BAB I PENDAHULUAN. pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam
|
|
- Sucianty Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dewasa ini begitu pesat. Ilmu pengetahuan dan teknologi memegang peranan penting dalam kemajuan suatu bangsa atau negara. Hampir semua aspek kehidupan masyarakat di dalam suatu negara maupun masyarakat global telah dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan dan teknologi. Sebagai contoh misalnya, aspek ekonomi, sosial, budaya, politik dan hukum, yang tidak bisa lepas dari perkembangan iptek. Dalam perkembangannya iptek memiliki dua sisi, yaitu dampak positif dan dampak negatif. Dari sisi positif perkembangan iptek yang memberikan manfaataat bagi masyarakat atau negara, sedangkan sisi negatifnya dapat mendatangkan kemudaratan bagi banyak orang apabila disalahgunakan. Jadi perkembangan teknologi tidak selamanya mendatangkan manfaat bagi banyak orang. Hal ini tergantung dari maksud dan tujuan penggunaannya. Demi kemajuan suatu bangsa, tentunya hal yang perlu dihindari dari perkembangan iptek ialah dampak negatif yang timbulkan. Hal ini menjadi penting karena dampak negatif sangatlah merugikan. Sebagai contoh misalnya seiring berkembangnya iptek, mengakibatkan munculnya bentuk kejahatan dalam dimensi baru dalam suatu negara atau bahkan dalam skala yang lebih luas lagi (internasional).
2 2 Salah satu kejahatan yang muncul dan berkembang seiring perkembangan iptek adalah kejahatan pencucian uang (money laundering). Kejahatan pencucian uang dalam perkembangannya telah menggunakan modus operandi yang sangat variatif, terorganisasi (organized crime), lintas negara (transnational crime), dan melibatkan korporasi sebagai pelaku (corporate crime). Bahkan dengan kemajuan teknologi informasi, kejahatan pencucian uang ini dapat menjadi salah satu bentuk dari kejahatan dunia maya (cyber crime). 1 Kejahatan ini juga termasuk kejahatan korporasi (corporate crime), karena tidak jarang melibatkan korporasi sebagai pelaku. Korporasi yang dimaksudkan disini tidak hanya korporasi di bidang usaha, melainkan korporasi dalam arti luas. Dilihat dari pelakunya, kejahatan ini termasuk kategori kejahatan kerah putih (white collar crime), karena dilakukan oleh orang-orang yang berpendidikan dan berstatus sosial tinggi. Modus operandi yang paling sering dan mudah dalam pelaksanaanya ialah dengan memanfaatkan sektor keuangan. Sektor keuangan dimaksud, lembaga keuangan seperti bank maupun non bank. Dengan menggunakan sarana lembaga keuangan, para pelaku mampu memasukan, memindahkan, mengeluarkan uang hasil dari berbagai kejahatan dalam waktu yang sangat singkat. Dampak dari kejahatan pencucian uang secara langsung tidak merugikan orang tertentu atau perusahaan tertentu. Sepintas lalu tampaknya pencucian uang 1 M. Arief Amrullah, 2004 (cetakan kedua), Tindak Pidana Pencucian Uang/Money Laundering, Bayumedia, Malang, hlm. 13.
3 3 tidak ada korbannya. Pencucian uang tidak seperti hal perampokan, pencurian atau pembunuhan yang ada korbannya dan yang menimbulkan kerugian bagi korbannya. 2 Menurut International Moneter Financial (IMF) dalam tulisan Vito Tanzi yang berjudul Money Laundering and International Financial Sistem (May 1996) berpotensi: (1) merugikan efektivitas ekonomi nasional dan melemahkan kebijakan ekonomi negara; (2) mendorong terjadinya korupsi di pasar keuangan dan menurunkan kepercayaan publik terhadap sistem keuangan internasional sehingga meningkatkan resiko dan ketidakstabilan sistem tersebut; (3) menurunkan tingkat pertumbuhan ekonomi. 3 Dari uraian di atas, kejahatan pencucian uang dampaknya tidak langsung dirasakan oleh orang perseorangan, tetapi apabila tidak ditanggulangi dampaknya mampu menggoyahkan stabilitas ekonomi, politik, hukum, budaya, serta aspek lainnya dalam suatu negara. Itu artinya bahwa kejahatan pencucian uang menimbulkan dampak yang sangat besar bagi masyarakat/negara. Tujuan melakukan pencucian uang ialah memberikan legitimasi pada dana yang diperoleh secara tidak sah (illicit funds). Dengan menggunakan cara tertentu membuat dana tersebut dapat bergerak dengan leluasa di masyarakat tanpa berakibat menghadapi resiko penyitaan (confiscation) atau memicu adanya 2 Sutan Remy Sjahdeini, 2004, Seluk Beluk Tindak Pidana Pencucian Uang Dan Pembiayaan Terorisme, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, hlm Philips Darwin, 2012, Money Laundering: Cara Memahami Dengan Tepat Dan Benar Soal Pencucian Uang, Sinar Ilmu, Tanpa Kota Penerbit, hlm. 30.
4 4 penangkapan serta tindakan hukum lainnya. 4 Dengan kata lain, pencucian uang dilakukan untuk melegalkan uang haram atau hasil kejahatan (proceeds of crime). Sebagai upaya untuk menanggulangi kejahatan pencucian uang, pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU). Setahun kemudian, Undang-Undang Nomor. 15 Tahun 2002 diubah dengan Undang-Undang No. 25 Tahun Dalam perkembangannya pun Undang-Undang Nomor. 25 tahun 2003, kemudian digantikan dengan Undang-Undang Nomor. 8 tahun 2010 Tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 5 Perubahan dan penggantian Undang-Undang dilakukan untuk kebutuhan dalam penegakan hukum yang lebih efektif lagi. Dalam kenyataan praktik pencucian uang tidaklah mudah dicegah dan diberantas. Hal ini dikarenakan, tindak pidana pencucian uang merupakan tindak pidana lanjutan (follow up crime). Dengan kata lain, jenis tindak pidana ini berhubungan dengan tindak pidana lainnya yang biasanya disebut tindak pidana asal (predicate crime) atau dengan istilah lain disebut predicate offence. Disebut tindak pidana asal karena tindak pidana tersebut lebih dahulu sebelum tindak pidana pencucian uang dilakukan. Hasil dari tindak pidana asal 4 Yenti Garnasih, 2003, Kriminalisasi Pencucian Uang (Money Laundering), Program Pascasarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Jakarta, hlm Bahwa Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 perlu disesuaikan dengan perkembangan kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar Internasional sehingga perlu diganti dengan Undang-Undang baru;
5 5 (proceeds of crime) 6 tersebut kemudian disamarkan sedemikian rupa dengan proses yang dikenal dengan istilah pencucian uang (money laundering). Di Indonesia, tindak pidana asal yang sering menjadi sorotan media dan menjadi fokus utama para aparat penegak hukum adalah tindak pidana korupsi. Tindak pidana korupsi adalah tindak pidana yang luar biasa (extra ordinary crime), sehingga dalam upaya penegakan hukumnya pun dibutuhkan upaya yang luar biasa. Hubungan antara tindak pidana korupsi dengan tindak pidana pencucian uang, merupakan hubungan berkelanjutan. Dikatakan demikian karena, hampir sebagian besar hasil dari tindak pidana korupsi berujung atau bermuara pada tindak pidana pencucian uang. Hal ini disebabkan pelaku korupsi (koruptor) untuk menghindari penyitaan terhadap hasil korupsinya, biasanya menyamarkan, menyembunyikan hasil tindak pidana tersebut dengan berbagai cara. Dengan kata lain diantara kedua jenis tindak pidana ini terdapat suatu pola hubungan yang berlanjut. Pola hubungan antara kedua jenis tindak pidana ini tersebut sekiranya dapatlah dikatakan sebagai hubungan yang pasti ada. Artinya dimana ada tindak pidana korupsi, pasti ada tindak pidana pencucian uang. Tidak hanya pola hubungan sinergis, diantara keduanya terdapat kesamaan dalam hal subjek tindak pidana. Kedua jenis tindak pidana ini menempatkan korporasi sebagai subjek 6 Hasil tindak pidana adalah Harta Kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana: korupsi; penyuapan; narkotika; psikotropika; penyeludupan tenaga kerja; penyeludupan migran; dibidang perbankan; dibidang pasar modal; dibidang pengasuransian; kepabeanan; cukai; perdagangan orang; perdagangan senjata gelap; terorisme; penculikan; pencurian; penggelapan; penipuan; pemalsuan uang; perjudian; prostitusi; dibidang perpajakan; dibidang kehutanan; dibidang kelautan dan perikanan; atau tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau lebih.
6 6 tindak pidana disamping manusia alamiah (natuurlijke persoon). Itu artinya selain manusia, korporasi juga dapat melakukan kedua jenis tindak pidana korupsi dan pencucian uang. Keberadaan korporasi sebagai subjek tindak pidana pencucian uang ditentukan dalam Pasal 1 ayat (9) Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang. Bunyi pasal tersebut menyatakan bahwa setiap orang adalah orang perseorangan atau korporasi. Selanjutnya dalam ayat (10) dinyatakan bahwa korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Pengertian korporasi tersebut, sama persis dengan pengertian korporasi dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 20 Tahun Definisi atau pengertian sebagaimana dimaksud dalam kedua undang-undang tersebut, sama dengan definisi korporasi dalam RUU KUHP Berdasarkan pengertian korporasi sebagaiamana dimaksud di atas, apabila diinterpretasikan secara gramatikal maka setiap kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum termasuk kategori korporasi. Dengan kata lain partai politik sebagai suatu 7 Pasal 182, Korporasi adalah kumpulan terorganisasi dari orang dan/atau kekayaan, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum.
7 7 organisasi nasional yang terorganisasi dan berbadan hukum, masuk dalam kategori korporasi. Pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2008, jo Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2011 tentang Partai politik, menyatakan bahwa partai politik harus didaftarkan ke Kementerian untuk menjadi badan hukum. Sebagai badan hukum yang diakui eksistensinya dalam lalu lintas pergaulan hukum, partai politik mempunyai hak dan kewajiban yang dilindungi oleh negara. Konsekuensi diakuinya partai politik sebagai pemegang hak dan kewajiban, maka partai politik dapat pula dipertanggungjawabkan secara hukum. Partai politik merupakan organisasi yang berorientasi pada kekuasaan, memiliki kedudukan strategis dalam sistem demokrasi. Dalam rangka memperoleh maupun mempertahankan kekuasaan, partai politik berkompetisi dalam pemilihan umum (pemilu). Pemilu yang dimaksud antara lain: pemilu legislatif, presiden dan wakil presiden, maupun kepala daerah (Provinsi, Kabupaten/Kota). Dengan kata lain, pemilu merupakan instrumen untuk memperoleh, mempertahankan kekuasaan. Selanjutnya, setelah memenangkan pemilu partai politik berhak untu mengisisi jabatan-jabatan tertentu dalam struktur pemerintahan (pusat/daerah). Jabatan-jabatan tersebut diisi oleh kader (calon yang memenangkan pemilu). Kemenangan partai politik dalam pemilu, melegitimasi penguasaan atas jabatanjabatan tersebut berdasarkan ketentuan perundang-undangan. Melalui orang-orang
8 8 yang menduduki jabatan itulah partai politik menjalankan semua program partai yang telah disusun sebelumnya menjadi program atau kebijakan pemerintah. Namun dalam menjalankan pemerintahan, kenyataannya banyak terjadi penyalahgunaan wewenang (abuse of power) yang dilakukan oleh para pemangku kebijakan yang berasal dari partai politik. Hal ini terlihat jelas dari banyaknya para pejabat yang berasal dari partai politik tertentu terlibat dalam pelanggaran hukum (tindak pidana korupsi). Hampir sebagian besar kasus korupsi yang sudah diputus maupun yang masih ditangani oleh aparat penegak hukum di pusat maupun daerah melibatkan kader-kader partai politik tertentu. Bahkan dalam beberapa kasus, tidak tanggung-tanggung melibatkan pucuk pimpinan partai politik itu sendiri. Misalnya kasus sapi impor yang melibatkan presiden PKS, kasus Hambalang yang melibatkan beberapa petinggi Demokrat. Walaupun hampir sebagian besar kasus korupsi dilatar belakangi dengan motif menguntungkan pribadi, tetapi tidak menuntup kemungkinan sebagian dari hasil korupsi tersebut dimaksudkan untuk menguntungkan orang lain atau bahkan korporasi. Dalam hal inilah partai politik sebagai organisasi dimana para koruptor tersebut berasal sangat rentan dengan aliran dana hasil korupsi yang dilakukan oleh para kadernya. Aliran dana tersebut bisa dalam bentuk iuaran anggota, atau sumbangan dalam bentuk lainnya. Bahkan tidak menutup kemungkinan aliran dana hasil tindak pidana korupsi berasal dari donatur yang merupakan rekanan
9 9 partai politik, misalnya pengusaha yang terlibat dalam korupsi dalam proyek pemerintah. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa partai politik saat ini sangat bergantung pada sumber daya keuangan untuk membiayai setiap program partai. Oleh karena itu tidaklah heran kalau partai politik saat ini berlomba-lomba menggandengan para pengusaha untuk dijadikan sebagai donatur atau bahkan diajak terjun langsung ke panggung politik sebagai anggota partai. Terkait hal demikian, berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, sebagai badan hukum partai politik dapat dipertanggungjawabkan. Sebagaimana diketahui bahwa dalam tindak pidana pencucian uang mengenal korporasi sebagai subjek tindak pidana disamping manusia. korporasi adalah kumpulan orang dan/atau kekayaan yang terorganisasi, baik merupakan badan hukum maupun bukan badan hukum. Dengan kata lain partai politik dapat dikategorikan sebagai korporasi. Namun demikian yang menjadi permasalahan ialah bagaimana pertanggungjawaban partai politik dalam kedudukannya sebagai korporasi dalam tindak pidana pencucian uang. Hal ini mengingat konsep korporasi yang dianut dalam undang-undang tindak pidana pencucian uang sangatlah luas. Oleh karena itu untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana partai politik sebagai korporasi, perlu diuraikan berdasarkan 5 (lima) parameter pertanggungjawaban pidana korporasi.
10 10 Kelima parameter tersebut antara lain, apa yang dimaksud dengan korporasi, kapan korporasi dianggap melakukan tindak pidana pencucian uang, siapa saja yang dipertanggungjawabkan dalam tindak pidana yang dilakukan oleh korporasi, bagaimana mempertanggungjawabkannya, serta sanksi pidana apa saja yang dapat dijatuhkan terhadap korporasi. Dengan demikian, penelitian ini sejatinya dilakukan untuk menganalisis pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian uang dalam kedudukannya sebagai korporasi. Analisis dilakukan berdasarkan teori-teori pertanggungjawaban pidana korporasi, dengan tetap mengacuh pada ketentuan peraturan perundang-undangan yang ada. Oleh karena itu, untuk memudahkan dalam penelitian dan pembahasan nantinya, maka penelitian ini diberi judul Pertanggungjawaban Pidana Partai Politik Dalam Tindak Pidana Pencucian Uang B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan tersebut diatas, maka rumusan masalahnya sebagai berikut: 1. Bagaimanakah formulasi pengaturan pertanggungjawaban pidana partai politik dalam Tindak Pidana Pencucian Uang? 2. Bagaimanakah pertanggungjawaban pidana partai politik menurut Undang- Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang?
11 11 3. Bagaimanakah reformulasi pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian uang yang ideal di masa yang akan datang? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui formulasi pengaturan pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian uang. 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban pidana partai politik menurut Undang- Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. 3. Untuk mengetahui reformulasi pertanggungjawaban partai politik dalam tindak pidana pencucian uang yang ideal di masa yang akan datang. D. Manfaat Penelitian Adapun hasil penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat akademik terhadap pengembangan ilmu pengetahuan hukum, khususnya bidang hukum pidana sebagai referensi dalam penelitian lanjutan oleh peneliti lainnya; 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para praktisi (penegak hukum) dalam rangka penegakan hukum, dan juga kepada orang-
12 12 orang partai politik dalam upaya pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang di Indonesia, khususnya dalam kaitannya dengan partai politik. E. Keaslian Penelitian Berdasarkan penelusuran referensi dari hasil penulisan tesis dan hasil penelitian lainnya pada perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, belum ditemukan karya ilmiah dengan permasalahan yang sama dengan penelitian ini. Namun demikian penulis menemukan beberapa karya ilmiah yang mengkaji beberapa topik yang terkait dengan penelitian ini, akan tetapi berbeda dalam hal pengkajian masalah. Adapun beberapa karya ilmiah tersebut sebagai berikut: 1. Alit Amarta Adi, 2012, Politik Hukum Pengaturan Keuangan Partai Politik di Indonesia. 8 Dengan rumusan masalah dalam penelitiannya antara lain: Bagaimanakah regulasi keuangan partai politik di Indonesia?. Hal-hal apa saja yang seharusnya diatur dalam hukum keuangan partai politik?. Bagaimanakah sebaiknya model pengaturan keuangan partai politik yang ideal di Indonesia?. Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang diangkat oleh Alit Amarta Adi dalam penelitiannya, pada intinya penelitian tersebut mengkaji tentang politik hukum keuangan partai politik. Penelitian yang penulis lakukan adalah mengkaji tentang pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian 8 Alit Amarta Adi, 2012, Politik Hukum Pengaturan Keuangan Partai Politik di Indonesia, Tesis, Magister Ilmu Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
13 13 uang. Dari rumusan masalah tidak ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Alit Amarta Adi. 2. Tri Basuki Raharjo 9, 2009, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Perpajakan. Dengan rumusan masalah dalam penelitiannya antara lain: Bagaimanakah sistem pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana perpajakan?. Siapa yang bertanggungjawab dalam hal korporasi melakukan tindak pidana perpajakan?. Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang diangkat oleh Tri Basuki Raharjo dalam penelitiannya, pada intinya penelitian tersebut mengkaji tentang pertanggungjawaban pidana korporasi dalam tindak pidana perpajakan. Penelitian yang penulis lakukan mengkaji tentang pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian uang. Rumusan masalahnya pun tidak ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Tri Basuki Raharjo. 3. Esti Kusumastuti 10, 2007, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kejahatan Terkait Dengan Proses Penyelesaian Kepailitan (studi kasus antara PT Alam Multi sari dan PT Alam Raya Sewing Machine & Electronic Industri). Dengan rumusan masalah dalam penelitianya antara lain: Bagaimana tanggung jawab pidana korporasi yang melakukan 9 Tri Basuki Raharjo, 2009, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Tindak Pidana Perpajakan. Tesis, Magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 10 Esti Kusumastuti, 2007, Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Kejahatan Terkait Proses Penyelesaian Kepailitan (studi kasus antara PT. Alam Multi Sari dan PT. Alam Raya Sewing Machine & Electronic Industrie), Tesis, Magister Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.
14 14 kejahatan yang terkait dengan proses penyelesaian kepailitan?. Bagaimana cara PT Alam Raya Sewing Machine & Electronic Industrie dan PT Alam Multi Sari melakukan kejahatan yang terkait dengan proses penyelesaian kepailitan berdasarkan kasus antara PT tempo Utama Finance dengan PT Alam Raya Sewing Machine & Electronic Industrie dan PT Alam Multi Sari?. Berdasarkan judul dan rumusan masalah yang diangkat oleh Esti Kusumastuti dalam penelitiannya, pada intinya penelitian tersebut mengkaji tentang pertanggungjawaban pidana korporasi dalam proses kepailitan. Penelitian yang penulis lakukan mengkaji tentang pertanggungjawaban pidana partai politik dalam tindak pidana pencucian uang. Rumusan masalahnya pun tidak ada kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh saudara Esti Kusumastuti. Dari ketiga karya ilmiah di atas, ternyata tidak terdapat adanya kesamaan judul dan/atau permasalahan penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan penelitian ini belum pernah dilakukan penelitian sebelumnya. Oleh karena itu penelitian yang penulis lakukan bukan merupakan karya ilmiah orang lain (plagiasi) dan keasliannya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
BAB I PENDAHULUAN. bermanfaat (memberikan manfaat bagi pertumbuhan ekonomi), sedangkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kehadiran korporasi dalam era globalisasi dan perekonomian bebas dewasa ini dapat diibaratkan seperti pedang bermata dua. Disatu sisi dapat bermanfaat
Lebih terperinciRANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN
RANCANGAN LAPORAN SINGKAT RAPAT PANJA KOMISI III DPR-RI DENGAN KEPALA BADAN PEMBINAAN HUKUM NASIONAL (BPHN) DALAM RANGKA PEMBAHASAN DIM RUU TENTANG KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PIDANA ---------------------------------------------------
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah
9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan di bidang pengetahuan dan teknologi yang ditunjang dengan kemajuan di bidang komunikasi dan informasi dalan era globalisasi ini telah menyebarkan
Lebih terperinci1.4. Modul Mengenai Pengaturan Pemberantasan Pencucian Uang Di Indonesia
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Keempat. Pengaturan Pencegahan dan Pemberantasan Pencucian Uang di Indonesia Tujuan Modul bagian keempat yaitu Pengaturan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana korupsi yang diikuti dengan Tindak pidana pencucian uang yang terjadi dewasa ini telah terjadi secara meluas di segala segi kehidupan birokrasi negara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di Indonesia dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di Indonesia dalam rangka memerangi tindak pidana pencucian uang dibentuk Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perorangan saja, akan tetapi juga bisa terdapat pada instansi-instansi swasta dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan perekonomian dunia yang semakin menyatu dan meningkatnya interdependensi global seperti sekarang telah membuat sistem perekonomian nasional kita
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut :
1 BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan pembahasan atas permasalahan yang diajukan dalam tesis dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Bahwa konsep Korporasi sebagai subyek tindak pidana telah dirumuskan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Adi, Riyanto, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta
136 A. Buku DAFTAR PUSTAKA Adi, Riyanto, 2004, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta Ali, Mahrus, 2008, Kejahatan Korporasi, Arti Bumi Intaran, Yogyakarta Arief, Barda Nawawi, 1994, Kebijakan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciNOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG. Oleh : Yenti Garnasih
PENANGANAN KEJAHATAN ALIRAN DANA PERBANKAN, KORUPSI DAN PENCUCIAN UANG Oleh : Yenti Garnasih ABSTRAK Perkara kejahatan perbankan yang sangat penting dilakukan adalah bagaimana upaya pengembalian uang hasil
Lebih terperinciTENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciKEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA. Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2. Abstrak
KEBIJAKAN HUKUM PIDANA DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI PENGADAAN BARANG DAN JASA Nisa Yulianingsih 1, R.B. Sularto 2 Abstrak Penelitian ini mengkaji mengenai kebijakan hukum pidana terutama kebijakan formulasi
Lebih terperinciMENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA. Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat
MENGENALI PROSES PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) DARI HASIL TINDAK PIDANA Oleh: Muhammad Fuat Widyaiswara Utama pada Pusat Pendidikan dan Pelatihan Pengawasan BPKP Abstrak Pencucian uang merupakan metode
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI PADA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)
PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI PADA TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) Oleh: S. SERBABAGUS, S.H., M.H. Fakultas Hukum, Universitas Islam Darul Ulum Lamongan E-mail: serbabagusmh@gmail.com Abstrak
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI
DAFTAR ISI Hal. HALAMAN JUDUL. HALAMAN PERSETUJUAN... HALAMAN PERNYATAAN... KATA PENGANTAR... INTISARI... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR DIAGRAM... DAFTAR SINGKATAN...
Lebih terperinciPeranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas
Peranan Pusat Pelaporan dan Analis Transaksi Keuangan (PPATK) Dalam Pemberantasan Money Laundry. Amir Ilyas Abstrak: Tindak Pidana pencucian uang marak dilakukan oleh para koruptor untuk menjadikan harta
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Pelaku tindak pidana pada umumnya berusaha menyembunyikan atau
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku tindak pidana pada umumnya berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM. Berbagai kejahatan, baik yang dilakukan oleh orang perseorangan maupun oleh korporasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum, hal ini sesuai dengan konstitusi negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara hukum, hal ini sesuai dengan konstitusi negara kita, yaitu yang termuat dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tindak pidana pencucian uang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang. Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tindak pidana pencucian uang pada awalnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian diubah melaui Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.
Lebih terperinciPerpustakaan LAFAI
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG SEBAGAIMANA TELAH DIUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 25 TAHUN 2003 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, I.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Hukum pidana bertujuan mengatur ketertiban dalam masyarakat, yang diwujudkan dalam fungsinya sebagai salah satu alat pengendalian sosial. Hal ini menentukan pengaturan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. meningkatkan risiko karena dengan semakin beragamnya instrumen/produk keuangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi di bidang perbankan ibarat pisau bermata dua, di satu sisi memberikan manfaat yang luar biasa terhadap kualitas layanan jasa keuangan, di
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, bahwa
Lebih terperinciLex Crimen Vol. IV/No. 6/Ags/2015
PENERAPAN SANKSI HUKUM TERHADAP KEJAHATAN KORPORASI MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 1 Oleh : Adi Teguh Onibala 2 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaturan korporasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui pembelian perusahaan-perusahaan pencucian uang (laundry) yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah pencucian uang telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat. Pada saat itu, kejahatan ini dilakukan oleh organisasi kejahatan mafia melalui pembelian perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dihindari karena seiring dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat dari waktu ke waktu tentu saja tidak dapat dihindari karena seiring dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 108, 2003 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4324) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciREZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA
REZIM ANTI PENCUCIAN UANG DI INDONESIA PENCUCIAN UANG? PENCUCIAN UANG Upaya untuk menyembunyikan/menyamarkan harta kekayaan dari hasil tindak pidana sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah berasal
Lebih terperinciTINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK)
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DAN PEMBUKTIAN TERBALIK Disusun Oleh Riono Budisantoso (PPATK) dan Yunus Husein (Mantan Ka PPATK) 1. Kendala Pemberantasan Tindak Pidana Kompleksitas kejahatan memerlukan pengetahuan
Lebih terperinciMAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT
ISSN : 0852-6206 NO.II/TH.XXXVI/2011 MAJALAH ILMIAH HUKUM DAN MASYARAKAT Echwan Iriyanto,S.H.,M.H. : Pemberian Kompensasi Terhadap Korban Tindak Pidana Terorisme Edy Wahjuni, SH.,M.Hum. : Kegiatan Usaha
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG. Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930
25 BAB II PENGATURAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG A. Pengertian Pencucian Uang Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu ketika Al Capone, penjahat
Lebih terperinciUPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
1 UPAYA PENEGAKAN HUKUM NARKOTIKA DI INDONESIA Oleh Putri Maha Dewi, S.H., M.H Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta A. LATAR BELAKANG Kejahatan narkotika yang sejak lama menjadi musuh bangsa kini
Lebih terperinciPENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG
PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI MELALUI UNDANG-UNDANG PENCUCIAN UANG Oleh: Halif, S.H., M.H. Dosen Bagian/Jurusan Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Jember Abstrak Tindak pidana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang ditimbulkannya terhadap perekonomian suatu negara,
10 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencucian uang sebagai suatu kejahatan yang berdimensi internasional merupakan hal baru di banyak negara termasuk Indonesia. Sebegitu besarnya dampak negatif
Lebih terperinciLex Administratum, Vol. III/No. 6/Ags/2015. Kata kunci: Pertanggungjawaban, pidana, korporasi
PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KORPORASI DALAM PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA 1 Oleh : Chendy Bryan Martinus Supit 2 ABSTRAK Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pertanggungjawaban
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa
Lebih terperinciTINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG (Undang Undang RI Nomor 15 Tahun 2002 tanggal 17 April ) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta
Lebih terperinciRINGKASAN PUTUSAN. LP/272/Iv/2010/Bareskrim tanggal 21 April 2010 atas
RINGKASAN PUTUSAN Sehubungan dengan sidang pembacaan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 42/PUU-VIII/2010 tanggal 24 September 2010 atas Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan globalisasi sekarang ini mengakibatkan kemajuan di segala bidang, bukan saja masalah kehidupan ekonomi, tetapi telah melanda dalam kehidupan politik,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu unsur penegak hukum yang diberi tugas dan wewenang melakukan penyidikan tindak pidana tertentu berdasarkan undang- undang sesuai Pasal 30 ayat 1(d)
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. kemajuan dalam kehidupan masyarakat, selain itu dapat mengakibatkan perubahan kondisi sosial
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia adalah salah satu negara berkembang yang sedang mengalami proses pembangunan. Proses pembangunan tersebut dapat menimbulkan dampak sosial positif yaitu
Lebih terperinciModul E-Learning 1. Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:
Modul E-Learning 1 PENGENALAN ANTI PENCUCIAN UANG DAN PENDANAAN TERORISME Bagian Pertama. Pengenalan Pencucian Uang Tujuan Modul bagian pertama yaitu Pengenalan Pencucian Uang bertujuan untuk menjelaskan:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dalam kasus Korupsi sering kali berhubungan erat dengan tindak pidana pencucian uang. Begitu eratnya kaitan antara praktik pencucian uang dengan hasil hasil kejahatan
Lebih terperinciLex et Societatis, Vol. IV/No. 7/Juli/2016
KAJIAN TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2010 1 Oleh: Arwendi Datunsolang 2 ABSTRAK Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinci- 2 - e. ketentuan mengenai pengangkatan anggota Direksi, anggota Dewan Komisaris, dan anggota Dewan Pengawas Syariah (DPS) yang harus memperoleh pers
Yth. Direksi Bank Umum Konvensional di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 2 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM KONVENSIONAL MENJADI BANK UMUM SYARIAH Sehubungan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan
Lebih terperinciDAFTAR PUSTAKA. Amrullah, M. Arief, 2004, TIndak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Malang, Bayumedia Publishing
112 DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku Amrullah, M. Arief, 2004, TIndak Pidana Pencucian Uang Money Laundering, Malang, Bayumedia Publishing Arief, Barda Nawawi, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana, Jakarta,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tindak pidana kejahatan dari hari ke hari semakin beragam. Tindak pidana kejahatan dirasa sudah menjadi aktivitas yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan
Lebih terperinci1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor
Lampiran1: Catatan Kritis Terhadap RKUHP (edisi 2 Februari 2018) 1. Beberapa rumusan pidana denda lebih rendah daripada UU Tipikor Serupa dengan semangat penerapan pidana tambahan uang pengganti, pidana
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta kekayaan dalam jumlah yang besar
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat luas pada umumnya. Oleh karena itu, bank sangat berkepentingan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank adalah suatu lembaga keuangan yang eksistensinya tergantung pada kepercayaan mutlak dari para nasabahnya yang mempercayakan dana dan jasajasa lain yang dilakukan
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG I. UMUM Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha menyembunyikan atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perdagangan orang merupakan bentuk modern dari perbudakan manusia. Perbudakan adalah kondisi seseorang di bawah kepemilikan orang lain. Praktek serupa perbudakan
Lebih terperinciNOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA a. bahwa kejahatan yang menghasilkan harta
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. Tinjauan hukum..., Benny Swastika, FH UI, 2011.
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan semua uraian yang telah dijelaskan pada bab-bab terdahulu, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Pengaturan mengenai pembuktian terbalik/pembalikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tahun 2002 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, yang kemudian
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kriminalisasi terhadap pencucian uang telah dilakukan di Indonesia sejak awal tahun 2002 dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang Tindak
Lebih terperinciURGENSI PENERAPAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KORUPSI
URGENSI PENERAPAN BEBAN PEMBUKTIAN TERBALIK DALAM UPAYA MENANGGULANGI TINDAK PIDANA KORUPSI Anjar Lea Mukti Sabrina Jurusan Syariah, Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Penelitian ini bertujuan
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3)
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia adalah Negara yang didasarkan atas hukum bukan didasarkan atas kekuasaan. Sebagaimana dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (3) amandemen ke-3 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keuangan negara. Di Indonesia, tindak pidana ko. masyarakat dan dikategorikan sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindak pidana korupsi merupakan masalah serius yang dapat membahayakan stabilitas keamanan negara, masyarakat, serta merugikan keuangan negara. Di Indonesia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. korupsi telah membuat noda hitam di lembaran sejarah bangsa kita. Bagaimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tindak pidana yang telah menjadi bahaya laten bagi bangsa kita adalah korupsi. Korupsi yang terjadi dewasa ini memang sudah sangat membahayakan bagi
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG
BAB II PENGATURAN HUKUM TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG D. Tindak Pidana Pencucian Uang Menurut Undang-Undang No. 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam konteks kepentingan nasional
Lebih terperinciKATA PENGANTAR. Assalamu alaikum Wr.Wb.
Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan KATA PENGANTAR Assalamu alaikum Wr.Wb. Perkenankanlah saya mengucapkan terima kasih kepada jajaran Pimpinan dan Pegawai PPATK yang telah meluangkan
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENGESAHAN UNITED NATIONS CONVENTION AGAINST TRANSNATIONAL ORGANIZED CRIME (KONVENSI PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA MENENTANG TINDAK PIDANA TRANSNASIONAL
Lebih terperinciMengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA
Mengejar Aset Tipibank KBP. AGUNG SETYA Anekdot : Tindak Pidana Perbankan SIFATNYA NON CONCEALMENT jenis kejahatan bank yg dilakukan tanpa upaya manipulasi laporan atau catatan keuangan bank. CONCEALMENT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Apabila kita bicara tentang hukum, pada umumnya yang dimaksudkan adalah keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu kehidupan bersama,
Lebih terperinciPASAL DEMI PASAL. Pasal 1 Cukup jelas.
PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 27 /POJK.03/2016 TENTANG PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN BAGI PIHAK UTAMA LEMBAGA JASA KEUANGAN I. UMUM Upaya menciptakan Lembaga Jasa Keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan manusia dan masyarakat Indonesia seutuhmya yang adil, makmur, sejahtera dan tertib berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa kejahatan yang menghasilkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. nyata. Seiring dengan itu pula bentuk-bentuk kejahatan juga senantiasa mengikuti perkembangan
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan peradaban dunia semakin berkembang dengan pesat menuju ke arah modernisasi. Perkembangan yang selalu membawa perubahan dalam setiap sendi kehidupan tampak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan Nasional bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mewujudkannya perlu secara terus menerus ditingkatkan
Lebih terperinci2016, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76, T
No. 339, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BNN. Pencucian Uang. Asal Narkotika. Prekursor Narkotika. Penyelidikan. Penyidikan. PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PENYELIDIKAN
Lebih terperinciUNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kejahatan yang menghasilkan
Lebih terperinciMENGGUNAKAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM MENGATASI KEJAHATAN KEHUTANAN 1
MENGGUNAKAN UNDANG-UNDANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DALAM MENGATASI KEJAHATAN KEHUTANAN 1 Oleh: Garda T. Paripurna & Natsir Kongah Pengantar Belum lama nasib buruk mengalami Riggs National Corp, sebuah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Trend perkembangan penyelesaian tindak pidana korupsi saat ini
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Trend perkembangan penyelesaian tindak pidana korupsi saat ini adalah penggunaan Hukum Pidana Pencucian Uang dalam merampas asset dari pelaku tindak pidana
Lebih terperinciBPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI
BPK: ADA INDIKASI VANATH KORUPSI www.siwalimanews.com Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Perwakilan Provinsi Maluku belum melakukan audit kerugian negara. Namun dari data yang dipasok penyidik Ditreskrimsus
Lebih terperinciYth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat.
Yth. Direksi Bank Perkreditan Rakyat di tempat. SALINAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 3 /SEOJK.03/2017 TENTANG PERUBAHAN KEGIATAN USAHA BANK PERKREDITAN RAKYAT MENJADI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Indonesia memiliki Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,
Lebih terperinciBAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA. A. Pengertian Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
25 BAB II TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DI INDONESIA A. Pengertian Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang Istilah pencucian uang atau money laundering telah dikenal sejak tahun 1930 di Amerika Serikat, yaitu
Lebih terperinciSURAT PERNYATAAN. Nama :... No. Kartu Identitas :... Tempat/ Tanggal Lahir :... Alamat :...
LAMPIRAN I Dengan ini menyatakan bahwa saya sanggup dan bersedia mengikuti proses Seleksi Calon Anggota Direksi Bank Jateng hingga selesai. Demikian Surat Pernyataan kesanggupan ini saya buat dengan sesungguhnya
Lebih terperinciPERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI
PERTANGGUNGJAWABAN KORPORASI DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI Oleh : Wahyu Beny Mukti Setiyawan, S.H., M.H. Fakultas Hukum Universitas Surakarta Hp : 0857-2546-0090, e-mail : dosenbeny@yahoo.co.id A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dewasa ini bank telah menjadi sarana utama untuk kegiatan money laundering
BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan teknologi dan globalisasi di sektor perbankan, dewasa ini bank telah menjadi sarana utama untuk kegiatan money laundering dikarenakan
Lebih terperinciMuhammad Nur Jamaluddin (MNJ) Jawablah pertanyaan dibawah ini!
Nama : Muhammad Nur Jamaluddin NPM : 151000126 Kelas : O Mata Kuliah : Money Laundering Crime Dosen : Maman Budiman, S.H.,M.H. Jawablah pertanyaan dibawah ini! 1. Apa yang dimaksud dengan pencucian uang?
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melanggar rumusan kaidah hukum pidana, dalam arti memenuhi unsur-unsur
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kejahatan menurut hukum pidana adalah setiap tindakan yang dilakukan melanggar rumusan kaidah hukum pidana, dalam arti memenuhi unsur-unsur delik,sehingga perbuatan
Lebih terperinciUPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG- UNDANG NO
.UPAYA PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENCUCIAN UANG DARI HASIL KEJAHATAN NARKOTIKA MELALUI UNDANG- UNDANG NO. 25 TAHUN 2003 TENTANG PERUBAHAN UNDANG- UNDANG NO. 15 TAHUN 2002 TENTANG TINDAK PIDANA PENCUCIAN
Lebih terperinciTAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I
No.5932 TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I PERBANKAN. BI. Valuta Asing. Penukaran. Bukan Bank. Usaha. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 194). PENJELASAN ATAS PERATURAN BANK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pelaku tindak pidana pada umumnya berusaha menyembunyikan atau
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaku tindak pidana pada umumnya berusaha menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan hasil dari tindak pidana dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat terlihat dengan adanya pembangunan pada sektor ekonomi seperti
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang. 1 Pertumbuhan
Lebih terperinciPRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI YAYASAN DALAM RANGKA MENCEGAH PRAKTIK PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING)
TRANSPARENCY, Jurnal Hukum Ekonomi, Feb-Mei 2013. Volume I Nomor 1 PRINSIP AKUNTABILITAS DAN TRANSPARANSI YAYASAN DALAM RANGKA MENCEGAH PRAKTIK PENCUCIAN UANG (MONEY LAUNDERING) Dwi Cesaria Sitorus *)
Lebih terperinciPENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME
PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME I. UMUM Sejalan dengan tujuan nasional Negara Republik Indonesia sebagaimana
Lebih terperinci