BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan pada remaja tentang pendewasaan usia perkawinan ditunjukkan melalui

dokumen-dokumen yang mirip
Sgmendung2gmail.com

BAB I PENDAHULUAN. kelompok umur tahun dengan total jiwa, jenis kelamin

BAB I PENDAHULUAN. kecanduan narkoba dan ujung ujungnya akan terinfeksi HIV Aids dengan hal

BAB I PENDAHULUAN. data BKKBN tahun 2013, di Indonesia jumlah remaja berusia tahun sudah

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

Program Gen Re dalam penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja

BAB I PENDAHULUAN. masa kanak-kanak menuju masa dewasa yang berusia tahun. Remaja adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya pubertas, yaitu seseorang yang dulunya masih anak-anak menjadi mampu

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja yang dalam bahasa Inggris adolesence, berasal dari bahasa latin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Remaja sejatinya adalah harapan semua bangsa, negara-negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia (WHO), definisi remaja (adolescence) adalah periode usia

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

KUESIONER GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PELAJAR TERHADAP PROGRAM GENERASI BERENCANA DI SMA NEGERI 13 MEDAN TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa

BAB I PENDAHULUAN. juta jiwa adalah remaja usia tahun (BkkbN,2014). Menurut bidang

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Sarah Dessy Oktavia, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. remaja. Proses pola asuh orangtua meliputi kedekatan orangtua dengan remaja,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)

BAB 1 : PENDAHULUAN. sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi serta proses

BAB I PENDAHULUAN. goncangan dan stres karena masalah yang dialami terlihat begitu

BAB I PENDAHULUAN. Maka dari itu belakangan ini pemerintah lebih mengutamakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. harus menghadapi tekanan-tekanan emosi dan sosial yang saling bertentangan.

Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan di Kairo Mesir tahun 1994 menekankan bahwa kondisi kesehatan tidak sekedar terbebas dari

BAB I PENDAHULUAN. bonus demografi, dimana penduduk usia produktif yaitu penduduk dengan usia 15

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN HAK-HAK REPRODUKSI BAGI REMAJA INDONESIA

TINJAUAN HASIL SURVAI INDIKATOR KINERJA RPJMN 2015 BKKBN PROVINSI JAMBI

BAB III PELAKSANAAN PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (BAPEMAS) DAN KELUARGA BERENCANA (KB) KOTA SURABAYA

BAB 1 PENDAHULUAN. sama yaitu mempunyai rasa keingintahuan yang besar, menyukai pertualangan dan

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan tahap kehidupan seseorang mencapai proses

BAB I PENDAHULUAN. Data Pusat Informasi dan Layanan Remaja (PILAR) dan Perkumpulan. Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Jateng tahun 2012 mengenai

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KUESIONER KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA PONDOK PESANTREN GEDONGAN KABUPATEN CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keluarga berencana merupakan upaya untuk mengatur jumlah anak

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB I PENDAHULUAN. insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu ikatan (Luthfiyah,

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja tertinggi berada pada kawasan Asia Pasifik dengan 432 juta (12-17 tahun)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan populasi yang besar dari penduduk dunia. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs) sebagai road map atau arah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) (2014) penggunaan. kontrasepsi modern telah meningkat tidak signifikan dari 54% pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perilaku seksual merupakan segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Terjadinya kematangan seksual atau alat-alat reproduksi yang berkaitan dengan sistem

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

PERKAWINAN DAN PERCERAIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB II INFORMASI TENTANG GENERASI BERENCANA. remaja masa kini yang kian kompleks, yang bertujuan akhir untuk mengatasi laju

Kesehatan Reproduksi Remaja Putri di SMA Negeri 2 Takengon


BAB I PENDAHULUAN. selain jumlah sangat besar (menurut BPS tidak kurang dari 43,6 juta j iwa atau

LAPORAN KEGIATAN EVALUASI PASCA PENDIDIKAN DAN PELATIHAN ORIENTASI PENDIDIK SEBAYA DAN KONSELOR SEBAYA TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. yang belum menikah cenderung meningkat. Hal ini terbukti dari beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penentuan jarak kehamilan adalah upaya untuk menetapkan atau memberi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat penting diperhatikan oleh ibu. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) padabayi

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

BAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)

URUSAN WAJIB KELUARGA BERENCANA DAN KELUARGA SEJAHTERA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. antara masa kanak-kanak dan dewasa. Menurut WHO (World Health

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa, yang disertai dengan berbagai perubahan baik secara fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa.

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

MENGGUGAH KEPEDULIAN REMAJA TERHADAP PERMASALAHAN KEPENDUDUKAN DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Peran Keluarga Berencana dalam Kesehatan Reproduksi adalah. untuk menunjang tercapainya kesehatan ibu dan bayi, karena kehamilan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan 1. Definisi pengetahuan Pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hitung, telinga, dan sebagainya). Pengetahuan pada remaja tentang pendewasaan usia perkawinan ditunjukkan melalui prilaku seseorang terhadap pengetahuan yang dimilikinya sehingga pengetahuan dapat dijadikan sebagai indikator sikap maupun prilaku (Notoatmodjo, 2012). Menurut penelitian Lestari, Sunarti dan Pratiwi (2014) pengetahuan adalah faktor yang paling dominan dalam membentuk tindakan seseorang. Berdasarkan hasil analisis dapat diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan yang berbeda-beda. Pengetahuan setiap individu berbeda antara satu dengan yang lain karena banyak faktor yang mempengaruhi pengetahuan seperti pendidikan, media massa/sumber informasi, sosial budaya dan ekonomi, lingkungan dan pengalaman. Secara umum dapat diketahui responden memiliki pengetahuan yang paling tertinggi dalam persentase cukup sebanyak (49,3%). 2. Pengukuran pengetahuan Penilaian tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari isi subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2014).

Rahmawati (2013) menyatakan bahwa kategori tingkat pengetahuan dapat ditentukan dengan kriteria : Bila data berdistribusi normal maka : a. Baik : bila skor mean b. Kurang : bila skor < mean Bila data berdistribusi tidak normal maka : a. Baik : bila skor median b. Kurang : bila skor < median 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Pengetahuan yang dimiliki seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu (Notoatmodjo, 2012): 1) Umur Umur seseorang semakin tua maka proses perkembangan mentalnya bertambah baik. Umur sangat berpengaruh pada pengetahuan, umur yang cukup memiliki pola pikir dan pengalaman yang matang sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin baik. 2) Intelegasi Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perbedaan intelegensi dari seseorang akan berpengaruh pula terhadap tingkat pengetahuan.

3) Lingkungan Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang. Seseorang dapat mempelajari hal-hal yang baik dan juga hal-hal buruk tergantung pada sifat kelompoknya. 4) Sosial budaya Sosial budaya memiliki pengaruh pada pengetahuan seseorang, suatu kebudayaan dalam hubungannya dengan orang lain, karena hubungan ini seseorang mengalami proses belajar dan memperoleh suatu pengetahuan dari adat istiadat sosial budaya. 5) Pendidikan Pendidikan merupakan suatu kegiatan proses pembelajaran untuk mengembangkan atau meningkatkan kemampuan tertentu sehingga sasaran pendidikan itu dapat berdiri sendiri. 4. Hubungan Penyuluhan dengan Pengetahuan Penyuluhan merupakan salah satu contoh cara pendidikan kesehatan. Menurut Notoatmodjo (2012), penyuluhan termasuk dalam bentuk pendidikan kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi, yang bertujuan menggugah kesadaran, memberikan atau meningkatkan pengetahuan dan sikap. Penyuluhan merupakan bentuk promosi kesehatan sederhana yang dapat mencakup sasaran luas. Penyuluhan adalah salah satu metode bimbingan yang dapat dilakukan dengan berbagai media seperti pemutaran film, siaran melalui media massa, diskusi, pemberian leaflet dan ceramah sehingga penyampaian materi lebih efektif dan

efisien. Penyuluhan kesehatan memberikan dan meningkatkan pengetahuan yang selanjutnya dapat mempengaruhi kesehatan reproduksi remaja (Dewi, dkk., 2017). B. Generasi Berencana 1. Definisi generasi berencana Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) salah satu instansi yang berpartisipasi aktif dalam pembinaan remaja melalui Program Generasi Berencana (Program GenRe). Program GenRe adalah program yang dikembangkan dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja sehingga mereka mampu melangsungkan jenjang pendidikan secara terencana, berkarir dalam pekerjaan secara terencana, serta menikah dengan penuh perencanaan sesuai siklus kesehatan reproduksi (BKKBN, 2016). 2. Tujuan generasi berencana Tujuan dari program generasi berencana adalah untuk meningkatkan pemahaman, pengetahuan, serta sikap dan perilaku positif remaja tentang kesehatan reproduksinya serta menyiapkan kehidupan berkeluarga dalam upaya peningkatan kualitas generasi mendatang. Remaja yang menjadi sasaran program ini adalah remaja usia 10-24 tahun dan belum menikah, mahasiswa/mahasiswi belum menikah, keluarga, serta masyarakat peduli remaja. Pendekatan yang dilakukan dalam program generasi berencana melalui wadah Pusat Informasi dan Konseling Remaja/Mahasiswa (PIK R/M). PIK R/M adalah suatu wadah kegiatan program GenRe dalam rangka penyiapan kehidupan berkeluarga bagi remaja/mahasiswa yang dikelola dari, oleh dan untuk remaja/mahasiswa guna memberikan pelayanan informasi dan konseling tentang

perencanaan kehidupan berkeluarga bagi remaja serta kegiatan-kegiatan penunjang lainnya (BKKBN, 2016). 3. Program generasi berencana Program Generasi Berencana (GenRe) memiliki program untuk mengurangi angka pernikahan dini melalui mempromosikan penundaan usia perkawinan, penyediaan informasi kesehatan reproduksi melalui PIK Remaja sehingga tidak terjebak pada penyalahgunaan NAPZA, HIV dan AIDS maupun kehamilan yang tidak diinginkan serta mempromosikan perencanaan kehidupan berkeluarga. Substansi dari program GenRe diantaranya Pendewasaan Usia Perkawinan, Seksualitas, NAPZA, HIV/AIDS, Life Skill Education, Family Life Education dan juga delapan fungsi keluarga (BKKBN, 2016). C. Pendewasaan Usia Perkawinan 1. Definisi pendewasaan usia perkawinan Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) adalah upaya untuk meningkatkan usia pada perkawinan pertama, sehingga usia saat perkawinan minimal 20 tahun bagi wanita dan 25 tahun bagi pria. Pendewasaan usia perkawinan bukan sekedar menunda sampai usia tertentu tetapi mengusahakan agar kehamilan pertama terjadi pada usia yang cukup dewasa. Usia 20 tahun bagi wanita sudah siap menghadapi kehamilan baik dari kesehatan reproduksi maupun perkembangan emosional dan sosial (BKKBN, 2008). Pendewasaan Usia Perkawinan merupakan program dari Keluarga Berencana Nasional. Program PUP memberikan dampak pada peningkatan umur kawin pertama yang pada gilirannya akan menurunkan Total Fertility Rate (BKKBN, 2008).

2. Tujuan pendewasaan usia perkawinan Tujuan dari program Pendewasaan Usia Perkawinan adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada remaja dalam merencanakan keluarga sejahtera, mencakup mempertimbangkan berbagai aspek berkaitan dengan kehidupan berkeluarga, kesiapan fisik, mental, emosional, pendidikan, sosial, ekonomi serta dapat menentukan jumlah dan jarak anak (BKKBN, 2008). 3. Program pendewasaan usia perkawinan Dalam program pendewasaan usia perkawinan dan perencanaan keluarga terdiri dari tiga masa reproduksi yaitu masa menunda perkawinan dan kehamilan, masa menjarangkan kehamilan, masa mencegah kehamilan seperti gambar 1 yang ditampilkan di bawah (BKKBN, 2008). Sumber: Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (2008). Gambar 1 Bagan Perencanaan Keluarga Dari bagan tersebut yang terkait dengan pendewasaan usia perkawinan adalah bagian pertama, sedangkan bagian kedua dan ketiga untuk pasangan usia subur. Perlu disampaikan pada remaja tentang masa menjarangkan kehamilan dan masa mencegah

kehamilan agar informasi tersebut menjadi bagian dari persiapan mereka untuk memasuki kehidupan berkeluarga. Adapun langkah-langkah yang diperlukan remaja apabila memasuki ketiga masa reproduksi tersebut, yaitu (BKKBN, 2008) : a. Masa menunda perkawinan dan kehamilan Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan terjadinya kehamilan. Pertumbuhan dan perkembangan kehamilan memerlukan kesiapan organ reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan secara optimal organ reproduksi wanita pada usia 20 tahun, karena sebelum usia 20 tahun alat kandungan/rahim belum siap menerima kehamilan. Kelahiran yang baik, adalah apabila dilahirkan oleh seorang ibu yang telah berusia 20 tahun (BKKBN, 2008). Risiko kehamilan yang kemungkinan timbul di bawah umur 20 tahun antara lain, keguguran, preeklamsia (tekanan darah tinggi, oedema, proteinuria), eklampsia (keracunan kehamilan), timbulnya kesulitan kehamilan, bayi lahir sebelum waktunya, berat bayi lahir rendah, kanker leher rahim. Penundaan kehamilan di bawah usia 20 tahun dianjurkan dengan menggunakan alat kontrasepsi sederhana yaitu, pantang berkala, senggama terputus, dan kondom (BKKBN, 2008). b. Masa menjarangkan kehamilan Masa menjarangkan kehamilan terjadi pada pasangan usia subur berada pada usia 20-35 tahun, karena resikonya sedikit baik bagi ibu maupun bayi. Dalam periode 15 tahun (usia 20-35 tahun) dianjurkan untuk memiliki 2 anak. Jarak kelahiran ideal antara dua kelahiran bagi pasangan usia subur sekitar 5 tahun. Mengasuh anak balita sangat memerlukan perhatian, sebab anak balita masih perlu menyusu serta memerlukan pendampingan penuh karena rentan terhadap penyakit (BKKBN, 2008).

Mengatur jarak kehamilan bertujuan untuk menjaga kesehatan reproduksi. Setelah kelahiran bayi alat kandungan mengalami penyembuhan. Proses ini memerlukan waktu satu sampai dua tahun untuk pertumbuhan buah kehamilan yang baru. Oleh karena itu umur 20 sampai 35 tahun perlu menjarangkan kehamilan, untuk mengatur kelahiran anak. Menjarangkan kehamilan dianjurkan menggunakan alat kontrasepsi agar ibu dapat menyusui anaknya dengan cukup banyak dan lama. Metode yang dianjurkan yaitu metode kontrasepsi sederhana seperti, pantang berkala, senggama terputus, dan kondom. Metode kontrasepsi hormonal yang tidak menghambat Air Susu Ibu (ASI), dan metode alat kontrasepsi dalam rahim (BKKBN, 2008). c. Masa mencegah kehamilan Pencegahan kehamilan adalah proses yang dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi. Masa mencegah kehamilan berada pada periode pasangan usia subur berumur 35 tahun keatas, sebab melahirkan diatas usia 35 tahun banyak mengalami resiko medik. Metode kontrasepsi yang dianjurkan bagi pasangan usia subur diatas 35 tahun yaitu, pilihan utama pengguaan kontrasepsi mantap (MOW, MOP), pilihan kedua dengan menggunakan metode kontrasepsi jangka panjang seperti AKDR (BKKBN, 2008). Umur ibu mempunyai pengaruh terhadap terjadinya partus lama, rahim dan panggul belum tumbuh dewasa pada usia dibawah 20 tahun. Kehamilan dibawah 20 tahun kemungkinan mengalami persalinan lama atau macet serta gangguan lainnya (Marmi, 2013). D. Penyuluhan

1. Definisi penyuluhan Penyuluhan kesehatan adalah kegiatan pendidikan yang dilakukan dengan cara menyebarkan informasi, menanamkan keyakinan, sehingga masyarakat sadar, tahu dan mengerti tetapi juga mau dan bisa melakukan suatu anjuran yang ada hubungannya dengan kesehatan serta terjadi peningkatan pengetahuan dan sikap (Notoatmodjo, 2012). 2. Metode penyuluhan kesehatan a. Individual (perorangan) Metode penyuluhan individual merupakan pendekatan perorangan yang tentunya memiliki masalah dan alasan yang berbeda berkaitan dengan penerimaan terhadap perilaku kesehatan yang baru. Penyuluhan kesehatan dengan metode individu dapat diberikan dengan cara bimbingan. Bimbingan merupakan bentuk kontak klien dengan petugas kesehatan menjadi lebih intensif. Ketika klien mengalami masalah yang berkaitan dengan kesehatan, petugas akan lebih mudah membantunya dan lebih teliti (Notoatmodjo, 2014). b. Kelompok Metode penyuluhan kelompok besar adalah penyuluhan yang pesertanya berjumlah dari 15 orang. Dalam kelompok besar ada dua metode yang digunakan yaitu ceramah dan seminar. Kelompok kecil yaitu jika peserta berjumlah kurang dari 15 orang. Metode yang digunakan dalam kelompok kecil yaitu diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, kelompok-kelompok kecil, bermain peran, dan permainan stimulasi (Notoatmodjo, 2014).

E. Remaja 1. Definisi remaja Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa. Dalam masa ini setiap individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari anak-anak menjadi dewasa yang ditandai dengan percepatan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial. Menurut World Health Organization (WHO) batasan usia remaja adalah 12-24 tahun. Remaja adalah masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa yang ditandai dengan perubahan fisik dan mental (Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional, 2014). 2. Tahap perkembangan remaja Manusia sebagai mahluk hidup mengalami perkembangan dari tahap bayi, anak-anak, remaja dan dewasa. Remaja memerlukan proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap penyesuaian remaja yang dialami oleh manusia sebelum dewasa, yaitu pertama remaja awal ketika anak perempuan berusia 10-13 tahun dan anak laki-laki berusia 10-15 tahun. Kedua, remaja madya terjadi pada anak perempuan yang berusia 11-14 tahun dan anak laki-laki berusia 12-15 tahun. Ketiga, remaja akhir yang pada tahap ini remaja mulai berkonsolidasi menuju tahap dewasa, pada anak perempuan berkisar antara 13-17 tahun dan anak laki-laki antara 16-17 tahun (Cahyaningsih, 2011). Pada tahap ini remaja memiliki minat yang tinggi terhadap hal yang baru dan selalu memiliki keinginan yang kuat untuk mencari pengalaman baru serta mempererat pertemanan. Tahap remaja akhir juga menunjukkan identitas seksual yang kuat, serta

bisa menyeimbangkan antara kepentingan pribadi, dan muncul dinding pemisah antara ranah privat dan ranah publik. F. Hubungan Pengetahuan dengan Pendewasaan Usia Perkawinan Penelitian yang dilakukan oleh Sari, dkk (2017) bahwa remaja yang memiliki pengetahuan baik sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan ada peningkatan setelah diberikan pendidikan kesehatan melalui metode fasil. Tidak ada perbedaan yang signifikan terhadap pengetahuan tentang pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui metode fasil. Pendidikan kesehatan melalui stimulation game didapatkan bahwa tidak terdapat perbedaan (tidak signifikan) pengetahuan tentang pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan melalui stimulation game. Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR), menunjukkan pengetahuan remaja mengenai kesehatan reproduksi masih belum memadai yaitu pada remaja perempuan (35,3%) dan remaja laki-laki 31,2%, laki-laki usia 15-19 tahun mengetahui bahwa perempuan dapat hamil dengan satu kali melakukan hubungan seksual (Kemenkes, 2012). Hasil penelitian Stang dan Mambaya (2011) menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang rendah lebih banyak melakukan pernikahan dini karena pada umumnya belum mengetahui tentang batasan usia pernikahan dan dampak negatif yang timbul apabila menikah pada usia di bawah 20 tahun, serta kurangnya pengetahuan kesehatan reproduksi. Berdasarkan hasil penelitian Mardinah, Rahfiludin dan Nugraheni (2017) di SMP Kedungsurem terdapat perbedaan pengetahuan sebelum dan sesudah diberikan

pendidikan kesehatan reproduksi. Sebelum diberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang berpengetahuan baik pada remaja sebanyak 11,5%, sedangkan setelah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi yang berpengetahuan baik didapatkan sebanyak 53,8%. Dari hasil penelitian tersebut ada perbedaan pengetahuan remaja tentang pendewasaan usia perkawinan sebelum dan sesudah diberikan pendidikan kesehatan reproduksi.