PENERAPAN TEKNOLOGI USAHATANI PADI DENGAN PENDEKATAN PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU DI SULAWESI TENGGARA Suharno 1 dan Muhammad Asaad 1 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara suharnoh@ymail.com ABSTRAK Padi memiliki peranan penting sebagai salah satu pemenuh kebutuhan pangan, yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan. Upaya peningkatan peroduksi padi di Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun terahir dilakukan melalui penerapan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu. Dalam pelaksanaan PTT, maka BPTP Sulawesi Tenggara berperan melakukan pendampingan PTT. Untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi maka dilakukan kajian di tingkat kelompoktani. Metoda yang digunakan dalam kajian adalah observasi langsung di lokasi dengan pencatatan melalui farm record keeping pada lokasi Display VUB.. Kajian dilaksanan di 4 kabupaten sentra penghasil padi sawah yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Timur.dan Bombana serta demonstrasi VUB di Konawe Utara dan Kota Kendari. Kegiatan dilaksanakan mulai Januari-Desember 2014. Hasil kajian diperoleh data penerapan PTT sbb 1)Varietas unggul 88,33 %, 2)Benih bermutu dan berlabel 64,16 %,3)Pemberian bahan organik 30,83 % 4)Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1) 27,5 5).Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 50 %,6)Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 47,5, 7)Pengolahan lahan sesuai musim dan pola tanam 95, 83%, 8)Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 91, 66%, 9)Tanam bibit 1 3 batang per rumpun 62,5 %, 10)Pengairan secara efektif dan efisien 30 %, 11)Penyiangan mekanis 5,83 %, 12).Panen tepat waktu,gabah segera dirontok dan dikeringkan 86,66 %. Dilihat dari sisi produktivitas diperoleh bahwa rata-rata provitas varietas introduksi pada Display di Konawe yaitu 5,75 t GKG/ha, Konsel 5,24 t GKG/ha Koltim 6,30 t GKG/ha dan Bombana 6,91 t GKG/ha. Kata kunci : PTT Padi sawah, produktivitas PENDAHULUAN Padi memiliki peranan penting sebagai salah satu pemenuh kebutuhan pangan, yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan berkembangnya industri pangan. Upaya peningkatan peroduksi padi di Sulawesi Tenggara dalam beberapa tahun terahir dilakukan melalui penerapan komponen teknologi pengelolaan tanaman terpadu (PTT). Dalam pelaksanaan PTT, maka BPTP Sulawesi Tenggara berperan melakukan pendampingan PTT. Untuk mengetahui tingkat penerapan teknologi maka dilakukan kajian di tingkat kelompoktani. Luas panen padi sawah di Sulawesi Tenggara Tahun 2013 yaitu 122.702 ha yang tersebar di 13 Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka, Kolaka Utara, Kolaka Timur, Bombana, Konawe Utara, Buton, Muna, Buton Utara, Kota Kendari, Kota Bau-Bau dan Konawe Kepulauan dengan produksi 529.240 ton atau produktivitas 4,31 t/ha (Distan Sultra, 2013). Angka produktivitas tersebut dinilai masih rendah, mengingat hasil pendampingan SLPTT BPTP Sultra tahun 2013 sudah mampu diperoleh nilai produktivitas antara 6-7 t/ha (BPTP Sultra, 2013). Senjang hasil tersebut antara lain disebabkan penerapan teknologi usahatani padi di tingkat petani masih belum optimal, serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) dan dampak perubahan iklim (DPI) (Distan Sultra 2013). Untuk meningkatkan produktivitas padi di Sulawesi Tenggara maka diperlukan adanya berbagai inovasi teknologi yang meliputi penggunaan varietas unggul baru, perbaikan cara tanam, pemupukan, penyiangan, pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT) serta penanganan panen dan pasca panen yang baik. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan inovasi untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam peningkatan produktivitas. Tantangan utama yang dihadapi dalam upaya 160 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
penyediaan pangan adalah: Meningkatnya permintaan beras sesuai dengan peningkatan jumlah penduduk, Terbatasnya ketersediaan beras dunia dan kecenderungan meningkatnya harga pangan (Balitbangtan 2014). Dalam upaya peningkatan produksi tanaman pangan di Sultra dihadapi sejumlah permasalahan antara lain 1) Dampak perubahan iklim (DPI) dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), 2) Rusaknya insfrastruktur irigasi, lingkungan dan semakin terbatasnya sumber air, 3) Keterbatasan akses petani terhadap sumber-sumber pembiayaan, 4)Kompetisi komoditas dan 5) Tingginya konsumsi beras sebagai pangan pokok sumber karbohidrat. Disamping tantangan dan permasalahan yang dihadapi dalam peningkatan produksi tanaman pangan terdapat sejumlah peluang yang apabila dimanfaatkan dengan baik akan memberikan kontribusi pada upaya peningkatan produksi. Peluang tersebut antara lain kesenjangan hasil antara potensi dan kondisi lapangan masih tinggi, tersedianya teknologi untuk meningkatkan produktivitas, potensi sumberdaya lahan sawah, rawa dan lahan kering yang masih luas. Solusi permasalahan tersebut adalah dengan introduksi teknologi intensifikasi yang bersifat spesifik lokasi melalui pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Balitbangtan,2014). PTT sebagai suatu pendekatan inovatif dalam upaya peningkatan produktivitas dan efisiensi usahatani serta sebagai suatu pendekatan pembangunan tanaman pangan khususnya dalam peningkatan produksi padi dan jagung telah dilaksanakan mulai tahun 2008 dan berlanjut hingga sekarang dengan berbagai perbaikan dan penyempurnaan. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti dan penyuluh diutamakan pada kawasan pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan. Melalui pendampingan diharapkan agar inovasi teknologi Balitbangtan dapat diterapkan secara optimal. Upaya peningkatan peroduksi padi melalui penerapan sekolah lapang pengelolaan tanaman terpadu (SL-PTT) selama 5 tahun terahir telah berhasil dan menjadi pemicu dalam meningkatkan produktivitas padi sebesar 6,34 % per hektar. Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung dilapangan melalui pembelajaran dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis, menyimpulkan dan menerapkan (melakukan), menghadapi dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi. Melalui pendekatan PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi. Untuk memacu proses transfer dan adopsi teknologi pertanian kepada petani dan pengguna teknologi lainnnya maka perlu diperkenalkan teknologi spesifik lokasi yang telah dikaji keunggulannya dan secara teknis dapat dilaksanakan, secara ekonomi menguntungkan dan secara sosial budaya diterima oleh petani atau masyarakat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Balai Pengkajian Teknologi pertanian (BPTP) berupaya untuk memperkenalkan teknologi pertanian spesifik lokasi melalui kegiatan percontohan. Berdasarkan SK. Menteri Pertanian nomor 350 tahun 2001 tentang tugas dan fungsi BPTP antara lain ádalah melakukan penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi tepat guna spesifik lokasi dan menyiapkan paket teknologi hasil penelitian atau pengkajian untuk bahan penyusunan materi penyuluhan pertanian (BPTP Sultra, 2002). Tulisan ini bertujuan untuk mengkomunikasikan hasil kajian tentang penerapan teknologi padi oleh petani dan memperoleh umpan balik untuk penyempurnaan rekomendasi teknologi padi lebih lanjut. METODE PENELITIAN Pendampingan inovasi teknologi dilaksanakan di 4 kabupaten sentra penghasil padi yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Timur.dan Bombana. Sedangkan kabupaten non sentra yaitu Konawe Utara dan Kota Kendari. Pelaksanaannhya pada wilayah SLPTT yang dilaksanakan oleh Dinas Pertanian. Kegiatan dilaksanakan mulai Januari-Desember 2014. Kegiatan pendampingan PTT di Sulawesi Tenggara pada tahun 2014 meliputi Display Varietas Unggul Baru (VUB) Inpari 16, Inpari 22, Inpari 25, dan Inpari 30, Sedangkan Demonstrasi VUB yaitu Inpari 15. Pada lokasi display diterapkan paket teknologi lengkap meliputi cara tanam jajar legowo, pemupukan tepat dosis dan tepat waktu, pengendalian hama penyakit PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN 161
dengan pendekatan PHT, tata kelola air secara efektif, panen dan penanganan pasca panen secara tepat. Pelaksanaan kegiatan tahun 2014 yaitu di kawasan pengembangan dan pertumbuhan sesuai dengan penentuan lokasi yang ditetapkan oleh Dinas Pertanian (Puslibangtan 2013). Salah satu tehnik diseminasi yang diterapkan dalam kajian ini ialah Display VUB Padi dengan penerapan paket teknologi lengkap meliputi cara tanam legowo, pemupukan sesuai kebutuhan spesifik lokasi, pengendalian OPT berdasarkan PHT, Panen dan penanganan pasca panen tepat. Tiap kabupaten dilaksanakan 4 unit display dan tiap unit Display VUB Padi terdiri dari 4 VUB. Luas display VUB yaitu 0,50 ha. Jumlah display VUB padi keseluruhan yaitu 16 unit. Pelaku utama display adalah petani yang tergabung dalam kelompoktani. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi langsung dengan pencatatan terhadap produksi tiap varietas serta perilaku petani dalam penerapan teknologi. Data yang dikumpulkan kemudian diolah secara deskriptif. HASIL DAN PEMBAHASAN Program SLPTT di Sulawesi Tenggara Dalam Tahun 2014 target program SLPTT di Sulawesi Tenggara yaitu 33.325 ha, dimana realisasiya sebagai berikut: 1) Kawasan Penmantapan sampai bulan vember 2014 yaitu 22.816 ha ( 68,47 %) dengan luas panen sampai vember yaitu 12.245 ha. yang dicapai yaitu 5,70 t GKP dengan produksi 68.799 ton GKP. 2) Kawasan Pengembangan sampai bulan vember 2014 yaitu target 5.000 ha dan realisasi tanam 4.146 ha ( 82,92 %) dengan luas panen sampai vember yaitu 3.361 ha. yang dicapai yaitu 4,56 t GKP dengan produksi 15.344 ton GKP. Display Varietas Unggul Baru Display VUB dilaksanakan di 4 kabupaten, yaitu Kabupaten Konawe, Konawe Selatan, Kolaka Timur dan Bombana, dimana tiap kabupaten dilaksanakan 4 unit display yaitu Kabupaten Konawe 4 unit, Konawe Selatan 4 unit. Luas display per unit yaitu 0,5 ha, dengan 5 varietas dan 3 ulangan. Hasil display disajikan pada Tabel 1 berikut Tabel 1. Display VUB Padi di Konawe, Konsel, Koltim dan Bombana Tahun 2014 Lokasi Jumlah Unit Varietas 1 Konawe 4 Inpari 22 Inpari 25 Inpari 30 Inpari 16 2 Konawe Selatan 3 Kolaka Timur rata-rata 5,94 5,50 6,03 5,54 Rata-rata 5,75 4 Inpari 22 5,20 Inpari 25 6,05 Inpari 30 4,55 Inpari 16 5,14 Rata-rata 5,24 4 Inpari 22 6,35 Inpari 25 6,10 Inpari 30 6,43 Inpari 16 6,24 Rata-rata 6,30 var Eksisting SL n SL 5,42 5,40 4,35 4,55 4,52 4,18 6,28 6,90 4,68 162 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
Tabel 1. Lanjutan Lokasi Jumlah Unit Varietas 4 Bombana 4 Inpari 22 Inpari 25 Inpari 30 Inpari 16 rata-rata 7,09 7,19 6,66 var Eksisting 6,71 Rata-rata 6,91 Sumber: Laporan Pendampingan PTT Kabupaten Sentra Padi 2014. SL n SL 6,42 5,26 4,26 Dari Tabel di atas terlihat bahwa dalam tahun 2014 telah dilaksanakan Display VUB Inpari 16, Inpari 22, Inpari 25, Inpari 30 dan Mekongga yang merupakan varietas unggul eksisting sebagai pembanding. Dari tabel diatas terlihat bahwa rata-rata provitas Display VUB di Konawe yaitu 5,75 t GKG/ha, Konsel 5,24 t GKG/ha Koltim 6,43 t GKG/ha dan Bombana 6,91 t GKG/ha. Dilihat dari produktivitas tertinggi di Konawe yaitu Inpari 30 (6,03 t GKG/ha), di Konawe Selatan yaitu Inpari 25 (6,05 t GKG/ha), di Kolaka Timur yaitu Inpari 30 (6,43 t GKG/ha) dan di Bombana yaitu Inpari 25 (7,19 t GKG/ha) Dilihat dari produktivitas VUB Inpari tahun 2014 khsusnya untuk VUB yang produktivitasnya diatas 6 ton GKG per ha maka terlihat bahwa di Konawe Inpari 30; di Konawe Selatan Inpari 25; di Kolaka Timur Inpari 30, Inpari 25, Inpari 30 dan Inpari 16; Bombana Inpari 22, Inpari 25, Inpari 30 dan Inpari 16. Tabel 2. Perbandingan Display, SL dan n SL Sultra Tahun 2014. Kabupaten (t/gkg/ha) Display BPTP Var.Eksisting SLPTT n SL 1 Konawe 5,75 5,42 5,40 4,35 2 Konawe Selatan 5,24 4,55 4,52 4,18 3 Kolaka Timur 6,30 6,28 6,90 4,68 4 Bombana 6,91 6,42 5,26 4,26 Rata-rata Sultra 6,10 5,66 5,52 4,36 Sumber: Laporan Pendampingan PTT Kabupaten Sentra Padi 2014. Dari Tabel 2 terlihat bahwa hasil Display BPTP Tahun 2014 Apabila disandingkan dengan produktivitas rata-rata Kabupaten n SL,maka produktivitas display VUB. Apabila dibandingkan dengan produktivitas SLPTT 2014 maka produktivitas Display di Konawe terdapat perbedaan 0,35 t/ha, di Konsel terdapat perbedaan 0,72 t/ha, di Koltim terdapat perbedaan 0,6 t/ha (SLPTT), di Bombana terdapat perbedaan 1,65 t/ha. Dilihat dari rata-rata Sultra maka diperoleh produktivitas display yaitu 6,10 t GKG/ha, produktivitas eksisting 5,66 t/ha, produktivitas SL yaitu 5,52 t/ha dan produktivitas non SL yaitu 4,36 t/ha. Dengan demikian maka produktivitas display menunjukkan adanya perbedaaan hasil yang cukup tinggi. Gambaran Display VUB, Varietas Eksisting dan SLPTT Sultra Tahun 2014 pada Grafik 1 Garfik 1. Display VUB, Varietas Eksisting, SL dan n SL Tahun 2014 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN 163
Demonstrasi Varietas Unggul Baru Dalam rangka penyebarluasan VUB Inpari 15, maka telah dilaksanakan demonstrasi di Kabupaten Konawe Utara 4 kecamatan dan di Kota Kendari 2 kecamatan. Luas demonstrasi VUB tiap unit yaitu 0,5 ha, dimana BPTP hanya memberikan benih VUB, sedangkan sarana lain dan biaya usahatani ditanggung oleh petani. Hasil demonstrasi VUB tersebut disajikan pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Demonstrasi VUB Inpari 15 di Konawe Utara dan Kota Kendari Lokasi Jumlah Unit Varietas t/gkg 1 Konawe Utara 4 Inpari 15 4,70 3,77 2 Kota Kendari 2 Inpari 15 6,60 3,89 Sumber: Laporan Pendampingan PTT Kabupaten n Sentra Padi 2014. rata-rata Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa produktivitas hasil Demonstrasi VUB Inpari 15 menunjukkan bahwa hasil Demo VUB produktivitasnya lebih tinggi dibandingkan dengan produktivitas rata-rata. Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada Wilayah Pendampingan Dalam upaya mengetahui tingkat penerapan teknologi padi sawah di tiap wilayah maka dilakukan pengamatan terhadap perilaku petani di wilayah pendampingan. Pengamatan dilaksanakan di lapangan dengan cara mengetahui bagaimana penerapan teknologi padi sawah meliputi penggunaan varietas, penanaman, pemupukan, penyiangan, pengendalian hama dan penyakit, panen dan penanganan pasca panen. Hasil pengamatan terhadap penerapan teknologi padi pada lokasi PTT di 6 Kabupaten disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Penerapan Teknologi Padi Spesifik Lokasi pada areal yang didampingi Komponen Teknologi Presentase Adopsi Komponen Teknologi Melalui PTT (%) Konawe Konsel Koltim Bombana Konut Kendari Rerata Varietas unggul 100 90 80 80 90 100 90 Benih bermutu dan berlabel 70 60 45 80 60 80 65,83 Pemberian bahan organik 30 30 35 40 30 40 34,16 Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo 30 15 10 40 15 60 28,33 (2:1, 4:1) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 60 50 15 50 50 80 50,83 Pengendalian OPT dengan pendekatan 30 50 20 75 50 80 50,83 PHT Pengolahan lahan sesuai musim dan pola 100 90 95 100 90 100 95,83 tanam Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 100 100 85 90 100 100 95,83 Tanam bibit 1 3 batang per rumpun 75 60 40 60 60 80 62,5 Pengairan secara efektif dan efisien 0 20 20 70 30 60 33,33 Penyiangan mekanis 0 10 10 0 10 20 8,33 164 PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN
Tabel 4. Lanjutan Komponen Teknologi Panen tepat waktu, gabah segera dirontok dan dikeringkan Presentase Adopsi Komponen Teknologi Melalui PTT (%) Konawe Konsel Koltim Bombana Konut Kendari Rerata 75 90 95 100 90 90 90 Sumber: Laporan Pendampingan PTT Kabupaten Sentra dan n Sentra Padi 2014 Dari Tabel 4 di atas terlihat bahwa penerapan teknologi dengan pendekatan PTT di lokasi pendampingan menunjukkan prosentase sebagai berikut 1) Varietas unggul 90 %, 2) Benih bermutu dan berlabel 65,83 %, 3) Pemberian bahan organik 34,16% 4) Pengaturan populasi tanaman Jajar legowo (2:1, 4:1) 28,33 %, 5) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah 50,83 %, 6) Pengendalian OPT dengan pendekatan PHT 50,83 %.7)Pengolahan lahan sesuai musim dan pola tanam 95, 83%, 8)Penggunaan bibit muda (< 21 hari) 95,83%, 9) Tanam bibit 1 3 batang per rumpun 62,5 %, 10) Pengairan secara efektif dan efisien 33,33%, 11) Penyiangan mekanis 8,33%, 12) Panen tepat waktu,gabah segera dirontok dan dikeringkan 90 %. KESIMPULAN 1. Penerapan teknologi padi melalui pendekatan PTT cukup bervariasi dari 8,33% sampai 95,83%. 2. Rata-rata provitas Display VUB di Konawe yaitu 5,75 t GKG/ha, Konawe Selatan 5,24 t GKG/ha Koltim 6,43 t GKG/ha dan Bombana 6,91 t GKG/ha. Secara umum produktivitas Display VUB lebih tinggi daripada SLPTT. 3. tertinggi di Konawe yaitu Inpari 30 (6,03 t GKG/ha), di Konawe Selatan yaitu Inpari 25 (6,05 t GKG/ha), di Kolaka Timur yaitu Inpari 30 (6,43 t GKG/ha), di Bombana yaitu Inpari 25 (7,19 t GKG/ha) dan Inpari 22 (7,09 t GKG/ha). DAFTAR PUSTAKA Badan Litbang Pertanian 2014. Panduan Pengelolaan Tanaman Terpadu, Kementerian Pertanian, Badan Litbang Pertanian. Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Tenggara. 2011. Sulawesi Tenggara Dalam Angka 2012. BB Padi, 2013. Deskripsi Varietas Padi. Balai Besar Penelitian Tanaman Padi. Badan Litbang Pertanian. BPTP Sultra 2013. Laporan Pendampingan SLPTT Tahun 2012. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sultra. BPTP Sultra 2014. Laporan Hasil Pendampingan PTT Tahun 2014. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tenggara. Dinas Pertanian Sultra 2013. Program Dinas Pertanian Sulawesi Tenggara Dinas Pertanian Sultra 2014, Program Dinas Pertanian Provinsi Sulawesi Tenggara Ditjentan 2013. Pedoman Teknis SLPTT Padi dan Jagung. Direktorat Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Permentan 45, 2011. Peraturan Menteri Pertanian Tentang Tata Hubungan Kerja Kelembagaan Teknis, Litbang, Penyuluhan Dalam Mendukung Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN). Puslitbangtan 2013. Peran Pendampingan P2BN. Padu Padan Pendampingan PTT. P Puslitbangtan PROSIDING SEMINAR NASIONAL SWASEMBADA PANGAN 165