bab 2 KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam membangun hidup berumah tangga perjalanannya pasti akan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemudian dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Salah satu tahapan individu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia pada dasarnya mempunyai kodrat, yaitu memiliki hasrat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemenuhan hasrat seksual, dan menjadi lebih matang. Pernikahan juga

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

Secara kodrat manusia sebagai makhluk yang tidak dapat hidup tanpa orang lain, saling

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. aturan agama dan undang-undang yang berlaku.

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

(Elisabeth Riahta Santhany) ( )

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Para individu lanjut usia atau lansia telah pensiun dari pekerjaan yang

BAB I PENDAHULUAN. berketetapan untuk tidak menjalankan tugas dan kewajiban sebagai suami-istri. Pasangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

MENGATASI KONFLIK RUMAH TANGGA (STUDI BK KELUARGA)

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mahluk Allah SWT, tanpa perkawinan manusia tidak akan melanjutkan sejarah

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. keluarga yang bahagia dan kekal sesuai dengan Undang-undang Perkawinan. Sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HUKUM PERKAWINAN DI INDONESIA. Perkawinan di Indonesia diatur dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah salah satu individu yang menjadi bagian dari ciptaan-

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Manusia merupakan makhluk individu dan sosial. Makhluk individu

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

yang dapat membuahi, didalam istilah kedokteran disebut Menarche (haid yang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan suatu institusi sosial yang diakui disetiap kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aji Samba Pranata Citra, 2013

BAB I PENDAHULUAN. satunya ditentukan oleh komunikasi interpersonal suami istri tersebut. Melalui

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahap perkembangan psikososial Erikson, intimacy versus isolation, merupakan isu

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan pada hakikatnya secara sederhana merupakan bentuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang datang dari dirinya maupun dari luar. Pada masa anak-anak proses

BAB I PENDAHULUAN. kebahagiaan seperti firman Allah dalam Qur`an Surat Al- Baqarah ayat 36

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perempuan pastilah yang terbaik untuk mendampingi lelaki, sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN. 40 tahun. Pada masa ini, orang-orang mencari keintiman emosional dan fisik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Komunikasi keluarga adalah komunikasi interpersonal yang sangat penting.

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. proses penyesuaian diri seseorang dalam konteks interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

PENDAHULUAN Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP PERCERAIAN ORANG TUA DENGAN OPTIMISME MASA DEPAN PADA REMAJA KORBAN PERCERAIAN. Skripsi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bertemu dalam waktu yang cukup lama. Long Distance Relationship yang kini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang memiliki dorongan untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. didambakan tersebut menjadi hukum alam dalam diri tiap manusia. Akan tetapi,

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan suatu hal yang penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1989, dan telah diubah dengan Undang-undang No. 3 Tahun 2006,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. (Papalia, 2009). Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 1 pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangan dan menyelesaikan tugas-tugas perkembangan dimulai dari lahir, masa

BAB II LANDASAN TEORI. perhatian penuh kasih sayang kepada anaknya (Soetjiningsih, 1995). Peran

BAB I PENDAHULUAN. dan perilaku hidup serta perwujudannya yang khas pada suatu masyarakat. Hal itu

PELATIHAN KONSELING PERKAWINAN BERBASIS KOMUNITAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian utama masa dewasa awal berkaitan dengan pemenuhan. intimasi tampak dalam suatu komitmen terhadap hubungan yang mungkin

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

MANAJEMEN KONFLIK ANTARPRIBADI PASANGAN SUAMI ISTRI BEDA AGAMA

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial, sebagai kehendak Sang pencipta yang telah

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penting yang akan dihadapi oleh manusia dalam perjalanan kehidupannya

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memerlukan mitra untuk mengembangkan kehidupan yang layak bagi

AKIBAT HUKUM PERCERAIAN TERHADAP HARTA. BERSAMA di PENGADILAN AGAMA BALIKPAPAN SKRIPSI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia akan selalu membutuhkan orang lain untuk

TIPS MEMBANGUN RUMAH TANGGA YANG HARMONIS DARI KANG MASRUKHAN. Tahukah anda bahwa untuk membangun sebuah Rumah Tangga yang harmonis

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

BAB I PENDAHULUAN. oleh karena itu manusia wajib berdoa dan berusaha, salah satunya dengan jalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. adalah intimancy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkawinan dalam agama Islam disebut Nikah yang berarti

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

Transkripsi:

bab 2 KAJIAN PUSTAKA A. Perkawinan 1. Makna Perkawinan Istilah yang digunakan dalam bahasa Arab pada istilah-istilah fiqih tentang perkawinan adalah munakahat/nikah, sedangkan dalam bahasa Arab pada perundang-undangan tentang perkawinan adalah Ahkan AL- Zawaj atau Ahkam Izwaj. Dan dalam bahasa inggris baik dalam buku maupun perundang-undangan tentang perkawinan digunakan istilah Islamic Marriage Law, dan Islamic Marriage Ordinance. Sementara dalam bahasa Indonesia digunakan istilah hukum perkawinan (Mardani, 2011). Perkawinan adalah tahapan kehidupan dimana setiap individu akan mengalami banyak perubahan dan dituntut untuk bisa mengatasi perubahan tersebut dengan baik. Karena dalam perkawinan individu akan menemukan pengalaman baru dengan orang yang berbeda yang menjadi teman seumur hidup. Perkawinan merupakan salah satu hal penting yang akan dihadapi oleh setiap manusia dalam perjalanan hidup. Hal tersebut terbukti dari hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sembilan dari sepuluh individu usia dewasa awal pada akhirnya akan melakukan perkawinan, Atwater (dalam Dewi&Sudhana, 2013) 12

13 Menurut UU Nomor 1 tahun 1974 pengertian perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan ketuhanan yang maha esa. (Mardani, 2011) Santrock (2002), mengungkapkan bahwa perkawinan merupakan pembentukan keluarga baru dengan manyatukan dua individu dari dua latar belakang yang berbeda. Selain itu perkawinan tidak hanya antara dua individu namun menikahkan dua keluarga besar kedua belah pihak (suami istri). Latar belakang yang berbeda juga karakter yang berbeda pula, yang menjadi tujuan dari adanya sebuah perkawinan adalah untuk meleburkan segala perbedaan sehingga diantara keduanya tidak lagi terdapat adanya pembatas. Dari beberapa uraian mengenai makna perkawinan, maka yang dimaksud perkawinan dalam penelitian ini adalah makna yang diungkap oleh Santrock (2002) yang berbunyi bahwa perkawinan adalah merupakan pembentukan keluarga baru dengan menyatukan dua individu dari dua latar belakang yang berbeda. Sangatlah tidak mudah menyatukan dua kepala dengan pemikiran yang berbeda dan mengubahnya menjadi seperti apa yang diinginkan oleh masing-masing individu. Jika harus berubah menjadi lebih baik maka tidak ada yang salah untuk berubah tetapi jika dengan sebuah perbedaan bisa saling melengkapi keduanya maka sebuah perkawinan akan menjadi lebih bermakna. Seringkali perbedaan dijadikan alasan oleh banyak pasangan

14 suami istri untuk bertengkar atau bahkan bercerai namun jika suami istri dapat dengan bijaksana mensikapi masalah dan perbedaan yang ada maka konflik atau permasalahan akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa harus memilih jalan untuk berpisah. Terdapat berbagai macam makna perkawinan menurut beberapa perspektif, antara lain: a. Perkawinan dilihat dari segi hukum Dipandang dari segi hukum, perkawinan adalah suatu perjanjian yang sangat kuat. Juga dapat dikemukakan sebagai alasan untuk mengatakan bahwa perkawinan itu merupakan suatu perjanjian karena adanya: 1) Cara mengadakan ikatan perkawinan telah diatur terlebih dahulu dengan akad nikah dan dengan rukun dan syarat tertentu. 2) Cara menguraikan atau memutuskan ikatan perkawinan juga telah diatur sebelumnya yaitu dengan prosedur talaq dan sebagainya. Perkawinan dalam pandangan hukum adalah hal yang berhubungan dengan status laki-laki dan perempuan setelah adanya ikatan. Dimana setelah pernikahan terjadi maka laki-laki dan perempuan tersebut berstatus suami istri. Selanjutnya segala sesuatu yang berhubungan dengan perkawinan mempunyai norma hukum dan sudah diatur di dalam Undang-Undang Negara. Jika terjadi konflik dalam sebuah perkawinan hingga suami istri tidak lagi bisa menyelesaikan maka hukum bisa menjadi penengah dari

15 permasalahan tersebut. Karena undang-undang negara mengatur hal-hal yang berhubungan dengan perkawinan. b. Segi sosial dari suatu perkawinan Dalam masyarakat setiap bangsa ditemui suatu penilaian yang umum ialah bahwa orang yang berkeluarga atau pernah berkeluarga mempunyai kedudukan yang lebih dihargai dari mereka yang tidak kawin. Dalam kehidupan sosial perkawinan merupakan sebuah perubahan yang dialami seorang laki-laki dan perempuan dengan berbagai macam konflik yang berhubungan dengan masyarakat. Meskipun perkawinan adalah bersatunya dua keluarga, namun masyarakat di luar keluarga tidak menutup kemungkinan juga menjadi penyebab terjadinya konflik atau masalah yang terjadi di dalam sebuah rumah tangga. Manusia adalah makhluk sosial dimana antara individu satu dengan individu yang lainnya saling membutuhkan. Berhubungan dengan penelitian ini, istri yang tinggal di rumah pasti bersosialisasi dengan tetangga atau teman selain dengan keluarga. Kemudian tanpa disadari bercerita tentang segala hal yang ada di dalam rumah tangga. Keadaan seperti itu secara tidak langsung bisa menimbulkan konflik di dalam sebuah perkawinan. Campur tangan orang lain tidak bisa dipungkiri berpengaruh pada keharmonisan kehidupan berumah tangga terutama bagi pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Pengaruh yang diberikan oleh orang diluar kehidupan rumah tangga sangat penting

16 untuk kelangsungan perkawinan karena jarak yang antara suami istri yang tinggal terpisah tidak memungkinkan bagi keduanya untuk melakukan komunikasi secara verbal setiap saat. Sedangkan opini yang diberikan oleh orang lain terhadap kehidupan perkawinan seseorang tidak selamanya bersifat positif. Maka dengan adanya komunikasi yang baik antara suami istri yang tinggal terpisah maka setiap pendapat, nasihat dan saran dari orang lain akan dapat dipertimbangkan dengan baik oleh kedua belah pihak. Orang lain dapat memberikan saran kepada kehidupan sebuah perkawinan namun yang dapat memutuskan atas suatu hal yang terjadi di dalam kehidupan perkawinan adalah suami istri. c. Pandangan suatu perkawinan dari segi agama Dalam Islam perkawinan diartikan sebagai sebuah bentuk ibadah yang kesuciannya perlu dijaga oleh kedua belah pihak baik suami maupun istri. Perkawinan bertujuan membentuk keluarga yang bahagia sejahtera dan kekal selamanya. Dan keabsahan pernikahan dilakukan menurut agama dan dicatatkan di KUA. (Dinas Kesehatan Prov. Jatim.2014). Dalam agama Islam perkawinan yang sah yaitu yang dilaksanakan atas dasar suka sama suka, menghadirkan sekurangkurangnya dua orang saksi, mas kawin, ijab qobul dan wali. (Labib MZ.Wanita Bertanya Islam Menjawab) Dalam agama, perkawinan dianggap sebagai lambang yang suci. Upacara perkawinan adalah upacara yang suci, yang kedua pihak

17 dihubungkan menjadi pasangan suami istri atau saling meminta menjadi pasangan hidupnya dengan mempergunakan nama Allah sebagai dasarnya. (Mardani, 2011) Setelah terikat dalam sebuah perkawinan, maka suami istri masingmasing mempunyai tugas dalam menjalankan kehidupan perkawinan. Tanggungjawab orangtua sudah beralih kepada suami dan istri sebagai pasangan hidup. Termasuk di dalamnya adalah tanggungjawab atas konflik yang terjadi dalam perkawinan. Semua hal yang ada di dalam perkawinan adalah sesuatu yang harus dihadapi oleh pasangan suami istri. Adanya sebuah perkawinan adalah karena kerelaan kedua belah pihak (suami istri), kesiapan seorang laki-laki untuk menjadi pemimpin dalam rumah tangga dan kerelaan seorang perempuan untuk menjadi pendamping suami sebagai bentuk pengabdian pada ikatan perkawinan yang telah dijalani. Dalam islam, dengan ikatan perkawinan maka derajat seorang perempuan menjadi lebih baik karena perempuan akan menjadi madrasah bagi anak-anaknya. Perkawinan merupakan ikatan lahir batin antara seorang laki-laki (suami) dan seorang perempuan (istri) dengan tuj uan membentuk keluarga baru yang bahagia dan kekal sebagai bentuk ibadah kepada Tuhan yang maha esa. Dalam sebuah perkawinan, tugas suami dan istri adalah saling melengkapi kelebihan dan kekurangan masing-masing. Di dalam kehidupan perkawinan suami istri bisa meluapkan apa saja yang mereka rasakan. Mulai dari rasa sedih, marah, duka bahkan dendam.

18 Namun kebahagiaan juga tidak akan pernah hilang dari sebuah perkawinan karena konflik yang terjadi bisa diselesaikan oleh pasangan suami istri yang bijaksana dalam menyikapi setiap permasalahan yang ada di dalam rumah tangga. Berpedoman pada nilai agama dan pengalaman yang didapat dari masyarakat sekitar, peneliti dapat menyimpulkan bahwa perkawinan wadah untuk menciptakan sebuah kepercayaan dan kesetiaan sehingga bisa saling menjaga dan menjadi tempat berbagi satu sama lain antara suami istri serta anak-anak yang pada akhirnya akan mendapatkan kebahagiaan yang utuh karena dapat menyelesaikan setiap permasalahan dengan bijaksana dan menjadikan Tuhan sebagai tempat kembalinya segala hal yang ada di dunia ini termasuk kehidupan perkawinan. B. Makna Konflik Dalam setiap hubungan antara individu akan selalu muncul konflik. Konflik sering kali dipandang sebagai sebuah perselisihan yang membuat hubungan tidak lagi berfungsi dengan baik. Dengan adanya konflik kedua belah pihak yang bersangkutan akan merasa bahwa hubungan yang baik tidak lagi bisa diperbaiki seperti sedia kala. Mungkin konflik akan selesai, namun hubungan yang di awal dibangun dengan sebuah kepercayaan tidak akan menjadi utuh seperti sebelumnya.

19 Weiten (2004) mendefenisikan konflik sebagai keadaan ketika dua atau lebih motivasi atau dorongan berperilaku yang tidak sejalan harus diekspresikan secara bersamaan. Dalam perspektif Freud, konflik terjadi karena adanya ketidakcocokan antara hasrat individu dan tuntutan masyarakat dan aturan, sehingga menimbulkan kecemasan dan pertahanan diri terhadap kecemasan (Lestari, 2012). Dalam perspektif perkembangan, konflik mendorong proses kematangan pribadi sekaligus merupakan hasil dari proses kematangan tersebut. Konflik bisa terjadi pada siapa saja karena harapan yang tidak terpenuhi dengan baik. Hal tersebut terjadi karena perilaku yang dimuculkan tidak sesuai dengan tujuan. Berdasarkan beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa konflik merupakan suatu keadaan yang terjadi karena seseorang berada di bawah tekanan untuk merespon stimulus yang muncul akibat adanya dua hal yang saling bertentangan dimana antara yang satu dan yang lainnya akan menimbulkan suatu berdebatan. Dalam penelitian ini, terjadi konflik antar pribadi pada pasangan suami istri. Semakin tinggi sikap saling ketergantungan antara keduanya maka semakin meningkat pula kemungkinan terjadinya konflik. Konflik mungkin akan menyebabkan munculnya emosi negatif namun konflik tidak selamanya berpengaruh negatif terhadap suatu hubungan. Konflik dapat menjadi pembelajaran tentang bagaimana karakteristik hubungan yang baik sehingga menciptakan suatu hubungan yang berkualitas.

20 Konflik bisa terjadi karena adanya ketidakseimbangan keinginan pribadi dengan keinginan pasangan. Pemikiran yang tidak sejalan akan menimbulkan konflik antara keduanya karena tidak dikomunikasikan dengan baik. Sikap saling menghargai dan tidak mendominasi dalam hubungan perkawinan akan memberikan dampak yang lebih baik dalam penanganan konflik rumah tangga. Membiasakan diri untuk mengungkapkan keinginan dan ketidaksetujuan kepada pasangan akan memberikan peluang yang lebih kecil akan terjadinya konflik. Banyak penyebab terjadinya konflik dalam sebuah perkawinan dan tidak sedikit pula konflik hanya melibatkan suami istri terutama pada pasangan yang tinggal terpisah. Pasangan yang terpisahkan oleh jarak mempunyai banyak peluang mengalami konflik dalam perkawinan jika tidak mempunyai strategi bagaimana menjaga hubungan agar tetap berjalan dengan baik meskipun tidak tinggal dalam satu rumah. Setiap pasangan yang tinggal terpisah harus pintar memilah isu yang akan membawa pada sebuah konflik. Artinya bahwa suami istri harus mengkomunikasikan berita yang mereka dapatkan tentang keadaan rumah tangga mereka dengan pasangan sebelum memutuskan tindakan yang mungkin salah. Karena tidak semua orang merasa senang dengan hubungan perkawinan seseorang. Pada akhirnya konflik yang terjadi dalam perkawinan tidak hanya antara suami istri namun orang lain pun terlibat di dalamnya. Konflik dalam penelitian ini sesuai Weiten mendefenisikan konflik sebagai keadaan ketika dua atau lebih motivasi atau dorongan berperilaku

21 yang tidak sejalan harus diekspresikan secara bersamaan. Sesuai dengan penelitian ini, gambaran konflik perkawinan antara suami dan istri yang memiliki ketidakcocokan (keinginan yang berbeda) dan tidak bisa mengekspresikan suatu keinginan masing-masing secara bersamaan, akibatnya terjadi perdebatan dalam sebuah perkawinan yang melibatkan suami istri atau dengan pihak lain di luar hubungan rumah tangga. C. Konflik Perkawinan 1. Pengertian Konflik Perkawinan Sadarjoen (dalam Rachmadani, 2013) menyatakan bahwa konflik perkawinan adalah konflik yang melibatkan pasangan suami istri dimana konflik tersebut memberikan efek atau pengaruh yang signifikan terhadap relasi kedua pasangan. Lebih lanjut Sadarjoen (2005) menyatakan bahwa konflik tersebut muncul karena adanya persepsi-persepsi, harapan-harapan yang berbeda serta ditunjang oleh keberadaan latar belakang, kebutuhankebutuhan dan nilai-nilai yang mereka anut sebelum memutuskan untuk menjalin ikatan perkawinan. Menurut Subiyanto (2003) konflik perkawinan di dalam rumah tangga muncul akibat berbagai macam masalah yang terjadi diantara suami istri. Masalah-masalah di dalam rumah tangga yang bisa memicu konflik biasanya terjadi akibat adanya ketidakseimbangan di dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga yang sifatnya urgent. Dan apabila kebutuhan ini tidak bisa terpenuhi, seringnya penyikapan salah satu

22 pasangan akan berujung negatif, sehingga akan menciptakan sebuah konflik di dalam rumah tangganya. Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa gambaran konflik perkawinan dalam penelitian ini adalah perselisihan yang terjadi antara suami dan istri karena pandangan dan kepribadian yang berbeda. Konflik yang terjadi dalam sebuah perkawinan antara suami dan istri yang akan berpengaruh terhadap hubungan suami istri selanjutnya. Adanya konflik menunjukkan adanya ketidakcocokan dan adanya perbedaan. Konflik akan menimbulkan akibat yang positif atau negatif bergantung pada sikap saling pengertian antara suami dan istri. Jika keduanya mampu mensikapi sebuah konflik yang muncul dalam perkawinan dengan baik maka akan konflik yang lebih besar tidak akan pernah terjadi. 2. Faktor Konflik Perkawinan Selain definisi di atas ada beberapa faktor konflik perkawinan pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yang perlu dijelaskan (Monks, 2006) seperti: a. Masalah keuangan (seperti cara memperoleh dan membelanjakan hingga adanya besar pengeluaran daripada pendapatan). Karena jarak yang tepisah, maka pasangan suami istri harus bisa mengatur keuangan dengan baik. Istri yang biasanya menjadi bendahara dalam sebuah perkawinan harus bisa meminimalisir pengeluaran dan membiacarakan kepada suami mengenai kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi dan

23 mengesampingkan keinginan pribadi. Dalam masyarakat moderen seperti sekarang biasanya istri yang suaminya kerja di luar kota akan lebih sering memberitahukan kepada orang-orang sekitar mengenai pekerjaan suami dan tidak jarang pula berusaha menunjukkan kepada tetangga bahwa penghasilan suami yang bekerja di luar kota lebih besar daripada penghasilan suami yang bekerja di kota asal. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan seorang istri menuntut lebih terhadap suami dalam hal keuangan. Jika tidak bisa mensikapi dengan baik maka akan menimbulkan masalah keuangan dalam rumah tangga karena tuntutan yang diberikan istri kepada suami tidak sesuai dengan hasil pekerjaan suami di luar kota. Dan pada akhirnya konflik pun tidak bisa dihindari lagi jika suami tidak bisa memberikan pengertian kepada istri tentang kondisi keuangan dalam rumah tangga mereka. b. Sikap ketergantungan yang tinggi antara kedua belah pihak menimbulkan perasaan cemburu dan memiliki yang berlebihan. Hal tersebut membuat pasangan kurang mendapat kebebasan dan merasa tertekan. Hal yang sering dipermasalahkan oleh pasangan suami istri yang tinggal terpisah adalah sikap saling percaya diantara keduanya. Seringkali istri mempertanyakan perasaan suami yang bekerja di luar kota, dan pada saat yang bersamaan kesetiaan keduanya sedang diuji. Perasaan cemburu yang sering muncul pada pasangan suami istri merupakan hal yang wajar karena berhubungan dengan kasih sayang keduanya. Pasangan yang saling mencintai akan merasa menjadi

24 pemilik hati pasangannya dan tidak akan rela jika salah satu melakukan hal yang bisa menimbulkan konflik dalam perkawinan. Namun jika keduanya bisa mengatasi perasaan cemburu dengan saling percaya maka konflik akan bisa diatasi keduanya dengan baik. c. Kegagalan dalam berkomunikasi. Masalah yang paling umum terjadi dalam sebuah hubungan terutama pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah yaitu kegagalan dalam berkomunikasi sehingga menimbulkan kesalahpahaman diantara keduanya. Suami istri yang tinggal terpisah seringkali menyembunyikan masalah masing-masing dengan maksud tidak ingin membuat pasangannya berpikir negatif. Mereka memilih untuk tidak membicarakannya sehingga ketika bertemu kemungkinan permasalahan yang lain akan muncul. Sikap saling menyalahkan biasanya terjadi karena tidak adanya pengertian diantara keduanya. Dalam sebuah hubungan komunikasi sangat penting untuk menjaga kepercayaan masing-masing. Meskipun teknologi sangat memudahkan untuk berkomunikasi jarak jauh, masalah sekecil apapun seharusnya mampu diselesaikan dengan komunikasi. Komunikasi yang baik akan membawa suatu hubungan pada sebuah keharmonisan perkawinan dan meminimalisir terjadinya konflik. Setiap perkawinan pasti akan mengalami konflik namun jika kedua belah pihak yaitu suami dan sitri mampu mengkomunikasinnya dengan baik, konflik tersebut akan terselesaikan dengan baik pula.

25 d. Penyesuaian Seksual. Masalah penyesuaian seksual merupakan masalah yang paling sulit dalam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dicapai dalam kepuasan. Dalam hal ini kebudayaan masyarakat ikut mempengaruhi begitu pula faktor kesehatan juga menentukan (Monks, 2006). Pasangan suami istri yang memutuskan untuk tinggal terpisah setelah menikah akan dihadapkan pada masalah hadirnya keturunan. Setelah menikah, pasangan suami istri butuh untuk menyalurkan kehidupan seksual mereka. Karena kehidupan seksual merupakan salah satu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh pasangan suami istri setelah menikah. Jika dengan tinggal terpisah keduanya tidak bisa menyesuaikan dengan baik maka peluang terjadinya konflik akan muncul. Selain itu, Kedua belah pihak keluarga mungkin akan menuntut pasangan suami istri segera memiliki seorang anak dengan berbagai macam alasan yang berbeda-beda. e. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan. Dengan perkawinan setiap orang dewasa otomatis akan memperoleh sekelompok keluarga. Mereka itu adalah anggota keluarga dari pasangan mereka dengan usia, minat, pendidikan, budaya dan latar sosial yang berbeda. Suami istri tersebut harus mempelajari dan menyesuaiakan diri dengan keadaan tersebut bila mereka menginginkan hubungan yang harmonis dengan keluarga dan sanak saudara mereka (Harlock, 1980). Tidaklah mudah menyatukan dua kepala dengan pemikiran yang berbeda apalagi harus

26 menyatukan kedua keluarga besar menjadi satu pemikiran yang sama. Orangtua memang menginginkan kehidupan rumah tangga yang baik untuk anak-anaknya. Namun di dalam keluarga besar tidak menutup kemungkinan perbedaan diantara keduanya menjadi sebuah hal dipersoalkan. Hubungan jarak jauh setelah menikah akan menimbulkan pro dan kontra tidak hanya bagi pasangan suami istri namun keluarga besar juga terlibat dengan pendapat masing-masing. Pasangan suami istri harus bisa mensikapinya dengan baik dan mampu menyesuaikan diri dengan keluarga pasangan agar tidak menimbulkan prasangka yang tidak baik. Karena jika dalam keadaan tinggal terpisah pasangan suami istri tidak mampu menjalin hubungan yang baik dengan keluarga maka konflik tidak hanya akan muncul antara suami istri tetapi peluang konflik dalam keluarga besarpun akan terjadi. Degenova (2008) menyatakan bahwa konflik bisa muncul karena empat sumber. Sumber-sumber konflik tersebut adalah: a. Sumber Pribadi Konflik pribadi yang berasal dari dorongan dalam diri individu, naluri (instinct) dan nilai-nilai yang berpengaruh dan saling berlawanan satu sama lain. Adanya ketakutan irasional dan kecemasan neuroticyang terjadi pada individu seperti terlalu posesif menjadi sumber dasar dari perselisihan suami istri. Penyakit emosional lainnya seperti depresi juga bisa menjadi sumber perselisihan. Penyebab konflik utama individu

27 melibatkan jauh di dalam jiwa individu tersebut, apalagi kecemasan yang berasal dari pengalaman pada masa kanak-kanak. b. Sumber Fisik Kelelahan fisik adalah salah satu sumber lainnya. Kelelahan dapat menyebabkan individu cepat marah, tidak sabar, sedikitnya toleransi dan frustasi. Hal ini menyebabkan seseorang dapat berkata atau melakukan sesuatu yang tidak ingin dilakukannya. Kelaparan beban kerja berlebih, gula darah yang menurun dan sakit kepala juga merupakan beberapa sumber lainnya yang dapat menyebabkan konflik dalam pernikahan. c. Sumber Hubungan Interpersonal Konflik ini terjadi dalam hubungan dengan orang lain. Orang-orang yang tidak bahagia dalam pernikahannya lebih sering mengeluh tentang perasaan diabaikan, kekurangan cinta, kasih sayang, kepuasan seksual dan lainnya daripada orang-orang yang bahagia dalam pernikahannya. Individu merasa bahwa pasangan mereka terlalu membesar-besarkan masalah dan menganggap kecil usaha yang dilakukan serta menuduh mereka akan sesuatu. Kesulitan menyelesaikan perbedaan dan kekurangan komunikasi juga menyebabkan pernikahan tersebut menjadi penuh konflik dan tidak bahagia. d. Sumber Lingkungan Konflik ini meliputi kondisi tempat tinggal, tekanan sosial pada anggota keluarga, ketegangan budaya diantara keluarga dengan kelompok

28 minoritas seperti diskriminasi dan kejadian yang tidak diharapkan yang dapat mengganggu fungsi keluarga. Sumber stress utama bagi keluarga adalah saat wanita yang memikul tanggung jawab sebagai kepala keluarga, merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit kronik. Hal ini dapat menyebabkan stress dan kesejahteraan dirinya menjadi berkurang dan pada akhirnya menimbulkan konflik dalam hidupnya. 3. Strategi Konflik Perkawinan Dalam strategi konflik perkawinan ada dua pendekatan (Olson & Defrain, 2006), yaitu: a. Pendekatan Konstruktif Pada pendekatan ini, adalah fokus pada yang terjadi saat ini dibandingkan masalah yang lalu, membagi perasaan negatif dan positif, mengungkapkan informasi dengan terbuka, menerima kesalahan bersama dan mencari persamaan-persamaan. Konflik konstruktif cenderung untuk kooperatif, prososial dan menjaga hubungan secara alami. b. Pendekatan Destruktif Pada pendekatan ini, pasangan mengungkit masalah-masalah yang lalu, hanya mengekpresikan perasaan-perasaan negatif, fokus pada orang bukan pada masalanya, mengungkapkan selektif informasi dan menekankan pada perbedaan tujuan untuk perubahan yang minim. Konflik destruktif mengarah pada kompetitif, antisosial, dan merusk

29 hubungan. Perilaku destruktif memperlihatkan perilaku negatif, ketidaksetujuan dan kadang kekerasan. D. Pengertian Hubungan Jarak Jauh Hubungan pribadi atau personal relationship adalah dimana orang mengungkapkan informasi satu sama lain dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan pribadi satu sama lain (Budyatna, 2011: 36-37). Suami istri dalam hubungannya senantiasa mengungkapkan sisi atau hal yang pribadi yang terdapat dalam dirinya. Ranah pribadi yang tidak diketahui orang lain namun diketahui oleh pasangannya. Konteks hubungan yang terbina ini yang dikenal dengan hubungan pribadi. Hubungan pribadi antara dua individu tidak hanya terjalin secara berdekatan namun juga berjauhan yang dikenal dengan hubungan jarak jauh. Meskipun tinggal terpisah, namun pasangan suami istri tetap bisa berkomunikasi dengan baik melalui media komunikasi yang semakin modern bisa dipergunakan. Hubungan jarak jauh tidak seharusnya membuat suami istri saling menutup diri dan tidak lagi terbuka dalam berbagai hal. Sejak terjadinya sebuah perkawinan, meskipun terpisah jarak tidak menjadi alasan suami dan istri untuk menyembunyikan setiap permasalahan yang sedang dihadapi masing-masing di tempat yang berbeda. Perkawinan adalah tempat untuk berbagi tidak peduli jarak memisahkan. Hubungan jarak jauh atau long distance relationship (LDR) dijalani beberapa orang karena alasan seperti pekerjaan, sekolah maupun hal lainnya. Berkaitan dengan penelitian ini, LDR dijalani oleh suami istri karena suami

30 harus bekerja di luar kota atau pulau. Sifat hubungan diantara suami istri pun dapat mengalami perubahan. Perubahan yang dimaksud adalah perubahan psikologis, perubahan keperilakuan, dan perubahan status. Ketiga perubahan tersebut dapat menimbulkan masalah bagi suami istri yang terkadang harus hidup terpisah. (Swastiningsih, Litiloly. 2014) Setiap perubahan yang terjadi dalam perkawinan jarak jauh tidak bisa dipungkiri akan menimbulkan konflik dalam perkawinan. Mulai dari konflik yang kecil hingga yang terbesar. Dalam keadaan seperti itu kebijaksanaan suami istri dapat diukur. Ketika terjadi konflik, sudah seharusnya suami istri saling berbagi untuk mencari solusi bukan diam dan menambah konflik permasalahan yang lebih besar. Diperlukan sikap toleransi dalam perkawinan terutama bagi pasangan yang tinggal terpisah. Setelah terjadinya perkawinan, jarak tidak seharusnya menjadi alasan utama terjadinya konflik karena komunikasi verbal tidak menjamin tidak adanya konflik dalam sebuah perkawinan. E. Perspektif Teoritik Bogdan dan Biklen (1983) menanamkan ini dengan istilah asumsi teorots atau theoretical assumption. Kerangka kerja ini disusun oleh peneliti sendiri, yang betsifat nalar baik berdasarkan penelaahan mendalam terhadap realita ataupun dengan mengacu terhadapa suatu teori, konsep atau suatu pandangan tertentu. Di Indonesia tidak sedikit konflik perkawinan yang terjadi karena setelah menikah pasangan suami istri memilih untuk tinggal terpisah karena alasan

31 pekerjaan atau yang lainnya. Perubahan psikologis perkawinan diimplementasikan dalam bentuk penyesuaian perkawinan yang meliputi: 1. Penyesuaian terhadap pasangan Masalah penyesuaian yang paling pokok yang dihadapi oleh keluarga baru adalah penyesuaian terhadap pasangannya (istri atau suaminya). Dalam penyesuaian ini yang paling baik adalah kesanggupan dan kemampuan sang suami dan istri untuk berhubungan dengan mesrah dan saling memberi serta menerima. Dalam pernikahan yang baik, pasangan yang mahir untuk mengarahkan diri satusama lain secara teratur. Mereka melihat satu sama lain sebagai teman. Dalam persahabatan ini tidak berarti tidak terjadi perdebatan, namun perdebatan itu tidak sampai mendominasi relasi yang ada. Dalam pernikahan yang baik, pasangan saling menghormati satu sama lain dan menghargai sudut pandang satu sama lain meskipun terjadi perbedaan pendapat (Santrock, 2002). 2. Penyesuaian Seksual Masalah ini merupakan masalah yang paling sulit dlam perkawinan dan salah satu penyebab yang mengakibatkan pertengkaran dan ketidakbahagiaan perkawinan apabila kesepakatan ini tidak dicapai dalam kepuasan. Dalam hal ini kebudayaan masyarakat ikut mempengaruhi begitu pula faktor kesehatan juga menentukan (Monks, 2006) 3. Penyesuaian Keuangan

32 Masalah materi memiliki pengaruh yang kuat terhadap penyesuaian diri orang dewasa dengan perkawinan. Dewasa ini banyak istri yang tersinggung karena tidak dapat mengendalikan uang yang dipergunakan untuk melangsungkan kebutuhan keluarganya, dan mereka merasa sulit untuk menyesuaiakan keuangan dengan pendapatan suaminya setelah terbiasa membelanjakan uang sesuka hatinya. Banyak suami juga merasa sulit untuk menyesuaiakan diri dengan keuangan khususnya jika sang istri belanja secara berlebihan, sehingga pendapatan suami terkadang masih dirasa kurang untuk memnuhi kebutuhan hidup mereka. 4. Penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan Dengan perkawinan setiap irang dewasa otomatis akan memperoleh sekelompok keluarga. Mereka itu adalah anggota keluarga dari pasangan mereka dengan usia, minat, pendidikan, budaya dan latar sosial yang berbeda. Suami istri tersebut harus mempelajari dan menyesuaiakan diri dengan keadaan tersebut bila mereka menginginkan hubungan yang harmonis dengan keluarga dan sanak saudara mereka (Harlock, 1980) Peneliti akan melakukan penelitian terkait dengan konflik perkawinan yang biasa terjadi pada pasangan suami istri yang tinggal terpisah. Sebelum melakukan penelitian ke lapangan maka dilakukan pengumpulan data, dan terlebih dahulu disusun kerangka kerja. Hubungan jarak jauh pada suami istri yang sudah menikah biasanya dipilih karena suami harus menyelesaikan tanggungjawab untuk bekerja di luar kota.

33 Sehingga harus meninggalkan keluarga di rumah untuk waktu yang ditentukan. Dalam waktu dua minggu atau satu bulan sekali saat mendapatkan libur kerja maka suami akan pulang. Dalam jangka waktu yang cukup lama tidak bertemu, biasanya kehidupan perkawinan akan mengalami beberapa perubahan yang pada akhirnya menimbulkan konflik jika kedua belah pihak tidak bisa berkomunikasi dengan baik. Berdasarkan kerangka teori tersebut peneliti mengumpulkan buktibukti baik terkait dengan faktor-faktor yang menyebabkan konflik dalam perkawinan hingga dampak terhadap kehidupan perkawinan dan keluarga jika konflik tersebut terjadi. Bukti tersebut didapatkan dengan langsung ke lapangan untuk mencari subjek yang diinginkan kemudia mencari tahu faktor awal mereka memutuskan untuk tinggal terpisah setelah menikah dan hal yang biasanya menjadi penyebab terjadinya konflik dengan cara mewawancarai subjek, kemudian mengobservasi dan apabila ada catatan atau sejenisnya yang merupakan milik subjek dapat digunakan sebagai salah satu bukti yang berbentuk dokumentasi