RUU KKHE. Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem. Kasmita Widodo Koordinator Working Group ICCAs Indonesia (WGII) Kepala BRWA

dokumen-dokumen yang mirip
Perlukah Dibentuk Peraturan Perundang-Undangan Mengenai Sumber Daya Genetik? oleh: Meirina Fajarwati *

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER DAYA GENETIK DAN PENGETAHUAN TRADISIONAL DI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RUU RANCANGAN UNDANG-UNDANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. TENTANG

2016, No (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nom

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Konservasi. Macan Tutul Jawa. Strategi dan Rencana Aksi. Tahun PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.03/ MEN/2010 TENTANG TATA CARA PENETAPAN STATUS PERLINDUNGAN JENIS IKAN

Bahan Kuliah Ke-10 Undang-undang dan Kebijakan Pembangunan Peternakan KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN KARANTINA

PERIZINAN PENELITIAN ASING. PP No 41/2006

LAPORAN SINGKAT PANITIA KHUSUS (PANSUS) RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PATEN

KebijakanKeanekaragamanHayati. FakultasPertaniandanPeternakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134, Tambahan

KULIAH KSDH-1: PENGGOLONGAN KEANEKARAGAMAN HAYATI. Suhartini Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA UNY

KONVENSI INTERNASIONAL DAN PERUNDANG-UNDANGAN TERKAIT PERLINDUNGAN KEHATI DAN MTA

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 69 TAHUN 2011 NOMOR 25 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL

CATATAN ATAS RUU KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI (VERSI DPR)

LEMBAGA KEUANGAN MIKRO 2013 UU NO. 1, LN 2013/No. 12, TLN NO UNDANG-UNDANG TENTANG LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2 Indonesia Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3544); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU

2016, No pengetahuan dan teknologi tentang keanekaragaman hayati yang harus disosialisasikan kepada masyarakat, perlu membangun Museum Nasiona

LAMPIRAN KERTAS POSISI WWF INDONESIA TENTANG PEMANFAATAN TRADISIONAL SUMBER DAYA ALAM UNTUK KEHIDUPAN MASYARAKAT DAN KONSERVASI

BERITA NEGARA. BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN. Pengkajian. Keamanan. Pangan. Produk. Rekayasa Genetik. Pedoman.

UPAYA MEMBERI PAYUNG HUKUM YANG KOMPREHENSIF DI BIDANG KONSERVASI Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 29 April 2016; disetujui: 10 Mei 2016

Hak Atas Lingkungan (HAL) Sebagai Hak Asasi Manusia (HAM) Dewi Triwahyuni

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.32/Menlhk-Setjen/2015 TENTANG HUTAN HAK

2 c. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 461/Kpts-II/1999 telah ditetapkan Penetapan Musim Berburu di Taman Buru dan Areal Buru; b. ba

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE

KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 407 TAHUN 2006 TENTANG TIM PENGARAH PROGRAM MENUJU INDONESIA HIJAU MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PEMANFAATAN JENIS TUMBUHAN DAN SATWA LIAR

DRAF RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KONSERVASI KEANEKARAGAMAN HAYATI DAN EKOSISTEM

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 68/Menhut-II/2008 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PELESTARIAN TUMBUHAN DAN SATWA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

C. BIDANG KEHUTANAN SUB SUB BIDANG SUB BIDANG URAIAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.23/MEN/2011 TENTANG

2013, No Mengingat Emisi Gas Rumah Kaca Dari Deforestasi, Degradasi Hutan dan Lahan Gambut; : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Rep

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

A. Peraturan Perundang-undangan yang Berlaku di Indonesia yang Berkaitan dan Mendukung Konvensi

2016, No Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Jenis Invasif; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konse

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KONSERVASI SUMBER DAYA ALAM HAYATI DAN EKOSISTEMNYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

2016, No Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 56, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3482); 3. Undang-Undang Nomor 5 Tah

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b dan huruf c, maka perlu menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN 2010 TENTANG KOMISI KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.83/Menhut-II/2014 TENTANG

KONTRAK PERKULIAHAN. Nama Mata Kuliah : UU dan Kebijakan Pembangunan Peternakan Kode Mata Kuliah : JIO MANFAAT MATA KULIAH

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2004 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2000 TENTANG KEWENANGAN PEMERINTAH DAN KEWENANGAN PROPINSI SEBAGAI DAERAH OTONOM *)

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. antara makhluk hidup dari semua sumber, termasuk diantaranya daratan,

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 18/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.22/MEN/2009 TENTANG

TAMBAHAN PUSTAKA. Distribution between terestrial and epiphyte orchid.

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

2013, No.73.

1.1. Latar Belakang dan Tujuan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/12/2006 TENTANG PELESTARIAN DAN PEMANFAATAN SUMBER DAYA GENETIK TANAMAN

Dasar Hukum yang Digunakan dalam Penyusunan Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG


- 1 - DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Program Dana Hibah Kecil Pengelolaan Wilayah Konservasi Masyarakat Adat atau Komunitas Lokal Indonesia (ICCA-Indonesia)

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA. LIPI. Balai Bio Industri Laut. Orta. Pencabutan. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA REPUBLIK INDONESIA

PANDUAN PENULIS: KASMITA WIDODO SANDORO PURBA CRISTINA EGHENTER. Working Group ICCAs Indonesia (WGII)

SUB BIDANG SUB SUB BIDANG PEMERINTAHAN DAERAH

2 Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lem

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.40/MEN/2011 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG KEAMANAN HAYATI PRODUK REKAYASA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.37/MEN/2011 TENTANG

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayai dan Ekosistemnya;

PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2003 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

Transkripsi:

RUU KKHE Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem Kasmita Widodo Koordinator Working Group ICCAs Indonesia (WGII) Kepala BRWA

Pokok Bahasan Perkembangan dan Pandangan RUU KKHE Konvensi Internasional Pandangan Kritis Terhadap Naskah RUU KKHE Konservasi Rakyat

Perkembangan Proses Penyusunan RUU KKHE Pada pemerintahan sebelumnya, Kementerian Kehutanan melakukan revisi UU 5/90, dan Kementerian Lingkungan Hidup sedang menyusun RUU Pengelolaan Sumber Daya Genetik Pada Mei 2015 KLHK membentuk Tim Penyusun Rancangan Undang-Undang (RUU) yang melibatkan berbagai pihak, dan telah menghasilkan RUU tentang Konservasi Keanekaragaman Hayati dan Ekosistem (RUU KKHE) yang telah disosialisasikan kepada publik di semua region. RUU KKHE menjadi inisiatif DPR, dalam proses menjadi Prolegnas Prioritas 2017.

Beberapa Pandangan Perlunya Penyusunan RUU KKHE Indonesia sebagai negara Mega Biodiversity merupakan negara dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang luar biasa besarnya. Kekayaan kenaekaragaman hayati tersebut apabila merujuk pada konstitusi Indonesia, haruslah dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam sejarahnya upaya upaya perlindungan terhadap kekayaan alam dan sumber-sumber hayati tersebut sudah banyak dilakukan. Termasuk di dalamnya adalah aturan-aturan adat serta kearifan lokal dari masyarakat Masyarakat Hukum Adat (Masyarakat Adat) dan Komunitas Lokal lainnya (Masyarakat Lokal). Kesepakatan Internasional telah ditandatangani Indonesia, khususnya yang berkaitan dengan Konservasi serta kedudukan Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal di dalamnya.

Konvensi Internasional yang diratifikasi & diadopsi Pemerintah Indonesia Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973 (CITES) Convention of Biological Diversity, 1992 (CBD) Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity, 2000 (Cartagena Protocol) Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Utilization to the Convention on Biological Diversity, 2010 (Nagoya Protocol)

No Kesepakatan Internasional 1 Convention on International Trade of Endangered Species of Wild Fauna and Flora, 1973 (CITES) 2 Convention of Biological Diversity, 1992 (CBD) 3 Cartagena Protocol on Biosafety to the Convention on Biological Diversity, 2000 (Cartagena Protocol) 4 Nagoya Protocol on Access to Genetic Resources and the Fair and Equitable Sharing of Benefits Arising from their Ratifikasi dan Adopsi Keputusan Presiden (Keppres) No. 43 Tahun 1978 tentang pengesahan Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora (LN 1978/51) Diadopsi dalam: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (LN 1990/49; TLN NO. 3419 ) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1994 Tentang Pengesahan United Nations Convention On Biological Diversity (Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1994 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3556) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2004 Tentang Pengesahan Cartagena Protocol On Biosafety To The Convention On Biological Diversity (Protokol Cartagena Tentang Keamanan Hayati Atas Konvensi Tentang Keanekaragaman Hayati) (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4414) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2013 Tentang Pengesahan Nagoya Protocol On Access To Genetic Resources And The Fair And Equitable Sharing Of Benefits Arising From Their Utilization To The Convention On Biological Diversity (Protokol Nagoya Tentang Akses Pada Sumber Daya Genetik Dan Pembagian Keuntungan Yang Adil Dan Seimbang Yang Timbul Dari

RUU KKHE Pemenuhan AICHI Targets (nomor 11, 14, 16 dan 18) yang meliputi aspek: Untuk mengakui areal konservasi yang efektif di luar konservasi yang dilakukan negara. Dimana, konservasi efektif lain ini biasa dilakukan oleh Masyarakat Adat atau Masyarakat Lokal; Untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan-kebutuhan kaum perempuan, Masyarakat Adat, Masyarakat Lokal, Kaum Miskin dan Rentan; Menjalankan Protokol Nagoya dalam kebijakan legislasi nasional; Menjadikan Pengetahuan Tradisional, inovasi adat dan praktik adat/lokal dari Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal sebagai subjek dari legislasi nasional (undang-undang) dan kewajiban internasional lainnya serta diintegrasikan dan tercermin dalam setiap pelaksanaan CBD dengan memperhatikan secara penuh dan peran partisipatif Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal pada setiap tingkatan

PANDANGAN KRITIS TERHADAP NASKAH RUU KKHE SUMBERDAYA GENETIK (SDG) SPESIES EKOSISTEM

Kelemahan ketentuan pengaturan sumber daya genetika (SDG) Pengaturan norma perlindungan Hak Kekayaan Intelektual atas pengembangan teknologi, inovasi dan invensi atas SDG tidak berpihak kepada masyarakat lokal dan masyarakat hukum adat. Pengaturan norma mengenai pengawasan tidak sinkron. Pasal 153 ayat (3) menyatakan Peran serta masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk aspek pengawasan, tapi tidak ada norma tsb, pengawasan hanya oleh Pemerintah.

Kelemahan ketentuan pengaturan spesies Pengaturan norma Pemanfaatan Spesies yang dilakukan dalam menjalankan Agama, Adat, dan Ritual tidak sepenuhnya diakui dengan rancangan undang-undang ini. Fakta yang ada selama ini adalah pengalihfungsian lahan secara illegal maupun dengan izin pemerintah yang dibuat tanpa pertimbangan ekologis di banyak tempat termasuk wilayah adat dari Masyarakat Adat dan wilayah kelola Masyarakat Lokal. Pengalihfungsian lahan yang dikonservasi Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal berdampak pada hilangnya habitas khas dari beberapa spesies.

Kelemahan ketentuan pengaturan ekosistem Pengaturan norma Perlindungan dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam harus dilaksanakan secara berimbang; Konservasi rakyat adalah salah satu implementasi dari perlindungan dan pemanfaatan Sumber Daya Alam yang dilakukan secara berimbang; Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal berhak untuk menetukan pemanfaatan Spesies dan SDG sepanjang merupakan kandungan dari AKKM (areal konservasi kelola masyarakat) sesuai dengan pemanfaatan tradisional dan kearifan lokalnya. Pihak yang akan memanfaatkan SDG hanya bisa melakukan niatanya dengan persetujuan dari Masyarakat Adat atau Masyarakat Lokal dengan informasi yang memadai untuk tujuan penggunaannya (Padia/FPIC); Masyarakat Adat dan Masyarakat Lokal adalah subjek yang harus terlibat aktif dalam memastikan kinerja Pemerintah dalam menjalankan perlindungan dan pemanfaatan SDA sesuai dengan kewenangannya yang wajar dan tidak menyimpang.

Konservasi Rakyat

Beberapa Tema Konservasi Rakyat yang perlu dimasukkan Naskah RUU KKHE 1. MHA Dan Masyarakat lokal adalah pemilik SDG 2. Kontrak dalam pemanfaatan SDG 3. Tanggung jawab Negara terhadap OHMG 4. Hak kekayaan intelektual atas pengembangan teknologi, inovasi dan invensi atas SDG 5. Hak atas akses dan pemanfaatan spesies untuk perburuan tradisional, ritual adat dan agama 6. Perlindungan spesies untuk ritual adat, pengobatan tradisional dan praktek adat dari pengerusakan lingkungan 7. MHA dan Masyarakat lokal sebagai pemangku AKKM 8. AKKM adalah suatu areal yang dilindungi dengan suatu sistem dengan pengetahuan lokal/tradisional 9. AKKM yang berada dalam Kawasan Konservasi harus diakui 10.AKKM yang berada di ekosistem penting lainnya harus dilindungi Pemerintah

Working Group ICCAs Indonesia (WGII) : Mewujudkan pengelolaan kawasan konservasi yang berkeadilan dan berkelanjutan www.iccas.or.id