisnis yang cukup mengkhawatirkan adalah dengan semakin maraknya bentuk-bentuk kejahatan transaksi perbankan dengan menggunakan sarana media teknologi dan informasi. Dalam hal ini kejahatan transaksi perbankan dengan menggunakan media internet dan telepon merupakan salah satu dari beberapa kejahatan bisnis yang saat ini marak terjadi. 1 Gunawan Widjaja, Transplantasi Trust, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hlm.1.
3 265 Pelaku kejahatan pun telah berkembang namun tidak meninggalkan kebiasan lama, kalau jaman dahulu pelakunya adalah orang-orang yang merupakan golongan individu atau masyarakat yang didasarkan hampir rata-rata karena dorongan motif ekonomi ingin mencari kekayaan, desakan kebutuhan ekonomi, dan lain sebagainya. Namun dalam kejahatan kerah putih, pelakunya merupakan orang-orang yang berkerah putih dalam arti mempunyai jabatan, kedudukan yang berkelas. Pihak-pihak tersebut mempunyai kesempatan untuk melakukan kejahatan seperti korupsi, memalsukan suatu dokumen, memanipulasi suara dalam pemilu, mencuri uang dengan memanfaatkan jaringan internet, ATM, kartu kredit, dan lain sebagainya. Salah satu yang menjadi pemicu adanya suatu kejahatan yaitu ada persoalan budaya hukum yang perlu diperhatikan, seperti birokrasi hukum dan perilaku masyarakat yang kurang kondusif. 2 Sementara itu, penegakkan hukum terhadap kejahatan-kejahatan bisnis dengan menggunakan sarana teknologi bukanlah hal mudah. Meski pemerintah telah mengeluarkan berbagai perangkat peraturan perundang-undangan, akan tetapi semua itu belum didukung oleh kompetensi aparat penegak hukum itu sendiri. Masih banyak aparat penegak hukum yang belum menguasai teknologi informasi seperti penguasaan jaringan internet dan sejenisnya. Berangkat dari permasalahan tersebut, Penulis merasa tertarik untuk membahasnya dan menuangkannya dalam karya ilmiah dengan mengambil judul, Kejahatan Transaksi Perbankan Sebagai Salah Satu Bentuk Kejahatan Bisnis. 2 Sutiarnota, Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, hlm. 13.
4 266 II. PEMBAHASAN 1. Perkembangan Tindak Kejahatan. Modernisasi kejahatan diiringi dengan peningkatan ilmu pengetahuan dan teknologi jaman sekarang. Kalau di jaman dahulu kejahatan yang dilakukan orang berupa membunuh, mencuri, merampok, menganiaya, memperkosa, dan lain-lain. Sementara kejahatan pada jaman sekarang telah merambah ke dunia bisnis yang modern, termasuk juga pada bidang-bidang korporasi. Istilah kejahatan itu sendiri juga menjadi lebih luas lagi. Ada istilah economic crime, yaitu kejahatan ekonomi atau kejahatan terhadap ekomomi, dan di dalam economic crime itu sendiri terdapat istilah financial abuse, yang dalam arti sempit diartikan sebagai setiap non violent crime yang pada umumnya mengakibatkan kerugian keuangan (financial loss) yang menggunakan atau melalui lembaga keuangan termasuk pula di dalam kejahatan tersebut adalah aktivitas-aktivitas illegal seperti money laundering dan tax evasion ataupun istilah corporate crime. 3 Kejahatan korporasi adalah kejahatan yang bersifat organisatoris, yaitu suatu kejahatan yang terjadi dalam hubungan-hubungan yang kompleks dan harapan-harapan diantara dewan direksi, eksekutif, dan manajer di satu sisi dan diantara kantor pusat, bagian-bagian dan cabang disisi lain. 4 Kegiatan bisnis yang ada pada jaman dahulu telah berkembang maju dan menjadi lebih canggih. Kejahatan pun telah merambat ke dunia bisnis yang modern. Kejahatan bisnis dipandang dari segi filosofi mengandung makna bahwa telah terjadi perubahan nilai-nilai atau values dalam masyarakat ketika suatu aktivitas bisnis dioperasikan sedemikian rupa sehingga sangat merugikan masyarakat luas, seperti kegiatan penanaman modal dalam sektor-sektor swasta yang padat karya atau kegiatan Pasar Modal yang pemegang sahamnya adalah masyarakat luas termasuk golongan menegah ke bawah. 5 3 Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Prenada Media, Jakarta, 2003, hlm. xvii. 4 I.S Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, 2011, hlm Ibid., hlm
5 267 Pada sisi inilah terjadi pergeseran dari kejahatan konvensional menjadi kejahatan modern atau yang disebut dengan kejahatan kerah putih atau istilahnya white collar crime. Kejahatan bisnis modern tersebut selalu diindentikkan dengan white collar crime. Konsep white collar crime ini menunjukkan sekumpulan tindak pidana yang melibatkan tindakan moneter dan ekonomi yang dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kedudukan sosial yang tinggi dan terhormat. 6 Beberapa ciri kejahatan bisnis yang ada yaitu, 1. Kejahatan Kerah Putih (White collar crime). Seperti yang telah disebutkan di atas, White Collar Crime ini mempunyai dua elemen yaitu status pelaku tindak pidana dan kejahatan tersebut berkaitan dengan karakter atau jabatan tertentu. 2. Kejahatan Jabatan (Occupational Crimes). Kejahatan jabatan dilakukan oleh individu-individu sehubungan dengan jabatan mereka. Pada umumnya kejahatan ini melibatkan lebih dari 1 (satu) orang pejabat dari suatu badan hukum. Kejahatan jabatan ini juga terdapat dalam ruang lingkup jabatan yang ada pada pelakunya. Jenis jabatan kejahatan ini antara lain, pelanggaran hukum oleh para pengusaha atau karyawan yang menggelapkan uang perusahaan atau lembagalembaga pemerintah dimana mereka bertugas. 3. Kejahatan Yang Terorganisir (Organized Crime). Kejahatan yang terorganisir adalah sama dengan sindikat kejahatan, seperti kejahatan kartel atau komplotan. Organisasi ini sengaja dibentuk dengan tujuan untuk melakukan kejahatan. Sifat ilegal dari organisasi tersebut merupakan ciri yang menonjol dalam kejahatan yang diorganisir. 7 Ditinjau dari segi bentuknya, kejahatan bisnis dikelompokkan menjadi dua kelompok besar, yaitu : 1. Kejahatan Bisnis dibidang Ekonomi. a. Tidak melaporkan sebenarnya keuntungan perusahaan. 6 Dhaniswara K.Harjono, Aspek Hukum Dalam Bisnis, dikutip dari 7 Ibid, hlm. 2-3.
6 268 b. Persengkongkolan dalam penentuan harga dan mengiklankan produk dengan cara menyesatkan. c. Menghindari atau memperkecil pembayaran pajak dengan cara melaporkan data yang tidak sesuai dengan data yang sesungguhnya. d. kegiatan produksi yang menimbulkan polusi dalam bentuk limbah cair, debu dan suara. e. Tidak memperdulikan keselamatan kerja para karyawan. f. Memberikan sumbangan kampanye politik secara tidak sah atau bertentangan dengan Undang-Undang. Bentuk lain yang dapat digolongkan dengan kejahatan bisnis adalah praktik memberikan jawaban tidak benar. Modus operandi dari bentuk ini sebagai berikut: 1. Transfer Pricing. Praktik ini biasanya terjadi pada pengusaha yang tergabung dalam kelompok usaha. Untuk memperkecil jumlah pajak yang harus dibayar, maka harga jual antar sesama pengusaha dalam kelompok tersebut diatur sedemikian rupa sehingga keuntungan pengusaha yang untungnya besar akan dipindahkan kepengusaha yang merugi. Prinsip dari modus ini merupakan pemindahan keuntungan melalui transaksi dengan harga yang tidak wajar dengan tujuan untuk menghindari pengenaan jumlah pajak. 2. Under Invoicing. Praktik Under Invoicing, kadang terjadi dalam transaksi impor atau ekspor. Dalam transaksi impor, pengusaha meminta rekanannya yang berada di luar negeri untuk menerbitkan 2 (dua) invoice, yaitu satu invoice dengan harga yang sebenarnya untuk perhitungan harga pokok dan satu lagi dengan harga lebih rendah dengan diperhitungkan untuk keperluan pabean yaitu pembayaran bea masuk, sedangkan untuk transaksi ekspor sering terjadi karena adanya hubungan istimewa dalam rangka kepentingan menstransfer keuntungan pengusaha di
7 269 Indonesia ke perusahaan induk di luar negeri tanpa terkena pajak penghasilan atas deviden. 3. Over Invoice. Memanipulasi harga dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan pribadi. 4. Window Dressing. Merupakan tindakan untuk mengelabui masyarakat dengan cara menyajikan informasi yang tidak benar. Juga yang termasuk kejahatan di bidang ekonomi ini adalah apa yang disebut dengan money laundering atau pencucian uang yang diperoleh dari berbagai kejahatan seperti perdagangan narkotika, hasil korupsi, penyelundupan senjata dan sebagainya, yang kemudian hasilnya ditempatkan, ditransfer, dibayarkan, dibelanjakan, dihibahkan, disumbangkan, dititipkan, dibawa keluar negeri, ditukarkan, dengan maksud untuk menyembunyikan, menyamarkan, asal usul harta kekayaan sehingga seolah-olah menjadi harta kekayaan yang sah Kejahatan Bisnis Di Bidang Sosial Budaya. a. Kejahatan Hak Cipta, pembajakan kaset/cd. b. Kejahatan terhadap buruh, perbuatan-perbuatan mengabaikan keselamatan dan keamaman tenaga kerja. c. Kejahatan bisnis yang menyangkut masyarakat luas, dapat terjadi pada kejahatan di bidang lingkungan hidup (pencemaran air dan udara), kejahatan terhadap konsumen (pengusaha yang tidak bertanggung jawab atas produknya, memproduksi, mengedarkan, menawarkan barang-barang/produk yang membahayakan kesehatan konsumen). 2. Kejahatan Perbankan. Terdapat dua istilah yang seringkali digunakan terkait dengan kejahatan perbankan, yaitu Tindak Pidana Perbankan, dan Tindak Pidana di Bidang 8 Ibid, hlm. 3-4
8 270 Perbankan. Istilah yang pertama mengandung pengertian bahwa tindak pidana itu semata-mata dilakukan oleh bank atau orang bank, yang dapat dilakukan oleh pengurus, pegawai, pihak terafiliasi bank termasuk di dalamnya pemegang saham bank, yang pengaturannya tercantum dalam undang-undang perbankan. Sementara itu, istilah kedua tampaknya lebih netral dan luas karena dapat mencakup tindak pidana yang dilakukan oleh orang di luar bank dan orang bank atau keduanya, yang pengaturannya tercantum dalam undang-undang perbankan dan/atau undang-undang lainnya. Dengan kata lain, istilah tindak pidana di bidang perbankan dimaksudkan untuk menampung segala jenis perbuatan hukum yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan dalam menjalankan usaha bank. 9 Undang-undang Perbankan tidak memberikan pengertian formal mengenai tindak pidana di bidang perbankan. Namun demikian untuk memberikan gambaran tentang tindak pidana perbankan, maka tindak pidana perbankan adalah tindak pidana yang menjadikan bank sebagai sarana (crimes throught the bank) dan sasaran tindak pidana itu (crimes against the bank) Bentuk-Bentuk Kejahatan Transaksi Perbankan. Transaksi perbankan saat ini semakin dipermudah dengan makin canggihnya teknologi. Hal ini berdampak positif pada mudah dan cepatnya melakukan transaksi perbankan. Nasabah dapat melakukan transaksi perbankan dimana saja dan kapan saja, melalui internet (ebanking), telepon selular (mbanking), telepon (phone banking), ataupun lewat sms (sms-banking). Namun demikian, kemudahan-kemudahan tersebut seringkali dipergunakan secara tidak bertanggungjawab oleh orang-orang untuk melakukan kejahatan di bidang perbankan. Bank Indonesia (BI) memberikan beberapa modus operandi kejahatan perbankan, yaitu : 9 Ahmad Fuad, Penegakan Hukum dan Upaya Pencegahan Terhadap Kejahatan Perbankan, Makalah, Seminar Nasional SEMA-STHB, Bandung, 16 Juni 2011, hlm Dwidja Priyatno, Tindak Pidana Perbankan, Makalah, Seminar Nasional SEMA-STHB, Bandung, 16 Juni 2011, hlm. 6.
9 Penipuan lewat telepon. Dilakukan oleh pelaku kejahatan dengan menelepon korban dan mengabarkan bahwa korban mendapat hadiah, keluarga mengalami musibah atau menyatakan minat atas barang yang diiklankan oleh korban. Berdasarkan hal tersebut si penelepon akan memandu korban untuk menuju ATM dan menuntun korban untuk mengikuti instruksi penelpon. 2. Penipuan lewat . Korban menerima yang seolah-olah berasal dari bank dan kelihatannya asli. Dalam modus ini pelaku kejahatan meminta korban memasukkan nomor rekening, dan nomor PIN. Cara lainnya adalah membuat website alamat bank korban yang seolah-olah asli tetapi sebenarnya adalah website palsu. Korban akan diminta untuk memasukkan nomor rekening dan nomor PIN Anda dalam website ini dengan alasan untuk melakukan pemutakhiran data pribadi korban. 3. Penipuan melalui penawaran investasi dengan imbalan bunga yang sangat tinggi. Dalam modus ini suatu perusahaan menawarkan investasi dengan janji akan memberikan imbal hasil yang sangat tinggi. Kondisi demikian memerlukan kehati-hatian karena terdapat sejumlah penawaran yang terbukti tidak dapat memenuhi imbal hasil sebagaimana dijanjikan. 4. Penawaran produk dan jasa yang dilakukan toko atau merchant melalui telepon ataupun internet, dengan kemudahan pembayaran menggunakan kartu kredit. Pemilik kartu kredit hanya diminta untuk menyebutkan nomor kartu kredit, masa berlaku (expiry date) dan 3 (tiga) digit kode rahasia yang tertera di bagian belakang kartu kreditnya, dan transaksi pun terlaksana. 5. Pemalsuan Nomor call centre bank. Dalam modus ini pelaku kejahatan membuat seolah-olah mesin ATM bank korban rusak dan kartu korban tertelan. Oleh karena panik, Korban tanpa sadar akan menghubungi nomor call center palsu yang ada di sekitar mesin ATM. Kemudian korban akan diminta penerima telepon untuk menyebutkan nomor PIN dan dijanjikan bahwa kartu ATM pengganti akan
10 272 segera dikirimkan. Dengan berbekal PIN dan kartu korban, pelaku kejahatan akan mengambil uang korban. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin hari semakin pesat. Perkembangan ini secara faktual tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ekonomi, termasuk modus kejahatannya, karena kedua perkembangan ini saling mendukung satu sama lain. Oleh karena itu, jika dilihat dari aspek hukum, khususnya di bidang hukum pidana ekonomi, perkembangan teknologi dan perekonomian justru turut menentukan perkembangan kejahatan ekonomi itu sendiri. Mengenai hubungan dialektika antara perkembangan teknologi dan ekonomi di satu sisi dengan perkembangan kejahatan ekonomi, Bakat Purwanto mengemukakan bahwa: Perkembangan IPTEK tersebut akan memacu pertumbuhan jenis-jenis kejahatan tertentu. Karena setiap perkembangan budaya manusia selalu diikuti dengan perkembangan kriminalitas, crime is a shadow of civilization. Hukum pidana harus mengikuti perkembangan kriminalitas itu, sehingga diharapkan rasa keadilan dalam masyarakat dapat dijamin serta hukum tidak ketinggalan jaman. Bahkan hukum harus dapat mencegah dan mengatasi kejahatan-kejahatan yang bakal muncul. 11 Tindak kejahatan bisnis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang dilakukan oleh pihak-pihak yang secara profesional menjadi bagian dari kegiatan ekonomi (produksi, distribusi, konsumsi dll), namun pelaksanaannya dengan caracara yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kegiatan ekonomi membutuhkan keberadaan berbagai profesi, seperti pengusaha, buruh/karyawan, konsultan, distributor dan masih banyak lagi profesi terkait dengan kegiatan ekonomi. Pelaksanaan berbagai profesi dalam kegiatan ekonomi idealnya harus dilengkapi dengan suatu kode etik profesi yang dapat meluhurkan profesi tersebut Bakat Purwanto, Bentuk-bentuk Kejahatan Baru Akibat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Makalah pada seminar tentang White Collar Crime dan Perkembangan IPTEK, BPHN, Jakarta, 1994, hlm Iza Fadri, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Ekonomi Di Indonesia, Jurnal Hukum No. 3 Vol. 17 Juli 2010, hlm
11 273 III. KESIMPULAN Kejahatan dibidang transaksi perbankan merupakan salah satu bentuk kejahatan bisnis yang yang tidak terlepas dari pelanggaran terhadap etika-etika bisnis dengan tujuan untuk kepentingan pribadi atau sekelompok orang. Ragam cara yang memudahkan transaksi perbankan disikapi oleh sebagian pelaku kejahatan sebagai peluang untuk melakukan kejahatan secara lebih variatif. Hal ini sudah barang tentu merupakan tantangan tersendiri dalam penegakan hukum, sehubungan dengan hal tersebut, aparat penegak hukum dituntut untuk memiliki kemampuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi agar jangan sampai kejahatan perbankan terus berkembang seiring perkembangan teknologi sementara aparat penegak hukum belum mempunyai kesiapan dalam sumber daya dan kemampuannya.
12 274 DAFTAR PUSTAKA A. Buku. Gunawan,Widjaja, Transplantasi Trust, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, Sutiarnota, Tantangan dan Peluang Investasi Asing Di Indonesia, Pustaka Bangsa Press Medan, Romli Atmasasmita, Pengantar Hukum Kejahatan Bisnis, Prenada Media, Jakarta, I.S Susanto, Kriminologi, Genta Publishing, Yogyakarta, B. Peraturan Perundang-Undangan. Undang-Undang Dasar 1945, Undang-Undang Perbankan Nomor 8 Tahun Undang-Undang ITE Nomor 11 Tahun C. Internet, Makalah. Ahmad Fuad, Penegakan Hukum dan Upaya Pencegahan Terhadap Kejahatan Perbankan, Makalah, Seminar Nasional SEMA-STHB, Bandung, 16 Juni Dhaniswara K. Harjono, Aspek Hukum Dalam Bisnis, dikutip dari Dwidja Priyatno, Tindak Pidana Perbankan, Makalah, Seminar Nasional SEMA- STHB, Bandung, 16 Juni Bakat Purwanto, Bentuk-bentuk Kejahatan Baru Akibat Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Makalah pada seminar tentang White Collar Crime dan Perkembangan IPTEK, BPHN, Jakarta, Iza Fadri, Kebijakan Kriminal Penanggulangan Tindak Pidana Ekonomi Di Indonesia, Dikutip Dari Jurnal Hukum No. 3 Vol. 17 Juli 2010.
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi
Lebih terperinciTENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi yang ditunjang dengan kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah menyebarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dewasa ini begitu pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam kemajuan suatu
Lebih terperinciMakalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN
Makalah Kejahatan E-Commerce "Kasus Penipuan Online" Nama : Indra Gunawan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi komputer, telekomunikasi dan informasi telah berkembang sangat pesat
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 17/3/PBI/2015 TENTANG KEWAJIBAN PENGGUNAAN RUPIAH DI WILAYAH NEGARA KESATUAN REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. sependapat dalam buku Bunga Rampai Hukum Ekonomi Dan Hukum
1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Bank adalah salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peran sangat besar dalam perekonomian, dimana peranan Bank adalah sebagai penyimpan dana dan penyalur dana. Peran
Lebih terperinciANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG-
62 BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) DIHUBUNGKAN DENGAN PASAL 363 AYAT (5) KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA (KUHP) JUNCTO UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tindak pidana pencucian uang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencucian uang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian diubah melaui Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi saat ini semakin berkembang dan berdampak terhadap perilaku sosial masyarakat, termasuk juga perkembangan jenis kejahatan di dalamnya.
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciSiapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime?
Siapa Perlu Peduli Ancaman Cybercrime? Oleh: Mas Wigrantoro Roes Setiyadi*) Kelompok Kerja e-security, suatu unit aktivitas di dalam wadah Organisasi Kerjasama Ekonomi Asia Pacific (APEC) kembali menggelar
Lebih terperinciPENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016
PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA KORPORASI PERBANKAN DENGAN PERMA NO. 13 TAHUN 2016 Syapri Chan, S.H., M.Hum. Fakultas Hukum Universitas Al-Azhar Medan E-mail : syapri.lawyer@gmail.com Abstrak Korporasi
Lebih terperinciWaspadai Penipuan Bermodus Phishing
Waspadai Penipuan Bermodus Phishing Apa itu phishing? Phishing adalah tindakan memperoleh informasi pribadi seperti User ID, PIN, nomor rekening bank, nomor kartu kredit Anda secara tidak sah dengan tujuan
Lebih terperinciCyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan
CYBER CRIME Cyber Crime : Sebuah Evolusi Kejahatan Jenis kejahatan konvensional : Kejahatan kerah biru (blue collar crime) Pencurian, penipuan, pembunuhan Kejahatan kerah putih (white collar crime) Kejahatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Para ahli Teknologi Informasi pada tahun 1990-an, antara lain Kyoto Ziunkey, mengatakan bahwa Teknologi Informasi semakin dibutuhkan dalam kehidupan manusia, dan
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciMuhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!
Nama : Muhammad Nur Jamaluddin NPM : 151000126 Kelas : O Mata Kuliah : Money Laundering Crime Dosen : Maman Budiman, S.H.,M.H. Jawablah pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan pencucian uang?
Lebih terperinciMewaspadai Penipuan Berkedok Phising
Mewaspadai Penipuan Berkedok Phising Oleh: Mochammad Firdaus Agung Penipuan melalui teknik Phising merupakan kasus penipuan yang tergolong paling banyak ditemui pada saat ini. Phising merupakan kegiatan
Lebih terperinciSYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY
SYARAT DAN KETENTUAN NOBUPAY DEFINISI 1. Bank adalah PT Bank Nationalnobu Tbk. 2. Aplikasi NobuPay adalah aplikasi yang dapat diakses melalui smartphone atau sarana lainnya yang akan ditentukan Bank kemudian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia yang semakin menyatu dan meningkatnya interdependensi global seperti sekarang telah membuat sistem perekonomian nasional kita
Lebih terperinciPENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Kedua, Tipologi Pencucian Uang Tujuan Modul bagian kedua yaitu Tipologi bertujuan untuk menjelaskan: a. Apa saja tipologi
Lebih terperinciBAB IV UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK. A. Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Yang Mengalami
BAB IV ANALISIS HUKUM MENGENAI ELECTRONIC BILL PRESENTMENT AND PAYMENT DIHUBUNGKAN DENGAN BUKU III BW JUNCTO UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK A. Perlindungan
Lebih terperinciFathirma ruf
Pandangan hukum dan analisa kasus pada tindak kejahatan komputer (black market) Disusun untuk memenuhi tugas ke IV, MK. Kejahatan Komputer (Dosen Pengampu : Yudi Prayudi, S.Si, M.Kom) Fathirma ruf 13917213
Lebih terperinciWaspadai Penipuan Bermodus Phishing. Apa itu phishing? Bagaimana phishing dilakukan?
Waspadai Penipuan Bermodus Phishing Hati-hati jika Anda akan mereply e-mail yang meminta informasi tentang rekening Anda, seperti User ID, PIN, nomor rekening/nomor kartu ATM, atau pemberitahuan untuk
Lebih terperinciMengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA
Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT
Lebih terperinciRethinking Corporate Crime
Rethinking Corporate Crime James Gobert Maurice Punch 1. Pengantar dan Latar Belakang Korporasi sebagai alat yang sangat luar biasa untuk memperoleh keuntungan pribadi tanpa perlu adannya pertanggung jawaban.
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)
BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) 2.1. Pengertian Menurut Iman Sjahputra, SH,CN,LL.M, dalam bukunya Money Laundering Suatu Pengantar, Money Laundering adalah kejahatan yang berupaya
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciPencegahan dan Penanganan Kejahatan. Pada Layanan Perbankan Elektronik. Ronald Waas 1
Pencegahan dan Penanganan Kejahatan Pada Layanan Perbankan Elektronik Ronald Waas 1 Yang saya banggakan, Ketua Umum dan Jajaran Pengurus Asosiasi Sistem Pembayaran Indonesia, Para Pembicara dari Bank Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. profesional agar tidak tergeser oleh pesaing di sektor serupa.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi menjadikan kebutuhan masyarakat semakin kompleks dan beragam serta mendorong pola pikir masyarakat untuk lebih kritis dan selektif dalam memilih
Lebih terperinciNo. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA
No. 14/ 25 /DPbS Jakarta, 12 September 2012 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Bank Syariah
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kejahatan kerah putih (white collar crime) merupakan kejahatan yang dilakukan oleh pejabat pejabat eksekutif. Indonesia baru memandang kejahatan white collar
Lebih terperinciNo.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA
No.13/ 8 /DPNP Jakarta, 28 Maret 2011 S U R A T E D A R A N Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA Perihal : Uji Kemampuan dan Kepatutan (Fit and Proper Test) Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia
Lebih terperinci1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan
Lebih terperinciTINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
TINJAUAN YURIDIS PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id
Lebih terperinciCYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM
CYBER CRIME: PENGGUNAAN SKIMMER TERHADAP PEMBOBOLAN ATM DEWI MUSTARI mustaridewi@yahoo.com Program Studi Teknik Informatika Fakultas Teknik, Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indraprasta
Lebih terperinciINFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS
INFORMATION SYSTEM AND SOCIAL ETHICS Chapter 5 Management Information Systems, 10th Edition, Raymond McLeod,Jr, George P. Schell, Pearson Education Pokok Bahasan Hubungan SI dengan isu-isu etika dan sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. istilah pencucian uang. Sutan Remi Sjahdeini menggaris bawahi, dewasa ini
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencucian uang atau yang lebih dikenal dengan istilah money laundering merupakan istilah yang sering didengar dari berbagai media massa, oleh sebab itu
Lebih terperinci- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 12 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN WILAYAH JARINGAN KANTOR BANK PERKREDITAN RAKYAT BERDASARKAN MODAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu secara terus menerus ditingkatkan
Lebih terperinciAdministrative Policy Bahasa Indonesian translation from English original
Tata Tertib Semua unit Misi KONE adalah untuk meningkatkan arus pergerakan kehidupan perkotaan. Visi kita adalah untuk Memberikan pengalaman terbaik arus pergerakan manusia, menyediakan kemudahan, efektivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara
Lebih terperincicrime dalam bentuk phising yang pernah terjadi di Indonesia ini cukup
BAB IV ANALISIS TERH}ADAP CYBER CRIME DALAM BENTUK PHISING DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK PERSPEKTIF HUKUM PIDANA ISLAM A. Analisis Cara Melakukan Kejahatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Era modernisasi saat ini, kejahatan sering melanda disekitar lingkungan Masyarakat dan sebagaian Masyarakat merasa dirugikan oleh pihak yang berbuat kejahatan tersebut,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN I. UMUM Pasal 4 UU OJK menyebutkan bahwa
Lebih terperinciBAB I BAB I PENDAHULUAN
BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Saat ini perkembangan pemanfaatan teknologi internet untuk melakukan transaksi bisnis di Indonesia telah maju dengan pesat, dimana trend ini terlihat dengan
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR: 1/POJK.07/2013 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciMENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA. Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat
MENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Abstrak Pencucian uang merupakan metode
Lebih terperinciPeranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas
Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas Abstrak: Tindak Pidana pencucian uang marak dilakukan oleh para koruptor untuk menjadikan harta
Lebih terperinciTIPS PENGAMANAN TRANSAKSI
TIPS PENGAMANAN TRANSAKSI Setelah beredarnya berita mengenai penipuan transaksi melalui channel Internet Banking yang menerpa beberapa Nasabah Bank di Indonesia, ada baiknya Anda para Nasabah BNI untuk
Lebih terperinciCYBER LAW & CYBER CRIME
CYBER LAW & CYBER CRIME Di susun Oleh: Erni Dwi Larasati ( 18120251 ) Desi Nur Anggraini ( 12129972 ) Kelas: 12.4B.04 DEFINISI CYBER CRIME Cybercrime merupakan bentik-bentuk kejahatan yang timbul karena
Lebih terperinciBAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER)
45 BAB III PENCURIAN DANA NASABAH BANK MELALUI MODUS PENGGANDAAN KARTU ATM (SKIMMER) A. Pihak-Pihak Yang Terkait Pencurian Dana Nasabah Bank Melalui Modus Skimmer Masyarakat kini telah semakin banyak memanfaatkan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN
OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA ALTERNATIF PENYELESAIAN SENGKETA DI SEKTOR JASA KEUANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinci-1- LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG
-1- LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 57 /SEOJK.04/2017 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI CALON PIHAK UTAMA PERUSAHAAN EFEK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA SEBAGAI PENJAMIN
Lebih terperinciUsulan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Pasal Ayat Batang Tubuh Penjelasan
BAB I KETENTUAN UMUM 1 Dalam Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini yang dimaksud dengan: 1 Bank Perkreditan Rakyat yang selanjutnya disingkat BPR adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional
Lebih terperinciKODE ETIK GLOBAL TAKEDA
KODE ETIK GLOBAL TAKEDA Pendahuluan Prinsip-prinsip Dasar dan Penerapannya Sudah merupakan komitmen kuat Takeda Pharmaceutical Company Limited dan semua perusahaan yang terafiliasi (secara bersama-sama,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.
Lebih terperinciPerpustakaan LAFAI
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam. Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas
BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN 1. Tanggung Jawab Bank Dan Oknum Pegawai Bank Dalam Terjadinya Kerugian Nasabah Akibat Transfer Dana Secara Melawan Hukum Dengan Modus Transfer Dana Melalui Fasilitas Sms Banking
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK
Lebih terperinciBAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA
BAB II PERATURAN-PERATURAN HUKUM YANG BERKAITAN DENGAN TINDAK PIDANA PEMALSUAN UANG DI INDONESIA Salah satu usaha penanggulangan kejahatan ialah menggunakan hukum pidana dengan sanksinya yang berupa pidana.
Lebih terperinci- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan
Lebih terperinciYth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
Lebih terperinciI. UMUM. Perubahan dalam Undang-Undang ini antara lain meliputi:
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Perkembangan dan kemajuan ilmu
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608]
UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1995 TENTANG PASAR MODAL [LN 1995/64, TLN 3608] BAB XV KETENTUAN PIDANA Pasal 103 (1) Setiap Pihak yang melakukan kegiatan di Pasar Modal tanpa izin, persetujuan, atau pendaftaran
Lebih terperinci- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,
- 1 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 43 /POJK.04/2015 TENTANG PEDOMAN PERILAKU MANAJER INVESTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER
Lebih terperinciUU No. 8/1995 : Pasar Modal
UU No. 8/1995 : Pasar Modal BAB1 KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1 Afiliasi adalah: hubungan keluarga karena perkawinan dan keturunan sampai derajat a. kedua, baik
Lebih terperinciKode Etik Insinyur (Etika Profesi)
Kode Etik Insinyur (Etika Profesi) Dewan Akreditasi Rekayasa dan Teknologi (ABET) Kode Etik Insinyur ATAS DASAR PRINSIP Insinyur menegakkan dan memajukan integritas, kehormatan dan martabat profesi engineering
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. pembiayaan atau pembayaran baik dalam menghimpun dana maupun lembaga. yang melancarkan arus uang dari masyarakat.
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Bank Sebagai lembaga keuangan yang dipercaya masyarakat,bak merupakan perusahaan yang sangat penting yang dapat menunjang keseluruhan program pembiayaan
Lebih terperinciOleh: R.Caesalino Wahyu Putra IGN.Parikesit Widiatedja Bagian Hukum Pidana, Fakultas Hukum, Universitas Udayana
PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KORBAN PENCURIAN INFORMASI PRIBADI MELALUI DUNIA CYBER DITINJAU DARI UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK (UU ITE) Oleh: R.Caesalino Wahyu
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENELUSURAN HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN 1 Yenti Garnasih 2
OPTIMALISASI PENELUSURAN HASIL TINDAK PIDANA PERBANKAN 1 Yenti Garnasih 2 1. Kejahatan perbankan hampir selalu melibatkan orang dalam. Pembobolan bank atau kejahatan perbankan yang terjadi di Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai macam usaha agar bisnis yang dikelolanya dapat tetap bertahan. Para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan kemajuan teknologi dan perkembangan perekonomian dalam era globalisasi telah membuat persaingan didunia bisnis semakin ketat, hal ini semakin
Lebih terperinciPemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL DAN KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah Republik Indonesia
Lebih terperinciWaspadai Bahaya Phising!! Waspadai Malware, Virus/Worm, Trojan & Spyware. Tips Transaksi Aman di BNI Internet Banking. Tips Transaksi Aman di BNI ATM
TIPS PENGAMANAN TRANSAKSI Setelah beredarnya berita mengenai penipuan transaksi melalui channel Internet Banking yang menerpa beberapa Nasabah Bank di Indonesia, ada baiknya Anda para Nasabah BNI untuk
Lebih terperinciNo. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN. Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
No. 17/ 11 /DKSP Jakarta, 1 Juni 2015 SURAT EDARAN Perihal : Kewajiban Penggunaan Rupiah di Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia Sehubungan dengan berlakunya Peraturan Bank Indonesia Nomor 17/3/PBI/2015
Lebih terperinciNCB Interpol Indonesia - Fenomena Kejahatan Penipuan Internet dalam Kajian Hukum Republik Indonesia Wednesday, 02 January :00
There are no translations available. Oleh: Ny. JUSRIDA TARA, SH., M.Hum. I. PENDAHULUAN Teknologi informasi dan komunikasi terus berkembang seiring dengan perkembangan pola berfikir umat manusia sebagai
Lebih terperinciPOTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1
POTENSI KEJAHATAN KORPORASI OLEH LEMBAGA PEMBIAYAAN DALAM JUAL BELI KENDARAAN SECARA KREDIT Oleh I Nyoman Gede Remaja 1 Abstrak: Klausula perjanjian dalam pembiayaan yang sudah ditentukan terlebih dahulu
Lebih terperinciBAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO
BAB II DESKRIPSI PT BANK INDEX SELINDO 2.1. Sejarah Singkat Perusahaan Bank Index adalah Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) didirikan di Jakarta pada tanggal 30 Juli 1992, dan mulai resmi beroperasi dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindak pidana kejahatan dari hari ke hari semakin beragam. Tindak pidana kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan pemberi layanan perbankan bagi masyarakat. Bank merupakan suatu lembaga keuangan yang ada di Indonesia.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini persaingan didalam aktivitas bisnis merupakan suatu fenomena yang sangat komplek karena mencakup berbagai macam bidang yang ada, baik itu dalam
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661]
UNDANG-UNDANG NOMOR 17 TAHUN 2006 TENTANG KEPABEANAN [LN 2006/93, TLN 4661] Pasal 102 Setiap orang yang: a. mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal
Lebih terperinciPENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih
PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG Oleh : Yenti Garnasih ABSTRAK Perkara kejahatan perbankan yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 16/ 15 /PBI/2014 TENTANG KEGIATAN USAHA PENUKARAN VALUTA ASING BUKAN BANK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. b. c. d. bahwa penyelenggara
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 8/28/PBI/2006 TENTANG KEGIATAN USAHA PENGIRIMAN UANG GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa saat ini jumlah transaksi maupun nilai nominal pengiriman uang baik di
Lebih terperinci2017, No Otoritas Jasa Keuangan mempunyai wewenang untuk melakukan pengawasan, pemeriksaan, penyidikan, perlindungan konsumen, dan tindakan lain
No.62, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEUANGAN OJK. Akuntan Publik. Jasa Keuangan. Penggunaan. Pencabutan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6036) PERATURAN OTORITAS
Lebih terperinciSALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /SEOJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA BANK UMUM BERDASARKAN MODAL INTI Sehubungan dengan Peraturan Otoritas
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 T E N T A N G PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pelaksanaan tugas dan
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA,
- 1- PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 2/ 27 /PBI/2000 TENTANG BANK UMUM GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam menghadapi perkembangan perekonomian nasional yang mengalami perubahan yang cepat
Lebih terperinci(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia)
(Disampaikan oleh Direktorat Hukum Bank Indonesia) A. Pendahuluan Saat ini pemanfaatan teknologi informasi merupakan bagian penting dari hampir seluruh aktivitas masyarakat. Bahkan di dunia perbankan dimana
Lebih terperinciPERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA,
PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 6/1/PBI/2004 TENTANG PEDAGANG VALUTA ASING GUBERNUR BANK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam upaya turut memelihara dan mendukung pencapaian stabilisasi nilai rupiah,
Lebih terperinciKEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE- 62/PJ/2013 TENTANG PENEGASAN KETENTUAN PERPAJAKAN ATAS TRANSAKSI E-COMMERCE MODEL
Lebih terperinci- 1 - FORMULIR 1 PERMOHONAN PENDAFTARAN PENYELENGGARA
- 1 - FORMULIR 1 PERMOHONAN PENDAFTARAN PENYELENGGARA Nomor :......,... 20... Lampiran :... Perihal : Permohonan Pendaftaran Penyelenggaraan Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi Kepada
Lebih terperinciPENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR
PENEGAKAN HUKUM KEJAHATAN DUNIA MAYA (CYBERCRIME) YANG DILAKUKAN ANAK DI BAWAH UMUR Oleh Bayu Anggara I Nyoman Darmadha Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT The unlimited use
Lebih terperinciN. Tri Suswanto Saptadi. Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar. 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 2
N. Tri Suswanto Saptadi Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknologi Informasi Universitas Atma Jaya Makassar 3/19/2015 nts/epk/ti-uajm 1 Bahan Kajian Jenis-jenis ancaman (threats) melalui IT, Kasus-kasus
Lebih terperinci