BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi yang dibarengi dengan pelaksanaan otonomi daerah

I. PENDAHULUAN. Proses desentralisasi pemerintahan yang dilakukan oleh Pemerintah. daerah memberikan konsekuensi terhadap Pemerintah Daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB II LANDASAN TEORI. keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

NOMOR 34 TAHUN 2000 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 1997 PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

BAB III RETRIBUSI DAERAH. Undang Nomor 28 Tahun 2009 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TANGGAL 13 SEPTEMBER 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam pemerintahan suatu negara, pemerintah mempunyai peran dalam perekonomiannya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

II. TINJAUAN PUSTAKA. pusat dan daerah, bahwa pembangunan daerah sebagai bagian integral dari

1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 sebagaimana telah diubah dengan Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar 1945;

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 1997 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Terminologi Retribusi Daerah. Nomor 34 Tahun 2000 sebagai perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. administrasi dan fungsi Pemerintah di daerah yang dilaksanakan oleh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG RETRIBUSI JASA UMUM

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II PENGATURAN RETRIBUSI PENGGANTIAN BIAYA CETAK DOKUMEN KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

BAB I PENDAHULUAN. yang baik. Melalui sistem pemerintahan yang baik, setidaknya hal tersebut dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan menggali sumber-sumber daya yang ada di setiap daerah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Peranan yang diberikan yaitu dalam bentuk sarana dan prasarana baik itu yang berupa sarana

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BAB I PENDAHULUAN. yang dibutuhkan oleh daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat daerah.

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya undang-undang yang berkaitan dengan otonomi daerah

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. didalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak-hak dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Subbag Hukum BPK Perwakilan Provinsi Sumatera Selatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB III TINJAUAN TEORITIS. pemungutan itu adalah suatu perbuatan hal, cara atau proses dalam memungut

BAB II TINJAUAN TENTANG PEMERINTAH DAERAH DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2001 TENTANG PENETAPAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BONTANG TAHUN ANGGARAN 2001

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. yang menyelenggarakan pemerintahan (Waluyo, 2007: 2) untuk memelihara kesejahteraan secara langsung.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat. Retribusi

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

RETRIBUSI TERMINAL SEBAGAI SALAH SATU SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH KABUPATEN/KOTA. Oleh. Zainab Ompu Zainah ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (Mardiasmo, 2009:21). digunakan untuk membayar pengeluaran umum.

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan di suatu daerah dimaksudkan untuk membangun masyarakat

Ketentuan Formal Retribusi Daerah MATA KULIAH PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS INDONESIA

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB II PENENTUAN TARIF LAYANAN JASA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS. memiliki sumbangsih paling potensial. Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun

Yerni Pareang Alumni Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan. Yudea Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Balikpapan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan daerahnya sendiri, membuat peraturan sendiri (PERDA) beserta

yang tidak perlu, mendorong kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah dan masyarakat daerah dalam mengejar kesejahteraan, walau dalam

PENDAPATAN PER-SKPD SEBELUM DAN SESUDAH P-APBD TA 2016

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pengeluaran daerah itu. Pendapatan daerah itu bisa berupa

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

manajemen sebagai suatu seni (suatu art) dan sebagi suatu ilmu. 3

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang. Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah, maka

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB II LANDASAN TEORI. sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah popular mendefinisikan

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI TANAH BUMBU NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG MEKANISAME PERFORASI

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

A. Struktur APBD Kota Surakarta APBD Kota Surakarta Tahun

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 66 TAHUN 2001 TENTANG RETRIBUSI DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendapatan Asli Daerah 2.1.1 Defenisi Pendapatan Asli Daerah Berdasarkan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pendapatan asli daerah didefinisikan sebagai pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Ahmad Yani (2002) juga menyebutkan bahwa pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraaturan perundang-undangan yang berlaku. Mardiasmo (2003), Pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah. 2.1.2.Jenis- jenis Pendapatan Asli Daerah Didalam undang-undang Nomor 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, pada bab V (lima) nomor 1 (satu) disebutkan bahwa pendapatan asli daerah bersumber dari :

a. Pajak Daerah Berdasarkan UU Nomor 34 Tahun 2000 tentang perubahan atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang pajak daerah dan retribusi daerah dalam Kurniawan,Panca (2004), yang dimaksud dengan pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah.jenis-jenis pajak daerah untuk kabupaten/kota menurut Kesit (2003) antara lain ialah: Pajak hotel, Pajak restoran, Pajak hiburan, Pajak reklame, Pajak penerangan jalan, Pajak pengambilan bahan galian golongan C, Pajak parkir Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasakan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah (Erly Suandy,2002) b. Retribusi Daerah Retribusi Daerah adalah pungutan derah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan /atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. (kesit,2003)retribusi daerah

sendiri adalah bagian dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang keberadaan dan pemungutannya potensial untuk dipupuk dan dikembangkan.pungutan retribusi daerah ditentukan oleh jasa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah daerah dan yang diperlukan oleh masyarakat. c. Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Milik Daerah yang Dipisahkan Menurut Halim (2004), Hasil perusahaan milik Daerah dan hasil Pengelolaan kekayaan milik Daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari hasil perusahaan milik Daerah dan pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Menurut Halim (2004), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut: ;1) bagian laba Perusahaan milik daerah, 2 ) bagian laba lembaga keuangan Bank, 3) Bagian laba Lembaga keuangan non bank, 4) bagian laba atas penyertaan modal / investasi. d. Lain Lain PAD yang Sah Menurut Halim (2004), pendapatan ini merupakan penerimaan Daerah yang berasal dari lain-lain milik pemerintah Daerah. Menurut Halim (2004), jenis pendapatan ini meliputi objek pendapatan berikut, 1) Hasil penjualan aset Daerah yang tidak dipisahkan, 2) Penerimaan jasa giro, 3) Penerimaan bunga deposito, 4) Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan, 5) Penerimaan ganti rugi atas kehilangankekayaan Daerah. 2.2. Objek dan Kriteria Retribusi

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 yang selanjutnya diubah menjadi Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, objek retribusi sendiri terdiri dari Jasa Umum, Jasa Usaha, Perizinan Tertentu. a. Retribusi Jasa Umum, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Kriteria Retribusi Jasa Umum adalah sebagai berikut : 1. Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retrbusi Jasa Usaha atau Retribusi Perizinan Tertentu. 2. Jasa yang bersangkutan merupakan kewenangan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. 3. Jasa tersebut memberi manfaat bagi orang pribadi atau badan yang diharuskan membayar retribusi, di samping itu melayani kepentingan dan kemanfaatan umum. 4. Jasa tersebut layak untuk dikenakan retribusi dengan kualitas yang baik. 5. Tidak bertentangan dengan kebijakan nasional. 6. Retribusi dapat dipanggul secara efektif dan efisien, serta merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial. b. Retribusi Jasa Usaha, adalah retribusi atas jasa yang disediakan oleh Pemerintah daerah dengan menganut prinsip-prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Kriteria Retribusi Jasa Usaha adalah sebagai berikut : 1. Bersifat bukan pajak dan bersifat bukan Retribusi Jasa Umum atau Retribusi Perizinan Tertentu

2. Merupakan jasa yang bersifat komersial yang seyogyanya disediakan oleh swasta tetapi belum memadai atau terdapatnya harta yang dimiliki atau dikuasai daerah yang belum dimanfaatkan secara penuh oleh Pemerintah Daerah. c. Retribusi Perizinan Tertentu, adalah retribusi atas kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang, prasarana, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Kriteria Retribusi Perizinan Tertentu adalah sebagai berikut : 1. Perizinan tersebut merupakan kewenangan pemerintah yang sudah diserahkan kepada daerah. 2. Diadakan guna melindungi kepentingan umum. 3. Biaya yang menjadi beban daerah dalam penyelenggaraan izin tersebut dan biaya untuk menanggulangi dampak negara dari pemberian izin tersebut cukup besar sehingga layak dibiayai dari retribusi tersebut. 2.3 Prinsip dan Sasaran Penetapan Tarif Retribusi dan Jenis-Jenis Retribusi a. Retribusi Jasa Umum, berdasarkan kebijakan daerah dengan mempertimbangkan biaya penyediaan jasa yang bersangkutan, kemampuan masyarakat, dan aspek keadilan. b. Retribusi Jasa Usaha, berdasarkan pada tujuan untuk memperoleh keuntungan yang layak sebagaimana keuntungan yang pantas diterima oleh pengusaha swasta sejenis yang beroperasi secara efisien dan berorientasi pada harga pasar.

c. Retribusi Perizinan Tertentu, berdasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh biaya penyelengaraan pemberian izin yang bersangkutan. Selain 3 jenis retribusi di atas, dapat pula diterapkan jenis retribusi yang lainnya yang sesuai dengan kewenangan otonomi dan memenuhi kriteria yang telah ditetapkan, dan harus ditetapkan dengan Peraturan Daerah untuk memperoleh gambaran jenis-jenis Retribusi apa saja yang diatur di dalamnya, dapat dilihat pada Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 tentang Retribusi Daerah yang menjelaskan adanya jenis-jenis retribusi sebagaimana dimaksud di atas, yaitu sebagai berikut Retribusi untuk kabupaten/kota dapat dibagi menjadi 2, yakni: Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai kewenangan masing- daerah, terdiri dari: 10 jenis retribusi jasa umum, 4 jenis retribusi perizinan tertentu, Retribusi untuk kabupaten/kota ditetapkan sesuai jasa/pelayanan yang diberikan oleh masing-masing daerah, terdiri dari: 13 jenis retribusi jasa usaha.(kesit,2003). Jenis pendapatan retribusi untuk kabupaten/kota meliputi objek pendapatan berikut: Retribusi pelayanan kesehatan, Retribusi pelayanan persampahan/kebersihan, Retribusi pergantian biaya cetak KTP, Retribusi pergantian cetak akta catatan sipil, Retribusi pelayanan pemakaman, Retribusi pelayanan pengabuan mayat, Retribusi pelayanan parkir ditepi jalan umum, Retribusi pelayanan pasar, Retribusi pengujian kendraan bermotor, Retribusi pemeriksaan alat pemadam kebakaran,

Retribusi penggantian biaya cetak peta, Retribusi pengujian kapal perikanan, Retribusi pemakaian kekayaan daerah, Retribusi jasa usaha pasar grosir atau pertokoan, Retribusi jasa usaha tempat pelelangan, Retribusi jasa usaha terminal, Retribusi jasa usaha tempat khusus parkir, Retribusi jasa usaha tempat penginapan/pesanggrahan/villa, Retribusi jasa usaha penyedotan kakus, Retribusi jasa usaha rumah potong hewan, Retribusi jasa usaha pelayaran pelabuhan kapal, Retribusi jasa usaha tempat rekreasi dan olah raga, Retribusi jasa usaha penyebrangan diatas air, Retribusi jasa usaha pengolahan limbah cair, Retribusi jasa usaha penjualan produksi usaha daerah, Retribusi izin mendirikan bangunan, Retribusi izin tempat penjualan minuman beralkohol, Retribusi izin gangguan, Retribusi izin trayek. 2.4 Retribusi Parkir Retribusi parkir tepi jalan umum termasuk kedalam jenis retribusi umum.retribusi jasa umum adalah jasa yang telah disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah.karena jalan menyangkut kepentingan umum. Penetapan jalan umum sebagai tempat parkir mengacu kepada ketentuan perundang-undangan yang berlaku (Siahaan,2005;5)

Retribusi parkir merupakan salah satu komponen dalam pendapatan asli daerah.sehingga perlu adanya penghitungan terhadap potensi parkir.ini dilakukan supaya penerimaan pendapatan asli daerah yang berasal dari retribusi parkir dapat ditingkatkan secara maksimal agar dapat melakukan peranan yang lebih besar.pemerintah juga dapat mengetahui potensi yang didapat dari retribusi parkir. Penghitungan potensi retribusi parkir dapat dilakukan dengan langkah langkah sebagai berikut: 1. Melakukan pendataan terhadap titik-titik parkir,kemudian mengklasifikasikan titik parkir berdasarkan tingkat keramaian 2. Melakukan pendataan terhadap tempat tempat retribusi parkir meliputi : luas area parkir,jumlah kendaraan 3. Melakukan penjumlahan disetiap pengklasifikasian titik parkir kemudian mencari selisih diantara potensi retribusi parkir dan realisasi penerimaan tahun berlangsung. 2.5 Potensi Pendapatan a. Pengertian Potensi Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (KUBI) diterbitkan oleh Balai Pustaka yang dimaksud dengan potensi adalah kemampuan yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan; kekuatan; kesanggupan; daya. b. Potensi Pendapatan Retribusi Parkir Taksiran pendapatan retribusi parkir yang diperoleh per hari dapat dihitung dengan mengalikan volume parkir yang terjadi dengan tarif yang berlaku. Sedangkan untuk lokasi yang mengenakan tarif progresif, perhitungan taksiran pendapatan retribusi parkir per hari dilakukan

dengan cara mengalikan tarif parkir yang berlaku tiap jamnya dengan jumlah kendaraan parkir dengan durasi tertentu. 2.6 Kerangka konseptual Adanya Otonomi Daerah mengharuskan suatu pemerintahan daerah memiliki pendapatan / penerimaan yang berasal dari daerahnya sendiri.salah satu yang menjadi sumber penerimaan daerah adalah melalui retribusi. Retribusi merupakan suatu sumber penerimaan bagi pemerintah daerah.setiap penerimaan dari retribusi bagi pemerintah daerah diharapkan penerimaannya dapat optimal,sesuai dengan target dan potensi yang telah ditetapkan, karena retribusi berpengaruh terhadap pembangunan daerah yang dilakukan secara bertahap yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan atau taraf hidup masyarakat. Retribusi yang dipungut oleh pemerintah merupakan salah satu sumber Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan undang-undang. Pendapatan Asli daerah bersumber dari pajak daerah dan retribusi daerah.dimana dalam penelitian akan membahas retribusi daerah, retribusi daerah adalah pungutan daerah sebagai pemabayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh pemerintah daearh untuk kepentingan pribadi atau badan. Salah satu sumber retribusi daerah adalah retribusi parkir. Perparkiran adalah bagian dari sub sistem lalu lintas angkutan jalan, penyelenggaraan nya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dibidang perparkiran,penataan lingkungan, ketertiban dan kelancaran arus lalu lintas.

Dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah khususnya retribusi parkir ditepi jalan umum maka Pemerintah Kota Medan membuat peraturan daerah nomor 7 tahun 2002 dimana didalamnya termasuk secara pelaksanaan pemungutan retribusi parkir di tepi jalan umum yang merupakan pedoman untuk melaksanakan peraturan tersebut perlu mendapat dukungan dari pihak yang terkait seperti Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) parkir yang bertugas mengelolah tempat parkir pemerintah daerah, serta membina dan mengawasi perparkiran lainnya dikota Medan, juru parkir serta masyarakat untuk wajib retribusi parkir sehingga pelaksanaan pemungutan retribusi parkir tepi jalan umum dapat berjalan dengan baik dan juga dapat mencapai target penerimaan atau realisasi dari penerimaan retribusi parkir tepi jalan umum sebagaimana yang direncanakan. Dari penjelasan diatas menunjukkan bahwa retribusi daerah ini memiliki kemampuan asli daerah utuk memudahkan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pembangunan diberbagai sektor didalamnya.berdasarkan kerangka berfikir diatas dapat dijelaskan dalam suatu skema kerangka pemikiran sebagai berikut.

OTONOMI DAERAH PENDAPATAN ASLI DAERAH RETRIBUSI DAERAH PAJAK DAERAH JASA UMUM JASA USAHA PERIZINAN RETRIBUSI PARKIR (PERDA NO.7 TAHUN 2002) Gambar 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL