V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Desa Blendung 5.1.1. Letak Geografis Desa Blendung merupakan salah satu desa di Kecamatan Purwadadi Kabupaten Subang, Provinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 567.318 ha yang terdiri dari 4 dusun yaitu Dusun I, II, III dan IV. Peta pembagian wilayah Desa Blendung dapat dilihat pada Lampiran 2. Jumlah penduduk Desa Blendung sebanyak 3.354 orang dengan jumlah penduduk laki-laki 1.633 orang dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.721 orang perempuan. Jarak Desa Blendung ke ibu kota kecamatan adalah 4 km dengan lama jarak tempuh jika menggunakan kendaraan bermotor sekitar 0,5 jam dan 1 km jika berjalan kaki. Terdapat 50 unit kendaraan umum ke ibu kota kecamatan. Adapun jarak ke ibu kota Kabupaten Subang adalah sekitar 16 km dengan lama jarak tempuh bila menggunakan kendaraan bermotor sekitar 1 jam dan sekitar 4 jam dengan berjalan kaki. Secara administratif, batas wilayah Desa Blendung dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Batas Wilayah Administratif Desa Blendung Batas Desa/Kelurahan Kecamatan Sebelah Utara Purwadadi Barat dan Koranji Purwadadi Sebelah Selatan Wanakerta Purwadadi Sebelah Timur Purwadadi Timur dan Wanakerta Purwadadi Sebelah Barat Koranji Purwadadi Secara geografik Desa Blendung berada pada kemiringan diantara 15% 39% atau berada di kawasan pedataran dan terletak pada ketinggian kurang dari 750 meter dari permukaan laut. Karakteristik lahan Desa Blendung menggambarkan keasaman tanah, ketinggian tempat, jenis tanah dan topografi. Dari data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tanah di Desa Blendung memiliki kisaran ph diantara 5,5 5,9 atau termasuk kategori agak masam. Sedangkan untuk lama bulan basah dan bulan kering keduanya berada pada kisaran 3-6 bulan. Desa Blendung memiliki curah hujan 1.712 mm dan bersuhu panas dengan suhu
rata-rata harian 29 C. Desa ini merupakan dataran rendah yang termasuk kawasan bebas banjir. Drainase di Desa Blendung tergolong berdrainase baik. Sedangkan dilihat dari asal pembentukan tanah Desa Blendung bukan berasal dari abu vulkanik. Dilihat dari morfologi tanah, maka jenis tanah Desa Blendung adalah latosol. Penggunaan lahan Desa Blendung sebagian besar yaitu sekitar 59 persen merupakan lahan perkebunan milik perorangan. Lahan inilah yang dimanfaatkan oleh penduduk sekitar untuk mengusahakan tanaman rambutan, melinjo, dan pepaya. Penggunaan lahan di Desa Blendung secara rinci dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini. Tabel 9. Data Penggunaan Lahan di Desa Blendung Alokasi Penggunaan Luas 1.Tanah Sawah - Sawah tadah hujan 50.600 ha 2.Tanah kering - Pemukiman 92.340 ha - Pekarangan 73.247 ha 3.Tanah Basah - Tanah GG 0.1 ha 4.Tanah Perkebunan - Tanah perkebunan perorangan 334.937 ha 5.Tanah Fasilitas Umum - Prasarana Umum lainnya 1.884 ha - Lapangan Olahraga 1.951 ha - Perkantoran Pemerintah 0.864 ha - Tempat pemakaman desa/umum 2.800 ha - Bangunan Sekolah 3.908 ha - Usaha Perikanan 4.687 ha Total Luas Lahan 567.318 ha Sumber : Profil Desa Blendung (2008) 46
5.1.2. Kondisi Penduduk, Pendidikan dan Mata Pencaharian Suksesnya pembangunan pertanian tidak terlepas dari keadaan sumberdaya manusia sebagai faktor produksi yang potensial. Jumlah penduduk, tingkat pengetahuan penduduk, dan keterampilan sangat mempengaruhi gerak laju pertumbuhan pembangunan yang membutuhkan SDM yang cukup baik secara kuantitas maupun kualitas dalam upaya peningkatan pendapatan petani di pedesaan. Berdasarkan data dari profil desa, jumlah penduduk Desa Blendung pada tahun 2008 adalah 3.354 orang dengan 1.633 orang laki-laki dan 1.721 orang perempuan. Jumlah ini meliputi 989 kepala keluarga dengan kepadatan penduduk 169,1 per km 2. Penduduk Desa Blendung mayoritas beragama Islam yaitu 99,9 persen dan berkewarganegaraan WNI 100 persen. Dari empat etnis yang ada, etnis sunda merupakan etnis yang paling banyak tinggal di Desa Blendung (Tabel 10). Tabel 10. Data Kependudukan Desa Blendung Tahun 2008 Etnis Jenis Agama WNI Kelamin Batak Sunda Jawa China Islam Kristen Laki-laki 1.631 2 1.633 4 1.602 23 4 Perempuan 1.720 1 1.721-1.717 4 - Pendidikan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan kualitas sumber daya manusia. Di Desa Blendung sebagian besar masyarakatnya merupakan lulusan sekolah dasar (SD). Komposisi penduduk Desa Blendung berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada Tabel 11. Pada Tabel 11. dapat dilihat bahwa rata-rata penduduk di Desa Blendung memiliki tingkat pendidikan SD dengan jumlah penduduk mencapai 2.057 orang atau sekitar 68,36 persen. Jumlah penduduk dengan tingkat pendidikan SLTP berjumlah 17,25 persen, tingkat pendidikan SLTA 5,08 persen, tingkat pendidikan D1 sebanyak 0,17 persen, tingkat pendidikan D2 sebanyak 0,23 persen, tingkat pendidikan D3 sebanyak 0,27 persen dan tingkat pendidikan S1 0,93 persen. 47
Sedangkan penduduk yang tidak bersekolah mencapai 156 orang atau sekitar 5,18 persen. Tabel 11. Penduduk Desa Blendung Berdasarkan Tingkat Pendidikan Akhir Tahun 2008 No Tingkat Pendidikan Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentasi 1 Tidak Sekolah 82 74 156 5,18% 2 TK 20 56 76 2,53% 3 SD 1.023 1.034 2.057 68,36% 4 SLTP 261 258 519 17,25% 5 SLTA 85 68 153 5,08% 6 D1 4 1 5 0,17% 7 D2 5 2 7 0,23% 8 D3 4 4 8 0,27% 9 S1 15 13 28 0,93% Total 1.499 1.510 3.009 100% Dilihat dari tenaga kerjanya, Desa Blendung termasuk wilayah yang produktif karena dari 1909 orang yang berusia 18-56 tahun, penduduk yang bekerja sekitar 91,98 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa di Desa Blendung jumlah pengangguran relatif sedikit (Tabel 12). Berikut data tenaga kerja di Desa Blendung tahun 2008. Tabel 12. Data Tenaga Kerja Desa Blendung Pada Tahun 2008 Tenaga Kerja Laki-laki Perempuan Penduduk usia 18-56 tahun 948 961 Penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja 863 893 Penduduk usia 18-56 tahun yang belum bekerja 85 68 Penduduk usia 0-6 tahun 154 158 Penduduk masih sekolah 7-18 tahun 174 159 Penduduk usia 56 tahun ke atas 285 392 48
Pada umumnya masyarakat Desa Blendung bermata pencaharian sebagai petani dengan proporsi terbesar berstatus sebagai buruh tani. Secara lengkap data mata pencaharian masyarakat Blendung dapat terlihat pada Tabel 13. Tabel 13. Data Mata Pencaharian Masyarakat Blendung Tahun 2008 Jenis Pekerjaan Laki-laki Perempuan Petani 331 Buruh tani 546 Buruh migran perempuan 38 Buruh migran laki-laki 18 PNS 28 8 Pengrajin industri rumah tangga 142 142 Pedagang Peternak 85 32 Nelayan 100 Montir Dokter swasta 19 Bidan swasta Perawat swasta 1 Pembantu rumah tangga 1 TNI POLRI 6 1 Pensiunan PNS/TNI/POLRI 9 Pengusaha kecil dan menengah 5 10 Pengacara 15 2 Notaris Dukun kampung terlatih Jasa pengobatan alternatif Dosen swasta Pengusaha besar 2 Arsitektur Seniman/artis 2 Karyawan perusahaan swasta 21 62 Karyawan perusahaan pemerintah 1 49
Berdasarkan Tabel 13 dapat dilihat bahwa mata pencaharian penduduk Desa Blendung sangat beraneka ragam dengan mata pencaharian terbanyak yaitu buruh tani berjumlah 546 orang atau sekitar 33,56 persen dari total penduduk yang bekerja. Secara keseluruhan mata pencaharian sebagian masyarakat bergerak di bidang pertanian dan perdagangan dibandingkan dengan jenis mata pencaharian yang lain. Untuk sumberdaya air dan sanitasi di Desa Blendung, sumber air yang dimiliki cukup untuk menjamin ketersediaan air pada musim kemarau. Sumbersumber air di Desa Blendung berasal dari mata air dan sumur galian (Tabel 14). Tabel 14. Sarana Sumber Air Bersih dan Sanitasi Desa Blendung Jenis Jumlah (unit) Pemanfaatan (KK) Kondisi (Baik/rusak) Mata air 30 505 Baik Sumur gali 767 904 Baik Jamban Keluarga 957 957 Baik 5.2. Gambaran Usahatani Pepaya di Desa Blendung 5.2.1. Umur Umur merupakan salah satu komponen yang menggambarkan karakteristik responden. Anggota Kelompok Tani Bhineka yang menjadi petani pepaya berjumlah 12 orang. Secara keseluruhan umur petani pepaya di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang dapat dilihat pada Tabel 15. Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Petani Pepaya Berdasarkan Umur di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Kelompok Umur Petani Pepaya (Tahun) Jumlah (Orang) Persentasi (%) 20-30 1 8,33 31-41 2 16,67 42-52 6 50,00 53-63 1 8,33 64-74 2 16,67 Total 12 100 Sumber : Data Primer (2009) 50
Pada Tabel 15 di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar responden berumur 42 sampai dengan 52 tahun dengan persentase 50 persen. Dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa petani responden berada dalam umur produktif. Usahatani pepaya memiliki tantangan dan kesulitan tersendiri sehingga membutuhkan tenaga yang lebih produktif untuk mengelolanya. Namun petani yang membudidayakan pepaya yang usianya tergolong muda hanya berjumlah 1 orang dengan persentase 8,33 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa masih kurangnya minat para generasi muda dalam sektor pertanian khususnya usahatani pepaya. Pemuda di Desa Blendung lebih banyak yang bekerja sebagai buruh pabrik. Selain faktor gengsi, pemuda di daerah lokasi penelitian merasa pendapatan yang didapatkan sebagai buruh pabrik lebih pasti daripada menjadi petani yang belum jelas keuntungannya. 5.2.2. Tingkat Pendidikan Pengelompokan petani berdasarkan pendidikannya didasarkan pada jenjang pendidikan yang telah dilalui petani. Tingkat pendidikan akan berpengaruh pada tingkat penyerapan teknologi baru dan ilmu pengetahuan. Tingkat pendidikan petani responden dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Petani Pepaya Berdasarkan Tingkat Pendidikan di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%) Tidak Sekolah 0 0,00 SD 5 41,67 SMP 1 8,33 SMA 4 33,33 SARJANA 2 16,67 Total 12 100 Sumber : Data Primer (2009) Sebagian besar petani pepaya menyelesaikan pendidkannya hingga sekolah dasar (SD) yaitu sebanyak 5 orang atau 41,67 persen dari total responden. Tingkat pendidikan tertinggi petani adalah perguruan tinggi berjumlah 2 orang. Sedangkan yang menyelesaikan pendidikan sampai tingkat SLTA berjumlah 4 51
orang atau sekitar 33,33 persen. Petani yang menyelesaikan hingga tingkat SLTP dan sederajat berjumlah 1 orang atau sekitar 8,33 persen. 5.2.3. Pengalaman Usahatani Pepaya Tingkat pengalaman petani di Desa Blendung dalam usahatani pepaya masih tergolong baru yaitu sekitar 1 tahun. Usaha ini baru di mulai pada tahun 2008 oleh 12 orang petani. Walaupun tergolong usaha baru, petani pepaya berusaha memperoleh masukan-masukan dari referensi pihak-pihak seperti Perguruan Tinggi melalui dosen IPB dan UGM. Selain itu, petani juga mendapatkan informasi-informasi mengenai teknik usahatani melalui pelatihan yang diberikan oleh PT Subur Mitra Mandiri. Petani di Desa Blendung memulai usaha ini setelah salah satu anggota kelompok tani, Bapak H. Dedi Sobandi, mendapat banyak masukan dan referensi dari PT Subur Mitra Mandiri mengenai prospek usahatani pepaya dengan mengoptimalkan sepenuhnya potensi yang ada di Desa Blendung sehingga dapat berkontribusi pada peningkatan penghasilan warga setempat. Bapak H. Dedi Sobandi kemudian mengajak anggota kelompok Bhineka I yang lain untuk mengusahakan usahatani pepaya melihat prospek usaha ini masih cukup baik dilihat dari aspek pasar yang masih terbuka. 5.2.4. Status Usahatani Status usahatani dapat dikategorikan menjadi 2 yaitu usahatani sebagai pekerjaan utama dan sebagai pekerjaan sampingan. Dasar klasifikasi ini yaitu berdasarkan curahan waktu yang dilakukan petani dalam melakukan usaha ini. Jika usaha ini memiliki curahan waktu paling banyak, maka usahatani pepaya merupakan pekerjaan utama meskipun tingkat pendapatan dari hasil usahatani yang dilakukan mungkin lebih kecil daripada usaha lainnya. Berdasarkan hasil pengamatan, keduabelas petani responden menjadikan usahatani pepaya ini sebagai usaha sampingan. Pekerjaan utama petani responden tersebut diantaranya pegawai negeri sipil, petani sawah, petani rambutan dan pengusaha pengolahan keripik buah. 52
5.2.5. Luas Kepemilikan Lahan Luas lahan yang dimiliki oleh masing-masing petani di Desa Blendung beragam. Rata-rata kepemilikan luas lahan masyarakat di Desa Blendung dapat dilihat pada Tabel 17. Dari 12 petani yang membudidayakan pepaya di Desa Blendung, rata-rata kepemilikian lahan pepaya yaitu seluas 1 ha. Oleh karena itu dapat dinilai bahwa masyarakat Blendung cukup produktif dalam pemanfaatan lahan yang dimiliki. Tabel 17. Luas Lahan Pepaya yang Diusahakan Petani di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang. Nama Luas Lahan (m 2 ) Dedi Sobandi 20.000 Sukarya 10.000 Sukendar 5.000 Ujang Solih 2.800 Iyan 1.400 Odin 4.900 Uca 14.000 Surnadi 1.960 Maja 4.200 Walis 1.030 Ubay 3.500 Nandar 2.380 Rata-rata 5.930,83 Sumber : Data Primer (2009) 5.2.6. Status Kepemilikan Lahan Ditinjau dari status kepemilikan lahan, semua petani pepaya di Desa Blendung, Kecamatan Purwadadi, Kabupaten Subang memiliki lahan sendiri yang digunakan untuk menanam pepaya. Petani menggunakan modal sendiri dalam melaksanakan usahatani pepaya. Termasuk membeli lahan untuk usaha. Harga lahan di Desa Blendung per hektarnya Rp 71.428.571 berdasarkan harga tanah yang berlaku di lokasi tersebut. 5.2.7. Jenis Pepaya yang Ditanam Jenis pepaya yang ditanam petani Desa Blendung yaitu Pepaya California. Alasan pemilihan pepaya varietas tersebut menurut petani pepaya di lokasi 53
penelitian diantaranya karena harga jualnya tinggi. Pasarnya pun telah terjamin dengan adanya kemitraan dengan pihak PT Subur Mitra Mandiri. 5.2.8. Kelembagaan Usahatani Desa Blendung memiliki empat kelompok tani dan dan satu buah gabungan kelompok tani. Kelompok tani tersebar di empat dusun yaitu; Dusun I : Kelompok Tani Bhineka III (Ketua : Bapak Ubay Jasana) Dusun II : Kelompok Tani Bhineka II (Ketua : Bapak Adang Jaya Kusumah) Dusun III : Kelompok Tani Bhineka IV (Ketua : Bapak H. Jumadi) Dusun IV : Kelompok Tani Bhineka I (Ketua : Bapak Ust. Sukarya) Keempat Kelompok Tani tersebut kemudian tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani Bina Usaha yang diketuai oleh Bapak H. Dedi Sobandi. Kelompok tani Bhineka II, III, dan IV termasuk Kelompok tani Pemula dan terbentuk pada tahun 2008. Sedangkan Kelompok tani Bhineka I merupakan Kelompok tani yang sudah berdiri lama yang termasuk dalam kategori Madya. Kelompok tani Bhineka I merupakan pelopor dalam pembentukan kelompok tani lainnya. Aktifitas kelompok tani Bhineka I yaitu industri pembuatan emping dan kripik nangka, pembibitan dan pembuatan pupuk organik. Dalam perkembangannya, Kelompok Bhineka I juga melakukan usahatani pepaya di Desa Blendung. Sekitar 12 orang anggotanya melakukan usahatani pepaya. Kelompok Bhineka I berfungsi menjembatani antara petani dengan mitranya PT Subur Mitra Mandiri. Petani melakukan negosiasi dengan PT Subur Mitra Mandiri atas nama Kelompok Tani. Sehingga petani pepaya di Desa Blendung memiliki posisi tawar yang cukup kuat. Selain itu, informasi-informasi mengenai usahatani pepaya disampaikan melalui kelompok tani. Begitu pula ketika petani mengalami kendala penyakit tanaman, kelompok tani akan menyampaikannya kepada pihak inti untuk membantu menyelesaikan permasalahan-permasalahan tersebut. Namun, berdasarkan hasil identifikasi aktivitas kelompok tani belum ada pembagian kerja yang jelas dalam kelembagaan usahatani pepaya membuat sistem kerja kelompok tani kurang terarah. 54