PROGRAM AKSI PENGEMBANGAN KERBAU DI KABUPATEN POSO PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

PROGRAM AKSI PERBIBITAN TERNAK KERBAU DI KABUPATEN BATANG HARI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN TERNAK SAPI DI LAHAN PERKEBUNAN SUMATERA SELATAN

I. PENDAHULUAN. pasokan sumber protein hewani terutama daging masih belum dapat mengimbangi

I. PENDAHULUAN. sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Kondisi geografis

TINJAUAN PUSTAKA Peternakan Sapi Potong di Indonesia

BERTEMPAT DI GEREJA HKBP MARTAHAN KECAMATAN SIMANINDO KABUPATEN SAMOSIR Oleh: Mangonar Lumbantoruan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Indonesia akan pentingnya protein hewani untuk kesehatan dan kecerdasan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor peternakan merupakan bagian integral dari. pembangunan pertanian dan pembangunan nasional. Sektor peternakan di

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan peternakan di Indonesia lebih ditujukan guna

SISTEM PEMELIHARAAN TERNAK KERBAU DI PROPINSI JAMBI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lampiran 1. Kuisioner Penelitian Desa : Kelompok : I. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama : Umur :...tahun 3. Alamat Tempat Tinggal :......

BAB I PENDAHULUAN. Potensi usaha peternakan di Indonesia sangat besar. Dengan kondisi geografis

II. TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI, DAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK RESPONDEN. wilayah kilometerpersegi. Wilayah ini berbatasan langsung dengan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

TINJAUAN PUSTAKA. Terletak LU dan LS di Kabupaten Serdang Bedagai Kecamatan

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Keberhasilan Pembangunan Peternakan di Kabupaten Bangka Barat. dalam arti yang luas dan melalui pendekatan yang menyeluruh dan integratif dengan

KERAGAAN PENGEMBANGAN TERNAK SAPI POTONG YANG DIFASILITASI PROGRAM PENYELAMATAN SAPI BETINA PRODUKTIF DI JAWA TENGAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. efetivitas rantai pemasok. Menurut Wulandari (2009), faktor-faktor yang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Data Perkembangan Koperasi tahun Jumlah

PENDAHULUAN. Populasi ternak sapi di Sumatera Barat sebesar 252

I. PENDAHULUAN. 1 Sapi 0,334 0, Kerbau 0,014 0, Kambing 0,025 0, ,9 4 Babi 0,188 0, Ayam ras 3,050 3, ,7 7

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Ternak Sapi Potong, Untungnya Penuhi Kantong

TINJAUAN PUSTAKA. Gaduhan Sapi Potong. Gaduhan adalah istilah bagi hasil pada bidang peternakan yang biasanya

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mayoritasnya bermatapencarian sebagai petani.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. karena karakteristiknya, seperti tingkat pertumbuhan cepat dan kualitas daging cukup

I. PENDAHULUAN. Undang No 22 tahun 1999 tentang Kewewenangan Untuk Menggali Potensi

STRUKTUR ONGKOS USAHA PETERNAKAN TAHUN 2014

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB I IDENTIFIKASI KEBUTUHAN

X. REKOMENDASI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN BERKELANJUTAN BERBASIS PETERNAKAN SAPI POTONG TERPADU DI KABUPATEN SITUBONDO

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah pada hakekatnya merupakan bagian integral dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

ANALISIS POTENSI KERBAU KALANG DI KECAMATAN MUARA WIS, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan sektor potensial yang memegang peranan penting

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang dihadapi Provinsi Jambi salah satunya adalah pemenuhan

Faktor-faktor yang Mempengaruhi lingkungan Usaha Peternakan. Faktor Lingkungan Makro. Faktor Lingkungan Mikro

BAB I PENDAHULUAN. beli masyarakat. Sapi potong merupakan komoditas unggulan di sektor

I. PENDAHULUAN. Jumlah penduduk selalu bertambah dari tahun ke tahun, hal tersebut terus

EKONOMI. Oleh Soedjana dan Atien Priyanti

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BUPATI KAPUAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS NOMOR : 6 TAHUN 2011 T E N T A N G POLA PENGEMBANGAN TERNAK PEMERINTAH DI KABUPATEN KAPUAS

PENDAHULUAN. yang sangat penting untuk peningkatan kualitas sumber daya manusia Indonesia.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Desa Sukajaya merupakan salah satu desa sentra produksi susu di Kecamatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang memadai.

I. PENDAHULUAN. Sumber :

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam dengan

2 seluruh pemangku kepentingan, secara sendiri-sendiri maupun bersama dan bersinergi dengan cara memberikan berbagai kemudahan agar Peternak dapat men

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMBERDAYAAN PETERNAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENDAHULUAN. satu ternak penghasil daging yang sifatnya jinak dan kuat tetapi produktivitasnya

I. PENDAHULUAN. Ternak kambing merupakan salah satu ternak ruminansia penghasil protein

I. PENDAHULUAN. pemenuhan protein hewani yang diwujudkan dalam program kedaulatan pangan.

BAB I PENDAHULUAN. ownload/regulasi/kepmen/ukm05kepmen, 10 Januari 2013.

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Keadaan Umum Pasar Hewan Ingon-Ingon Ciwareng. yang menjual ternak besar yang berlokasi di Jalan Kopi, Desa Ciwareng,

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian di Indonesia merupakan bagian integral dari

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Johanis A. Jermias; Vinni D. Tome dan Tri A. Y. Foenay. ABSTRAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 7 TAHUN 2012

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN DAN PENDANAAN INDIKA DINAS PERKEBUNAN DAN PETERNAKAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral semakin meningkat seiring

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA TERNAK KERBAU YANG DIPELIHARA SECARA TRADISIONAL BERDASARKAN PELUANG DAN TANTANGAN

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

Jurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017

STRATEGI USAHA PENGEMBANGAN PETERNAKAN YANG BERKESINAMBUNGAN

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu dari 21 program utama Departemen Pertanian terkait dengan

I. PENDAHULUAN. Permintaan dunia terhadap pangan hewani (daging, telur dan susu serta produk

Bab 4 P E T E R N A K A N

V. PROFIL PETERNAK SAPI DESA SRIGADING. responden memberikan gambaran secara umum tentang keadaan dan latar

TUGAS KARYA ILMIAH LINGKUNGAN BISNIS Peluang Bisnis Ayam Ras

I. PENDAHULUAN. yang memiliki potensi hijauan hasil limbah pertanian seperti padi, singkong, dan

I PENDAHULUAN. tabungan untuk keperluan di masa depan. Jumlah populasi kerbau pada Tahun

I. PENDAHULUAN Kebijakan otonomi daerah yang bersifat desentralisasi telah merubah

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penting pembangunan. Sehingga pada tanggal 11 Juni 2005 pemerintah pusat

PENDAHULUAN. begitu ekonomi riil Indonesia belum benar-benar pulih, kemudian terjadi lagi

Transkripsi:

PROGRAM AKSI PENGEMBANGAN KERBAU DI KABUPATEN POSO PROPINSI SULAWESI TENGAH TAHUN 2007 ABD. HALIM MADA ALI Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Tengah PENDAHULUAN Sektor peternakan memegang peranan penting pada pembangunan perekonomian nasional kita dari sektor ini yang sangat berperan sebagai ujung tombak adalah peternakan rakyat, karena sebagian besar populasi ternak diusahakan dengan sistem peternakan rakyat. Oleh karena itu, peternakan rakyat tetap mempunyai nilai yang penting bila dilihat dari segi sosio-ekonomi peternakan, karena merupakan tulang punggung peternakan di Indonesia. Salah satu ternak yang memiliki potensi besar di negara kita adalah kerbau. Namun keberadaan kerbau kurang mendapatkan perhatian. Jelas terlihat dari kajian-kajian ternak kerbau kurang dipublikasikan dan keunggulan-keunggulan ternak ini masih belum dimanfaatkan. Kerbau merupakan salah satu ternak penting di Indonesia, kegunaannya sangat beragam mulai dari membajak sawah, alat transportasi, sumber daging dan susu, kulitnya digunakan sebagai bahan baku industri dan kotorannya sebagai pupuk. Masalah utama dalam usaha ternak kerbau antara lain kurangnya pejantan yang memadai. Sering terjadi lambatnya induk menjadi bunting dan lamanya jarak beranak bukan semata mata disebabkan oleh rendahnya kondisi, namun karena ketersediaan pejantan yang terbatas saat dibutuhkan. Selain itu, di beberapa lokasi, keamanan ternak kurang terjamin karena rawan pencurian ternak. Pemasaran daging kerbau juga semakin menurun masyarakat lebih menyenangi daging sapi. Padahal ditinjau dari kandungan lemak, sebenarnya daging kerbau lebih sehat dibanding daging sapi. Penjualan ternak dilakukan sesuai kebutuhan petani, misalnya untuk modal dan biaya sekolah anak. Umumnya yang dijual kerbau jantan, namun kalau terpaksa betina pun juga dijual. Banyak juga penjualan kerbau untuk keperluan pesta pernikahan, pembelian alat rumah tangga dan kendaraan bermotor. Revitalitas ternak kerbau merupakan realita yang harus diaplikasikan dalam kondisi objektif saat ini dengan membangun 2 (dua) paradigma, yaitu (1) paradigma produksi, termasuk penekanan pada peningkatan produktifitas (intensifikasi) dan perluasan usaha (ekstensifikasi) yang mendasarkan pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan termasuk dalam hal ini adalah pembibitan yaitu penyediaan bakalan ternak kerbau dan (2) paradigma sistem dan usaha agribisnis, yang mengaitkan peternakan dengan kegiatan industri dan jasa serta menempatkannya dalam perspektif ekonomi makro yang termasuk pengembangan peluang bisnis serta penyerapan tenaga kerja. Tabel 1. Populasi ternak di Kabupaten Poso pada tahun 2006 No. Jenis ternak Jumlah (ekor) 1. Sapi 189.145 2. Kerbau 4.492 3. Kuda 3.315 4. Kambing 188.362 5. Babi 2.211 6. Anjing 189.229 7. Ayam kampung 2.120.288 8. Ayam ras petelur 376.733 9. Ayam ras pedaging 2.358.000 SITUASI PETERNAKAN KERBAU DI KABUPATEN POSO Kabupaten Poso adalah salah satu bagian dari Propinsi Sulawesi Tengah yang mempunyai luas ± 8.712, 25 km 2, dengan 177

jumlah penduduk 164.414 jiwa yang menempati 148 desa/kelurahan pada 12 wilayah kecamatan (BPS, 2007). Berdasarkan data di atas, populasi ternak kerbau tersebar di beberapa wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Lore Utara, Lore Tengah, Lore Selatan, Pamona Barat, Pamona Timur, Pamona Utara dan Pamona Selatan. Secara umum ternak kerbau di Kabupaten Poso dipelihara secara tradisional yaitu di padang pengembalaan atau di lahan sawah yang belum diolah bersama-sama dengan ternak sapi. Berikut ini beberapa gambar peternakan kerbau yang ada di Kabupaten Poso. Gambar 1. Lokasi peternakan kerbau di Kecamatan Lore Utara Gambar 2. Lokasi peternakan kerbau di Kecamatan Lore Utara 178

Gambar 3. Lokasi peternakan kerbau di Kecamatan Lore Utara Di Kabupaten Poso, ternak kerbau telah dipelihara dan dimanfaatkan sejak lama dan menjadi bagian dari adat istiadat dan usaha tani masyarakat setempat, terutama dalam mengolah sawah. Ternak kerbau dipelihara sampai berumur 15-20 tahun setelah induk kerbau tua dan tidak produktif lagi biasanyya dipotong untuk tujuan konsumsi, tidak jarang setelah beranak lebih dari 10 kali. Namun kerbau jantan banyak dijual pada umur yang masih relatif muda untuk konsumsi. Umumnya perkawinan ternak kerbau menggunakan pejantan yang tersedia di lahan pengembalaan. Kadangkala pejantan disewa dari petani lainnya, karena tidak semua petani memiliki kerbau pejantan. Kerbau betina umumnya beranak pertama kali pada umur 4 tahun dengan lama kebuntingan 11 bulan. Sebagian petani melaporkan jarak beranak selama 14 bulan. Namun umumnya ditemui bahwa usia kebuntingan induk sekitar dua bulan pada saat anak sudah berumur setahun dengan demikian jarak beranak menjadi 21 bulan. Hal ini menunjukan bahwa tingkat reproduksi kerbau hanya mencapai 60%. Masalah utama dalam usaha ternak antara lain kurangnya pejantan yang memadai. Sering terjadi lambatnya induk menjadi bunting dan lamanya jarak beranak bukan semata-mata disebabkan oleh rendahnya kondisi induk, namun karena ketersediaan pejantan yang terbatas saat dibutuhkan. Selain itu, di 179

Gambar 4. Lokasi peternakan kerbau di Kecamatan Parnona Barat beberapa lokasi, keamanan ternak kurang terjamin karena rawan pencurian ternak. Pemasaran daging kerbau juga semakin menurun, karena masyarakat lebih menyenangi daging sapi. Penjualan ternak dilakukan sesuai kebutuhan petani. Seekor betina muda (umur 2-2,5 tahun) sekitar Rp. 3.500.000,- kerbau jantan biasanya dijual pada usia 1,5-2 tahun dengan harga sekitar Rp. 5.000.000,- sedangkan anak betina dipelihara sebagai pengganti induk untuk kerbau bibit. Pada umumnya petani pemelihara kerbau, memiliki lahan ladang atau sawah untuk usaha tani lainnya. Hasil tanaman pangan merupakan andalan mereka untuk hidup sekeluarga. Hasil dari ternak digunakan untuk menutupi biaya keperluan yang lebih besar seperti melanjutkan sekolah anak, memperbaiki rumah, membeli kendaraan bermotor dan lainnya. PENINGKATAN POPULASI KERBAU Sistem pemeliharaan ternak kerbau yang bersifat tradisional dan adanya penjualan ternak tanpa memperhatikan aspek kelestarian, menyebabkan populasi ternak kerbau di Kabupaten Paso berada pada kondisi yang memprihatinkan. Untuk meningkatkan kembali status keberadaan ternak kerbau di Kabupaten Poso, maka pemerintah pada tahun 2006 ini telah mengambil suatu kebijakan dengan 180

memberikan bantuan bibit ternak kerbau kepada petani untuk dimanfaatkan bagi peningkatan populasi. Kegiatan peningkatan populasi ternak kerbau ini baru dapat dilaksanakan di 2 kecamatan yaitu Kecamatan Pamona Selatan dan Kecamatan Lore Utara. Bantuan bibit berjumlah 60 ekor, yang dibagikan kepada 5 kelompok tani ternak, yang masing masing kelompok mendapat 11 ekor ternak betina dan 1 ekor jantan. Bantuan ternak kerbau yang diberikan kepada kelompok tani ini bersifat mengikat. Artinya bahwa bantuan ini diberikan dalam bentuk pinjaman sehingga petani penerima atau pemelihara wajib mengembalikan, selanjutnya hasil pengembalian akan diberikan kepada kelompok tani lainnya (perguliran). Perguliran ternak kerbau ini dilaksanakan dalam bentuk perguliran Natura artinya pengembalian dalam bentuk ternak kerbau Adapun syarat dan prosedur perguliran ternak kerbau adalah sebagai berikut: 1. Setiap anggota mendapat bantuan 1 ekor kerbau betina dan mengembalikan sebanyak 1 ( satu ) ekor kerbau. 2. Salah satu dari anggota mendapat 1 (satu) pasang kerbau (jantan dan betina ) dan wajib mengembalikan 2 ekor kerbau. 3. Jangka waktu pengembalian adalah 5 tahun dengan waktu sebagai berikut: Tahun I umur kerbau = 2 tahun Tahun II masa pemeliharaan -1 tahun berarti kerbau telah berumur 3 tahun Tahun III (umur kerbau 3 tahun) diharapkan kerbau sudah bunting dengan masa bunting 11 bulan. Diharapkan pada tahun III ini anak pertama dapat lahir. Tahun IV masa pemeliharaan anak selama satu tahun. Tahun V pengembalian dilaksanakan setelah anak kerbau berumur 1 tahun. 4. Untuk anggota yang mendapat 1 (satu) pasang kerbau jangka waktu pengembaliannya adalah 6 tahun dimana waktu : Pada tahun IV diharapkan bunting ke-2 dan masa pemeliharaan anak selama 1 tahun. Pada tahun V atau tahun IV pengembalian anak ke-2 dilaksanakan. 5. Ternak kerbau hasil keturunan dikembalikan kepada pemerintah melalui Dinas Pertanian untuk pengaturan perguliran selanjutnya. Khusus untuk pemeliharaan ternak kerbau, kelompok tani haus mempunyai padang pengembalaan, dimana ternak ditempatkan pada padang pengembalaan tersebut dan disiapkan kandang serta hijauan ternak (HMT). Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan kegiatan pembinaan, pengawasan serta monitoring dan evaluasi. Dengan adanya kegiatan ini diharapkan populasi ternak kerbau dapat ditingkatkan, yang tentunya harus dibarengi dengan pembinaan secara terus-menerus setiap tahunnya. LOKASI PENGEMBANGAN KERBAU DATARAN TINGGI TAHUN 2007 Tujuan pengembangan ternak kerbau di Kabupaten Poso sejalan dengan tujuan pengembangan peternakan yang dirumuskan dalam panca Dharma Pembangunan Peternakan. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan rumusan kebijaksanaan dan program yang dalam mendorong partisipasi masyarakat luas yang terlihat dalam pembangunan peternakan, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan memperhatikan kendala pengembangan itu sendiri. Berbagai faktor kendala yang mempengaruhi perkembangan ternak kerbau adalah faktor ekologis (keadaan tanah dan iklim), biologis (genotipe, pakan dan kesehatan) dan sosial ekonomis (tenaga kerja dan keterampilannya, modal, penguasaan lahan). Besarnya peranan masing-masing faktor tersebut tidak sarna untuk setiap lokasi. Keadaan yang yang terbaik adalah bila faktorfaktor tersebut sangat mendukung pengembangan ternak kerbau. Demikian pula halnya dengan pengembangan ternak kerbau di Kabuten Poso, tentu tidak terlepas dari pengaruh ketiga faktor tersebut di atas. Untuk itu pada tahun anggaran 2007 rencana lokasi pengembangan ternak ternak kerbau yaitu di Kecamatan Lore Utara, sedangkan pengembangan ternak kerbau 181

lumpur dataran tinggi tahun 2008 direncanakan dikembangkan di Kecamatan Lore Selatan dan Lore Tengah. Pemilihan 3 (tiga) kecamatan ini didasarkan pada kecilnya ketiga faktor kendala tersebut di atas. Kecamatan Lore Utara dan Kecamatan Lore Tengah terletak pada daerah dengan ketinggian 1.100-1.200 meter dari permukaan air laut dengan suhu pada malam hari sekitar 18 o C sampai dengan 20 o C dan siang hari 21 sampai dengan 26 C, sedangkan Kecamatan Pamona Selatan terletak pada daerah dengan ketinggian 700-800 meter dari permukaan laut dengan suhu pada malam hari 21 C sampai dengan 23 C dan siang hari 24 sampai dengan 28 o C. Potensi padang pengembalaan untuk ketiga wilayah ini, terutama Kecamatan Lore Utara dan Kecamatan Lore Tengah sangat luas dengan sumber air yang tersedia setiap saat walaupun pada musim kemarau. Gambar 5. Lokasi pengembalaan kerbau di Kecamatan Pamona Selatan dan Lore Utara 182

PENUTUP Teridentifikasinya sistem pemeliharaan yang meliputi cara-cara pemberian pakan, manajemen perkembangbiakan dapat dipergunakan untuk meningkatkan produktivitas ternak kerbau di Kabupaten Paso. Faktor ekologis, biologis dan sosial ekonomis yang mendukung pada beberapa wilayah di Kabupaten Poso dapat dijadikan bahan pertimbangan agar kiranya untuk ke depan Kabupaten Poso dapat dijadikan sebagai Pusat Perbibitan dan Pengembangan Kerbau nasional. DAFTAR PUSTAKA BPS. 2007. Kabupaten Poso dalam Angka 2006. 183