BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Muhammad Hasbiyal Farhi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Deni Diki Hardiansyah, 2014

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2016 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLA BESAR TERHADAP KERJASAMA SISWA

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PEER TEACHING DANMODEL INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR SENAM PADA SISWI DI SMP NEGERI 5 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM GAME TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN FUTSAL

BAB I PENDAHULUAN. dalam pendidikan. Akibat pengaruh itu pendidikan semakin mengalami. telah menunjukkan perkembangan yang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Dimana

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemajuan kehidupan masyarakat dalam suatu negara sangat dipengaruhi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Model Pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) tanggung jawab, kejujuran, persaingan sehat dan keterlibatan belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. pesan itu sendiri yang biasanya berupa materi pelajaran. Kadang-kadang

2016 IMPLEMENTASI MODEL COOPERATIVE LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Surakarta, Indonesia ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. perilaku hidup sehat dan aktif, serta sikap sportif. Pendidikan jasmani merupakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa mutu pendidikan sangat tergantung pada kualitas guru dan model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Citra Sandra Irani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Yoppi Andrianti, 2014

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Merujuk kepada hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendalian

BAB I PENDAHULUAN. nasional, pasal 1 ayat (1) dikemukakan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Media,2003), hlm 6. 1 UU RI No.20 th 2003 Bab II pasal 3 tentang SISDIKNAS, (Bandung: Fokus

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di sekolah dasar. Dalam mengajarkan mata pelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. kualitas pendidikan bangsa, mulai dari pembangunan gedung-gedung,

UPAYA MENINGKATAN HASIL BELAJAR SERVIS ATAS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE LEARNING DALAM PERMAINAN BOLAVOLI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAMES TOURNAMENT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMK

BAB 1 PENDAHULUAN. Asep Saputra, 2014 Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu

BAB 1 PENDAHULUAN. aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual,

2015 PENGARUH MODEL DIRECT INSTRUCTION DAN INQUIRY TERHADAP HASIL BELAJAR DALAM PERMAINAN SOFTBALL

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang umumnya dihadapi oleh guru adalah bagaimana

BAB I PENDAHULUAN. hlm Teacher centered merupakan sebuah pendekatan yang menggunakan pola komunikasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal tersebut tercantum pada Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan pengalamannya kepada siswa pada setiap mata pelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. Sekolah adalah salah satu lembaga formal dalam sistem pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pengajaran Bahasa Indonesia memegang peranan yang sangat penting di

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahkluk belajar (learning human). Sejak lahir manusia. mengenal lingkungannya, memahami dirinya sendiri, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa. Siswa yang belajar akan mengalami perubahan baik dalam pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat baik negara maupun bangsa. Pendidikan merupakan wahana untuk

BAB I PENDAHULUAN. Selain sebagai pengajar, guru dituntut berlaku sebagai pembimbing dan pendidik siswa.

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. proses pendidikan pada umumnya yang bertujuan membawa anak didik atau

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kegiatan pembelajaran tersebut, terjadi interaksi antara siswa dengan

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang mendukung perkembangan tersebut adalah pendidikan. pembelajaran, sumber-sumber belajar dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau latihan yang

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan dirinya menuju masyarakat global adalah kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan teknologi (IPTEK), dunia pendidikan dituntut untuk meningkatkan mutu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT PADA STANDAR KOMPETENSI PERBAIKAN SISTEM PENGAPIAN SISWA KELAS XI TKR 3 SMK NEGERI 6 PURWOREJO TAHUN AJARAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Engkos Koswara, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), merupakan muatan wajib

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN. keluarga serta lingkungan masyarakat. Oleh karena itu, dalam proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya sistem lingkungan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

REVITALISASI COOPERATIVE LEARNING MODEL THINK PAIR SHARE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. Oleh: N U R D I N

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menengah kejuruan adalah pendidikan yang menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Endi Rustandi, 2013

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran di sekolah sebagai lembaga pendidikan formal. dipengaruhi oleh beberapa hal yaitu: siswa,

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. Berdasarkan hasil konstruksi dan uji hipotesis penelitian dapat disimpulkan bahwa

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

BAB I PENDAHULUAN. kerjasama yang baik khususnya antara guru dan siswa. Keberhasilan sebuah

Transkripsi:

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa sistem pendidikan nasional harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global sehingga perlu dilakukan pembaharuan pendidikan yang terencana, terarah dan berkesinambungan. Pembaharuan pendidikan secara nasional mengalami kemajuan yang sangat pesat. Hal ini bisa dilihat dengan adanya perubahan dan pembaharuan dari sistem pendidikan baik di tingkat nasional maupun daerah. Adapun perubahan tersebut menyangkut sistem pembelajaran, kurikulum, materimateri pembelajaran, strategi pembelajaran, dan pendekatan pembelajaran. Menurut dokumen Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) 2003 : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Fungsi pendidikan adalah membimbing peserta didik ke arah satu tujuan yang kita nilai tinggi, baik pengetahuan, pemahaman, sehingga ide-ide atau gagasannya menjadi lebih nyata. Salah satu cara untuk pencapain hal tersebut adalah dengan pendidikan jasmani (penjas) dengan berbagai model yang sesuai dengan tingkat perkembangan anak yang dapat merangsang semua anggota tubuh berfungsi sebagai mestinya. Bukan hanya mengajarkan aspek motorik saja tetapi juga aspek psikomotor, psikologis maupun aspek sosial yang dapat dikembangkan. Karena dalam pendidikan jasmani aspek kognitif, aspek afektif dan aspek psikomotorik adalah sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.

2 Menciptakan model pembelajaran yang menarik bagi siswa tidak mudah, perlu kecermatan dari guru dalam menentukan dan menerapkan model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik bahan pelajaran yang akan diberikan (diajarkan) sehingga tercipta proses belajar mengajar yang efektif. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan siswa mempunyai gairah untuk mengikuti pembelajaran. Dalam dunia pendidikan, dikenal banyak sekali model pembelajaran. Joyce dan Weil (1980, hlm. 12), menjelaskan mengenai ragam dari model pembelajaran diantaranya: memory model, counseling model, synectics model, classroom meeting model, inquiry model, dan masih banyak lagi. Dalam dunia pendidikan jasmani pun banyak model-model pembelajaran yang digunakan. Metzler (2000, hlm 159) menjelaskan bahwa: There are seven instruction models that have shown to be effective in teaching physical education: direct instruction model, personalized system for instruction model, cooperative learning model, the sport education model, peer teaching model, inquiry teaching model, and the tactical games model. Maksud pernyataan tersebut ada beberapa model pembelajaran dalam pendidikan jasmani, yaitu, Model Pembelajaran Langsung, Model Pembelajaran Personal, Model Pembelajaran Kerja sama, Model Pembelajaran Pendidikan Olahraga, Model Pembelajaran Kelompok, serta Model Pembelajaran Inkuiri. Dalam pelaksanan proses pembelajaran penjas model kooperatif merupakan model pembelajaran yang sering digunakan. Pembelajaran kooperatif, siswa dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas dan tanggung jawab. Saling membantu dan berlatih berinteraksi komunikasi sosialisasi karena kooperatif adalah miniatur kehidupan bermasyarakat, dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Jadi model pembelajaraan kooperatif adalah kegiatan pembelajaraan secara berkelompok untuk bekerjasama saling membantu mengkontruksi konsep dan meyelesaikan permasalahan. Sehubungan dengan pengertian tersebut, Slavin dalam Metzler (1984, hlm 225) mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah suatu model

3 pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif, dengan struktur kelompoknya yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual, maupun secara kelompok. Pada dasarnya, pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu di antara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih yang keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Pembelajaran kooperatif juga dapat diartikan sebagai suatu struktur tugas bersama dalam suasana kebersamaan di antara sesama anggota kelompok. Kelebihan lain dari model pembelajaran kooperatif dalam pembelajaran bolabasket adalah bahwa dengan pola peers tutoring siswa bukan saja dapat mempelajari materi sekolah secara maksimal, tetapi mereka juga secara otomatis melatih dan mengembangkan keterampilan-keterampilan bermain bolabasket dan pengetahuan tentang bolabasket selama pembelajaran berlangsung melalui permainan yang disepakati bersama. Terkait dengan model pembelajaran tersebut maka dalam pelaksanaanya proses pembelajaran pendidikan jasmani, guru penjas harus tepat dalam memilah dan memilih menggunakan model yang digunakan. Agar proses pembelajaran dapat tercipta dengan baik serta kemampuan siswa terdorong untuk ditampilkan dan berkembang secara maksimal. Hal ini tentu sangat sesuai dan menjanjikan suatu solusi praktis untuk mencairkan berbagai masalah yang ada dalam pembelajaran bolabasket saat ini. Melalui penerapan model pembelajaran kooperatif yang dikembangkan oleh guru akan membuat siswa termotivasi untuk mengikuti pembelajaran dengan baik. Team-Games-Tournament (TGT) atau turnamen game tim adalah salah satu tipe atau model pembelajaran kooperatif yang mudah diterapkan, melibatkan seluruh siswa tanpa harus ada perbedaan status. Tipe ini melibatkan peran siswa sebagai tutor sebaya, mengandung unsur permainan yang bisa membangkitkan semangat belajar dan mengandung reinforcement. Aktivitas belajar dengan

4 permainan yang dirancang dalam pembelajaran kooperatif model TGT memungkinkan siswa dapat belajar lebih santai disamping menumbuhkan tanggung jawab, kejujuran, kerja sama, persaingan sehat dan keterlibatan belajar. Cooperative learning: Team Game Tournament (TGT) merupakan model pembelajaran cooperative tingkat lanjutan dari Student Team Achievment Devisions untuk memperoleh ranking, juga dilakukan perlombaan secara eksternal antara tim dalam tournamen dilakukan dua kali; berlatih berlomba kesatu dan berlatih berlomba kedua. Penilaian diberikan kepada tim berdasarkan ranking skor perolehan terbanyak dari skor hasil perlombaan kedua dikurangi skor ke satu. Suherman, (2009, hlm 188) mengungkapkan garis besar langkah model pembelajaran Cooperative Learning: Team Game Tournament (TGT) meliputi: Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Membagi siswa dalam beberapa kelompok. Masing-masing kelompok atau tim melakukan latihan dan seleksi anggota. Melakukan perlombaan antar tim (lima terbaik dari masing-masing tim dilombakan dengan lima terbaik dari tim lainnya. Berlatih dan berlomba dalam tim. Berlomba antar tim. Penilaian Pembelajaran kognitif dalam pendidikan jasmani (penjas) terkait dengan tema Teaching Game For Understanding (TGFU) yang terangkum dalam model pembelajaran permainan taktikal (model pembelajaran permainan) dalam pengajaran penjas. Model pembelajaran permainan taktikal menggunakan minat siswa dalam suatu struktur permainan untuk mempromosikan pengembangan keterampilan dan pengetahuan taktikal yang diperlukan untuk penampilan permainan. Sedangkan pembelajaran kognitif memfokuskan pada upaya menanamkan materi masuk ke dalam alam pikiran siswa, sehingga terbentuk struktur pengetahuan tertentu. Pembelajaran pendekatan taktikal dalam pendidikan jasmani adalah bagian dari pembelajaran kognitif. Sebagaimana namanya, permainan taktikal, maka guru harus mampu mengundang siswa untuk memecahkan masalah taktis bermain. Sebagai contoh: dalam permainan bolabasket, siswa perlu memposisikan diri di lapangan, menginterpretasi bola datang, memutuskan, dan memahami pola gerak yang dilakukan.

5 Permainan bola basket merupakan aktivitas olahraga permainan yang sering dimainkan di satuan satuan pendidikan sekolah menengah atas, karena banyak di jumpai hampir di semua sekolah baik sekolah di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan. Namun meskipun hampir di setiap sekolah terdapat lapangan basket, tetapi banyak juga siswa di tingkat SMA kurang menyukai permainan bola basket karena pada saat pembelajarannya siswa merasa jenuh dan bosan dengan pembelajaran yang dilakukan oleh guru di tingkat SMA. Pada saat saya melihat pembelajaran permaianan bolabasket di sebuah sekolah, saya menyimpulkan bahwa pembelajaran yang diberikan oleh guru kurang menarik minat siswa untuk belajar, karena guru melakukan pembelajaran secara teknik yang membuat siswa lebih banyak diam dari pada melakukan aktivitas, sehingga siswa kurang tertarik untuk mengikuti pembelajaran permainan bolabasket. Dampaknya banyak siswa yang tidak bisa bermain permainan bola basket meskipun hampir di tiap sekolah minimal terdapat 1 buah lapangan bolabasket, sehingga harus ada pembaharuan yang dilakukan oleh guru penjas untuk mengatasi masalah tersebut, keterampilan permainan bolabasket yang dimaksudkan disini bukan merupakan teknik dasar yang mewajibkan siswa melakukan gerakan seperti gerakan-gerakan dasar dalam olahraga bola basket tetapi keterampilan bermain bolabasket dalam lingkup permainan yang peraturannya disepakati oleh semua siswa yang sedang mengikuti pembelajaran. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukanpenelitian dengan judul pengaruh pembelajaran kooperatif tipe TGT (team game tournament) dengan pendekatan taktis terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstrakurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten. Penelitian ini diharapkan dapat membentuk suasana yang lebih menarik dan variatif guna tercapainya hasil belajar siswa yang memuaskan. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, terdapat permasalahan yang dapat di identifikasi sebagai berikut: 1. Lemahnya model pendekatan pembelajaran yang diterapkan oleh guru penjas sehingga pembelajaran terlihat monoton.

6 2. Masih kurangnya keterampilan dasar siswa dalam permainan bolabasket karena kebanyakan siswa terlalu banyak menunggu dari pada melakukan gerakan. 3. Kurang aktifnya siswa saat pembelajaran sedang berlangsung. 4. Sarana dan prasarana yang kurang mendukung dalam pembelajaran. 5. Guru kurang kreatif dalam memberikan pembelajaran. 6. Kurangnya pengalaman gerak siswa. 7. Minimnya sarana dan prasarana yang d butuhkan di sekolah. C. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini adalah: 1. Apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT (Team Games Tournament) berpengaruh terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten? 2. Apakah pembelajaran taktis berpengaruh terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten? 3. Manakah model yang lebih berpengaruh terhadap keterampilan bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui apakah pembelajaran kooperatif tipe TGT (team game tournament) berpengaruh terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten. 2. Untuk mengetahui apakah pembelajaran taktis berpengaruh terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten. 3. Untuk mengetahui manakah model yang lebih berpengaruh terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten.

7 E. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Manfaat Ilmiah Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai hasil belajar siswa SMA khususnya tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap keterampilan bermain bolabasket pada ekstra kurikuler bolabasket di SMK Negeri 1 Kadipaten. b. Manfaat Praktis Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan. Khususnya sebagai masukan sistem model pembelajaran agar dapat tercapai sistem pengajaran yang diharapkan. F. Stuktur Organisasi Skripsi Bagian ini berisi rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi, mulai bab pertama hingga bab akhir. PERNYATAAN. ABSTRAK. KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR.

8 BAB I BAB II BAB III BAB IV PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Daftar Lampiran A. Latar Belakang Penelitian. B. Identifikasi Masalah Penelitian. C. Rumusan Masalah Penelitian. D. Tujuan Penelitian. E. Manfaat Penelitian. F. Stuktur Organisasi Skripsi. KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Belajar dan Pembelajaran. B. Model dan Pendekatan Pembelajaran C. Hakikat Permainan Bolabasket. D. Keterkaitan Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT Terhadap Hasil Keterampilan Bermain Bolabasket. E. Keterkaitan Pendekatan Pembelajaran Taktis Terhadap Hasil Keterampilan Bermain Bolabasket. F. Kerangka Pemikiran. G. Hipotesis. METODE PENELITIAN. A. Metode Dan Desain Penelitian. B. Populasi Dan Sampel. C. Definisi Operasional. D. Instrumen Penelitian. E. Prosedur Penelitian. F. Teknik Pengumpulan Data. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. 1. Peningkatan Keterampilan Bermain Bolabasket Menggunakan

9 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 2. Peningkatan Keterampilan Bermain Bolabasket Menggunakan Model Pembelajaran Taktis. 3. Peningkatan Keterampilan Bermain Bolabasket yang Paling Efektif. 4. Pembelajaran Bolabasket. 5. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Koopertif Tipe TGT dengan Taktis dalam Pembelajaran Bolabasket. B. Pembahasan Analisis Data. 1. Penguasaan Keterampilan Bermain dalam Pembelajaran Bolabasket Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT. 2. Penguasaan Keterampilan Bermain dalam Pembelajaran Bolabasket Menggunakan Model Pembelajaran Taktis. 3. Respon Siswa Terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT dengan Model Pembelajaran Taktis. BAB V SIMPULAN DAN SARAN. A. Simpulan. B. Saran. DAFTAR PUSTAKA. LAMPIRAN.