Company LOGO Catatan Akhir Tahun 2015 Buruk Rupa Tata Kelola Anggaran www.info-anggaran.org
Contents www.info-anggaran.org Penyerapan dan Kinerja Anggaran Ikhtisar Hasil Pemeriksaan BPK Defisit dan Utang LN Dana Desa dan BUMN Tax Amensty, BLBI dan APBN 2016
Catatan APBN P 2015 www.themegallery.com APBN Alternatif FTIRA 2015 : 1. APBN tidak Pro Rakyat, Subsidi dikurangi. 2. Realokasi Subsidi- Infrastruktur belum tepat sararan. 3. Target Pajak dan PNBP Rendah. 4. Pro Investasi Asing. 5. Ruang Fiskal Daerah dipersempit.
Pendapatan Anggaran Tak Tercapai www.info-anggaran.org
www.info-anggaran.org Belanja Pemerintah Rendah
www.info-anggaran.org Desifit Anggaran Membengkak
Target dan Realisasi Anggaran 2015 www.info-anggaran.org
Capaian Anggaran K/L www.themegallery.com
Capaian Kinerja K/L www.themegallery.com
Sebaran Capaian Anggaran dan Kinerja www.themegallery.com
Kinerja K/L www.info-anggaran.org
Kinerja K/L www.info-anggaran.org
www.info-anggaran.org
www.themegallery.com
www.themegallery.com
www.themegallery.com
www.themegallery.com Peringkat Realisasi Anggaran Semester III Realisasi Anggaran Kementerian (%) persen 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Peringkat Kinerja Semester III Kementrian www.themegallery.com Realisasi Kinerja Kementerian (%) persen 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
Peringkat Realisasi Anggaran Lembaga Smstr III www.themegallery.com Realisasi Anggaran Lembaga (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN LEMBAGA SANDI NEGARA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL SEKRETARIAT NEGARA BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) BADAN PUSAT STATISTIK LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA KOMISI PEMILIHAN UMUM BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT BADAN SAR NASIONAL BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK MAHKAMAH KONSTITUSI RI DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) SEKRETARIAT KABINET BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) BADAN STANDARDISASI NASIONAL KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA KOMISI YUDISIAL RI BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR MAHKAMAH AGUNG PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS persen
Realisasi Kinerja Lembaga Smster III www.themegallery.com Realisasi Kinerja Lembaga (%) 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN MAHKAMAH AGUNG BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA KOMISI NASIONAL HAK ASASI MANUSIA PERPUSTAKAAN NASIONAL REPUBLIK LEMBAGA SANDI NEGARA DEWAN PERWAKILAN DAERAH (DPD) LEMBAGA KETAHANAN NASIONAL BADAN INFORMASI GEOSPASIAL (BIG) KOMISI YUDISIAL RI BADAN STANDARDISASI NASIONAL BADAN PENGUSAHAAN KAWASAN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM SEKRETARIAT NEGARA BADAN PUSAT STATISTIK BADAN SAR NASIONAL BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR BADAN PENANGGULANGAN LUMPUR BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN LEMBAGA PENERBANGAN DAN ANTARIKSA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL (BATAN) ARSIP NASIONAL REPUBLIK INDONESIA LEMBAGA KEBIJAKAN PENGADAAN KOMISI PEMILIHAN UMUM BADAN METEOROLOGI, KLIMATOLOGI DAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) BADAN NASIONAL PENANGGULANGAN BADAN KOORDINASI PENANAMAN MODAL PUSAT PELAPORAN DAN ANALISIS MAHKAMAH KONSTITUSI RI SEKRETARIAT KABINET MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA persen
Defisit Melebar www.themegallery.com
2015 : Indonesia Tertinggi Sejajar dengan Tiongkok www.themegallery.com
www.themegallery.com
2033 : Jatuh Tempo Utang BLBI 125 T www.themegallery.com
www.themegallery.com
www.themegallery.com
Utang LN Per Oktober 2015 : Rp. 4000 T (302 juta USD) www.themegallery.com Dalam Juta USD
Rapor Kementrian berdasarkan Kerugian Negara
Rapor Kementrian berdasarkan Kerugian Negara
Rapor Buruk Kerugian Negara K/L Paling Besar 1. Kementrian Keuangan : Rp 111,57 M 2. Kemenkumham : Rp. 32,45 M 3. Kementerian PU : Rp. 19,30 M 4. Kementerian Perhubungan : Rp. 16,35 M 5. Kementerian ESDM : Rp. 11, 49 M Lembaga 1. LPP TVRI : Rp. 46,8 M 2. BP KPBPB Sabang : Rp. 8,5 M 3. Lembaga Sandi Negara : Rp. 8,4 M Ket : hasil audit bpk IHPS Smstr I 2015 diolah Cttn : Entitas yang telah menyetorkan uang/ menyerahkan aset tersebut di antaranya Kementerian Pekerjaan Umum senilai Rp11,36 miliar, Badan Nasional Penanggulangan Bencana Rp8,61 miliar, dan Kementerian Keuangan senilai Rp6,44 miliar.
Rapor Buruk Potensi Kerugian Negara K/L Paling Besar 1. Kementrian Sosial : Rp. 267,95 M 2. Kemenkeu : Rp. 248, 41 M 3. Kemendikbud : Rp. 218,94 M 4. Kementerian Pertanian : Rp. 65,33 M 5. Kementrian Luar Negeri : Rp. 8,21 M Lembaga : 1. BPPT : Rp. 153,22 M 2. BPLS : Rp. 112,58 M 3. TVRI : Rp. 28,59 M Cttn : Entitas KL yang menyetor uang/ aset tersebut di antaranya Kementerian PU senilai Rp1,13 miliar, Kementerian Kesehatan senilai Rp1,39 miliar, dan Kementerian Perhubungan senilai Rp438,62 juta.
Rapor Buruk Kekurangan Penerimaan KL Paling Besar 1. Kementrian Keuangan :Rp. 3,745 Triliun 2. Kementrian ESDM :Rp. 358,64 M 3. Kemenakertrans :Rp. 116,23 M 4. Kementrian PU :Rp. 16,36 M Lembaga : 1. Lapan Rp. 11,29 M 2. Lembaga Sandi Negara Rp. 3,24 M
Tata Kelola BUMN dan Utang yang dipaksakan! Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Rini Soemarno, membawa Direktur Utama dari 3 bank BUMN ke Beijing, China. Untuk menandatangani perjanjian utang dengan Bank Pembangunan China (China Development Bank/CBD). Bank China ini memberikan utang senilai US$ 3 miliar, atau sekitar Rp 42 triliun kepada PT Bank Mandiri Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).! Dalam waktu 7 bulan, BUMN sedang dan akan mendistribusikan 102 Triliun untuk Penyertaan Modal Nasional (PMN) yaitu 63 Triliun di APBNP 2015 dan 39 Triliun di RAPBN 2016.! Keseluruhan BUMN tersebut mempunyai aset Rp. 4.607,2 Triliun. Namun hanya menghasilkan laba bersih Rp. 131,7 triliun dan Menyumbang deviden sebesar Rp. 40,3 T dari 2000-2014. Dan Deviden yang belum terbayarkan ke Negara Rp. 500 T.! Menteri Rini Total akan menambah utang yang akan diberikan China adalah US$ 50 miliar, atau setara Rp 650 triliun (asumsi kurs US$ 1=Rp 13.000).
Laporan Keuangan BUMN (dalam Juta Rp.) *Dalam Juta 2011 2012 2013 2014 Nilai Penyertaan Modal 59.112.916 (58 BUMN) 64.386.900 (60 BUMN) 64.455.386 (58 BUMN) 58.190.136 (56 BUMN) Laba BUMN Setoran Pajak BUMN 189.438.027 256.884.527 274.799.646 272.836.976 35.098.083 50.396.036 50.168.389 70.646.809 Rugi BUMN/Tahun -1.531.899 (26 BUMN) -5.195.283 (24 BUMN) -2.227.504 (30 BUMN) -8.008.449 (31 BUMN) Laba Ditahan 316.672.883 390.278.440 509.779.063 596.514.382
RUU Pengampunan Pajak Inisiatif Pemerintah? Khusus menyoroti hal ini, FITRA mencatat ada banyak masalah dalam RUU tersebut yaitu : Pertama, dasar argumentasi RUU Pengampunan Pajak salah tafsir dalam pasal 23 A, hal tersebut bertentangan dengan Konstitusi UUD 1945 pasal 23 dan 23 A tentang pengelolaan APBN dan Pemungutan Pajak. Dimana, pemungutan pajak dalam proses APBN sudah ada sistem hukumnya yang bersifat memaksa, bukan mengampuni. Kedua, ada skala prioritas revisi UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) revisi Nomor 16 Tahun 2009 perlu didahulukan dari RUU pengampunan Pajak. Secara substansi, RUU Pengampunan Pajak juga mendegradasi UU KUP terkait kewenangan dan penyederhanaan sistem pemungutan pajak. Proses RUU Pengampunan pajak ini terkesan dipaksakan karena belum ada Naskah Akademiknya, sehingga potensi melanggar aturan sebelumnya akan sangat besar. Ketiga, RUU ini bertentangan dengan UU Keuangan Negara No. 17 Tahun 2003 pasal Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan, dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan
Keempat, Sistem Pengampunan Pajak selalu gagal tahun 1964 dan 1984 karena saat ini tidak sejalan dengan sistem dan mekanisme tata cara pemungutan pajak. Sehingga kebijakan tersebut saat itu hanya dimanfaatkan orang tertentu tanpa berdampak signifikan terhadap pendapatan negara. RUU pengampunan pajak ini pun sesungguhnya bertentangan dengan KUP dan diprediksi akan kembali gagal. Kelima, RUU Pengampunan Pajak berpotensi menjadi fasilitas karpet merah bagi konglomerat, pelaku kejahatan ekonomi dan financial, dan pencucian uang. Dimana dalam RUU tersebut dicantumkan bahwa, asal seorang atau badan mengajukan pengampunan, maka akan dilakukan proses pengampunan tanpa melihat asal usul harta. Tidak disaring, sehingga RUU ini berpotensi menarik banyak uang haram dalam APBN dan perekonomian Indonesia. Keenam, pengampunan pajak ini akan semakin memperlebar jarak kemiskinan dan kesejahteraan antara elit dan jelata karena sistem ini tidak adil. Hal tersebut tercermin dari pengampunan yang diberikan dalam bentuk sanksi pidana perpajakan, dan sanksi dengan berupa uang. Hal ini bertolak belakang dengan sistem hukum bahwa semua warga negara sama didepan hukum. Justru orang kaya memdapatkan perlakuan khusus dari pemerintah.
Ketujuh, RUU ini tidak akan efektif mengukur jumlah harta perseorangan dan badan. Dalam RUU ini, pengampunan akan didasarkan pada persentase jumlah harta secara keseluruhan untuk merumuskan berapa besar jumlah uang tebusan. Sistem ini naif karena masalah rahasia perbankan yang sistem dirjen pajak pun belum bisa masuk dan bebas tanpa bantuan penegak hukum. Kedelapan, jumlah uang muka dalam RUU pengampunan ini sangat kecil dan tidak berdampak pada peningkatan pendapatan negara dari sektor pajak. Tercatat uang tebusan hanya 3%, 5 % dan 8 Persen. Seharusnya tanpa sanksi pidana, uang tebusan diatas 25 %. Ini adalah kebijakan akal-akalan yang berpotensi menguntungkan kelompok tertentu disaat dalam negeri membutuhkan uang segar untuk pembiayaan infrastruktur. Kesembilan, amanat pembentukan Satuan Tugas Pengampunan Pajak langsung dibawah Presiden ini tidak akan efektif dan tumpang tindih dengan Dirjen Pajak dan penegak hukum lain. Sistem data dan informasi juga tidak transparan dan akuntabel. Selain itu jika pembiayaan menggunakan APBN semakin memboroskan negara, dan jika sesuai RUU ini dihitung dari prosesntase jumlah penarikan uang tebusan justru akan bermasalah dari sisi transparansi dan akuntabilitasnya. Kesepuluh, Potensi korupsi berupa ruang transaksional sangat tinggi. Hal ini tercermin dengan pengelolaan yang diserahkan kepada Satgas karena sistem pengawasan, transpransi dan akuntabilitasnya tidak ada. Justru ruang ini akan menjadi proses transpaksional yang legal dengan memanipulasi perhitungan uang tebusan dll.
Desain RUU Pengampunan Pajak www.themegallery.com Pengampunan Pajak Target dalam APBN 2016 khusus Pengampunan Pajak hanya Rp.16 T. Katanya ada 4000 T di LN Diduga hanya Mengampuni Obligor BLBI Karena tahun 2016 kasus Rp. 600 T itu KADALUARSA KPK Sedang Dilemahkan
Per Oktober 2015 Dana Desa Lambat www.themegallery.com Masalah lain dana Desa adalah : 1. Formulasi PP yang belum adil. 2. Pemerintah Daerah belum siap dengan Perda. 3. Pendampingan masih bersifat PNPM. 4. Pemerintah Desa yang menjadi Korban Buruknya Tata Kelola Pemerintah Pusat- Daerah. 5. Potensi Korupsi Dana Desa Tinggi
www.themegallery.com
Kesimpulan www.themegallery.com! Politik Anggaran APBN P 2015 tidak berdasarkan kebutuhan Rakyat tetapi Subsidi justru dialihkan untuk penjaminan Utang Pembangunan Infrastruktur.! Pengelolaan Anggaran dan Kinerja Kementrian Masih Rendah.! APBN P Pada awal tahun menjadi dalah satu sumber permasalahan.! APBN masih dikelola secara Defisit sehingga Utang LN meningkat seiring dengan banjirnya investasi Asing.! BUMN dikelola untuk menyedot uang negara dan menampung uang asing, seharusnya memperkuat ekonomi Nasional.! Dana Desa masih dikelola dengan tidak serius oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
Rekomendasi www.themegallery.com! Presiden melakukan evaluasi menyeluruh kepada kementrian terkait pengelolaan anggaran dan kinerja kementrian. Kementrian BUMN dan Kemenku perlu di evaluasi.! APBN P 2016 jangan bulan Februari, namun sekitar September/ Oktober, untuk menghindari ruang transaksional seperti APBN P 2015, memperluas penyerapan dan menjamin ekonomi nasional.! Presiden harus berpegang teguh pada nawacita dan trisakti, jangan mengadaikan anggaran negara dan ekonomi bangsa pada asing dan aseng.! Dana Desa dan Tranfer daerah meningkat pada APBN 2016, perlu dikelola secara baik dan benar oleh Pemerintah dengan menguatkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas.! Presiden harus menarik usulan Tax Amnesty, jangan tunduk pada skenario kelompok untuk mengampuni Penjahat BLBI yang akan kadaluarsa 2016.
Company LOGO www.info-anggaran.org