METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian. Pengambilan data primer dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat.

dokumen-dokumen yang mirip
VII. PERMINTAAN LPG (LIQUEFIED PETROLEUM GAS) PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

VIII. PENDAPATAN USAHA PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

BAB III METODE PENELITIAN

BAB VI. KARAKTERISTIK PEDAGANG MARTABAK KAKI LIMA DAN WARUNG TENDA PECEL LELE DI KOTA BOGOR

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di Pulau Untung Jawa Kabupaten

III. METODE PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. terdiri dari sawi, kol, wortel, kentang, dan tomat.

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga,

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Petanahan dan Kecamatan Buayan, Kabupaten Kebumen.

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. Semangka merah tanpa biji adalah salah satu buah tropik yang diproduksi dan

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Setiabudi 8

BAB IV. METODE PENELITIAN

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Tanjungpinang Timur,

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. laporan keuangan perusahaan transportation services yang terdaftar di Bursa

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

IV. METODE PENELITIAN. Lokasi pengambilan data primer adalah di Desa Pasirlaja, Kecamatan

Lampiran 1. Kuesioner Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Prima Artha, Sleman. Sedangkan subjek penelitiannya adalah Data

Penelitian ini dilakukan di Kota Bogor,karena untuk memudahkan penulis. melakukan penelitian. Lokasi penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive),

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada website Bank Indonesia ( Bank

Gatak Gatak Gatak Kartasura Kartasura Baki

III. METODE PENELITIAN A.

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

IV. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di kawasan wisata Puncak Bogor, Provinsi Jawa

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

IV. METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

IV. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Bogor, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

BAB III METODE PENELITIAN. Pertanian Bogor (PSP3 IPB) dan PT. Pertani di Propinsi Jawa Timur tahun 2010.

IV. METODE PENELITIAN. Kota Solo. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan

I. PENDAHULUAN. menjadikan Indonesia sebagai salah satu anggota OPEC (Organization of. Tabel 1. Kondisi Perminyakan Indonesia Tahun

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini menjelaskan tahapan yang dilakukan dalam penelitian dengan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan November 2013 sampai Maret 2014

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Di dalam penelitian ilmiah diperlukan adanya objek dan metode penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

III. METODE PENELITIAN. Indonesia periode Penelitian ini menggunakan PBV, ROE, dan PER

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian 4.2. Data dan Sumber Data 4.3 Metode Pengumpulan Data

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini di lakukan dikantor Dinas Pendapatan Pengelolaan

III. METODE PENELITIAN. probiotik maupun non probiotik oleh peternak, dimulai dari pembesaran bibit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini mengungkapkan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Batu. Pemilihan lokasi tersebut dilakukan secara sengaja (purposive) dengan

IV. METODE PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh promosi

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Metode Penentuan Sampel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

BAB III METODE PENELITIAN. survei SOUT (Struktur Ongkos Usaha Tani) kedelai yang diselenggarakan oleh

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan manufaktur sektor

BAB III METODE PENELITIAN. September). Data yang dikumpulkan berupa data jasa pelayanan pelabuhan, yaitu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. untuk pengumpulan data dan informasi bulan Januari 2014.

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Kabupaten Tapanuli Selatan yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Ruang lingkup merupakan batasan lokasi atau variabel yang akan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada CV.Bunda Payakumbuh berlokasi di

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif dengan cara metode survey. Metode penelitian kuantitatif

METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor.

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENILITIAN. Konsumen rumahtangga adalah responden yang diwakili oleh ibu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB II LANDASAN TEORI. metode kuadrat terkecil (MKT), outlier, regresi robust, koefisien determinasi,

BAB III METODE PENELITIAN

3. PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Volume Perdagangan Saham. Dengan populasi Indeks Harga Saham

sebuah penelitian tentang: pengaruh laba akuntansi, arus kas opera- sional, ukuran perusahaan, tingkat pertum- buhan perusahaan terhadap harga saham

Transkripsi:

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Pengambilan data primer dilakukan di Kota Bogor, Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian ditentukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa Kota Bogor adalah salah satu daerah sasaran konversi minyak tanah menjadi LPG. Selain itu, Kota Bogor sebagai salah satu Kota Wisata Kuliner memiliki pedagang makanan yang cukup banyak. Kegiatan penelitian terdiri dari pengumpulan data primer di lapangan, pengolahan data serta analisis data. Pengumpulan data primer di lapangan dilaksanakan dari bulan Oktober sampai November 2011. Pengolahan dan analisis data dilaksanakan dari bulan Desember 2011 sampai Juni 2012. 4.2 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari pengamatan dan hasil wawancara langsung kepada para pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele dengan menggunakan kuesioner. Data primer meliputi karakteristik pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele, faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele, dan komponen pendapatan usaha pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele. Data sekunder diperoleh dari studi-studi literatur serta hasil-hasil penelitian, buku, internet, serta instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini seperti Badan Pusat Statistik, Pertamina, Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor, dan lain-lain.

49 4.3 Metode Pengumpulan Data Data primer diperoleh melalui metode wawancara yang dilengkapi dengan kuesioner yang telah disiapkan. Pengambilan data dilakukan dengan cara mengunjungi tempat responden berdagang. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan membaca sumber pustaka yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian dan melakukan pencarian lewat situs-situs Internet yang menyajikan informasi yang dibutuhkan. 4.4 Metode Pengambilan Sampel Sistem pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling dengan metode purposive sampling berdasarkan tujuan dan kebutuhan penelitian. Ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan desain penelitian dengan metode deskriptif adalah minimal 10 persen populasi dan minimal 20 persen untuk populasi yang relatif kecil, sedangkan dengan metode deskriptif-korelasional minimal 30 subjek (Gay, 1992). Pedagang martabak kaki lima yang tersebar di enam kecamatan Kota Bogor sampai Februari 2011 berjumlah 106 orang (Hardian, 2011), sedangkan pedagang warung tenda pecel lele yang tersebar di enam kecamatan Kota Bogor berjumlah 148 orang (Abidin, 2011). Jumlah sampel pedagang martabak adalah 40 orang atau 37.7 persen dari jumlah keseluruhan. Jumlah sampel pedagang pecel lele adalah 40 orang atau 27 persen dari jumlah keseluruhan. Pembagian sampel di tiap kecamatan terdapat pada Tabel 11.

50 Tabel 11. Pembagian Sampel Berdasarkan Kecamatan No Kecamatan Martabak Pecel lele Jumlah 1. Bogor Selatan 8 7 15 2. Bogor Utara 5 3 8 3. Bogor Timur 7 9 16 4. Bogor Tengah 8 10 18 5. Bogor Barat 9 8 17 6. Tanah Sareal 3 3 6 Jumlah 40 40 80 Sumber : Data Primer diolah (2011) 4.5 Analisis Data Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif dengan tabulasi, analisis explanatory dengan model regresi linear berganda, dan analisis deskriptif dengan menggunakan analisis pendapatan usaha. Penjelasan tentang analisis data untuk menjawab ketiga tujuan penelitian adalah sebagai berikut. 4.5.1 Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima dan Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Karakteristik Pedagang Martabak Kaki Lima dan Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor dapat diidentifikasi menggunakan analisis deskriptif tabulasi dengan bantuan Microsoft Excell 2007. Analisis deskripif adalah suatu metode dalam meneliti status kelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang (Nazir, 1998). Karakteristik pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele dapat dibagi menjadi karakteristik umum pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele, karakteristik usaha martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele, serta karakteristik berdasarkan pola konsumsi LPG oleh pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele.

51 4.5.2 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima dan Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Analisis mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan LPG pedagang makanan di Kota Bogor menggunakan model regresi linear berganda. Metode estimasi untuk menduga parameter model adalah metode jumlah kuadrat terkecil (Ordinary Least Squares). Menurut Sitepu dan Sinaga (2006), dalam sebuah model regresi linear berganda yang diestimasi dengan menggunakan metode Ordinary Least Squares (OLS) terdapat beberapa asumsi yang mendasarinya, antara lain adalah : 1. U i adalah sebuah variabel riil dan memiliki distribusi normal. 2. Nilai rata-rata dari U i setiap periode tertentu sama dengan nol, dapat dituliskan dengan E(U i ) = 0. 3. Error term, U i dan variabel yang menjelaskan, X, tidak berkorelasi, dapat dituliskan dengan cov (U i, X i ) = 0. 4. Varian dari U i adalah konstan setiap periode (homoscedasticity), dapat dituliskan dengan var (U i 2 ) = σ 2 (σ 2 = konstan). 5. Error term, U dari pengamatan yang berbeda-beda (U i, U j ) tidak saling tergantung (independent), atau dapat dituliskan dengan cov (U i, U j ) = 0. Hal ini dikenal dengan asumsi tidak ada autokorelasi. 6. Tidak ada korelasi sempurna antara variabel bebas dengan kata lain tidak ada multicollinearity. Untuk mempermudah pengolahan data, alat analisis dalam penelitian ini dioperasikan melalui perangkat lunak Minitab 15 English.

52 4.5.2.1 Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang martabak kaki lima di Kota Bogor diduga dipengaruhi oleh sembilan faktor (variabel bebas). Variabel-variabel bebas tersebut adalah harga LPG (PLPG), harga kompor gas (PKGS), harga tepung terigu (PTRG), harga mentega (PMTG), harga gula (PGLA), harga telur ayam (PTAY), harga rata-rata output (PRMS), dan jumlah tenaga kerja (JTK), dan dummy jenis martabak (D1). Harga LPG diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan LPG pedagang martabak kaki lima, yang berarti dengan meningkatnya harga LPG akan menurunkan permintaan LPG. Harga kompor gas, harga terigu, harga mentega, harga gula, dan harga telur ayam sebagai barang komplementer dan barang input produksi dalam produksi martabak diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan LPG, yang berarti meningkatnya harga barang-barang tersebut akan menurunkan permintaan LPG. Harga rata-rata martabak diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG. Meningkatnya harga rata-rata martabak mengakibatkan pedagang martabak kaki lima sebagai produsen meningkatkan jumlah martabak yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah martabak yang dihasilkan, akan meningkatkan permintaan akan LPG sebagai bahan bakar. Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG. Jumlah tenaga kerja menunjukkan skala usaha, semakin banyak jumlah tenaga kerja menunjukkan semakin besar skala usaha, dan akan mengakibatkan peningkatan permintaan akan LPG sebagai bahan bakar. Dummy jenis martabak diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG, yang berarti pedagang martabak kaki lima yang hanya menghasilkan martabak telur diduga mempengaruhi

53 permintaan LPG pedagang martabak kaki lima tersebut. Fungsi permintaan LPG pedagang martabak kaki lima di Kota Bogor adalah sebagai berikut : DLPG MT = a 0 + a 1 PLPG + a 2 PKGS + a 3 PTRG + a 4 PMTG + a 5 PGLA + a 6 PTAY + a 7 PRMS + a 8 JTK + a 9 D1 + e t... (9) dimana : DLPG MT = Permintaan LPG Pedagang Martabak Kaki Lima (Kg/bulan) PLPG PKGS PTRG PMTG PGLA PTAY PRMS JTK D1 = Harga LPG (Rp/kg) = Harga Kompor Gas (Rp/unit) = Harga Terigu (Rp/kg) = Harga Mentega (Rp/kg) = Harga Gula (Rp/kg) = Harga Telor Ayam (Rp/kg) = Harga Rata-rata Martabak (Rp/porsi) = Jumlah Tenaga Kerja (orang) = Dummy Jenis Martabak, 1 untuk pedagang yang menghasilkan martabak telur saja ; 0 untuk pedagang yang menghasilkan martabak manis, dan atau kedua-duanya. a 0 a 1... 9 e t = konstanta = parameter dugaan = error Nilai dugaan parameter yang diharapkan (hipotesis) : a 1, a 2, a 3, a 4, a 5, a 6, < 0 ; a 7, a 8, a 9 > 0

54 4.5.2.2 Permintaan LPG Pedagang Warung Tanda Pecel Lele di Kota Bogor Permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele diduga dipengaruhi oleh sembilan faktor (variabel bebas). Variabel-variabel bebas tersebut adalah harga LPG (PLPG), harga kompor gas (PKGS), harga beras (PBRS), harga lele (PLLE), harga ayam (PAYM), harga minyak goreng (PMGR), harga rata-rata masakan (PRMS), jumlah tenaga kerja (JTK), dan dummy masakan bebek (DBBK). Harga LPG diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele, yang berarti dengan meningkatnya harga LPG akan menurunkan permintaan LPG. Harga kompor gas, harga beras, harga lele, harga ayam, dan harga minyak goreng sebagai barang komplementer dan barang input produksi dalam produksi warung tenda pecel lele diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan LPG, yang berarti meningkatnya harga barang-barang tersebut akan menurunkan permintaan LPG. Harga rata-rata masakan diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG. Meningkatnya harga rata-rata masakan mengakibatkan pedagang warung tenda pecel lele sebagai produsen meningkatkan jumlah porsi masakan yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah porsi masakan yang dihasilkan, akan meningkatkan permintaan akan LPG sebagai bahan bakar. Jumlah tenaga kerja diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG. Jumlah tenaga kerja menunjukkan skala usaha, semakin banyak jumlah tenaga kerja menunjukkan semakin besar skala usaha, dan akan mengakibatkan peningkatan permintaan akan LPG sebagai bahan bakar. Dummy masakan bebek diduga berpengaruh positif terhadap permintaan LPG, yang berarti pedagang warung tenda yang menghasilkan masakan dari olahan diduga meningkatkan

55 permintaan LPG warung tenda pecel lele tersebut Fungsi permintaan LPG pedagang warung tenda pecel lele di Kota Bogor adalah sebagai berikut : DLPG PL = b 0 + b 1 PLPG + b 2 PKGS + b 3 PBRS + b 4 PLLE + b 5 PAYM + b 6 PMGR + b 7 PRMS + b 8 JTK + b 9 DBBK + e t... (10) dimana : DLPG PL = Permintaan LPG Pedagang Warung Tenda (Kg/bln) PLPG PKGS PBRS PLLE PAYM PMGR PRMS JTK = Harga LPG (Rp/kg) = Harga Kompor Gas (Rp/unit) = Harga Beras (Rp/kg) = Harga Lele (Rp/kg) = Harga Ayam (Rp/kg) = Harga Minyak Goreng (Rp/kg) = Harga Rata-rata Masakan (Rp/porsi) = Jumlah Tenaga Kerja (orang) DBBK = Dummy Masakan Bebek, 1 untuk pedagang yang menghasilkan masakan dari olahan bebek ; 0 untuk pedagang yang tidak menghasilkan masakan dari olahan bebek. b 0 b 1... 9 e t = konstanta = parameter dugaan = error Nilai dugaan parameter yang diharapkan (hipotesis) : b 1, b 2, b 3, b 4, b 5, b 6 < 0 ; b 7, b 8, b 9 > 0

56 4.5.2.3 Evaluasi Model Estimasi Evaluasi model persamaan penduga digunakan untuk mengetahui apakah model yang diduga telah terpenuhi secara teori dan statistik. Untuk itu kriteria pemilihan model terbaik dalam analisis regresi linier berganda harus sesuai dengan kriteria sebagai berikut : 4.5.2.3.1 Kriteria Ekonomi Kriteria ekonomi menyangkut tanda dan besaran parameter estimasi. Teori ekonomi yang digunakan untuk menerangkan analisis ini adalah teori permintaan dan elastisitas. 4.5.2.3.2 Kriteria Statistik Kriteria statistik meliputi nilai R 2, nilai F-hitung, dan nilai t-hitung masing-masing parameter estimasi. Menurut Koutsoyiannis (1977), koefisien determinasi (R 2 ) menunjukkan proporsi keragaman variabel tidak bebas yang diterangkan variabel-variabel bebasnya. Selang nilai R 2 adalah 0 < R 2 < 1. Jika nilai R 2 semakin tinggi (semakin mendekati 1), maka semakin baik model karena semakin besar keragaman variabel tidak bebas yang dapat dijelaskan oleh variabel-variabel bebas. Uji F-hitung digunakan untuk melihat apakah semua variabel bebas secara bersama-sama dapat menjelaskan variabel tidak bebasnya. Pengujian yang dilakukan menggunakan distribusi F dengan membandingkan antara nilai kritis F (F-tabel) dengan nilai F-hitung yang terdapat pada hasil analisis. Hipotesisnya adalah sebagai berikut:

57 H 0 : a 1 = a 2 = a 3 = a 4 = a 5 = a 6 = a 7 = a 8 = a 9 = 0, parameter regresi atau variabel bebas secara serentak tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG. H 1 : tidak semua parameter regresi (a i ) yang bernilai nol, parameter regresi atau variabel bebas secara serentak berpengaruh nyata terhadap LPG. Perhitungan nilai F-hitung dirumuskan sebagai berikut: F-hitung = dimana : dbr dbe Jumlah Kuadrat Regresi/ dbr Jumlah Kuadrat Error/ dbe = derajat bebas regresi (k-1) = derajat bebas error (n-k)... (11) k = jumlah parameter regresi (a 1,..., a i ) n = jumlah pengamatan (n = 1, 2, 3,..., n) Keputusan pengujiannya adalah: a. F-hitung < F-tabel maka terima H 0, berarti semua variabel bebas tidak mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari permintaan LPG. b. F-hitung > F-tabel maka tolak H 0, berarti semua variabel bebas mampu secara bersama-sama menjelaskan variasi dari permintaan LPG. Uji t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik pengaruh nyata atau tidaknya masing-masing variabel bebas yang dipakai secara terpisah terhadap variabel tidak bebas. Hipotesisnya adalah sebagai berikut : H 0 : a i = 0, parameter regresi atau variabel bebas (X i ) tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG. H 1 : a i < 0 atau a i > 0, parameter regresi atau variabel bebas (X i ) berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG.

58 Nilai t-hitung masing-masing parameter regresi dapat diketahui dari hasil perhitungan komputer. Uji-t dapat dirumuskan sebagai berikut: t hitung = â i / S(â i )...... (12) dimana : â i = estimasi nilai koefisien regresi atau parameter â i S(â i ) = estimasi standar kesalahan dugaan parameter Keputusan pengujian adalah: a. t-hitung < t-tabel, maka terima H 0, artinya parameter regresi atau variabel bebas tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG b. t-hitung > t-tabel, maka tolak H 0, artinya parameter regresi atau variabel bebas tersebut berpengaruh nyata terhadap permintaan LPG Dalam penelitian ini uji-t dilakukan dengan melihat nilai p-value dengan ketentuan sebagai berikut : a. Probability t-statistic < taraf nyata (α), maka akan tolak H 0 b. Probability t-statistic > taraf nyata (α), maka akan terima H 0 Jika H 0 ditolak, maka variabel bebas berpengaruh nyata pada taraf nyata (α) terhadap variabel tidak bebasnya. Sebaliknya jika H 0 diterima, maka variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tidak bebasnya. 4.5.2.3.3 Kriteria ekonometrika Pengujian ekonometrika pada penelitian ini terdiri dari tiga jenis pengujian. Hal-hal yang dapat dilihat dalam kriteria ekonometrika adalah heteroskedastisitas, multikolinearitas, dan autokorelasi.

59 1. Heteroskedastisitas Salah satu asumsi dalam estimasi model regresi linear berganda adalah homoskedastisitas, yaitu ragam sisaan (error) konstan dalam setiap pengamatan. Pelanggaran atas asumsi homoskedastisitas adalah heteroskedastisitas. Akibat dari masalah heteroskedastisitas salah satunya adalah penduga OLS tidak efisien lagi. Untuk mendeteksi adanya masalah heteroskedastisitas maka dilakukan uji grafik scatter plot apabila menunjukkan titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas, dan tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model tersebut (Santoso, 2000). 2. Multikolinearitas Kolinearitas ganda (multicolinearity) merupakan hubungan linear yang sama kuat antara variabel-variabel bebas dalam persamaan regresi berganda. Adanya multikolinearitas ini menyebabkan pendugaan koefisien menjadi tidak stabil. Pendeteksian terjadinya multikolinearitas dapat diketahui dengan melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) pada masing-masing variabel bebas. Jika nilai VIF relatif kecil, artinya persamaan regresi tidak mengalami multikolinearitas. Sebaliknya, jika nilai VIF relatif besar (lebih dari 10) artinya persamaan regresi mengalami multikolinearitas (Juanda, 2009). Formula VIF dapat dituliskan sebagai berikut : 1 VIF j =, j = 1, 2, 3,..., n 2 1-R j... (13)

60 3. Autokolerasi Gujarati (1978) mendefenisikan autokorelasi sebagai korelasi antara anggota serangkaian observasi yang diurutkan menurut waktu atau ruang.model regresi seharusnya bebas autokorelasi, sehingga kesalahan prediksi bersifat bebas untuk tiap nilai X. Untuk menguji autokorelasi dilakukan dengan pengujian Durbin Watson (DW). Nilai hitung statistik Durbin Watson (DW) diperoleh dari hasil perhitungan komputer kemudian dibandingkan dengan nilai d-tabel, yaitu dengan batas bawah (dl) dan batas atas (dl). Penentuan nilai dl dan du berdasarkan pada jumlah variabel bebas dan jumlah pengamatan yang terdapat dalam model. Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut : a. Jika DW < dl, berarti ada autokorelasi positif, b. Jika DW > dl, berarti ada autokorelasi negatif, c. Jika dl < DW < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif ataupun negatif, d. Jika dl DW du atau 4-dU DW 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan. 4.5.2.4 Analisis Respon (Elastisitas) Untuk menguji tingkat kepekaan jumlah permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variabel-variabel yang diteliti digunakan analisis respon elastisitas. Jika harga suatu barang berubah, maka permintaan akan barang tersebut akan berubah (Nicholson, 2001). Untuk mengukur respon perubahan harga (P) terhadap jumlah permintaan (Q) digunakan konsep elastisitas permintaan harga (price elasticity of demand). Elastisitas permintaan harga (E Q,P ) dirumuskan menjadi:

61 Prosentase perubahan dalam Q Q P E Q,P = = Prosentase perubahan dalam P P Q... (14) Nilai elastisitas permintaan harga sering dibedakan atas tiga kelompok yaitu lebih besar, sama dengan, atau lebih kecil dari satu. Selain elastisitas permintaan harga terdapat juga elastisitas harga silang. Konsep elastisitas harga silang mengukur reaksi perubahan dalam jumlah barang yang dibeli (Q) sebagai akibat terjadinya perubahan dalam harga barang lain (P'). Elastisitas harga silang dirumuskan menjadi: Prosentase perubahan dalam Q Q P' E Q,P ' = =... (15) Prosentase perubahan dalam P' P' Q Elastisitas harga silang menunjukkan nilai positif apabila barang Q dan barang lain merupakan gross substitute. Sebaliknya nilai elastisitas harga silang menunjukkan nilai negatif apabila barang Q dan barang lain merupakan gross complements (Nicholson, 2001). 4.5.3 Pendapatan Usaha Pedagang Martabak Kaki Lima dan Warung Tenda Pecel Lele di Kota Bogor Pendapatan usaha pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele dianalisis dengan analisis deskriptif dengan menggunakan analisis pendapatan usaha, dengan bantuan program Microsoft Excell 2007. Pendapatan usaha martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele adalah hasil pengurangan total penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Dirumuskan menjadi : π = TR TC... (16) TR = Py. Y... (17)

62 TC = TFC + (Px i. X i )... (18) dimana : π TR TC Py Y = pendapatan usaha pedagang makanan di Kota Bogor (Rp/bln) = total penerimaan pedagang makanan (Rp/bln) = total biaya yang dikeluarkan pedagang makanan (Rp/bln) = harga makanan yang dihasilkan (Rp/porsi) = jumlah produk yang dihasilkan (Porsi/bln) TFC = total biaya tetap (Rp/bln) Px i X i = harga input x i (Rp/satuan) = banyaknya input X i yang digunakan. Total biaya yang dikeluarkan dalam penelitian ini dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya non tunai. Biaya tunai adalah biaya yang dikeluarkan dan dibayarkan secara tunai oleh pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor. Biaya non tunai adalah biaya yang dikeluarkan, dihitung, tetapi tidak dibayarkan secara tunai oleh pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele di Kota Bogor. 4.6 Definisi Operasional 1. LPG yang dimaksud adalah LPG 3 kg bersubsidi. 2. Pedagang Martabak Kaki Lima adalah pedagang martabak yang berjualan di pinggir jalan atau kaki lima dengan menggunakan gerobak. Martabak yang diproduksi adalah martabak manis dan martabak telur. 3. Warung Tenda Pecel Lele adalah salah satu usaha perdagangan di bidang makanan dengan menggunakan tenda yang terdapat di sepanjang jalan dan

63 lokasi Warung-warung tersebut menyajikan menu pecel lele, pecel ayam, bebek goreng, dan makanan laut (Seafood). 4. Permintaan LPG pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele adalah jumlah total LPG yang digunakan dalam satu bulan. Dinyatakan dalam satuan kg/bulan. 5. Harga LPG, harga kompor gas, harga tepung terigu, harga mentega, harga gula, harga telur ayam, harga telur bebek, harga beras, harga lele, harga ayam, harga bebek, harga minyak goreng, harga bumbu yang digunakan adalah harga yang berlaku pada waktu penelitian dilaksanakan. 6. Jumlah permintaan LPG yang dihitung adalah permintaan LPG pada waktu penelitian dilakukan (kg/bulan). 7. Harga LPG (PLPG) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele untuk memperoleh LPG per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 8. Harga Kompor Gas adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele untuk memperoleh kompor gas per unit, dinyatakan dalam Rp/unit. 9. Harga Tepung Terigu (PTRG) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki lima untuk memperoleh tepung terigu per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 10. Harga Mentega (PMTG) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki lima untuk memperoleh mentega per kg, dinyatakan dalam Rp/kg.

64 11. Harga Gula (PGLA) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki lima untuk memperoleh gula per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 12. Harga Telur Ayam (PTAY) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki untuk memperoleh telur ayam per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 13. Harga Telur Bebek (PTBK) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang martabak kaki untuk memperoleh telur bebek per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 14. Harga Beras (PBRS) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang warung tenda pecel lele untuk memperoleh beras per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 15. Harga Lele (PLLE) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang warung tenda pecel lele untuk memperoleh lele per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 16. Harga Ayam (PAYM) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang warung tenda pecel lele untuk memperoleh ayam per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 17. Harga Bebek (PBBK) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang warung tenda pecel lele untuk memperoleh bebek per kg, dinyatakan dalam Rp/kg. 18. Harga Minyak Goreng (PMGR) adalah rata-rata jumlah rupiah yang dibayar pedagang warung tenda pecel lele untuk memperoleh minyak goreng per kg, dinyatakan dalam Rp/kg.

65 19. Harga rata-rata masakan (PRMS) adalah harga rata-rata martabak pada pedagang martabak kaki lima,dinyatakan dalam Rp/buah, dan harga rata-rata masakan pada pedagang warung tenda pecel lele, dinyatakan dalam Rp/porsi. 20. Tenaga kerja adalah seseorang yang bekerja pada usaha martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele dan mendapatkan upah, dihitung dalam orang. 21. Frekuensi pembelian LPG adalah berapa kali dalam sebulan pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele membeli LPG untuk kebutuhan usahanya. 22. Tempat pembelian LPG adalah lokasi dimana pedagang martabak kaki lima dan warung tenda pecel lele melakukan pembelian LPG untuk kebutuhan usahanya.