EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN ANTIKOAGULAN PADA SINDROMA KORONER AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penyakit jantung dan pembuluh darah telah menduduki peringkat pertama sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. maju, dan negara berkembang termasuk di Indonesia. Diperkirakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. secara global, termasuk Indonesia. Pada tahun 2001, World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sindrom Koroner Akut (SKA)/Acute coronary syndrome (ACS) adalah

Informed Consent Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. dan mortalitas yang tinggi di dunia. Menurut data World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jantung koroner yang utama dan paling sering mengakibatkan kematian (Departemen

PREVALENSI FAKTOR RESIKO MAYOR PADA PASIEN SINDROMA KORONER AKUT PERIODE JANUARI HINGGA DESEMBER 2013 YANG RAWAT INAP DI RSUP.

SKRIPSI. Oleh : Ratna Murti Ariyani

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit kardiovaskuler memiliki banyak macam, salah satunya adalah

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. negara-negara maju maupun di negara berkembang. Acute coronary syndrome

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang utama adalah sesak napas dan rasa lelah yang membatasi

PERBANDINGAN MANFAAT ANTIPLATELET KOMBINASI ASPIRIN DAN KLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL PADA STROKE ISKEMIK

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian di

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

BAB 1 PENDAHULUAN. tersering kematian di negara industri (Kumar et al., 2007; Alwi, 2009). Infark

Tatalaksana Sindroma Koroner Akut pada Fase Pre-Hospital

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit Acute Myocardial Infarction (AMI) merupakan penyebab

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Jantung Koroner (PJK) merupakan problem kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

POLA PENGGUNAAN OBAT PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KUDUS TAHUN 2012 SKRIPSI

BAB III METODE PENELITIAN. bersifat deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data

BAB I. Pendahuluan. I.1 Latar Belakang. Angina adalah tipe nyeri dada yang disebabkan oleh. berkurangnya aliran darah ke otot jantung.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PREVALENSI DAN FAKTOR RISIKO PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan masalah kesehatan dunia yang

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Eni Indrawati, FK UI, Universitas Indonesia

Gambar 3.1 Skema Kerangka Konseptual

BAB I PENDAHULUAN. Penyebab terjadinya IMANEST dapat disebabkan oleh rupturnya plak. (Liwang dan Wijaya, 2014; PERKI, 2015).

BAB 1 PENDAHULUAN. urutan kedua pada usia diatas 60 tahun dan urutan kelima pada usia 15-59

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI KOMBINASI DUA OBAT PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Gambaran Profil Lipid pada Pasien Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Khusus Jantung Sumatera Barat Tahun

An Update Management Concept in Hypertension Ria Bandiara SubBagian Ginjal Hipertensi Bag. Ilmu penyakit Dalam FK UNPAD/RS Dr.Hasan Sadikin Bandung

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: JULIAN KOMALA DEIWI

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. arrhythmias, hypertension, stroke, hyperlipidemia, acute myocardial infarction.

EVALUASI PENATALAKSANAAN TERAPI HIPERTENSI PADA PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. MOEWARDI TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. diastolik yang di atas normal. Joint National Committee (JNC) 7 tahun 2003

Profil lipid pada wanita dengan sindrom koroner akut

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

DAFTAR ISI. Halaman PERSETUJUAN PEMBIMBING... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... v. ABSTRAK... viii. DAFTAR ISI... x. DAFTAR TABEL... xiv

Sodiqur Rifqi. Bagian kardiologi dan Kedokteran Vaskular, Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Tingkat morbiditas dan mortalitas penyakit jantung. iskemik masih menduduki peringkat pertama di dunia

Peningkatan kadar kreatinin serum 24 jam setelah tindakan intervensi koroner di RSUP.H. Adam Malik Medan.

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. utama pada sebagian besar negara-negara maju maupun berkembang di seluruh

B A B I PENDAHULUAN. negara-negara maju maupun berkembang. Diantara penyakit-penyakit tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) merupakan suatu

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom Koroner Akut (SKA) adalah salah satu manifestasi klinis

KARAKTERISTIK PENDERITA INFARK MIOKARDIUM DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah

SKRIPSI STUDI PENGGUNAAN ANTIKOAGULAN PADA PASIEN INFARK MIOKARD AKUT

ANALISIS EFEKTIVITAS BIAYA TERAPI ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH Dr. MOEWARDI TAHUN 2014 NASKAH PUBLIKASI

BAB III METODE PENELITIAN. deskriptif. Pada penelitian ini menggunakan data retrospektif dengan. Muhammadiyah Yogyakarta periode Januari-Juni 2015.

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Gagal jantung adalah tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan

DAFTAR ISI RINGKASAN... SUMMARY... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. infark miokard akut (IMA) merupakan penyebab utama kematian di dunia.

STUDI PENGGUNAAN KOMBINASI ASPIRIN- CLOPIDOGREL DENGAN ASPIRIN TUNGGAL DAN CLOPIDOGREL TUNGGAL TUGAS AKHIR

Abstract ASSOCIATION OF ATRIAL FIBRILLATION AND ISCHEMIC STROKE ANALYSIS FROM RSUP DR. SARDJITO YOGYAKARTA

Prevalensi sindrom koroner akut di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode 1 Januari Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

sebesar 0,8% diikuti Aceh, DKI Jakarta, dan Sulawesi Utara masing-masing sebesar 0,7 %. Sementara itu, hasil prevalensi jantung koroner menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. tindakan radiologi. Contrast induced nephropathy didefinisikan sebagai suatu

BAB 4 HASIL. Hubungan antara..., Omar Luthfi, FK UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. jantung yang prevalensinya paling tinggi dalam masyarakat umum dan. berperan besar terhadap mortalitas dan morbiditas.

Penatalaksanaan Astigmatism No. Dokumen : No. Revisi : Tgl. Terbit : Halaman :

SKRIPSI. Diajukan oleh : Enny Suryanti J

BAB I PENDAHULUAN. menggambarkan pasien yang datang dengan Unstable Angina Pectoris. (UAP) atau dengan Acute Myocard Infark (AMI) baik dengan elevasi

4. HASIL 4.1 Karakteristik pasien gagal jantung akut Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. Refreshing- Acute Coronary Syndrome Stase Interna BLUD SEKARWANGI Page 1

HUBUNGAN BIAYA OBAT TERHADAP BIAYA RIIL PADA PASIEN RAWAT INAP JAMKESMAS DIABETES MELITUS DENGAN PENYAKIT PENYERTA DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. seluruh pembuluh dimana akan membawa darah ke seluruh tubuh. Tekanan darah

EVALUASI PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN KOMPLIKASI DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. Pada tahun 2012, diperkirakan sebanyak 17,5 juta orang di dunia

BAB I PENDAHULUAN. Infark miokard akut dengan elevasi segmen ST (IMA-EST) adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. penting dari pelayanan kesehatan termasuk hasil yang diharapkan dengan berbasis

I. PENDAHULUAN penduduk Amerika menderita penyakit gagal jantung kongestif (Brashesrs,

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan oksigen miokard. Biasanya disebabkan ruptur plak dengan formasi. trombus pada pembuluh koroner (Zafari, 2011).

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian. promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang

GAMBARAN PERESEPAN ACE INHIBITOR PADA PASIEN GAGAL JANTUNG YANG DIRAWAT INAP DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2013

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bidang ilmu Kardiovaskuler.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. menggunakan uji Chi Square atau Fisher Exact jika jumlah sel tidak. memenuhi (Sastroasmoro dan Ismael, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

B A B I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) dengan penyakit kardiovaskular sangat erat

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

Transkripsi:

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi EFEKTIVITAS DAN KEAMANAN ANTIKOAGULAN PADA SINDROMA KORONER AKUT TANPA ELEVASI SEGMEN ST EFFICACY AND SAFETY OF ANTICOAGULANT IN NON ST SEGMENT ELEVATION ACUTE CORONARY SYNDROMES Dina Catur Hapsari 1), Suwaldi 2), Wara Kusharwanti 3) 1) Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada 2) Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta 3) Instalasi Farmasi, Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta ABSTRAK Sindroma koroner akut (SKA) disebabkan oleh ketidakseimbangan antara pasokan oksigen dengan kebutuhan oksigen di miokardium. Terapi antikoagulan pada SKA dapat mengurangi kejadian kardiovaskuler, tetapi juga sangat berhubungan dengan risiko pendarahan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektivitas dan keamanan antikoagulan fondaparinux dibandingkan enoxaparin pada SKA tanpa elevasi segmen ST. Penelitian ini menggunakan desain kohort. Data dikumpulkan secara retrospektif dari rekam medis periode Januari 2012 sampai Desember 2013. Subyek penelitian adalah pasien SKA tanpa elevasi segmen ST yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Jumlah subyek sebanyak 120 pasien yang dibagi ke dalam dua kelompok. Data dianalisis secara deskriptif, kuantitatif, dan statistik menggunakan uji Chi-square. Hasil akhir efektivitas (pasien yang tidak mengalami infark miokard atau iskemik berulang) terjadi pada 45 pasien (75%) pada kelompok fondaparinux dan 40 pasien (66,7%) pada kelompok enoxaparin (p=0,315; RR=1,125; 95% CI 0,893-1,417). Tidak terdapat perbedaan signifikan pada efektivitas fondaparinux dan enoxaparin (nilai p >0,05). Hasil akhir keamanan (pasien yang tidak mengalami pendarahan minor) terjadi pada 49 pasien (81,7%) pada kelompok fondaparinux dan 39 pasien (65%) pada kelompok enoxaparin (p=0,039; RR=1,256; 95% CI 1,007-1,567). Terdapat perbedaan signifikan pada keamanan fondaparinux dan enoxaparin (nilai p <0,05). Pendarahan mayor tidak ditemukan pada kelompok fondaparinux dan enoxaparin. Efektivitas fondaparinux sama dengan enoxaparin, tetapi keamanan fondaparinux lebih baik dibandingkan enoxaparin pada pasien SKA tanpa elevasi segmen ST. Kata kunci: SKA tanpa elevasi segmen ST, enoxaparin, fondaparinux ABSTRACT Acute coronary syndromes (ACS) are caused by imbalance oxygen supply and oxygen demand in myocardium. Anticoagulant in ACS can reduce cardiovascular events, but also associated with risk of bleeding. The objective of this study was to assess efficacy and safety of fondaparinux and enoxaparin in non ST segment elevation ACS. This study was performed using a cohort design. The data were collected retrospectively during January 2012 to December 2013. The subjects were non ST segment elevation ACS pasients considering the inclusion and exclusion criteria. The number of subjects was 120 patients that divided into 2 groups. The data were processed descriptively and quantitatively, and analyzed statistically using Chi-square test. The efficacy end points (patients who didn t experience myocardial infarction or recurrent ischemic) occurred in 45 patients (75%) in fondaparinux group and 40 patients (66,7%) in enoxaparin group (p=0,315; RR=1,125; 95% CI 0,893-1,417). No significat difference was found in efficacy between fondaparinux versus enoxaparin (p value >0,05). The safety end points (patients who didn t experience minor bleeding) occurred in 49 patients (81,7%) in fondaparinux group and 39 patients (65%) in enoxaparin group (p=0,039; RR=1,256; 95% CI 1,007-1,567). Significant difference was found in safety between fondaparinux versus enoxaparin (p value <0,05). Major bleeding wasn t found in fondaparinux and enoxaparin groups. The efficacy of fondaparinux is similar with enoxaparin, but the safety of fondaparinux is better than enoxaparin in patients with non ST segment elevation ACS. Keywords: non ST segment elevation acute coronary syndromes, enoxaparin, fondaparinux PENDAHULUAN Penyakit Jantung Koroner (PJK) atau penyakit kardiovaskuler saat ini merupakan salah satu penyebab utama kematian di negara maju dan berkembang. Salah satu manifestasi Korespondensi: Dina Catur Hapsari, S.Farm., Apt. Magister Farmasi Klinik, Universitas Gadjah Mada Jl. Sekip Utara Yogyakarta Email : dinacatur@gmail.com HP : 0856 4394 3139 klinis PJK adalah Sindroma Koroner Akut (SKA) tanpa elevasi segmen ST (TESST). Terapi SKA TESST meliputi empat kategori, yaitu obat antiiskemia, antiplatelet, antikoagulan, dan tindakan revaskularisasi koroner (Bassand dkk., 2007). Berdasarkan pedoman, terapi antikoagulan yang direkomendasikan pada pasien SKA TESST antara lain fondaparinux dan enoxaparin (Anderson dkk., 2013; Hamm dkk., 2011). 111

Volume 4 Nomor 2 Juni 2014 Menurut European Medicines Agency (EMA), kriteria efikasi penggunaan antikoagulan pada SKA TESST dikaitkan dengan tujuan terapi yaitu mencegah kejadian morbiditas, kematian, dan infark miokard. Kriteria efikasi dapat dilihat dari penurunan kejadian mortalitas, infark miokard baru, dan refractory angina pectoris. Kriteria keamanan antikoagulan dapat dilihat dari berkurangnya kejadian pendarahan, trombositopenia, efek terhadap variabel laboratorium, dan efek terhadap penyakit penyerta (Committee for Proprietary Medical Products, 2000). Hasil penelitian OASIS-5 tentang perbandingan efektivitas dan keamanan fondaparinux dengan enoxaparin pada pasien SKA TESST menunjukkan bahwa efektivitas fondaparinux sama dengan enoxaparin (jumlah kematian, miokard infark, dan refraktori iskemik), sedangkan untuk keamanan, jumlah pendarahan mayor lebih sedikit ditemukan pada pasien yang menggunakan fondaparinux (Yusuf dkk., 2006). Penelitian farmakoekonomi yang mengambil data dari OASIS-5 juga menunjukkan bahwa fondaparinux lebih costeffective dibanding enoxaparin (Sculpher dkk., 2009). Penelitian mengenai penggunaan enoxaparin dan unfractionated heparin (UFH) pada penanganan UA/NSTEMI menunjukkan bahwa enoxaparin lebih baik dibanding UFH dalam menurunkan jumlah kematian dan kejadian iskemik jantung tanpa menyebabkan peningkatan rata-rata pendarahan mayor secara signifikan (Antman dkk., 1999). METODE Penelitian menggunakan desain penelitian kohort retrospektif. Data diambil secara nonprobability consecutive sampling melalui penelusuran terhadap rekam medik pasien SKA tanpa elevasi segmen ST (UA/NSTEMI) yang mendapatkan antikoagulan fondaparinux dan enoxaparin di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta selama bulan Januari 2012 hingga Desember 2013. Total subyek yang digunakan adalah 120 pasien dan dibagi ke dalam 2 kelompok masing-masing 60 pasien. Efektivitas dilihat dari jumlah pasien yang tidak mengalami infark miokard, sedangkan keamanan dilihat dari jumlah pasien yang tidak mengalami pendarahan mayor dan minor. Kriteria inklusi terdiri dari (1) pasien SKA yang mendapatkan fondaparinux atau enoxaparin; (2) pria dan wanita usia 18 tahun; (3) pasien dirawat >2 hari di rumah sakit. Kriteria ekslusi terdiri dari (1) pasien dengan rekam medik tidak lengkap; (2) pasien SKA tanpa elevasi segmen ST yang mendapatkan antikoagulan lebih dari satu macam; (3) pasien menderita penyakit keganasan/kanker; (4) pasien dirujuk ke RS lain; (5) pasien gagal ginjal. Data karakteristik dasar pasien dihitung secara deskriptif dan kuantitatif untuk mengetahui rata-rata, standar deviasi, dan proporsinya. Perbandingan efektivitas (jumlah pasien yang tidak mengalami infark miokard dan iskemik berulang) dan keamanan (jumlah pasien yang tidak mengalami pendarahan mayor dan minor) dianalisis menggunakan Chi- Square test. Dalam penelitian ini menggunakan interval kepercayaan 95% dan taraf signifikan 5%. Hasil dikatakan berbeda bermakna jika nilai p <0,05. HASIL DAN PEMBAHASAN Jumlah pasien sindroma koroner akut tanpa elevasi segmen ST (SKA TESST) yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi diambil sebanyak 120 pasien, terdiri dari 60 pasien yang mendapatkan antikoagulan fondaparinux dan 60 pasien yang mendapatkan antikoagulan enoxaparin. Karakteristik dasar subyek pada masing-masing kelompok dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Karakteristik dasar pasien SKA TESST yang mendapatkan fondaparinux dan enoxaparin Karakteristik Fondaparinux Enoxaparin Usia (tahun) 61,27 ± 11,75 61,72 ± 12,33 Jenis kelamin Laki-laki 42 (70%) 37 (61,7%) Wanita 18 (30%) 23 (38,3%) Diagnosis 112

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Tabel I. (Lanjutan) Karakteristik Fondaparinux Enoxaparin NSTEMI 44 (73,3%) 46 (76,7%) UA 16 (26,7%) 14(23,3%) TDS (mmhg) 147,53 ± 28,97 155,92 ± 31,90 TDD (mmhg) 87,10 ± 16,38 89,50 ± 19,30 Nadi (kali/menit) 94,38 ± 25,64 85,08 ± 19,79 SCr (mg/dl) 1,23 ± 0,76 1,10 ± 0,37 Penyakit komorbid Hipertensi 25 (41,7%) 26 (43,3%) Dislipidemia 6 (10,0%) 2 (3,3%) DM 15 (25,0 %) 19 (31,7%) CHF 15 (25,0%) 6 (10,0%) Obat selama di rumah sakit Antiplatelet 60 (100%) 60 (100%) - Tunggal 4 (6,7%) 3 (5,0%) - Kombinasi dua 56 (93,3%) 57 (95,0%) Nitrat 45 (75,0%) 31 (51,7%) ACE inhibitor 18 (30,0%) 14 (23,3%) ARB 15 (25,0%) 17 (28,3%) Beta blocker 13 (21,7%) 22 (36,7%) CCB 7 (11,7%) 13 (21,7%) Statin 44 (73,3%) 49 (81,7%) Dosis fondaparinux 2,5 mg/24 jam 60 (100%) Dosis enoxaparin 40 mg/12 jam 11 (18,3%) 60 mg/12 jam 49 (81,7%) Durasi antikoagulan (hari) 4,27 ± 1,01 4,24 ± 0,92 LOS (hari) 6,43 ± 2,92 7,23 ± 2,19 Keterangan: NSTEMI = non ST elevation myocardial infarction, UA = unstable angina, TDS = tekanan darah sistolik, TDD = tekanan darah diastolik, SCr = serum kreatinin, DM = diabetes melitus, CHF = congestive heart failure, ARB = angiotensine receptor blocker, CCB = calcium channel blocker, LOS = length of stay, p = nilai signifikansi antara kelompok fondaparinux dan enoxaparin Dosis fondaparinux yang digunakan di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta dalam penanganan SKA TESST adalah 2,5 mg sekali sehari secara subkutan, sedangkan dosis enoxaparin adalah 40 mg (BB <50 kg) atau 60 mg (BB >50 kg) tiap 12 jam secara subkutan. Dosis enoxaparin yang direkomendasikan adalah 1 mg/kg BB dua kali sehari (Hamm dkk., 2011). Klirens enoxaparin tergantung pada berat badan, oleh karena itu penyesuaian dosis berdasarkan berat badan direkomenasikan untuk meminimalkan variabilitas antar pasien terhadap paparan obat dan risiko pendarahan (Bruno dkk., 2003). Fondaparinux dan enoxaparin diberikan selama 3 sampai 5 hari. Pasien dengan diagnosa NSTEMI diberikan antikoagulan selama 5 hari, sedangkan UA diberikan antikoagulan selama 3 hari. Hasil perbandingan hasil akhir efektivitas dan keamanan fondaparinux dibandingkan enoxaparin pada pasien SKA TESST selama perawatan di rumah sakit dapat dilihat pada tabel 2. Hasil akhir efektivitas dilihat dari jumlah pasien yang tidak mengalami infark miokard dan iskemik berulang. Jumlah pasien yang tidak mengalami infark miokard pada kelompok fondaparinux sebanyak 57 pasien (95%) dan kelompok enoxaparin sebanyak 53 pasien (88,3%) (p=0,186; RR=1,075; 95% CI 0,965 1,199). Perbedaan jumlah pasien yang tidak mengalami iskemik berulang yaitu 48 pasien (80%) pada kelompok fondaparinux dan 44 pasien (73,3%) pada kelompok enoxaparin (p=0,388; RR=1,091; 95% CI 0,895 1,330). Jumlah pasien yang tidak mengalami infark miokard atau iskemik berulang, pada kelompok fondaparinux terdapat 45 pasien (75%), sedangkan pada kelompok enoxaparin terdapat 40 pasien (66,7%) (p=0,315; RR=1,125; 95% CI 0,893 1,417). Hasil analisis statistik menunjukkan nilai p >0,05; hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang bermakna 113

Volume 4 Nomor 2 Juni 2014 pada hasil akhir efektivitas antara kelompok fondaparinux dan enoxaparin. Perbandingan hasil akhir keamanan dilihat dari jumlah pasien yang tidak mengalami pendarahan minor, pada kelompok fondaparinux sebanyak 49 pasien 81,7%) tidak mengalami pendarahan minor, sedangkan pada kelompok enoxaparin sebanyak 39 pasien (65%) (p=0,039; RR=1,256; 95% CI 1,007 1,567). Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistik terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok fondaparinux dan enoxaparin (p <0,05). RR=1,256 memiliki arti bahwa bahwa pasien SKA TESST yang mendapatkan fondaparinux memiliki risiko untuk tidak mengalami pendarahan minor 1,256 kali lebih besar dibandingkan enoxaparin. Pada penelitian ini tidak ditemukan adanya kejadian pendarahan mayor pada kelompok fondaparinux dan enoxaparin. Apabila terjadi pendarahan minor maka penggunaan antikoagulan untuk sementara ditunda atau dihentikan, tetapi pada beberapa pasien juga dilakukan penghentian sementara penggunaan antiplatelet. Antiplatelet dan antikoagulan merupakan terapi mendasar pada pasien SKA, keduanya mampu menurunkan angka morbiditas dan mortalitas. Akan tetapi penurunan kejadian iskemik yang didapatkan dari kedua obat tersebut juga disertai dengan peningkatan risiko komplikasi pendarahan (Singh dkk., 2014). Pasien SKA mempunyai hubungan yang erat dengan kejadian pendarahan, kematian, dan infark miokard berulang. Hasil dokumentasi menunjukkan bahwa pasien SKA yang mengalami pendarahan mayor mempunyai kemungkinan 60% lebih besar terjadinya kematian selama di rumah sakit dan 5 kali lebih besar terjadinya kematian selama 1 tahun (35,9% dibanding 7,4% pada pasien tanpa pendarahan mayor). Kejadian infark miokard dalam setahun juga 5 kali lebih besar ditemukan pada pasien dengan pendarahan mayor (Moscucci dkk., 2003; Segev dkk., 2005). Pasien usia lanjut, wanita, anemia, disfungsi ginjal, SKA risiko tinggi, diabetes, hipertensi, dan pasien yang menjalani prosedur invasif memiliki risiko sangat tinggi untuk mengalami pendarahan (Fitchett, 2007). Risiko pendarahan meningkat pada pasien dengan penurunan fungsi ginjal (renal insufficiency). Hasil penelitian meta analisis enoxaparin menunjukkan adanya risiko relatif kejadian pendarahan mayor pada pasien severe renal insufficiency 2,25 kali (95% CI 1,19-4,27) dibandingkan pasien dengan fungsi ginjal normal (Lim dkk., 2006; Sohal dkk., 2006). Penelitian Fox dkk (2007) menunjukkan adanya perbedaan kejadian pendarahan mayor antara fondaparinux dengan enoxaparin pada pasien dengan GFR <58 ml/menit/1,73 m 2. Faktorfaktor yang mempengaruhi pendarahan minor pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel III. Tabel II. Perbandingan efektivitas dan keamanan kelompok fondaparinux dan enoxaparin Outcome Fondaparinux Enoxaparin p RR 95% CI Efektivitas Tidak infark miokard 57 (95,0%) 53 (88,3%) 0,186 1,075 0,965 1,199 Tidak iskemik berulang 48 (80,0%) 44 (73,3%) 0,388 1,091 0,895 1,330 Tidak infark miokard atau iskemik berulang 45 (75,0%) 40 (66,7%) 0,315 1,125 0,893 1,417 Keamanan Tidak pendarahan mayor 60 (100%) 60 (100%) Tidak pendarahan minor 49 (81,7%) 39 (65%) 0,039* 1,256 1,007 1,567 Keterangan: * = nilai p<0,05 menunjukkan terdapat perbedaan bermakna antara kedua kelompok secara statistik Tabel III. Faktor yang Mempengaruhi Pendarahan Minor pada Kelompok Fondaparinux dan Enoxaparin (n=32 pasien) Faktor yang mempengaruhi Rata-rata/Jumlah Persentase Usia (tahun) 64,44 ± 11,51 - <65 tahun 13 pasien 40,6% - 65 tahun 19 pasien 59,4% Wanita 16 pasien 50% ClCR (ml/menit) 59,47 ± 26,32 - ClCR 60 ml/menit 10 pasien 34,5% - ClCR 30-59 ml/menit 17 pasien 58,6% - ClCR <30 ml/menit 2 pasien 6,9% 114

Jurnal Manajemen dan Pelayanan Farmasi Tabel III. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pendarahan Minor pada Kelompok Fondaparinux dan Enoxaparin (n=32 pasien) (Lanjutan) Faktor yang mempengaruhi Rata-rata/Jumlah Persentase Diabetes 10 pasien 31,3% Hipertensi 15 pasien 46,9% Tabel IV. Kriteria Pendarahan Minor yang Terjadi pada Kelompok Fondaparinux dan Enoxaparin (n=32 pasien) Kriteria pendarahan minor Jumlah (pasien) Hematuria 27 Batuk darah 2 Pendarahan di tempat injeksi 2 Mimisan 1 Melena 1 Sklera kemerahan 1 Tabel V. Onset Munculnya Pendarahan Minor pada Kelompok Fondaparinux dan Enoxaparin (32 pasien) Onset munculnya pendarahan Jumlah (pasien) Hari ke-1 8 Hari ke-2 7 Hari ke-3 5 Hari ke-4 7 Hari ke-5 2 Hari ke-6 2 Hari ke-7 1 Dari total 120 pasien, jumlah pasien yang mengalami pendarahan minor sebanyak 32 pasien. Dari data kelompok enoxaparin yang mengalami pendarahan minor, terdapat 3 pasien (15,8%) yang mendapatkan dosis enoxaparin berlebihan. Penelitian Lapointe dkk menjelaskan adanya perbedaan signifikan kejadian pendarahan dan kematian pada pasien yang mendapatkan dosis enoxaparin berlebihan dibandingkan dengan dosis enoxaparin yang tepat (Lapointe dkk., 2007). Kriteria pendarahan minor yang terjadi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4. Rata-rata onset munculnya pendarahan minor pada 32 pasien dalam penelitian ini terjadi pada hari ke-2,94 (SD=1,68) dengan rentang antara hari ke-1 hingga hari ke-7 setelah pemberian enoxaparin atau fondaparinux dosis pertama (Tabel 5). Hasil penelitian ini mempunyai kesamaan dengan hasil penelitian OASIS-5. Jumlah pasien yang mengalami pendarahan minor lebih sedikit ditemukan pada kelompok fondaparinux dibandingkan enoxaparin, jumlah kejadian infark miokard dan iskemik berulang antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna. Pada penelitian ini jumlah pasien yang mengalami pendarahan minor pada kelompok fondaparinux dibandingkan enoxaparin adalah 11 pasien (18,3%) dibanding 21 pasien (35%). Kejadian infark miokard pada kelompok fondaparinux dan enoxaparin sebanyak 3 pasien (5%) dan 7 pasien (11,7%). Kejadian iskemik berulang terjadi pada 13 pasien fondaparinux dan 16 pasien enoxaparin. KESIMPULAN Penggunaan antikoagulan fondaparinux dan enoxaparin pada pasien SKA tanpa elevasi segmen ST memiliki efektivitas yang sama, tetapi fondaparinux memiliki keamanan yang lebih baik dibandingkan enoxaparin. DAFTAR PUSTAKA Anderson, J.L., Adams, C.D., Antman, E.M., Bridges, C.R., Califf, R.M., Casey, D.E., dkk., 2013. 2012 ACCF/AHA Focused Update Incorporated Into the ACCF/AHA 2007 Guidelines forthe Management of Patients With Unstable Angina/Non ST- Elevation Myocardial Infarction: A Report of the American College of Cardiology Foundation/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines. Journal of 115

Volume 4 Nomor 2 Juni 2014 the American College of Cardiology, 61: 179 347. Antman, E.M., McCabe, C.H., Gurfinkel, E.P., Turpie, A.G., Bernink, P.J., Salein, D., dkk., 1999. Enoxaparin Prevents Death and Cardiac Ischemic Events in Unstable Angina/Non-Q-Wave Myocardial Infarction: Results of The Thrombolysis in Myocardial Infarction (TIMI) 11B Trial. Circulation, 100: 1593 1601. Bassand, J.P., Hamm, C.W., Ardissino, D., Boersma, E., Budaj, A., Fernandez, F., dkk., 2007. Guidelines For The Diagnosis and Treatment of Non-ST-Segment Elevation Acute Coronary Syndromes. European Heart Journal, 28: 1598 1660. Bruno, R., Baille, P., Retout, S., Vivier, N., Veyrat, C., Sanderink, G.J., dkk., 2003. Population Pharmacokinetics and Pharmacodynamics of Enoxaparin in Unstable Angina and Non-ST-Segment Elevation Myocardial Infarction. British Journal of Clinical Pharmacology, 56: 407 414. Committee for Proprietary Medical Products, 2000. 'Points to Consider on The Clinical Investigation of New Medicinal Products for The Treatment of Acute Coronary Syndrome (ACS) Without Persistent ST- Segment Elevation'. European Medicines Agency, London. Fitchett, D., 2007. The Impact of Bleeding in Patients With Acute Coronary Syndromes: How to Optimize The Benefits of Treatment and Minimize The Risk. The Canadian Journal of Cardiology, 23: 663 671. Fox, K.A.A., Bassand, J.-P., Mehta, S.R., Wallentin, L., Theroux, P., Piegas, L.S., dkk., 2007. Influence of Renal Function on The Efficacy and Safety of Fondaparinux Relative to Enoxaparin in Non ST-Segment Elevation Acute Coronary Syndromes. Annals of Internal Medicine, 147: 304 310. Hamm, C.W., Bassand, J.-P., Agewall, S., Bax, J., Boersma, E., Bueno, H., dkk., 2011. ESC Guidelines For The Management of Acute Coronary Syndromes in Patients Presenting Without Persistent ST-Segment Elevation. European Heart Journal, 32: 2999 3054. Lapointe, N.M.A., Chen, A.Y., Alexander, K.P., Roe, M.T., Pollack, C.V., Jr, Lytle, B.L., dkk., 2007. Enoxaparin Dosing and Associated Risk of In-Hospital Bleeding and Death in Patients with Non ST-Segment Elevation Acute Coronary Syndromes. Archives of Internal Medicine, 167: 1539 1544. Lim, W., Dentali, F., Eikelboom, J.W., dan Crowther, M.A., 2006. Meta-Analysis: Low-Molecular-Weight Heparin and Bleeding in Patients with Severe Renal Insufficiency. Annals of Internal Medicine, 144: 673 684. Moscucci, M., Fox, K.A., Cannon, C.P., Klein, W., Lopez, J., Montalescot, G., dkk., 2003. Predictors of Major Bleeding in Acute Coronary Syndromes: the Global Registry of Acute Coronary Events (GRACE). European Heart Journal, 24: 1815 1823. Sculpher, M.J., Lozano-Ortega, G., Sambrook, J., Palmer, S., Ormanidhi, O., Bakhai, A., dkk., 2009. Fondaparinux Versus Enoxaparin in Non-ST-Elevation Acute Coronary Syndromes: Short-Term Cost and Long- Term Cost-Effectiveness Using Data From the Fifth Organization to Assess Strategies in Acute Ischemic Syndromes Investigators (OASIS-5) trial. American Heart Journal, 157: 845 852. Segev, A., Strauss, B.H., Tan, M., Constance, C., Langer, A., Goodman, S.G., dkk., 2005. Predictors and 1-Year Outcome of Major Bleeding in Patients with Non-ST- Elevation Acute Coronary Syndromes: Insights from The Canadian Acute Coronary Syndrome Registries. American Heart Journal, 150: 690 694. Singh, D., Gupta, K., dan Vacek, J.L., 2014. Anticoagulation and Antiplatelet Therapy in Acute Coronary Syndromes. Cleveland Clinic Journal of Medicine, 81: 103 114. Sohal, A.S., Gangji, A.S., Crowther, M.A., dan Treleaven, D., 2006. Uremic Bleeding: Pathophysiology and Clinical Risk Factors. Thrombosis Research, 118: 417 422. Yusuf, S., Mehta, S.R., Chrolavicius, S., Afzal, R., Pogue, J., Granger, C.B., dkk., 2006. Comparison of Fondaparinux and Enoxaparin in Acute Coronary Syndromes. The New England Journal of Medicine, 354: 1464 1476. 116