BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini, masih jauh dari yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dimana seseorang memperoleh


BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. rendah hingga makhluk hidup tingkat tinggi. Biologi tidak hanya terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan memberi keteladanan, membangun kemauan, dan mengembangkan. memanfaatkan semua komponen yang ada secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan secara intensif di tanah air karena mutu pendidikan di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terlihat pada rendahnya kualitas pendidikan, dengan adanya kenyataan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang memiliki kemampuan

I. PENDAHULUAN. jenjang pendidikan menengah, sehingga tanggung jawab para pendidik di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PROFIL KETUNTASAN BELAJAR DITINJAU DARI PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT (STM) DAN DISCOVERY

BAB I PENDAHULUAN. (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan generasi emas, yaitu generasi yang kreatif, inovatif, produktif,

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Mata pelajaran matematika merupakan salah satu mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. soal matematika apabila terlebih dahulu siswa dapat memahami konsepnya.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2 menguasai bidang ilmu lainnya. Abdurahman (2009:253) mengatakan bahwa ada lima alasan perlunya belajar matematika karena matematika merupakan: (1) s

BAB I PENDAHULUAN. menjadi gerak, fluida, panas, suara, cahaya, listrik dan magnet, dan topik-topik

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan, keterampilan, pengembangan sikap, nilai-nilai pembentukan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Struktur Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) memuat 9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan lulusan yang cakap dalam fisika dan dapat menumbuhkan kemampuan logis,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. untuk menghasilkan siswa yang berkualitas. Siswa yang berkualitas adalah siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Informasi dari berbagai media massa, baik media cetak atau elektronika sering dikemukakan bahwa mutu

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sekelompok orang yang diturunka dari satu generasi ke generasi berikutnya

BAB I PENDAHULUAN. perguruan tinggi. Sampai saat ini, matematika merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. kelas. 1 Dalam undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang sistem

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik yang dikehendaki dunia kerja (Career Center Maine Department

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting untuk menjamin

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. wawasan, ketrampilan dan keahlian tertentu kepada individu guna. diyakini mampu menanamkan kapasitas baru bagi semua orang untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun lingkungannya. Menurut Undang undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. pemberian pengetahuan, pertimbangan, dan kebijaksanaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan masalah yang harus diselesaikan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika bertujuan untuk membekali siswa agar memiliki

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terdapat beberapa komponen yang dapat mempengaruhi hasil

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan khususnya guru sebagai pelaksana pembelajaran. Pembelajaran. norma/standar yang berlaku (Yamin, 2008: 22).

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembinaan dan pengembangan pendidikan khususnya pendidikan di sekolah. Pembinaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. pendidikan dapat tercapai. Proses pembelajaran, sering dipahami sebagai proses

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran Sains SMP umumnya belum menggunakan metode/strategi. yang dapat menarik minat belajar siswa. Pembelajaran Sains di SMPN 1

2015 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT UNTUK MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SEKOLAH DASAR

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pembelajaran IPA IPA merupakan ilmu yang mempelajari tentang alam yang sesuai dengan kenyataan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekolah yang melibatkan guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. demi kelangsungan hidup dan kemajuan bangsa tersebut khususnya bagi negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN. belajar yang dicapai siswa dapat memenuhi kriteria pencapaian tujuan yang

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu tantangan berat bangsa Indonesia adalah menyiapkan sumber

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembelajaran adalah suatu proses yang tidak hanya sekedar menyerap

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini pembelajaran fisika masih didominasi dengan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan Queen and Servant of Science, maksudnya

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk aktif membaca, mencari, dan menganalisis sebuah masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. mengajar merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1999), hlm. 4 2 Trianto, Model-model pembelajaran inovatif berorientasi kontruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), hlm.

PERBEDAAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN LATIHAN INKUIRI DENGAN PEMBELAJARAN KONVENSIONAL PADA MATA PELAJARAN FISIKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. diberikan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. yang wajib dipelajari di Sekolah Dasar. Siswa akan dapat mempelajari diri

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini, masih jauh dari yang diharapkan. Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, antara lain melalui berbagai pelatihan dan peningkatan kualifikasi guru, penyempurnaan kurikulum, pengadaan buku, alat pelajaran, dan perbaikan sarana prasarana pendidikan lainnya, serta peningkatan mutu manajemen sekolah. Namun, berbagai indikator mutu pendidikan tersebut belum mampu menunjukkan peningkatan yang memadai Nurhadi(dalam Angraini, 2013). Pada dasarnya pendidikan menuntut keaktifan dari peserta didik, khususnya pembelajaran sains yang berhubungan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari yang pernah dialami peserta didik. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran sains, khususnya mata pelajaran Biologi, masih didominasi oleh penggunaan metode ceramah. Peserta didik hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Proses pembelajaran siswa dilaksanakan secara pasif (Nuryani, 2005). Keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat dipengaruhi oleh ketepatan strategi pembelajaran yang digunakan. Strategi pembelajaran merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan oleh guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Dalam strategi pembelajaran diatur suatu perangkat materi dan prosedur pembelajaran yang digunakan secara bersama-sama untuk keberhasilan belajar siswa. Oleh karena itu, maka pemilihan strategi pembelajaran yang tepat harus dilakukan oleh guru untuk

mencapai tujuan pembelajaran tersebut. Apa yang harus dicapai dalam pembelajaran akan menentukan bagaimana cara mencapainya (Sanjaya, 2006). Mengajar bukanlah sekedar kegiatan memindahkan pengetahuan yang dimiliki guru ke pikiran siswa, tetapi merupakan kegiatan pemberdayaan siswa untuk membangun sendiri pengetahuannya. Menurut Herawan (dalam Ilmi,2012) dalam proses pembelajaran biologi, siswa tidak hanya mendengar, mencatat, dan menghafal informasi yang disampaikan guru, melainkan adanya kesempatan untuk memanipulasi dan memproses informasi. Mengajar adalah mengajak siswa berpikir, sehingga melalui kemampuan berpikir akan terbentuk siswa yang cerdas dan mampu memecahkan setiap persoalan yang dihadapinya. Berdasarkan Daftar Kumpulan Nilai (DKN) dan wawancara dengan guru bidang studi biologi khususnya kelas XII di MAN I Kota Padangsidimpuan, proses belajar mengajar yang dilaksanakan siswa sangat berpokus pada guru, siswa kurang terdorong untuk belajar giat karena kurangnya kesempatan dalam penyelesaian setiap permasalahan pada materi yang diberikan. Akhirnya perolehan nilai yang diperoleh siswa kurang sesuai dengan data nilai pendidikan MAN I Padangsidimpuan masih belum optimal, dengan demikian penggunaan proses pembelajaran yang biasa dilakukan memberikan hasil yang kurang memuaskan. Hal tersebut terlihat dari rata-rata nilai ujian biologi dalam kurun waktu 3 tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Rata-rata Nilai Ujian Biologi Siswa Tahun Pelajaran 2010 sampai dengan 2013 No Tahun Pelajaran KKM Nilai Rata-rata 1 2010-2011 68 65 2 2011-2012 69 67 3 2012-2013 70 68 Sumber: DKN MAN I Kota Padangsidimpuan

Untuk memenuhi Standar Ketuntasan Belajar Minimal (SKBM) yang telah ditetapkan pada sekolah ini, yaitu: 70. Diketahui rendahnya rata-rata hasil belajar tersebut disebabkan karena kesulitan siswa dalam memahami konsep biologi dalam materi Bioteknologi. Selain itu siswa juga tidak pernah mendapatkan pengalaman secara langsung masih bersifat abstrak, dalam mempelajari Bioteknologi sehingga materi pelajaran biologi dianggap sukar untuk dipahami. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), merupakan kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuanpendidikan dan dikembangkan sesuai dengan potensi sekolah/daerah, karakteristik sekolah/ daerah, sosial budaya masyarakat setempat dan karakteristik peserta didik (Mulyasa 2004). Dalam kurikulum ini, memungkinkan terjadinya interaksi dalam pembelajaran, sehingga pola pembelajarannya mengarah pada aktivitas siswa atau Student centered learning. Pembelajaran ini juga menekankan pada kebutuhan siswa dan mengandung berbagai proses pembelajaran yang menjadikan siswa aktif. Berdasarkan hasil observasi di MAN I Padangsidimpuan hal ini dikarenakan kurang kreatifnya guru dalam penyampaian materi dan penggunaan strategi yang kurang tepat sehingga mengakibatkan siswa kurang antusius dalam belajar. Guru perlu membantu siswa untuk berpikir, hal ini dilakukan dengan membiarkan siswa berjuang dengan persoalan yang ada dan membantu hanya sejauh mereka bertanya dan meminta penjelasan. Guru dapat memberikan bimbingan atau arahan kepada siswa untuk menemukan sendiri pemecahan suatu masalah dan pemikiran akan sikap menghadapi persoalan-persoalan yang baru.

Inkuiri menurut Gulo (2004) berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Dengan demikian dinyatakan salah satu tujuan mengajar dan mendidik adalah menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui pelaksanaan tugas-tugas pembelajaran. Setiap proses belajar mengajar menuntut upaya pencapaian suatu tujuan tertentu. Kemampuan berfikir yang salah satunya adalah mampu berfikir kritis telah lama menjadi tujuan pokok dalam pendidikan. Keterampilan berpikir kritis merupakan suatu karakteristik yang perlu dikembangkan di sekolah pada setiap jenjangnya, meskipun jarang diajarkan oleh guru di kelas baik secara eksplisit maupun implisit. Berpikir kritis merupakan suatu kompetensi yang harus dilatihkan pada peserta didik, karena kemampuan ini sangat diperlukan dalam kehidupan sekarang (Schafersman dalam Aryana, 2004). Guru perlu membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis melalui strategi pembelajaran yang mendukung siswa untuk belajar secara aktif. Untuk mengoptimalkan proses pembelajaran dengan penyajian materi yang menarik yang lebih dominan melibatkan siswa. Siswa dituntut memperoleh pengalaman secara langsung dengan cara mencari dan menemukan sendiri ilmu pengetahuan dari lingkungan sekitar. Berdasarkan asumsi ini, maka pembelajaran yang diduga dapat mengatasi permasalahan ini adalah selain menggunakan inkuiri, mesti dipadukan dengan pembelajaran discovery.

Salah satu strategi pembelajaran yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya serta berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mampu memahami konsep dengan baik dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah strategi pembelajaran inkuiri. Strategi pembelajaran inkuiri adalah suatu rangkaian kegiatan yang melibatkan kegiatan belajar secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Strategi pembelajaran inkuiri memiliki keunggulan dibandingkan dengan strategi pembelajaran langsung. Menurut Kunandar (2007), keunggulan penggunaan strategi pembelajaran inkuiri adalah memacu keinginan siswa untuk mengetahui, memotivasi mereka untuk melanjutkan pekerjaan sehingga mereka menemukan jawaban dan siswa belajar menemukan masalah secara mandiri dengan memiliki keterampilan berpikir kritis. Manfaat yang diperoleh bagi siswa dalam pembelajaran inkuiri adalah siswa akan memahami konsep-konsep dasar dan ide-ide lebih baik, membantu dalam menggunakan daya ingat dan transfer pada situasi-situasi proses belajar yang baru dan mampu mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa. Strategi pembelajaran discovery (penemuan) dapat diartikan sebagai suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran perseorangan, manipulasi obyek dan lain-lain, sebelum sampai kepada generalisasi (Suryosubroto, dalam Ilmi, 2012) Pada pembelajaran discovery siswa lebih banyak terlibat secara langsung selama proses pembelajaran, siswa dibimbing oleh guru untuk menemukan sendiri maksud dari materi-materi dalam pembelajaran. Melalui

pembelajaran ini, siswa akan terbiasa melakukan eksperimen, diskusi kelompok dengan bimbingan guru. Pembelajaran konvensional banyak digunakan guru untuk menyajikan suatu materi pelajaran yang membuat siswa cenderung malas untuk berpikir dan hanya mendengar tanpa ingin memahami apa yang telah disampaikan oleh guru, ini membuat para siswa mengantuk dan cepat bosan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk dapat menyajikan materi pelajaran semenarik mungkin, sehingga siswa terpancing minat dan kreativitasnya untuk aktif dalam pelajaran biologi (Roestiyah, 2012). Memahami materi pokok Bioteknologi termasuk ke dalam struktur kurikulum pendidikan biologi SMA kelas XII termasuk ilmu multi disipliner karena terkait dengan bidang ilmu yang lain seperti biokimia, genetika, mikrobiologi, fisika matematika, sehingga untuk mengajarkan Bioteknologi pemahaman mendasar dari beberapa cabang ilmu yang dibutuhkan. Pada materi ini diperlukan keaktipan siswa dalam belajar dan berusaha untuk menganalisis permasalahan yang ada dan mengatasi permasalahan tersebut. Siswa diharapkan dapat mencari dan menemukan konsep-konsep dalam Bioteknologi serta dapat menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang sering muncul dalam kehidupan sehari-hari. Jadi dalam materi Bioteknologi dibutuhkan kemampuan berpikir kritis terhadap penerapan Bioteknologi dalam berbagai kebutuhan hidup. Berdasarkan uraian latar belakang ini kiranya sangat penting untuk mencari jalan pemecahan permasalahan dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa untuk meneliti penerapan strategi pembelajaran yang tepat yaitu strategi pembelajaran dengan menggunakan strategi inkuiri dan discoveri pada

materi Bioteknologi, pada siswa kelas XII A Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Padangsidimpuan,Tahun Pelajaran 2013/2014. 1.2. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan dalam penelitian ini, yaitu: 1. Rendahnya hasil belajar biologi siswa dengan nilai rata-rata masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal, yaitu: 67,00. 2. Kebanyakan siswa dalam proses belajar tentang materi bioteknologi kurang memahami pelajaran yang telah disampaikan sehingga pembelajarann kurang bermakna. 3. Metode yang digunakan dalam menerapkan strategi pembelajaran bioteknologi masih kurang tepat dan kurang variatif. 4. Pembelajaran umumnya berpusat pada guru atau metode pembelajaran yang digunakan guru dominan konvensional. 5. Kurangnya pemanfaatan sarana laboratorium yang ada pada sekolah yang dapat membantu siswa dalam pemahaman dengan materi bioteknologi. 6. Berdasarkan hasil observasi pembelajaran biologi dengan strategi inkuiri dan discovery jarang dilakukan guru di MAN I Padangsidimpuan. 7. Proses pembelajaran tidak merangsang siswa untuk berpikir kritis sehingga cenderung menerima informasi saja dan tidak mencari dari mana datangnya informasi.

8. Siswa tidak terbiasa belajar dengan permasalahan-permasalahan dalam setiap materi pelajaran contohnya bioteknologi, sehingga kemampuan berpikir kritis anak tidak dapat dikembangkan secara maksimal. 1.3. Batasan Masalah Untuk memberikan ruang lingkup yang jelas pada penelitian ini dibatasi pada beberapa masalah yaitu: 1. Strategi pembelajaran yang diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar adalah strategi inkuiri dan discovery terpimpin (guide discovery) pada kelompok eksprimen sedangkan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran konvensional. 2. Kemampuan berpikir siswa diukur dengan menggunakan tes kemampuan berpikir kritis. 3. Kemampuan berpikir kritis siswa yang melibatkan rasa ingin tahu dan bertanya, sehingga mendorong siswa untuk meneliti masalah-masalah, dalam mempelajari materi Bioteknologi. 4. Hasil belajar siswa dibatasi pada ranah kognitif dalam materi bioteknologi di kelas XII MAN I Padangsidimpuan. 1.4. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan batasan masalah maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan?

2. Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan? 3. Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran discovery terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Bioteknologi di MAN Padangsidimpuan? 4. Apakah terdapat pengaruh strategi pembelajaran discovery terhadap hasil belajar siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan? 5. Bagaimana hubungan kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran inkuiri,discovery dan konvensional pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan? 1.5. Tujuan Penelitian Sesuai dengan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1. Pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan. 2. Pengaruh strategi pembelajaran inkuiri terhadap hasil belajar siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan. 3. Pengaruh strategi pembelajaran discovery terhadap kemampuan berpikir kritis pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan. 4. Pengaruh strategi pembelajaran discovery terhadap hasil belajar siswa pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan.

5. Hubungan kemampuan berpikir kritis dengan hasil belajar siswa menggunakan strategi pembelajaran inkuiri, discovery dan konvensional pada materi Bioteknologi di MAN I Padangsidimpuan? 1.6. Manfaat Penelitian Manfaat teoritis pada penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah pengetahuan khususnya yang berkenaan dengan pembelajaran strategi inkuiri dan discovery terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Disamping itu dapat menjadi sumbangan pemikiran dan sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh gambaran mengenai pengaruh strategi pembelajaran inkuiri dan discovery terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar. Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan yaitu: (1) dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi guru untuk mengatasi kesulitan dalam proses pembelajaran khususnya tentang materi Bioteknologi; (2) memberikan gambaran bagi guru tentang efektivitas dan efisien aplikasi strategi pembelajaran inkuiri, discovery pada strategi pembelajaran dalam mempelajari materi Bioteknologi; (3) sebagai umpan balik bagi guru biologi dalam upaya meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis melalui pembelajaran inkuiri, discovery; dan (4) peningkatan kompetensi guru biologi dalam upaya menciptakan pembelajaran yang efektif dan efisien dengan hasil belajar dan kemampuan berpikir kritis.