ANALISIS KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI POSISI TULANGAN DAN PENAMPANG MENGGUNAKAN DIAGRAM INTERAKSI

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS PENAMPANG KOLOM BETON BERTULANG PERSEGI BERLUBANG MENGGUNAKAN PCA COL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

TINJAUAN PERHITUNGAN TULANGAN KOLOM LANTAI 1 DAN LANTAI 2 PADA PORTAL AS-C PADA PROYEK ITC POLONIA MEDAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PERBANDINGAN PANJANG BENTANG GESER DAN TINGGI EFEKTIF PADA BALOK BETON BERTULANG

Perencanaan Kolom Beton Bertulang terhadap Kombinasi Lentur dan Beban Aksial. Struktur Beton 1

DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BANGUNAN PERUMAHAN DI WILAYAH SURAKARTA DALAM MEMENUHI PERSYARATAN MEMIKUL BEBAN GEMPA

ANALISA RASIO TULANGAN KOLOM BETON 6.0

STRUKTUR BETON BERTULANG II

BAB I PENDAHULUAN. beban maka struktur secara keseluruhan akan runtuh. yang menahan beban aksial vertikal dengan rasio bagian tinggi dengan dimensi

PERHITUNGAN DAN PENGGAMBARAN DIAGRAM INTERAKSI KOLOM BETON BERTULANG DENGAN PENAMPANG PERSEGI. Oleh : Ratna Eviantika. : Winarni Hadipratomo, Ir.

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.9, Agustus 2013 ( ) ISSN:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1.2) Kolom Tampang L a) Kondisi Regangan Berimbang b) Kondisi Tekan Menentukan c) Kondisi Tarik Menentukan BAB III.

BAB III LANDASAN TEORI

Desain Elemen Lentur Sesuai SNI

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

STRUKTUR BETON BERTULANG II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Dalam bidang konstruksi, beton dan baja saling bekerja sama dan saling

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PENGARUH EKSENTRISITAS TERHADAP FAKTOR REDUKSI PADA KOLOM BETON BERTULANG BUJURSANGKAR DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM VISUAL BASIC 6.

STUDI DAKTILITAS DAN KUAT LENTUR BALOK BETON RINGAN DAN BETON MUTU TINGGI BERTULANG

DETEKSI DINI POLA KERUNTUHAN STRUKTUR PORTAL GEDUNG H UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA AKIBAT GEMPA. Tugas Akhir

STUDI DIAGRAM INTERAKSI SHEARWALL BETON BERTULANG PENAMPANG C DENGAN BANTUAN VISUAL BASIC 9

PENGUJIAN LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN MODIFIKASI ALAT UJI TEKAN

BAB I PENDAHULUAN. kombinasi dari beton dan baja dimana baja tulangan memberikan kuat tarik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pembahasan hasil penelitian ini secara umum dibagi menjadi lima bagian yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGUJIAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG KONVENSIONAL

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL BANDUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: gempa, kolom dan balok, lentur, geser, rekomendasi perbaikan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KANTOR PERPAJAKAN PUSAT KOTA SEMARANG

EFISIENSI KEBUTUHAN MATERIAL PADA PERENCANAAN PORTAL TAHAN GEMPA WILAYAH 4 DENGAN EFISIENSI BALOK

d b = Diameter nominal batang tulangan, kawat atau strand prategang D = Beban mati atau momen dan gaya dalam yang berhubungan dengan beban mati e = Ek

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang aman. Pengertian beban di sini adalah beban-beban baik secara langsung

KAJIAN EKSPERIMENTAL PERILAKU BALOK BETON TULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN TIPE KERUNTUHAN BALOK ABSTRAK

ANALISIS MOMEN-KURVATUR PENAMPANG PERSEGI BETON BERTULANG MUTU NORMAL. Fajri

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya dilakukan penelitian untuk menemukan bahan-bahan baru atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMANFAATAN BAMBU UNTUK TULANGAN JALAN BETON

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tengah sekitar 0,005 mm 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau

ANALISA KERUSAKAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG A SMAN 10 PADANG AKIBAT GEMPA 30 SEPTEMBER 2009 ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

PENGARUH VARIASI DIMENSI BENDA UJI TERHADAP KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERPUSTAKAAN PUSAT YSKI SEMARANG

2. Kolom bulat dengan tulangan memanjang dan tulangan lateral berupa sengkang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

KERUNTUHAN LENTUR BALOK PADA STRUKTUR JOINT BALOK-KOLOM BETON BERTULANG EKSTERIOR AKIBAT BEBAN SIKLIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

Studi Perkuatan Struktur Gedung Kuliah STPMD Yogyakarta dengan Menggunakan Material E-Glass Fiber Reinforced Polymer (E-GFRP)

Meliputi pertimbangan secara detail terhadap alternatif struktur yang

ANALISA KOLOM STRUKTUR PADA PEKERJAAN PEMBANGUNAN LANTAI 1 KAMPUS II SD MUHAMMADIYAH METRO PUSAT KOTA METRO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

EVALUASI PERILAKU STRUKTUR GEDUNG BERTINGKAT LIMA MENGGUNAKAN KOLOM PENDEK AKIBAT BEBAN GEMPA

Panjang Penyaluran, Sambungan Lewatan dan Penjangkaran Tulangan

BAB III LANDASAN TEORI. beban hidup dan beban mati pada lantai yang selanjutnya akan disalurkan ke

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut PBI 1983, pengertian dari beban-beban tersebut adalah seperti yang. yang tak terpisahkan dari gedung,

PENGARUH DINDING GESER TERHADAP PERENCANAAN KOLOM DAN BALOK BANGUNAN GEDUNG BETON BERTULANG

BAB II STUDI PUSTAKA

EVALUASI CEPAT DESAIN ELEMEN BALOK BETON BERTULANGAN TUNGGAL BERDASARKAN RASIO TULANGAN BALANCED

DESAIN BALOK ELEMEN LENTUR SESUAI SNI

PENGARUH JARAK SENGKANG TERHADAP KAPASITAS BEBAN AKSIAL MAKSIMUM KOLOM BETON BERPENAMPANG LINGKARAN DAN SEGI EMPAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum


BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang lebih bawah hingga akhirnya sampai ke tanah melalui fondasi. Karena

ABSTRAKSI. Basuki Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammdiyah Surakarta Jalan A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PERENCANAAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA GEDUNG SUPERMARKET PRASADA DENGAN MENGGUNAKAN METODE SK SNI T DI KABUPATEN BLITAR.

Pengenalan Kolom. Struktur Beton II

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jenis-jenis Kolom : Kolom Ikat ( tied column Kolom Spiral ( spiral column Kolom Komposit

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Pendekatan. Untuk mengetahui besarnya pengaruh kekangan yang diberikan sengkang

Bab V Studi Kasus Studi Kasus Ketahanan Kolom Terhadap Eksentrisitas berdasarkan Kekuatan Beton Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.1 Gambar 5.

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

ABSTRAK. : kolom, sengkang, spiral, rectangular, kuat tekan

BAHAN KULIAH Struktur Beton I (TC214) BAB IV BALOK BETON

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

REKAYASA PENULANGAN GESER BALOK BETON BERTULANG DENGAN MENGGUNAKAN SENGKANG VERTIKAL MODEL U

DESAIN LANGSUNG TULANGAN LONGITUDINAL KOLOM BETON BERTULANG BUJUR SANGKAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desain struktur merupakan faktor yang sangat menentukan untuk menjamin

TINJAUAN KUAT LENTUR BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENAMBAHAN KAWAT YANG DIPASANG LONGITUDINAL DI BAGIAN TULANGAN TARIK.

BAB I PENDAHULUAN. memikul tekan pada semua beban bekerja distruktur tersebut.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Naskah Publikasi. untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana-1 Teknik Sipil. diajukan oleh : BAMBANG SUTRISNO NIM : D

Transkripsi:

ANALISIS KOLOM BETON BERTULANG DENGAN VARIASI POSISI TULANGAN DAN PENAMPANG MENGGUNAKAN DIAGRAM INTERAKSI Oleh Oni Guspari ABSTRAK Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Kampus Limau Manis Padang Kolom merupakan elemen struktur yang sangat vital dalam suatu bangunan gedung, karena kolom merupakan penahan hampir seluruh beban upper structure. Karenanya kajian tentang elemen kolom merupakan kajian yang sangat menarik dan terus berkembang. Pada tulisan ini akan dianalisis pengaruh variasi posisi tulangan serta bentuk penampang kolom terhadap kapasitas aksial dan kapasitas momen penampang kolom dengan menggunakan diagram interaksi kolom, kapasitas yang ditinjau difokuskan pada kondisi seimbang (balance failure) dengan asumsi momen satu arah ke sisi pendek. Penampang yang ditinjau adalah 4 buah kolom dengan dimensi 400 mm x 600 mm dua buah dan 490 mm x 490 mm dua buah. Karakteristik kolom diuat sama dengan f c =25 MPa dan f y = 300 MPa. Hasil kajian menunjukkan bahwa kolom dengan penampang empat persegi panjang memberikan kapasitas kolom yang lebih baik diandingkan penampang persegi, sedangkan jika dimensi penampang kolomnya sama, maka penempatan posisi tulangan pada dua sisi akan lebih memberikan kapasitas lebih baik dibandingkan dengan posisi tulangan pada empat sisi Kata kunci : diagram interaksi,balance failure PENDAHULUAN Kolom adalah sebuah elemen struktur vertikal yang menerima beban aksial tekan dengan atau tanpa momen, secara umum kolom akan menerima beban dari balok dan memindahkannya ke pondasi. Keruntuhan yang terjadi pada kolom rata rata adalah keruntuhan tekan. Dari segi ekonomis dan dari segi manusiawinya, keruntuhan pada kolom adalah keruntuhan yang sangat perlu untuk dicermati, dimana apabila terjadi keruntuhan akan menyebabkan runtuhnya satu sistem balok dan lantai yang bersangkutan yang tentunya akan diikuti oleh runtuhnya seluruh system. Dalam disain struktur gedung, sangat dikenal istilah Strong Column Weak Beam yang berarti bahwa suatu sruktur di disain dengan kekuatan kolom melebihi kekuatan balok sehingga apabila terjadi kegagalan pada struktur, yang diharapkan hancur terlebih dahulu adalah balok. Karena itu perencanaan kolom selalu dilakukan secara hati-hati serta dengan memberikan kekuatan cadangan yang lebih besar bila dibandingkan dengan elemen struktur lainnya, terlebih lagi keruntuhan tekan pada kolom tidak memberikan peringatan awal yang cukup jelas. Hal ini dapat dilihat dengan besarnya reduksi kekuatan yang disyaratkan SNI 03-2847-2002 untuk elemen tekan dibandingkan dengan reduksi pada balok misalnya. Kekuatan kolom dalam memikul beban didasarkan pada kemampuannya memikul kombinasi beban axial (P u ) dan Momen (M u ) secara bersamaan. Sehingga perencanaan kolom suatu struktur bangunan didasarkan pada kekuatan dan kekakuan penampang lintangnya terhadap aksi beban aksial dan momen lentur. 90

Disamping itu, kekuatan kolom juga sangat dipengaruhi oleh bentuk penampang dan penempatan posisi tulangan yang terdapat pada kolom, dan erat juga kaitannya dengan penempatan posisi kolom terhadap lay out bangunan itu sendiri, sebab hal ini akan mempengaruhi juga terhadap arah momen yang dominan bekerja pada system bangunan tersebut. Dengan banyaknya kemungkinan posisi tulangan dan atau penampang kolom, maka perlu adanya kajian terhadap pengaruh variasi posisi tulangan serta bentuk penampang kolom terhadap kapasitas aksial dan kapasitas momen penampang kolom. Kajian kapasitas difokuskan pada kondisi regangan seimbang (balance strain) dengan asumsi momen yang dominan adalah ke arah tegak lurus terhadap sisi pendek kolom Untuk mempermudah mengetahui kekuatan penampang kolom biasanya dibuat diagram interaksi, yaitu suatu grafik daerah batas yang menunjukkan ragam kombinasi beban aksial dan momen yang dapat ditahan oleh kolom secara aman (Wahyudi, 1997). Tujuan Penelitian Adapun target akhir dari kajian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh posisi tulangan terhadap kapasitas kolom serta pengaruh bentuk penampang kolom terhadap kapasitas kolom pada penampangnya (tanpa eksentrisitas). Pada kondisi ini gaya luar akan ditahan oleh penampang kolom yang secara matematis dirumuskan dalam persamaan: P o = { 0,85. f c. (A g A st ) + A st.f y } dimana: f c = Kuat tekan beton yang disyaratkan (MPa), A g = Luas penampang kolom, A st = Luas tulangan total f y = Kuat tarik tulangan baja yang diijinkan (MPa). Namun kekuatan yang dihitung dengan rumus diatas jarang sekali bisa diperoleh pada suatu kolom karena normalnya selalu ada momen pada kolom yang akan mereduksi kapasitas aksial kolom. Momen tersebut bisa saja terjadi akibat: Tidak konsentrisnya as kolom dari satu lantai terhadap lantai berikutnya Mengimbangi momen pada balok Penulangan yang tidak sentries yang mengakibatkan tidak berhimpitnya titik berat geometrinya dengan titik berat penampang Untuk memperhitungkan efek dari momen yang tidak diharapkan tersebut, maka kapasitas aksial kolom harus dikalikan dengan 0,85 untuk kolom dengan spiral dan 0,8 untuk kolom dengan sengkang, sehingga: TINJAUAN PUSTAKA P o = 0,85 * P o ( kolom dengan spiral) P o = 0,80 * P o ( kolom dengan sengkang) Kapasitas Kolom Kapasitas suatu kolom yang mengalami beban aksial murni (Axial Load only) terjadi apabila kolom hanya menahan beban sentris Secara umum, kolom akan menerima beban seperti yang disajikan dalam gambar berikut: 91

P u Regangan ( ) Gambar 1. Kolom konsentris dan eksentris Apabila beban P bergeser dari sumbu kolom, maka timbul eksentrisitas beban pada penampang kolom, sehingga kolom harus memikul kombinasi pembebanan aksial dan momen. Diagram Interaksi Kolom Diagram interaksi kolom adalah deskripsi kekuatan nominal suatu penampang kolom pada saat beban konsentris dan eksentris yang dijabarkan secara grafis. Diagram interaksi dapat dibuat dalam dua tipe, yaitu: Diagram interaksi M P Diagram interaksi e P Kegunaan diagram interaksi terutama adalah untuk desain kolom-kolom pada lantai yang sama. Biasanya kolom-kolom pada lantai yang sama pada sebuah struktur gedung didesain e P u Regangan (+) Regangan (-) dengan dimensi dan bentuk yang sama. Untuk menghindari desain yang berulang ulang, cukup didesain satu buah kolom struktur dengan beban maksimum dan tipikal dengan kolom lainnya, kemudian dibuat diagram interaksinya. Selanjutnya, untuk kolom kolom yang lain, cukup dengan menginteraksikan gaya gaya dalam dibagi dengan faktor reduksi pada diagram yang telah dibuat. Jika titik tersebut berada didalam diagram, maka penampang yang sama dapat digunakan, sebaliknya, jika titiknya berada diluar diagram berarti penampang tidak cukup kuat. Untuk itu dilakukan disain tersendiri untuk kolom tersebut. Gambaran diagram interaksi kolom secara umum dapat dilihat dari gambar 2, sumbu vertikal menunjukkan beban aksial yang dapat ditahan kolom sedang sumbu horizontal menunjukkan beban momen yang dapat ditahan oleh kolom. P n A D Compression Failure C Tension Failure E B M n Gambar 2. Tipikal Diagram Interaksi Kolom Pada kolom yang mengalami beban eksentris, apabila besarnya beban aksial dan momen yang ditahan oleh kolom diplotkan dalam gambar diagram interaksi kekuatan penampang kolom, maka akan terdapat 3 jenis kondisi keruntuhan penampang kolom. Jenis-jenis kondisi keruntuhan kolom tersebut adalah : kondisi keruntuhan tekan (A), kondisi 92

keruntuhan setimbang (C), kondisi keruntuhan tarik (B). Kondisi keruntuhan tekan (Compression failure) terjadi apabila beban P bergeser sedikit dari sumbu penampang kolom, sehingga sebagian kecil penampang kolom akan mengalami kondisi tarik, namun sebagian besar penampang kolom akan mengalami kondisi tekan. Kondisi ini mengakibatkan jarak garis netral penampang kolom lebih besar dari nilai c balance, yaitu jarak garis netral kolom pada keadaan setimbang. Kondisi keruntuhan setimbang (balance failure) terjadi apabila eksentrisitas beban P bergeser lebih besar dari kondisi keruntuhan tekan, maka akan tercapai tegangan tarik tulangan mencapai leleh (f s = f y ) dan bersamaan itu regangan tekan beton mencapai maksimal (ε c = 0,003). Jarak garis netral penampang kolom dalam kondisi setimbang (c balance) dengan anggapan nilai ε c = 0,003 dan E s = 200.000 MPa dapat diperoleh dengan persamaan: Kondisi keruntuhan tarik (Tension failure) di dalam diagram interaksi terjadi apabila eksentrisitas beban P bergeser sedikit lagi dari kondisi setimbang, maka luas penampang kolom yang mengalami kondisi tarik semakin besar dan luas penampang kolom yang mengalami kondisi tekan semakin kecil. Apabila penampang kolom hanya menerima beban momen saja (pure bending) maka perhitungan penampang kolom dilakukan seperti perhitungan balok biasa. d Untuk kolom dengan tulangan pada dua sisi seperti yang ditunjukkan gambar 3, formula selengkapnya untuk membuat diagram interaksi adalah sebagai berikut: A s A s Konsentris Koordinat titik A ( Tekan ) P n M n = 0 = 0,85f c.a g +A st.f y d Koordinat titik B ( Kondisi Tarik ) c b P n M n = 0 = - A st.f y εc' εs' εs = εy Eksentris Koordinat titik C ( Balance ) Gambar 3. Diagram regangan kolom pada keadaan setimbang (Asroni, 2001) 93

Sehingga dapat dihitung: P n = A s '*f s '+0,85f c '*b*c b *β 1 -A s *f y M n =A s *f s (½h-d')+A s '*f s '*(½h-d') +0,85f c '*b*c b *β 1 *(½h - c b *½β 1 ) Koordinat titik D ( Tekan ) Untuk semua formula berlaku arti simbol sebagai berikut: P n = Kapasitas Aksial kolom (kn) M n = Kapasitas Momen kolom (knm) c b =jarak garis netral kondisi balance (mm) ε c = regangan beton ε s = regangan tulangan ε y = regangan leleh d = tinggi efektif (mm) d = jarak tulangan tekan dari luar (mm) E s = Modukus elastisitas tulangan A s = Luas tulangan tarik (mm 2 ) A s = Luas tulangan tarik (mm 2 ) f c f y = kuat tekan beton ( MPa) = kuat tarik tulangan (MPa) Untuk kondisi kolom dengan posisi tulangan yang berbeda, formulanya dapat menyesuaikan dan identik dengan analisis diatas Sehingga dapat dihitung: P n = A s '*f s '+0,85f c '*b*c*β 1 -A s *f s M n =A s *f s (½h-d')+A s '*f s '*(½h-d') +0,85f c '*b*c*β 1 *(½h - c*½β 1 ) Koordinat titik E ( Tarik ) Sehingga dapat dihitung: P n = A s '*f s '+0,85f c '*b*c*β 1 -A s *f s M n =A s *f s (½h-d')+A s '*f s '*(½h-d') +0,85f c '*b*c*β 1 *(½h - c*½β 1 ) Metode Analisis Untuk mengetahui pengaruh posisi tulangan dan penampang dalam kolom beton bertulang terhadap kekuatannya dalam memikul beban dilakukan analisis terhadap model penampang kolom. Dalam hal ini dibatasi bahwa arah momen yang terjadi hanya satu arah, yaitu kearah horizontal (sumbu x) pada gambar penampang yang ditampilkan. Pembahasan dilakukan terhadap 4 buah penampang kolom dengan luas tulangan dan luas beton yang sama, yaitu jumlah tulangan pokok 12 φ 16 dan luas penampang beton Ag =240000 mm2 yang terdiri dari penampang kolom persegi panjang 400 mm x 600 mm sebanyak 2 buah, satu penampang dengan sebaran tulangan dua sisi dan satunya lagi sebaran tulangannya pada empat sisi. Penampang kolom persegi 490 mm x 490 mm sebanyak 2 buah, satu penampang dengan 94

sebaran tulangan dua sisi dan satunya lagi sebaran tulangannya pada empat sisi. Semua tulangan dan beton mempunyai karakteristik berturut turut adalah f y = 300 MPa dan f c = 25 MPa, selengkapnya ditunjukkan pada gambar dan gambar berikut: interaksi penampang kolom dengan dimensi 400x 600 dengan sebaran tulangan pada dua sisi, seperti pada gambar 4a. Selanjutnya ditinjau seberapa jauh penurunan/kenaikan kekuatan memikul beban pada kolom dengan posisi tulangan dan atau penampang kolom lainnya (gambar 4b, 4c dan 4d) dengan catatan luas tulangan dan luas kolom tetap sama.. 12 φ 16 b=400 12 φ 16 Analisis kekuatan penampang kolom menggunakan diagram interaksi kolom, yang h=600 h=600 berfungsi membuat desain dan pemeriksaan (a: K nol) (b: K satu) kekuatan penampang kolom beton bertulang. Sehingga dapat diperoleh kesimpulan pengaruh penempatan tulangan dan penampang kolom 12 φ 16 b=490 12 φ 16 yang mempunyai luas tulangan, luas kolom yang sama serta dengan material properties tertentu terhadap kekuatan kolom dalam h=490 (c: K dua) h=490 (d: K tiga) memikul beban. Dengan diperolehnya diagram interaksi masing-masing penampang kolom, maka dapat dibandingkan pengaruh posisi Gambar 4. Penampang kolom yang ditinjau serta bentuk kolom terhadap momen kapasitas berdasarkan beban aksial (P u ) yang bekerja. Tabel 1. Rincian Model Kolom yang di gunakan No 1 2 3 4 HASIL DAN PEMBAHASAN Kolom K Nol K Satu K Dua K Tiga Dimensi Kolom / Luas 400x6 00 = 24000 0 mm 2 400x6 00 = 24000 0 mm 2 490x4 90 = 24010 0 mm 2 490x4 90 = 24010 0 mm 2 Dengan memakai formula formula sebelumnya maka didapatkan koordinat titik A, B, C, D dan E dimana koordinat A menunjukkan kapasitas kolom dalam memikul beban aksial Tulanga n / Luas 12φ16 = 2414 mm 2 12φ16 = 2414 mm 2 12φ16 = 2414 mm 2 12φ16 = 2414 mm 2 tekan murni / tanpa momen, koordinat B menunjukkan kapasitas memikul beban aksial tarik murni/tanpa momen, koordinat C Posisi Gamb ar 3a Gamb ar 3b Gamb ar 3c Gamb ar 3d menunjukkan kapasitas kolom dalam kondisi setimbang, sedangkan koordinat D dan E Keterng f c = 25 MPa adalah kapasitas kolom memikul beban momen an f y = 300 MPa dan aksial atau dengan kata lain beban kolom mempunyai eksentrisitas tertentu. Hasil Pembahasan kekuatan kolom dalam memikul beban mula-mula dilakukan terhadap diagram perhitungan tersebut ditunjukkkan dalam tabel 2 berikut: 95

Tabel 2. Kapasitas Momen dan Aksial K nol Titik Mn (knm) Pn (kn) A 0 5824.114 D 493.6483 3302.229 C 556.1344 2601 E 543.3375 2080.8 B 0-724.114 Tabel 3. Kapasitas Momen dan Aksial K satu Titik Mn (knm) Pn (kn) A 0 5824.114 D 480.003 2997.045 C 515.6225 2346.68 E 491.4385 1877.344 B 0-724.114 Tabel 6. Perbandingan Kapasitas Momen dan Aksial dalam kondisi setimbang Knol K Satu K Dua K Tiga Mn Pn Mn Pn Mn Pn Mn Pn A 0 5824 0 5824 0 5826 0 5826 D 494 3302 480 2997 403 3304 395 3061 C 556 2601 516 2347 454 2602 428 2400 E 543 2081 491 1877 444 2082 410 1920 B 0-724 0-724 0-724 0-724 Diagram interaksi kolom dari masing masing kondisi tersebut dapat dilihat dalam gambar 5 sampai gambar 8 berikut: Tabel 4. Kapasitas Momen dan Aksial K dua Titik Mn (knm) Pn (kn) A 0 5826.239 D 403.2697 3303.529 C 454.3066 2602.084 E 443.8514 2081.667 B 0-724.114 Gambar 5. Diagram Interaksi K Nol Tabel 5. Kapasitas Momen dan Aksial K tiga Titik Mn (knm) Pn (kn) A 0 5826.239 D 395.1378 3060.668 C 428.4943 2399.699 E 410.4567 1919.76 B 0-724.114 Perbandingan kapasitas keempat kolom difokuskan pada kondisi setimbang (koordinat C) dalam bentuk tabel 6 berikut: Gambar 6. Diagram Interaksi K Satu 96

Pengamatan diagram interaksi difokuskan pada koordinat titik C ( balance failure ). Besarnya beban aksial ( Pbalance ) dan kapasitas momen ( Mbalance ) dapat ditabulasikan sebagai berikut: Gambar 7. Diagram Interaksi K Dua Tabel 7. Kapasitas beban aksial dan momen dalam kondisi balance Kapasitas Aksial Kapasitas Momen Benda Uji P balance % Pengaruh M balance % Pengaruh K Nol 2601.0 0.0 556.1 0.0 K Satu 2346.7-9.8 515.6-7.3 K Dua 2602.1 0.0 454.3-18.3 K Tiga 2399.7-7.7 428.5-23.0 Gambar 8. Diagram Interaksi K Tiga Sedangkan perbandingan diagram interaksi masing masing kolom adalah disajikan dalam gambar 9 berikut: Gambar 9: Perbandingan Diagram Interaksi Kolom Dari hasil analisis terhadap diagram interaksi dan tabel diatas diperoleh: 1. Ketika penampang kolom dibuat sama dengan kondisi awal (K Satu) tetapi penyebaran tulangan didiatribusikan pada ke empat sisi kolom,maka kapasitas aksial penampang tururn 9,8% sedangkan kapasitas momennya turun 7,3 % 2. Ketika penampang kolom dibuat sama sisi (K Dua) dan penyebaran tulangan di buat sama dengan kondisi awal, maka kapasitas aksial penampang relatif tetap sedangkan kapasitas momennya bertambah turun menjadi 18,3 % 3. Ketika penampang kolom dibuat sama sisi (K Tiga) dan penyebaran tulangan di didistribusikan merata ke semua sisi, maka kapasitas aksial penampang turun 7,7% sedangkan kapasitas momennya turun lebih tajam menjadi 23,0 % 97

KESIMPULAN DAN SARAN DAFTAR PUSTAKA Beberapa kesimpulan yang dapat disampaikan dari kajian dan analisis penampang kolom yang ditinjau adalah: 1. Perubahan posisi tulangan dari dua sisi menjadi empat sisi dengan tetap mempertahankan bentuk penampang akan mengurangi kapasitas penampang, baik kapasitas aksial maupun kapasitas momen 2. Perubahan bentuk penampang dari empat persegi panjang ke bentuk persegi dengan posisi tulangan tetap akan mengurangi kapasitas penampang yang lebih signifikan terhadap kapasitas momen, sedangkan terhadap kapasitas aksial tidak mengalami perubahan yang berati Saran-saran yang dapat disampaikan untuk penelitian ini adalah perlunya memperhatikan situasi dan tata letak bangunan, sehingga dapat menetapkan posisi tulangan dan bentuk penampang kolom yang dapat memberikan peningkatan kapasitas kolom, baik terhadap gaya aksial maupun terhadap momen. Disamping itu, kajian ini merupakan kajian awal, olehkarenanya perlu pengembangan kajian dalam bentuk lain, misalnya dalam bentuk dan ukuran kolom yang berbeda dari kondisi diatas Asroni, Ali, 2001. Struktur Beton II, Jurusan Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Surakarta. James G MacGregor, Reinforced Concrete, Mechanics and Design,Department of Civil Engineering University of Alberta, United States of America Oni Guspari, 2007. Penerapan Metode Bisection dan Metode Secant Dalam Rekayasa Sipil (Studi Kasus Pembuatan Diagram Interaksi Kolom Beton Bertulang), REKAYASA SIPIL. Park, R. and Pauley, T., 1974. Reinforced Concrete Structure, Department of Civil Engineering University of Canterbury New Zealand, John Willey & Sons, New York. Purwono, Rahmat, dkk., 2005. Perencanaan Struktur Renaningsih, 2006. Analisis Penampang Kolom Beton Bertulang Berlubang Menggunakan PCA COL, dinamika TEKNIK SIPIL Vis, W.C. dan Kusuma, G.H., 1993, Dasar- Dasar Perencanaan Beton Bertulang, Penerbit Erlangga, Jakarta Wahyudi, L. dan Rahim, Syahril A., 1997. Struktur Beton Bertulang, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 98