DETERMINAN YANG MEMPENGARUHI PEMBERIAN MAKANAN PENGGANTI ASI (MP-ASI) DINI PADA BAYI Sri Mulyani 1) *) Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta Latar Belakang: WHO merekomendasikan bahwa idealnya, pemberian ASI eksklusif akan berlangsung selama enam bulan pertama, dan makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilajutkan sampai anak berumur dua tahun.penerapan ASI eksklusif saat ini masih rendah hal ini bisa dilihat dari cakupan ASI eksklusif baik ditingkat nasional maupun daerah.tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian MP-ASI dini. Metode: Desain Observasional Analitik study dengan pendekatan Cross Sectional. sebanyak 70 responden ibu yang mempunyai bayi. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesionerdengan teknik analisis data menggunakan komparasi Chi Square, dengan α 0,05. Hasil: Hasil uji Statistik untuk faktor umur dengan pemberian MP-ASI dini 0,52. untuk pendidikan dengan pemberian MP-ASI dini 0,001. Dan untuk pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini 0,01. Hasil uji Statistik untuk status ekonomi 0,009. Serta hasil uji Statistik untuk budaya 0,297. Simpulan: Tidak terdapat hubungan antaraumur dan budaya dengan pemberian MP- ASI dini, terdapat hubungan antara pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi dengan pemberian MP-ASI pada bayi umur 2-6 bulan. Kata kunci: Faktor-faktor pemberian MP-ASI dini, bayi umur 2-6 bulan PENDAHULUAN UNICEF dan WHO dalam rangka menurunkan angka kesakitan dan kematian anak merekomendasikan sebaiknya anak hanya disusui ASI selama paling sedikit enam bulan. Makanan padat seharusnya diberikan sesudah anak berumur 6 bulan, dan pemberian ASI dilajutkan sampai anak berumur dua tahun (KemenKes, 2014). Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesda) tahun 2008, menunjukan bahwa bayi yang mendapatkan MP-ASI sebelum usia enam bulan lebih banyak terserang diare, sembelit batuk-pilek dan panas dibandingkan dengan bayi yang hanya diberikan ASI ekslusif dan mendapatkan MP-ASI selama enam bulan. (KemenKes, 2014). Pada Riskesdas 2013 jenis makanan yang paling banyak diberikan pada bayi meliputi susu non formula, madu, air gula, air tajin, pisang halus, kopi, teh manis, air putih, nasi halus, bubur halus, air gula (KemenKes, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hernawati (2008), pada pusat penelitian dan pengembangan Gizi dan Makanan Departemen Kesehatan, diperoleh bahwa lebih dari 50% bayi di Indonesia mendapatkan MP-ASI. Target pemerintah Indonesia sekurangnya 80% ibu menyusui bayinya secara Ekslusif, yaitu ASI tanpa bahan makanan ataupun minuman lainnya 16
sejak lahir sampai bayi berumur enam bulan. (SDKI, 2012) No Faktor-faktor Frekuensi Persentase % 1 Tidak sesuai ( 6 bulan) Sesuai ( 6 bulan) 53 17 75,7 24,3 2 Umur < 20 tahun 20-35 tahunn 35 tahun 3 Pendidikan Dasar (SD, SMP) Menengah (SMA/SMK) Tinggi (D3, S1, dll) 4 Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja 5 Status ekonomi Bawah 1.420.000,- Atas > 1.420.000,- 6 Budaya Tidak terpengaruh Terpengaruh Berdasarkan tabel 4.1 diatas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan yaitu sebanyak 53 responden (75,7%), menurut umur sebagian besar berumur 20-35 tahun yaitu 39 responden (55,7%), menurut tingkat pendidikan diketahui bahwa sebagian besar responden berpendidikan rendah (SD,SMP) yaitu sebanyak 58 6 39 25 58 11 1 27 43 30 40 52 18 Sumber: Data Primer, 2016 8,6 55,7 35,7 82,9 15,7 1,4 38,6 61,4 42,9 57,1 74,3 25,7 responden (82,9%). Pekerjaan kategori bekerja yaitu 43 responden (61,4%) adalah yang terbanyak. Status ekonomi sebagian besar responden memiliki status ekonomi tinggi yaitu sebanyak 40 responden (57,1%). Sebagian besar tidak terpengaruh terhadap kebudayaan setempat yaitu sebanyak 52 responden (74,3%). Tabel 4.2 Tabulasi silang hubungan umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini Umur < 20 tahun 20-35 tahun >35 tahun 5 9,4 1 5,9 6 8,6 31 58,5 8 47,1 39 55,7 17 32,1 8 47,1 25 35,7 Sumber: Data primer 17 0,52
Berdasarkan tabel 4.2 diatas diketahui bahwa sebagian besar responden yang berumur 20-35 tahun memberikan MP-ASI dini yakni sebanyak 31 responden (58,5%), ϸvalue0,52 dengan taraf signifikan 5% nilai α (0,05) maka H0 diterima dan Ha di tolak. Kesimpulan tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP-ASI dini yaitu pada umur 20-35 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2011) dan Hadyana (2012) bahwa tidak ada hubungan antara umur ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 0-4 bulan. Menurut Suhardjo (2010) pengalaman hidup atau lamanya waktu ibu hidup tidak sepenuhnya memberikan ibu pengetahuan dalam pemberian MP- ASI dan pengambilan keputusan untuk memberikan MP-ASI sesuai yang dianjurkan pemerintah atau tidak, oleh karena itu umur ibu kurang mempengaruhi dalam pemberian MP-ASI. Abrams (2011) mengemukakan bahwa orang yang berumur kurang dari sama dengan 35 tahun dianggap sebagai usia muda, kemudian umur > 35 tahun dianggap sebagai usia tua. Umur muda tidak mempengaruhi dalam mengambil keputusan dalam dirinya tetapi faktor lingkunganlah yang berperan dalam mempengaruhi setiap tindakan yang ada dimasyarakat (Priyoto, 2014). Tabel 4.3 Tabulasi silang hubungan pendidikan ibu dengan pemberian MP-ASI dini Pendidikan Dasar (SD, SMP) Menengah (SMA/SMK) Tinggi (D3, S1, dll) Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa ibu yang berpendidikan rendah (SD, SMP) sebagian besar memberikan MP-ASI dini yaitu sebanyak 49 responden (92,5%). 0,001 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan ada hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian MP- ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini 49 92,5 9 52,9 4 7,5 7 41,2 0 0,0 1 5,9 Sumber: Data Primer 58 82,9 11 15,7 1 1,4 0,001 pada bayi umur 2-6 bulan berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP-ASI dini yaitu ibu dengan pendidikan dasar (SD, SMP). Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Visyara (2012) dan Kingsley E. Agho di Nigeria mengatakan bahwa ibu yang memiliki tingkat pendidikan rendah memiliki risiko lebih besar untuk memberikan MP-ASI dini kepada bayinya. 18
Pendidikan dapat mempengaruhi sikap dan tingkah laku manusia. Semakin rendah pendidikan ibu, semakin tinggi jumlah ibu memberikan MP-ASI dini karena ibu kurang mengetahui tentang pemberian MP-ASI yang benar (Depkes RI, 2006). Pengetahuan yang kurang akan berdampak besar pada perubahan sikap seseorang, semakin rendah pendidikan dapat menimbulkan kekhawatiran terhadap kemungkinan bayi menderita kurang gizi tertentu karena konsentrasinya dalam ASI menurun jumlahnya sehingga ibu cenderung memberikan makanan tambahan (Suhardjo, 2010). Tabel 4.4 Tabulasi silang hubungan pekerjaan dengan pemberian MP-ASI dini Pekerjaan Tidak bekerja Bekerja Berdasarkan tabel 4.4 diatas diketahui bahwa ibu yang bekerja dan memberikan MP-ASI dini lebih banyak yaitu ada 37 responden (69,8%).ϸ value0,01 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP-ASI dini yaitu ibu yang bekerja. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wulandari (2011) dan Yonatan (2013) bahwa ada hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian MP-ASI dini. Pemberian makanan pendamping dan susu formula adalah alternatif 16 30,2 11 64,7 37 69,8 6 35,3 Sumber: Data Primer 27 38,6 43 61,4 0,01 dengan anggapan bahwa anak akan tetap mendapatkan asupan nutrisi yang cukup merupakan jalan yang ditempuh oleh ibu yang sedang bekerja. Jika dalam pemberian ASI dihentikan pada saat usia dini, maka penggunaan makanan bayi buatan sendiri dan makanan pendamping sangat tinggi (sumardiono, 2007). Secara teori faktor pekerjaan berhubungan dengan aktivitas ibu setiap harinya untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pekerjaan ibu bisa dilakukan dirumah, ditempat kerja baik yang dekat maupun yang jauh dari rumah. Dalam hal ini lamanya seorang ibu meninggalkan bayinya untuk bekerja sehari-hari menjadi alasan pemberian makanan tambahan pada bayi usia kurnag dari 6 bulan (Suhardjo, 2010). 19
Tabel 4.5 Tabulasi silang hubungan status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini Status ekonomi Bawah 1.420.000,- Atas > 1.420.000,- 18 34 12 70,6 35 66 5 29,4 Sumber: Data Primer 30 42,9 40 57,1 0,008 Berdasarkan tabel 4.5 diatas diketahui bahwa ibu yang memiliki status ekonomi atas yang memberikan MP-ASI dini ada 35 responden (66%). ϸ value0,008 < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan ada hubungan antara status ekonomi dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Hasil wawancara yang dilakukan pada ibu yang memberikan MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan berdasarkan lembar cheklist didapatkan rata-rata yang memberikan MP-ASI dini yaitu dengan status ekonominya atas. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Ginting (2012) dan Iin Indriyawati (2010) yaitu terdapat hubungan antara status ekonomi atas dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Faktor ekonomi adalah faktor yang berhubungan dengan kondisi keuangan yang menyebabkan daya beli untuk makanan tambahan semakin besar. Pendapatan merupakan hal yang penting karena semakin baik perekonomian keluarga maka daya beli makanan tambahan akan semakin mudah, sebaliknya jika semakin buruk perekonomian keluarga maka daya beli makanan tambahan semakin sukar (Pradana, 2010). Menurut Krisna (2012) dengan meningkatnya status ekonomi keluarga akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan dalam susunan makanan baik jenis maupun jumlahnya. Semakin meningkatnya pendapatan semakin bertambah pula persentase pembelanjaan termasuk makanan pendamping ASI sehingga ibu cenderung tidak memberikan ASI secara ekslusif. Tabel 4.6 Tabulasi silang hubungan budaya dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan Budaya Tidak terpengaruh Terpengaruh 38 71,7 14 82,4 15 28,3 3 17,6 Sumber: Data Primer, 2016 52 74,3 18 25,7 0,3 20
Berdasarkan tabel 4.6 diatas diketahui bahwa rata-rata ibu tidak terpengaruh terhadap budaya setempat yaitu sebanyak 38 responden (71,7%). ϸ value 0,3 > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. Kesimpulan dari uji tersebut adalah tidak ada hubungan antara budaya dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 2-6 bulan. Tidak adanya hubungan antara faktor budaya dengan pemberian MP- ASI dini disebabkan karena mayoritas ibu-ibu memberikan MP-ASI dini atas dasar kemauannya sendiri, hal ini terlihat pada saat dilakukan beberapa wawancara SIMPULAN Tidak terdapat hubungan antara umur dan budaya dengan pemberian MP-ASI dini, terdapathubungan antara pendidikan, pekerjaan, dan status ekonomi dengan pemberian MP-ASI pada bayi umur 2-6 bulan. DAFTAR PUSTAKA 1. KemenKes RI (2014). Pusat data dan informasi asi. Jakarta selatan. Diakses 25/112015, pp: 1-2. 2. Riskesda (2008). Badan penelitian dan pengembangan kesehatan depeartemen kesehatan. Jakarta: Riskesda, pp: 7-9. 3. Dinkes Karanganyar (2014). Profil kesehatan kabupaten karanganyar 2014. Karanganyar: DinKes, pp: 23-25. 4. Wulandari M (2011). Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemberian makanan parekteral pada bayi baru lahir di desa supan timur mendalam dengan menggunakan cheklist rata-rata ibu menjawab tidak yang artinya bahwa ibu memberikan MP-ASI dini karena atas kemauannya sendiri tidak karena keinginan orang tuanya atau pihak keluarga lainnya. Penelitian ini sejalan dengan peneliti wulandari (2011) dan Rani (2011) didapatkan nilai 0,1 yang artinya tidak ada hubungan antara faktor budaya dengan pemberian MP-ASI pada bayi umur < 6 bulan. kabupaten musi banyasin sumatera. Jakarta: UIN Syarifudin Hidayatullah, pp: 37-38. 5. Hadyana S (2012). Pengaruh karakteristik, faktor internal dan eksternal ibu terhadap pemberian MP-ASI dini pada bayi usia < 6 bulan di wilayah kerja puskesmas barusjahe kabupaten karo provinsi Sumatra utara. Universitas Padjajaran Bandung, PP: 6. 6. Suhardjo (2010). Pemberian makanan pada bayi dan anak. Yogyakarta: Kanisius, pp: 7 7. Priyoto (2014). Teori sikap dan perilaku dalam kesehatan. Yogyakarta: Nuha Medika, pp: 56-58. 8. Virsyara (2012). Beberapa faktor yang berhubungan dengan pemberian mp-asi pada bayi usia 0-6 bulan di bps heni suharni desa lengensari kecamatan unggaran barat kabupaten karanganyar. Unggaran: AKbid Ngudi Waluyo, PP: 43-44. 9. Kingsley E Agho, Michael J Dibley, Justice I Odiase, Sunday M Ogbonmwan. Determinants of 21
exclusive breastfeeding in Nigeria. BMC Pregnancy and Childbirth 2011, 11:2. 10. Departemen Kesehatan RI (2006). Pedoman umum pemberian makanan pendamping air susu. Jakarta: Depkes RI, pp: 6-8. 11. Yonatan K. 2013. Faktor yang mempengaruhi perilaku bu dalam pemberian makanan pendamping ASI pada bayi umr < 6 bulan. Kediri: STIKES RS. Baptis, PP: 102-103. 12. Sumardiono (2007). Buku ajar alergi imunologi anak. Jakarta: IDAI, pp: 209-210. 13. Iin Handayani (2010). Faktor-faktor ibu yang berhubungan dengan pemberian makanan pendamping ASI (MP-ASI) dini pada bayi umur 0-6 bulan. Semarang: Univesitas Diponegoro. PP: 59 14. Pradana (2010). Makanan pendamping asi. Jakarta: Rineka Cipta, pp: 8-9. 15. Kristina (2012). pada bayi umur 0-4 bulan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Indonesia. FKM UI,pp 120. 16. http://digilib.litbang.depkes.go.id diakses tanggal 3 Maret 2016 17. Rani J (2011). Hubungan tingkat pengetahuan, pekerjaan, pendidikan, sosial budaya dan pelaksanaan pemberian ASI ekslusif dengan pemberian MP-ASI dini pada bayi umur 0-5 bulan. Surakarta: UMS, pp: 67. 22