HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP N 1 SAMBONG KABUPATEN BLORA. Naskah Publikasi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giat-giatnya

BAB IV HASIL PENELITIAN. A. Persiapan Penelitian. pelaksanaan penelitian, adapun tahap yang dilakukan adalah sebagai berikut:

PENTINGNYA KECERDASAN EMOSIONAL SAAT BELAJAR. Laelasari 1. Abstrak

Keterkaitan Kecerdasan Emosional dengan Kinerja SDM

BAB I PENDAHULUAN. masa depan dengan segala potensi yang ada. Oleh karena itu hendaknya dikelola baik

BAB I PENDAHULUAN. dapat meraih hasil belajar yang relatif tinggi (Goleman, 2006).

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DAN UMUR MAHASISWI SEMESTER I DIV KEBIDANAN TAHUN 2017

BAB II LANDASAN TEORITIK

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan kita,

BAB I PENDAHULUAN. dewasa dimana usianya berkisar antara tahun. Pada masa ini individu mengalami

KECERDASAN EMOSIONAL DAN KECERDASAN INTELEKTUAL MEMPENGARUHI PRESTASI BELAJAR SISWA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. karena remaja tidak terlepas dari sorotan masyarakat baik dari sikap, tingkah laku, pergaulan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII MTSN NGEMPLAK BOYOLALI NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajarnya. Namun dalam upaya meraih prestasi belajar yang. memuaskan dibutuhkan suatu proses dalam belajar.

BAB II LANDASAN TEORI. prestasi belajar. Seperti yang dikatakan oleh Winkel (2009: 168) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya manusia dan masyarakat berkualitas yang memiliki kecerdasan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. teratur, dan berencana yang berfungsi untuk mengubah atau mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Masalah pendidikan perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana

BAB I PENDAHULUAN. adalah kualitas guru dan siswa yang mesing-masing memberi peran serta

SELF-EFFICACY DAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

BAB II LANDASAN TEORI. atau balasan. (Batson, 1991) Altruisme adalah sebuah keadaan motivasional

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR MAHASISWA TINGKAT I PRODI DIII KEBIDANAN STIKes YPIB MAJALENGKA TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di Indonesia terus

BAB III METODE PENELITIAN. definisi operasional variabel penelitian, populasi, sampel dan sampling, metode

BAB 1 PENDAHULUAN. individu terutama dalam mewujudkan cita-cita pembangunan bangsa dan negara.

ARIS RAHMAD F

I. PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam kehidupannya. Pendidikan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SENI BUDAYA NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sepanjang hayatnya, baik sebagai individu, kelompok sosial, maupun sebagai

BAB I PENDAHULUAN. RI No. 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Pasal 1

Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas II SMA Negeri 2 Mataram

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau. perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai

BAB II LANDASAN TEORI. Berdasarkan pengertian tradisional, kecerdasan meliputi kemampuan

BAB II LANDASAN TEORI

PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu sekolah yang tidak lepas dari cita-cita mencetak

Dhoni Aprianto, A , Program Studi Pendidikan Akuntansi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, 2012.

Judul BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kecemasan dapat dialami oleh para siswa, terutama jika dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Belajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara aktif dan integratif untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perasaan dan pendapat kepada orang lain tanpa menyinggung perasaan orang itu,

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh kemampuan mahasiswa itu sendiri, karena pada kenyataannya di antara

PENGARUH LINGKUNGAN SOSIAL DAN MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII MTs AL IRSYAD NGAWI TAHUN AJARAN 2011/2012

DESKRIPSI PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIPA. Purwati 19, Nurhasanah 20

1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. tanah air, mempertebal semangat kebangsaan serta rasa kesetiakawanan sosial.

BAB II LANDASAN TEORI. A. Prestasi Belajar. dilakukan dan diharapkan). Dari definisi tersebut maka prestasi belajar adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja merupakan kegiatan yang dijalankan oleh tiap-tiap individu

PENGARUH MINAT BELAJAR DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP PRESTASI BELAJAR EKONOMI PADA SISWA. KELAS VIII MTs MUHAMMADIYAH WARU TAHUN AJARAN 2013/2014

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

PENGARUH INTERAKSI ORANG TUA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 1 SAMBI TAHUN AJARAN 2012/2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan sekolah. Pendidikan sekolah merupakan kewajiban bagi seluruh. pendidikan Nasional pasal 3 yang menyatakan bahwa:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terlepas dari kegiatan belajar. Melaksanakan aktivitas sendiri, maupun dalam suatu

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu hal yang terpenting untuk. mempersiapkan kesuksesan seseorang dimasa depan, salah satunya dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masa sekarang masyarakat dihadapkan pada masalah-masalah kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan potensi ilmiah yang ada pada diri manusia secara. terjadi. Dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

HUBUNGAN ANTARA BAKAT NUMERIK DENGAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan sarana untuk mempersiapkan masyarakat untuk

Sesuai dengan tujuan pendidikan yang berbunyi :

HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KEIKUTSERTAAN DALAM EKSTRAKURIKULER BOLA BASKET DENGAN TINGKAT KECERDASAN EMOSIONAL

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1. Program Studi Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era perdagangan bebas ASEAN 2016 sudah dimulai. Melahirkan tingkat

Metsi Daud 1. Keywords: Emotional Intelligence, Academic Achievement

BAB I PENDAHULUAN. kuantitas hal tersebut dapat tercapai apabila peserta didik dapat. manusia indonesia seutuhnya melalui proses pendidikan.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN KECEMASAN SEBELUM MENGHADAPI PERTANDINGAN PADA ATLET FUTSAL NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia pendidikan saat ini masih banyak orang yang cenderung

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan menurut bentuknya dibedakan menjadi dua, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. para siswa mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam upaya

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

TINJAUAN PUSTAKA Remaja

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PRESTASI BELAJAR

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan baik fisik dan psikis dari waktu ke waktu, sebab

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas menentukan masa depan bangsa. Sekolah. sekolah itu sendiri sesuai dengan kerangka pendidikan nasional.

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan untuk memenuhi sebagaian persyaratan guna mencapai derajat sarjana S-1 Pendidikan Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan sumberdaya manusia yang berkualitas. Dengan pendidikan. mengukur, menurunkan, dan menggunakan rumus-rumus matematika

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata-1 Program Studi Pendidikan Ekonomi Akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. di masa depan, karena dengan pendidikan manusia dididik, dibina dan dikembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa dan diperlukan guna meningkatkan mutu bangsa secara

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. lembaga yang mencetak tenaga kerja mempunyai tanggung jawab dalam

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS. dinamis. Pada kenyataannya perlu diakui bahwa kecerdasan emosional memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Seiring perkembangan masyarakat Indonesia di era globalisasi ini,

2015 PENGARUH KECERDASAN EMOSIONAL DAN MINAT BELAJAR MAHASISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP N 1 SAMBONG KABUPATEN BLORA Naskah Publikasi Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai gelar sarjana S1 Psikologi Diajukan oleh : Fahmi Sri Aryati F 100 080 122 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS VII DI SMP N 1 SAMBONG KABUPATEN BLORA Naskah Publikasi Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Psikologi Diajukan oleh : Fahmi Sri Aryati F 100 080 122 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2015 ii

ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA DI SMP N 1 SAMBONG KABUPATEN BLORA Suatu pendidikan, belajar menjadi cara untuk menunjukkan adanya suatu perubahan positif hingga nantinya didapatkan ketrampilan serta pengetahuan baru. Belajar merupakan kebutuhan semua orang, sebab dengan belajar seseorang dapat memahami atau menguasai sesuatu sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan. Dalam mempelajari dan menyesuaikan suatu pelajaran yang ada di sekolah, banyak siswa SMP yang menghadapi segala persoalan pada dirinya yang menuntut waktu, tenaga dan pikiran siswa. Misalkan tentang kegiatan yang ada di dalam lingkup mata pelajaran sekolah, kegiatan ekstrakurikuler dan kegiatan umum lainnya serta siswa harus menyesuaikan dirinya dengan lingkungan sekolah maupun diluar sekolah. Hal tersebut harus seimbang agar siswa dapat meraih prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor meliputi 1) jasmani yaitu faktor kesehatan tubuh, 2) psikologis yaitu intelegensi (EQ dan IQ), perhatian, minat, bakat motif, kematangan, kesiapan dan efikasi diri. Apabila intelegensi siswa tergolong tinggi maka prestasi belajar pun tinggi, begitu juga sebaliknya. Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar pada siswa kelas VII SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora. Hipotesis yang diajukan adalah adanya hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar siswa kelas VII di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora. Subjek penelitian yaitu siswa kelas VII A, VII B dan VII C di SMP Negri 1 Sambong yang berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel menggunakan studi populasi. Alat pengumpulan data menggunakan skala kecerdasan emosi dan pengambilan hasil rata-rata raport siswa pada semester 1. Metode analisis data menggunakan teknik korelasi nonparametric spearman s rho. Berdasarkan analisis nonparametric diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,270; p= 0,003 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional dengan prestasi belajar, begitu sebaliknya hubungan negatif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi maka semakin rendah prestasi belajar. Sumbangan efektif kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar sebesar 7,29%. Kecerdasan emosi mempunyai rerata empirik sebesar109,79dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berartikecerdasan emosi tergolong tinggi. Sedangkan pada variable prestasi belajar mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 3,13509 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 284,25 yang berarti kecerdasan emosi pada subjek tergolong sedang. Kata kunci : kecerdasan emosi, prestasi belajar

PENDAHULUAN Sebagaimana telah kita ketahui bersama bahwa pemerintah sedang giatgiatnya melaksanakan pembangunan disegala bidang, juga dalam hal ini termasuk bidang pendidikan. Pembangunan di bidang pendidikan ini dapat di ketahui atas usaha pemerintah yang dikelola oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan yang pada saat ini giat-giatnya melaksanakan pendidikan baik mengenai isi metode maupun saranasarana pendidikan. Pendidikan mempunyai peran yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Adapun fungsi dan tujuan pendidikan dapat dilihat pada undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 yang menyebutkan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Hal tersebut menunjukkan bahwa fungsi dan tujuan pendidikan tidak hanya untuk memberikan pemahaman namun juga menjadi kan manusia Indonesia seutuhnya sesuai dengan yang diamanatkan dalam Undang-undang Dasar 1945, yaitu membangun manusia Indonesia seutuhnya baik jiwa maupun raganya sesuai dengan dalam jiwa Undangundang Dasar 1945. Pernyataan diatas, tujuan dan fungsi pendidikan adalah memberikan bekal yang diperlukan oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sebagai anggota masyarakat. Melalui pendidikan, seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan negara (Arikunto, 2006). Belajar akan menghasilkan perubahan-perubahan dalam diri seseorang. Untuk mengetahui sampai seberapa jauh perubahan yang terjadi, perlu adanya penilaian. Begitu juga yang terjadi pada seorang siswa yang mengikuti suatu pendidikan selalu diadakan penilaian dari hasil belajarnya. Penilaian terhadap hasil

belajar seorang siswa untuk mengetahui sejauhmana telah mencapai sasaran belajar inilah yang disebut sebagai prestasi belajar (Purwanto, 2004). Prestasi belajar menurut Wirawan (dalam Susilowati, 2009) adalah hasil yang dicapai seorang siswa dalam usaha belajarnya sebagaimana dicantumkan di dalam nilai rapornya. Melalui prestasi belajar seorang siswa dapat mengetahui kemajuankemajuan yang telah dicapainya dalam belajar. Ada beberapa masalah yang biasanya dihadapi oleh siswa di sekolah diantaranya: mata pelajaran merupakan sumber utama bagi para pelajar adalah sebanyak 70%, sedangkan persoalan yang muncul dalam hubungan dengan unsur-unsur sekolah relatif kecil jauh dibawah mata pelajaran misalnya fasilitas sekolah 35%, dengan guru dan biaya sekolah hampir sama yaitu rata-rata 24%, Muchtar dan Manan (dalam Hamdan, 2009). Dalam menyesuaikan pelajaran yang ada di SMP, banyak siswa menghadapi persoalan dengan mata pelajaran disebabkan ada beberapa pelajaran yang menuntut nwaktu dan pikiran yang banyak. Misalnya pada mata pelajaran biologi, fisika dan matematika. Dari hasil data yang diperoleh di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora, terdapat 21,63% dari 729 siswa yang nilainya belum memenuhi KKM yang telah ditentukan oleh setiap guru mata pelajaran umum dan sain. Kenyataannya, dalam proses belajar mengajar di sekolah sering ditemukan siswa yang tidak dapat meraih prestasi belajar yang setara dengan kemampuan inteligensinya. Ada siswa yang mempunyai kemampuan inteligensi tinggi tetapi memperoleh prestasi belajar yang relatif rendah, namun ada siswa yang walaupun kemampuan inteligensinya relatif rendah, dapat meraih prestasi belajar yang relatif tinggi. Itu sebabnya taraf inteligensi bukan merupakan satu-satunya faktor yang menentukan keberhasilan seseorang, karena ada faktor lain yang mempengaruhi. Menurut Goleman (2000), kecerdasan intelektual (IQ) hanya menyumbang 20% bagi kesuksesan, sedangkan 80% adalah sumbangan faktor kekuatan-kekuatan lain, diantaranya adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ) yakni kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol desakan hati, mengatur suasana hati (mood), berempati serta kemampuan bekerja sama. Berdasarka beberapa uraian

tersebut dengan adanya kecerdasan emosi yang tinggi diharapkan siswa siswi kelas VII di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora dapat menunjukkan prestasi belajar secara optimal sesuai dengan potensi yang dimiliki masing-masing, sehingga mampu bersaing dengan siswa-siswi lain. Dari hasil wawancara dengan Kepala sekolaj dan guru BP, ada beberapa siswa di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora memang masih mempunyai kecerdasan emosi yang rendah sehingga yang dihasilkannya kurang optimal. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis merumuskan permasalahan apakah ada hubungan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sambong Kabupaten Blora.Dalam kaitan pentingnya kecerdasan emosional pada diri siswa sebagai salah satu faktor penting untuk meraih prestasi akademik, maka dalam penyusunan skripsi ini penulis tertarik untuk meneliti: Hubungan antara Kecerdasan Emosional dengan Prestasi Belajar pada Siswa Kelas VII SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora. LANDASAN TEORI Belajar merupakan kebutuhan semua orang, sebab dengan belajar seseorang dapat memahami atau menguasai sesuatu sehingga kemampuannya dapat ditingkatkan. Menurut Chaplin (2002), Prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari yang dilakukan dan diharapkan). Dari definisi tersebut maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditujukan dengan nilai-nilai atau angka-angka yang diberikan oleh negara. Menurut Winkel (1997) belajar pada manusia dapat dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Menurut Sumadi Suryabrata (2006) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997), secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal : 1. Faktor internal

Merupakan faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Faktor ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1). Faktor fisiologis Dalam hal ini, faktor fisiologis yang dimaksud adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera 2). Faktor psikologis Ada banyak faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah IQ & EQ, Motivasi serta Sikap. 2. Faktor eksternal Selain faktor-faktor yang ada dalam diri siswa, ada hal-hal lain diluar diri yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang akan diraih, antara lain adalah faktor lingkungan keluarga dan faktor lingkungan sekolah. Pengertian Kecerdasan Emosi Salovey dan Mayer mendefinisikan kecerdasan emosional atau yang sering disebut EQ sebagai himpunan bagian dari kecerdasan sosial yang melibatkan kemampuan memantau perasaan sosial yang melibatkan kemampuan pada orang lain, memilah-milah semuanya dan menggunakan informasi ini untuk membimbing pikiran dan tindakan. (Shapiro, 1998). Menurut Goleman (2002), kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan inteligensi (to manage our emotional life with intelligence); menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya (the appropriateness of emotion and its expression) melalui keterampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan keterampilan sosial. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosi Goleman (2001) mengemukakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional, yaitu: a. Pengalaman Kecerdasan emosional dapat meningkat sepanjang perjalanan hidup individu. Ketika individu belajar untuk menangani suasana hati, menangani emosi yang menyulitkan, semakin cerdaslah emosi individu dan mampu membina hubungan yang baik dengan orang lain. b. Usia

Semakin tua usia individu maka kecerdasan emosinya akan lebih baik dibanding dengan usia yang lebih muda. Hal ini dipengaruhi oleh individu seiring dengan oertambahan usianya. Menurut Goleman (Papalia, 2001) pembentukan kecerdasan emosional pada saat remaja paling besar terjadi pada remaja pertengahan. c. Jenis kelamin Tidak ada perbedaan antara kemampuan pria dan wanita dalam meningkatkan kecerdasan emosionalnya.tetapi rata-rata wanita memiliki ketrampilan emosi yang lebih baik dibandingkan pria. d. Jabatan Semakin tinggi jabatan maka semakin tinggi pulakecerdasan emosional seseorang, maka semakin penting ketrampilan antar pribadinya dalam membuatnya menonjol dibanding mereka yang berprestasi biasabiasa saja. Aspek-aspek Kecerdasan Emosi Goleman yang mengutip Salovey (2002) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi 5 aspek kemampuan utama, yaitu : a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (Goleman, 2002) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi, namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan emosi sehingga individu mudah menguasai emosi. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman,2002).

Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. c. Memotivasi Diri Sendiri Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apaapa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. e. Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan karena mampu berkomunikasi dengan lancar pada orang lain. Orang-orang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi (Goleman, 2002). Ramah tamah, baik hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif bagaimana siswa mampu membina hubungan dengan orang lain. Sejauhmana kepribadian siswa berkembang dilihat dari banyaknya hubungan interpersonal yang dilakukannya.

METODE PENELITIAN Subjek Penelitian Subjek penelitian siswa kelas VII A, VII B, dan VII C di SMP N 1 Sambong Kabupaten Blora berjumlah 100 responden. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah studi populasi yaitu menggunakan semua anggota populasi yang ada sebagai subjek penelitian. Alat pengumpulan data 1. Skala Kecerdasan Emosi Skala kecerdasan emosi yang digunakan disusun Diahriyanti (2011) dengan menggunakan skala yang telah ada dengan mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Salovey dan Mayer (dalam Goleman, 2002) yang mencakup aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri sendiri, mengenali emosi orang lain (empati), bekerjasama dengan orang lain (Goleman, 2002) yang berguna untuk mengukur sejauhmana kecerdasan emosional dipahami siswa kelas VII SMP Negri 1 Sambong Kabupaten Blora. Alasan menggunakan skala terpakai karena sudah teruji dengan validitas rxy = 0,195 sampai dengan rbt = 0,624 dan reliabilitas rtt = 0,888. Alasan menggunakan Skala kecerdasan emosional tanpa adanya modifikasi yaitu karena skala yang ada telah sesuai dengan keadaan subjek yang akan digunakan dalam penelitian ini. 2. Dokumentasi Prestasi Belajar Dokumentasi merupakan penyajian kenyataan dan keterangan-keterangan yang bersifat informatif atas fakta-fakta dan kebenaran yang benar-benar ada menurut Soeramto (dalam Susilowati, 2009). Prestasi belajar diungkap dengan dokumentasi prestasi belajar siswa di sekolah. Prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai rata-rata raport siswa pada satu semester dengan standar KKM yang ditentukan oleh guru mata pelajaran pendidikan agama, pendidikan kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS, Bahasa Inggris, Seni Budaya, Pendidikan jasmani kesehatan dan Katrampilan. Metode Analisis Data Teknik atau metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis yaitu nonparametric Spearman s Rho, karena di dalam penelitian ini hanya ada dua variabel yang koefisien korelasinya

diperoleh dengan mengkorelasikan derajat hubungan antar dua variabel (Hadi, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan nonparametric diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,270; p= 0,003 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosi dengan prestasi belajar. Semakin tinggi (optimal) kecerdasan emosi maka semakin tinggi prestasi belajar, begitu sebaliknya semakin rendah (minimal) kecerdasan emosi maka semakin rendah prestasi belajar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hipotesis yang berbunyi : Ada hubungan positif antara kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar pada siswa kelas VII dapat diterima. Hasil penelitian ini sesuai dengan pendapat para ahli, diantaranya menurut Daniel Goleman (2002) emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Biasanya emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu. Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang, sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang berperilaku menangis. Hal tersebut menyimpulkan bahwa semua emosi menurut Goleman pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak. Jadi berbagai macam emosi itu mendorong individu untuk memberikan respon atau bertingkah laku terhadap stimulus yang ada. Salovey dalam Goleman (2002) mendefinisikan kecerdasan emosi yaitu kemampuan seseorang mengatur kehidupan emosinya dengan intelegensi; menjaga keselarasan emosi dan pengungkapannya melalui ketrampilan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi diri, empati dan ketrampilan sosial. Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkungan, tidak bersifat menetap, dapat berubah-ubah setiap saat. Untuk itu peranan lingkungan terutama orang tua pada masa kanak-kanak sangat mempengaruhi dalam pembentukan kecerdasan emosional. Dari hasil analisis diketahui variabel kecerdasan emosi mempunyai rerata empirik sebesar 109,79 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti kecerdasan emosional

tergolong tinggi. Secara spesifik terdapat 24 subjek (24%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong sedang, 70 subjek (70%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong tinggi, dan 6 subjek (6%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong sangat tinggi. Menurut Goleman yang mengutip Salovey (2002) menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemampuan tersebut menjadi 5 aspek kemampuan utama, yaitu : a. Mengenali Emosi Diri Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran seseorang akan emosinya sendiri. b. Mengelola Emosi Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau lama akan mengoyak kestabilan kita (Goleman, 2002). Kemampuan ini mencakup kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaan-perasaan yang menekan. c. Memotivasi Diri Sendiri Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah, optimis dan keyakinan diri. d. Mengenali Emosi Orang Lain Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati. Menurut Goleman (2002) kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli, menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki kemampuan empati lebih

mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang lain. e. Membina Hubungan Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar pribadi (Goleman, 2002). Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami keinginan serta kemauan orang lain. Kecerdasan emosi yang tinggi menunjukkan aspek-aspek yang ada dalam variabel kecerdasan emosi sudah menjadi bagian dari acuan kuat secara positif oleh para siswa. Begitu pula manakala kecerdasan emosi subjek rendah, maka aspek-aspek yang ada dalam kecerdasan emosi tersebut belum menjadikan aspek acuan secara positif oleh para siswa. Adapun variabel prestasi belajar dirumuskan sebagai suatu aktivitas mental atau psikis, penguasaan pengetahuan dan ketrampilan ilmu pelajaran yang dimiliki oleh siswa dan dioperasionalkan dalam bentuk indicator berupa nilai raport. Menurut Arikunto (2006) pengukuran prestasi belajar dapat dilakukan dengan cara memberikan tes yang mempunyai fungsi untuk mengukur kemampuan siswa dan keberhasilan program pengajaran dan mengevaluasi hasil belajar siswa dengan melihat hasil skor akhir tes siswa. Menurut Chaplin (2002), Prestasi merupakan hasil yang dicapai (dari yang dilakukan dan diharapkan). Dari definisi tersebut maka prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan dan ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, yang lazimnya ditujukan dengan nilai-nilai atau angka-angka yang diberikan oleh negara. Dari hasil analisis diketahui variabel kecerdasan emosi mempunyai rerata empirik (RE) sebesar 3,13509 dan rerata hipotetik (RH) sebesar 284,25 yang berarti kecerdasan emosi pada subjek tergolong sedang. Secara spesifik terdapat 81 subjek (81%) memiliki prestasi belajar tergolong sedang, 17 subjek

(17%) meiliki prestasi belajar tergolong tinggi, 2 subjek (2%) memiliki prestasi belajar tergolong sangat tinggi. Pada penelitian ini sumbangan efektif (SE) variabel kecerdasan emosi dengan prestasi belajar sebesar 7,29%, ditunjukkan oleh koefisien determinan (r²)= 0,0729. Hal tersebut mengartikan bahwa masih 92,71% faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain kecerdasan emosi, misalnya faktor internal dan eksternal. Ada beberapa faktor yang mempunyai peran penting juga dalam prestasi belajar sesuai dengan beberapa pendapat antara lain : Sumadi Suryabrata (1998) dan Shertzer dan Stone (Winkle, 1997) mengemukakan secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan prestasi belajar dapat digolongkan menjadi dua bagian, yaitu faktor internal dan faktor eksternal: (1) Faktor internal dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu: (a) Faktor fisiologis adalah faktor yang berhubungan dengan kesehatan dan pancaindera yaitu kesehatan badan dan pancaindera. (b) Faktor psikologis yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain adalah inteligensi, sikap, dan motivasi. (2) Faktor eksternalantara lain adalah: (a) Faktor lingkungan keluarga meliputi antara lain yaitu: sosial ekonomi keluarga, pendidikan orangtua, perhatian orangtua dan suasana hubungan antara anggota keluarga. (b) Faktor lingkungan sekolah (sarana dan prasarana, kompetensi guru dan siswa, serta kurikulum dan metode belajar), dan faktor lingkungan masyarakat (sosial budaya, partisipasi terhadap pendidikan). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara kecerdasan emosi terhadap prestasi belajar kecerdasan dengan seluruh aspek kecerdasan emosi yang terkandung didalamnya memang memberikan kontribusi bagi prestasi belajar, akan tetapi prestasi belajar tidak hanya dipengaruhi oleh variabel tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasar kan hasil analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan, yaitu: 1. Nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,270; p= 0,003 (p< 0,01). Hasil tersebut menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional maka semakin tinggi prestasi belajar, begitu sebaliknya hubungan negatif

yang sangat signifikan antara kecerdasan emosional maka semakin rendah prestasi belajar. 2. Kecerdasan emosi mempunyai rerata empirik sebesar 109,79 dan rerata hipotetik sebesar 92,5 yang berarti kecerdasan emosi tergolong tinggi. Secara spesifik terdapat 24 subjek (24%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong sedang, 70 subjek (70%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong tinggi, dan 6 subjek (6%) memiliki kecerdasan emosi yang tergolong sangat tinggi. Sedangkan prestasi belajar mempunyai rerata empirik sebesar 3,13509 dan rerata hipotetik sebesar 284,25 yang berarti prestasi belajar tergolong sedang.. Secara spesifik terdapat 81 subjek (81%) memiliki prestasi belajar tergolong sedang, 17 subjek (17%) meiliki prestasi belajar tergolong tinggi, 2 subjek (2%) memiliki prestasi belajar tergolong sangat tinggi. 3. Sumbangan efektif kecerdasan emosional terhadap prestasi belajar sebesar 7,29%, artinya masih 92,71% faktor-faktor lain yang mempengaruhi prestasi belajar selain kecerdasan emosi, misalnya misalnya faktor internal (fisilogis dan psikologis) dan faktor ekternal (lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah). Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan di atas, ada beberapa saran-saran yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi Kepala Sekolah di SMP N 1 Sambong Agar kecerdasan emosional siswa dapat berpengaruh positif terhadap kehidupannya pribadi dan bermasyarakat disarankan untuk menyusun program sekolah yang mendorong kematangan kecerdasan emosional pada siswa melalui kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler dengan mengedepankan pelatihan-pelatihan. Misalnya mengadakan psikotes untuk mengetahui tingkat kecerdasan emosi siswa. 2. Bagi Guru Kelas VII SMP N 1 Sambong Disarankan untuk dapat memahami apa yang sedang dirasakan oleh siswa, sehingga antara guru dan siswa akan terbentuk hubungan yang dekat seperti orang tua dan anak. Selain itu akan membuat siswa merasa nyaman saat mengikuti pelajaran dan kegiatan yang ada di sekolah. Kegiatan yang harus dilakukan guru-guru kelas yaitu mengenali lebih dalam setiap siswanya dengan mengetahui latarbelakang keluarganya serta memberikan nasehatnasehat yang dapat meningkatkan

perkembangan anak. Untuk memupuk kecerdasan emosional siswa, guru dapat membangun suasana yang menyenangkan dalam proses pembelajaran, misalnya melalui Quantum Teaching dengan: (a) memberi kepercayaan pada kemampuan siswa, (b) menjalin rasa simpati dan pengertian, (c) keriangan dan ketakjuban dalam proses belajar, (d) pengambilan resiko, (e) rasa saling memiliki, dan (f) keteladanan. 3. Bagi Siswa kelas VII SMP Negri 1 Sambong Bagi siswa kelas VII setelah mengetahui tingkat kecerdasan emosionalnya hendaknya menjadikan hal ini sebagai bahan pertimbangan agar dapat lebih mengatur dan mengontrol emosinya dalam berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain khususnya teman-teman di kelasnya dan kelas lain agar dapat berinteraksi dengan baik dan untuk meningkatkan prestasi belajarnya bisa saling berkerjasama dalam belajar kelompok. Selain itu disarankan agar lebih memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi terbangunnya kecerdasan emosi siswa, sehingga dapat memilah-milah faktor apa saja yang dapat meningkatkan kecerdasan emosi. Berkaca dari jaman sekarang ini keberhasilan seseorang tidak hanya dinilai dari kecerdasan intelegensi saja, tetapi kecerdasan emosi dalam menjalin hubungan dengan orang lain dan relasi dengan berbagai pihak, baik itu hubungan interpersonal ataupun ketika kelak berkerjasama dengan isntansi-instansi atau perusahaan-perusahaan manapun. Mengembangkan kecerdasan emosi tidak saja bisa dilakukan dengan belajar dari pengalaman emosi kepada orang yang berada di sekitar siswa, tetapi juga dapat dikembangkan melalui pelatihan-pelatihan psikologis yang ada. Kecerdasan emosi bukan merupakan bakat, tetapi aspek emosi di dalam diri seseorang yang bisa dikembangkan dan dilatih. 4. Bagi Sekolah Berdasarkan hasil penelitian diperoleh gambaran umum tentang kecerdasan emosional siswa meliputi aspek mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri, mengenal emosi orang lain, membina hubungan siswa kelas VII SMP Negri 1 Sambong tergolong tinggi. Untuk mengoptimalkan kecerdasan emosi yang dimiliki oleh siswa kelas VII SMP Negri 1 Sambong, sekolah diharapkan dapat mengadakan program bimbingan dan

konseling bagi siswa yang membutuhkan bimbingan pribadi dalam psikologis, misalnya dengan memberikan pelatihan kecerdasan emosional dengan bimbingan kelompok, role playing (bermain peran) dan sebagainya. 5. Bagi Orang Tua/Wali Peran aktif orang tua sangatlah diharapkan dalam perkembangan kecerdasan emosional anak. Kecerdasan emosional merupakan proses timbal balik dengan lingkungannya serta pembelajaran yang diperoleh anak dari aktivitas sehari-hari. Cara yang dapat dilakukan antara lain dengan membiasakan mengungkapkan perasaan saat berbicara dengan anak, mengajarkan untuk selalu minta maaf bila melakukan kesalahan, memberi kesempatan anak untuk memahami apa yang dirasakan oleh orang lain, melatih anak untuk bisa menerima keterbatasan dirinya, dan selalu memberi contoh untuk selalu mengucap rasa syukur. 6. Bagi Ilmuwan Psikologi Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai media informasi, wacana pemikiran dan kajian teoritis sebagai upaya peningkatan kecerdasan emosi dengan prestasi belajar yang ada pada siswa dengan mengadakan pelatihan-pelatihan mengenai perkembangan emosi dan peningkatan prestasi belajar siswa. Penelitian-penelitian tentang kecerdasan emosional dari berbagai aspek dapat dikembangkan untuk memperluas wacana kcerdasan emosional. 7. Bagi Fakultas Psikologi Diharapkan menindaklanjuti hasil penelitian untuk mengembangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan kecerdasan emosi dan peningkatan prestasi belajar pada siswa. Upaya-upaya pengembangan kecerdasan emosional dan peningkatan prestasi belajar siswa perlu disosialisasikan ke sekolah-sekolah, mengingat siswa remaja merupaka fase krusial dalam pembentukan karakter. 8. Bagi Peneliti selanjutnya Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian kecerdasan emosonal dari aspek-asoek lain untuk mengembangkan kemampuan kecerdasan emosional siswa di sekolah. Pengembangan kecerdasan emosional ini amat penting bagi siswa untuk menunjang kesuksesan belajarnya. DAFTAR PUSTAKA Arikunto,S. 2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara

Chaplin, J. P. 2002. Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartini Kartono). Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Diahriyanti, F. 2011. Keadaan Kecerdasan Emosional Pada Siswa SMP Angkasa Lanud Adi Soemarmo Ditinjau dari Jenis Kelamin. Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Goleman, Daniel. 2000. Emitional Intelligence (terjemahan). Jakata: PT. GramediaPustaka Utama Goleman, Daniel. 2002. Working With Emotional Intelligence (terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Gottman, John. 2001. Kiat-kiat Membesarkan Anak yang Memiliki Kecerdasan Emosional (terjemahan). Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. Bekasi : Fakultas Psikologi Gunadarma. Purwanto, N. 2004.Psikologi Pendidikan. Bandung :RemajaRosdakarya Suryabrata, Sumadi. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada Susilowati,A. 2009. Hubungan Antara Efikasi Diri dengan Prestasi Belajar pada Siswa SMA Negeri 8 Surakarta (tidak diterbitkan). Skripsi. Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Winkel, WS. 1997. Psikologi Pendidikan dan Evaluasi Belajar. Jakarta: Gramedia. Hadi, S. 2005. Statistik. Yogyakarta: Andi Offset Hamdan. 2009. Hubungan Antara Kepercayaan Diri Dengan Motivasi Berprestasi pada Siswa SMU N 1 Bekasi. Skripsi. (Tidak diterbitkan)