TINJAUAN PUSTAKA. curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. seperti analisis fisika dan kimia air serta biologi. Analisis fisika dan kimia air

I. PENDAHULUAN. Ekosistem air tawar merupakan ekosistem dengan habitatnya yang sering digenangi

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Perairan merupakan perpaduan antara komponen fisika, kimia dan biologi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekosistem Danau

bentos (Anwar, dkk., 1980).

I. PENDAHULUAN. atau disebut juga perairan lotik dan perairan menggenang atau disebut juga perairan lentik.

KEANEKARAGAMAN DAN KELIMPAHAN PERIFITON DI PERAIRAN SUNGAI DELI SUMATERA UTARA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sungai Bedagai merupakan sumberdaya alam yang dimiliki oleh Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

I. PENDAHULUAN. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai saluran air bagi daerah

TINJAUAN PUSTAKA. kesatuan. Di dalam ekosistem perairan danau terdapat faktor-faktor abiotik dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. akan mengakibatkan terjadinya perubahan faktor fisika, kimia, dan biologi di

PENDAHULUAN. rumah tangga dapat mempengaruhi kualitas air karena dapat menghasilkan. Rawa adalah sebutan untuk semua daerah yang tergenang air, yang

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Komunitas Makrozoobenthos

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan yang dialami ekosistem perairan saat ini adalah penurunan kualitas air akibat pembuangan limbah ke

1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. telah terjadi perubahan-perubahan dalam tatanan lingkungan sehingga tidak sama lagi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem Rawa Ekosistem merupakan suatu sistem ekologi yang terdiri atas komponenkomponen

TINJAUAN PUSTAKA. Estuari oleh sejumlah peneliti disebut-kan sebagai area paling produktif,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. sumber irigasi, sumber air minum, sarana rekreasi, dsb. Telaga Jongge ini

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

2.2. Parameter Fisika dan Kimia Tempat Hidup Kualitas air terdiri dari keseluruhan faktor fisika, kimia, dan biologi yang mempengaruhi pemanfaatan

Jurnal Pendidikan Hayati ISSN : Vol.1 No.4 (2015) : 44-49

Produktivitas Primer Perifiton di Sungai Naborsahan Sumatera Utara (Periphyton Primary Productivity in Naborsahan River North Sumatra) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Sungai merupakan salah satu sumber air utama bagi masyarakat luas baik

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Habitat air tawar dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu perairan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. sampai sub tropis. Menurut Spalding et al. (1997) luas ekosistem mangrove di dunia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Waduk Cengklik merupakan salah satu waduk di Kabupaten Boyolali yang

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2. Zonasi pada perairan tergenang (Sumber: Goldman dan Horne 1983)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. bersifat dinamis (bergerak atau mengalir) seperti laut dan sungai maupun statis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. perairan sangat penting bagi semua makhluk hidup, sebab air merupakan media bagi

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Sungai Bone mempunyai panjang 119,13 Km 2 yang melintasi wilayah

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem perairan yang ada disekitarnya. Lingkungan perairan sungai tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kondisi tersebut. Penurunan kualitas air sungai dapat disebabkan oleh masuknya

Modul 1 : Ruang Lingkup dan Perkembangan Ekologi Laut Modul 2 : Lautan sebagai Habitat Organisme Laut Modul 3 : Faktor Fisika dan Kimia Lautan

Keanekaragaman, densitas dan distribusi bentos di perairan sungai Pepe Surakarta. Oleh. Arief Setyadi Raharjo M O BAB I PENDAHULUAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan hidup yang didalamnya terdapat hubungan fungsional yang sistematik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Struktur Komunitas

Estimasi Populasi Gastropoda di Sungai Tambak Bayan Yogyakarta

TINJAUAN PUSTAKA. Pada dasarnya proses terjadinya danau dapat dikelompokkan menjadi dua

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kondisi Umum Selat Bali Bagian Selatan

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai. Perairan umum tawar alami dikenal sebagai sungai, rawa dan danau.

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Oksigen Terlarut Sumber oksigen terlarut dalam perairan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

TINJAUAN PUSTAKA. peranpenting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. memiliki empat buah flagella. Flagella ini bergerak secara aktif seperti hewan. Inti

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Laut Belawan merupakan pelabuhan terbesar di bagian barat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

TINJAUAN PUSTAKA. diantara zona laut yang lainnya. Zona intertidal dimulai dari pasang tertinggi

BAB I PENDAHULUAN. budidaya (Ditjenkan,1985). Pada tahun 2001, menurut Direktorat Jendral

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai merupakan suatu bentuk ekosistem akuatik yang mempunyai

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. yang benar, baik kualitas maupun kuantitasnya. Air dipergunakan oleh manusia

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah merupakan salah satu masalah serius yang sering ditemui di lapangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan selalu terbawa arus karena memiliki kemampuan renang yang terbatas

PENDAHULUAN. banyak efek buruk bagi kehidupan dan lingkungan hidup manusia. Kegiatan

SEBARAN DAN ASOSIASI PERIFITON PADA EKOSISTEM PADANG LAMUN (Enhalus acoroides) DI PERAIRAN PULAU TIDUNG BESAR, KEPULAUAN SERIBU, JAKARTA UTARA

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia sendiri (Mulyanto, 2007). bahan organik karena faktor terbawa arus (Widi, 2000).

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

I. PENDAHULUAN. perikanan. Bagi biota air, air berfungsi sebagai media baik internal maupun

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Sungai Sungai merupakan daerah yang dilalui badan air yang bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang lebih rendah dan melalui permukaan atau bawah tanah. Sungai bagian hulu dicirikan dengan badan air yang dangkal dan sempit, tebing curam dan tinggi, berair jernih dan mengalir cepat serta mempunyai populasi (jenis maupun jumlah) biota air sedikit. Sungai bagian hilir umumnya lebih lebar, badan air dalam, keruh, aliran air lambat, dan populasi biota air didalamnya termasuk banyak, tetapi jenisnya kurang bervariasi (Ghufran dkk., 2007). Sungai pada saat ini menjadi badan air yang cukup penting, karena sungai sebagai ekosistem terbuka lebih mudah mengakumulasi berbagai jenis buangan dari daerah sekitarnya. Pembersihan lahan dan perubahan penggunaan lahan disepanjang daerah aliran sungai (DAS) akan mempengaruhi kualitas air sungai tersebut. Aktivitas manusia disepanjang daerah aliran sungai secara intensif dan ekstensif, langsung atau tidak langsung, dapat merangsang perubahan kualitas air dan kemudian mempengaruhi kelimpahan atau penyebaran biota air yang hidup di dalam sungai tersebut (Afrizal, 1995). Organisme autotrof pada perairan mengalir terdiri atas berbagai macam kumpulan alga, angiospermae, serta beberapa tanaman air. Produser primer di sungai, danau, waduk terdiri dari fitoplankton, bakteri planktonik autotrof,

makrofita berakar dan alga bentik (perifiton). Dengan adanya parameter fisika dan kimia perairan, seringkali karakteristik biota yang ditemukan di sungai menunjukkan adanya adaptasi terhadap kondisi lingkungan tersebut. Produktivitas dan biomassa perifiton dikontrol oleh energi input/masukan nutrient. Faktor dasar yang mengontrol produktivitas perifiton adalah suhu, cahaya, ketersediaan makromikronutrien dan substrat (Muharram, 2006). Gambaran Umum Sungai Deli Sungai Deli melintasi Kabupaten Deli Serdang dan Kota Medan. Di Kabupaten Deli Serdang meliputi Kecamatan Sibolangit dan Deli Tua yang secara geografis terletak pada 2 o 57"-3 o 16"LS 98 o 33"BT-98 o 27"BB. Untuk Kota Medan, melintasi Kecamatan Medan Johor, Medan Petisah, Medan Barat, Medan Deli, Marelan, dan Medan Labuhan terletak pada 2 o 57"-2 o 47"LS 98 o 35"BT-98 o 44"BB. Berdasarkan Keputusan Gubernur Sumatera Utara Nomor 660.3/1266/K/92, sungai Deli ditetapkan sebagai peruntukan air golongan B. Air golongan B berarti air tersebut dapat dijadikan bahan baku air minum. Berdasarkan data prokasih tahun 1998/1999 terdapat lebih kurang 153 industri sedang/besar dan 81 industri kecil yang berada didelapan kecamatan yang dilewati sungai Deli. Industri tersebut terdiri dari industri makanan, pakaian, kayu, kertas, kimia, barang galian, logam dasar, barang dari logam, sandang dan kulit, serta industri kerajinan umum (Putra, 2002). Perifiton

Perifiton merupakan kumpulan dari mikroorganisme yang tumbuh pada permukaan benda yang berada dalam air. Perifiton dapat tumbuh pada substrat alami dan buatan. Berdasarkan substrat menempelnya, perifiton dibedakan atas epilithic (perifiton yang tumbuh pada batu), epipelic (perifiton yang tumbuh pada permukaan sedimen), epiphytic (perifiton yang tumbuh pada batang dan daun tumbuhan), dan epizoic (perifiton yang tumbuh pada hewan) (Widdyastuti, 2011). Komunitas perifiton umumnya terdiri atas alga mikroskopis yang menempel, baik satu sel maupun alga benang terutama dari jenis diatom, jenis alga conjugales, Cyanophyceae, Euglenaphyceae, Xanthophyceae, dan Cryssophyceae (Arman dan Supriyanti, 2007). Perkembangan perifiton dapat dilihat sebagai sebuah proses akumulasi, yaitu proses peningkatan biomassa dengan bertambahnya waktu. Proses ini merupakan kolonisasi dengan proses biologi yang berinteraksi dengan faktor fisika kimia perairan. Perifiton menempel pada substrat dengan memanfaatkan kelebihan morfologinya (Natalia, 2000). Perkembangan perifiton juga dapat ditentukan oleh keberadaan substrat. Substrat dari benda hidup sering bersifat sementara, karena ada proses pertumbuhan dan kematian. Sedangkan pada substrat berupa benda mati akan bersifat permanen (Setiyorini, 2002). Perifiton Sebagai Bioindikator Pencemaran Perairan Sifat atau mutu perairan dapat diketahui melalui pendugaan terhadap hasil pengukuran/pengamatan parameter fisika, kimia, dan biologi. Penentuan kualitas perairan secara biologi dapat dianalisis secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan melihat jumlah kelimpahan jenis organisme

yang hidup dilingkungan perairan tersebut dan dihubungkan dengan keanekaragaman tiap jenisnya. Analisis secara kualitatif adalah dengan melihat jenis-jenis organisme yang mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan tertentu (Wijaya, 2009). Perifiton adalah kelompok mikroorganisme yang tumbuh pada beberapa substrat alami seperti batu-batuan, tiang-tiang, atau tonggak-tonggak kayu, tanaman pinggiran perairan, dan bahkan tumbuh pada binatang-binatang air. Pada umumnya terdiri atas bakteri berfilamen, protozoa menempel, rotifer dan alga. Keberadaan perifiton diperairan dapat dijadikan sebagai indikator kesuburan perairan (Siagian, 2012). Komunitas perifiton berpotensi sebagai indikator ekologis karena perifiton berperan penting sebagai produsen utama dalam rantai makanan, dapat bertahan pada perairan dengan kecepatan arus yang besar, dan kebanyakan jenis-jenis perifiton dapat bersifat sensitif atau toleran terhadap pencemaran, baik terhadap pencemaran organik maupun logam berat (Sitompul, 2000). Menurut Indrawati dkk., (2010) biota akuatik dapat dijadikan indikator biologi karena memiliki sifat sensitif terhadap keadaan pencemaran tertentu sehingga dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis pencemaran air. Salah satu biota yang memiliki peran penting di dalam perairan dan dapat dijadikan sebagai indikator biologi adalah perifiton. Perifiton yang biasanya hidup di lingkungan yang tercemar bahan organik ataupun bahan pencemar lainnya adalah dari filum Cyanophyta. Organisme yang bertahan pada kondisi lingkungan buruk ini unumnya merupakan organisme toleran (Hartoto dkk., 2006). Dari hasil penelitian yang dilakukan di estuaria

sungai Cisadane oleh Hariyadi dkk., (2010) tingginya kelimpahan genus dari kelas Cyanophyceae dapat dijadikan indikasi pencemaran organik di wilayah tersebut. Keberadaan genus Microcytis, Oscillatoria dan Scenedesmus dalam jumlah besar dapat mengindikasikan kondisi perairan yang tercemar. Parameter Fisika dan Kimia Perairan Ekosistem perairan terdiri atas komponen biotik dan abiotik yang saling berinteraksi satu sama lain. Komponen biotik meliputi seluruh mahluk hidup yang tinggal pada suatu habitat, sedangkan komponen abiotik merupakan habitat mahluk hidup tersebut dengan berbagai karakteristik fisika dan kimia. Parameter fisika yang berpengaruh terhadap kehidupan perifiton yaitu suhu, kecepatan arus, kecerahan dan padatan total. Suhu sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan reproduksi perifiton (Wijaya, 2009). Pada suhu yang tinggi (diatas 30 o C) perairan akan didominasi oleh perifiton dengan jenis alga biru (Muharram, 2006). Kecepatan arus juga merupakan faktor penting bagi organisme perifiton pada perairan mengalir. Makin tinggi kecepatan arus maka semakin cepat perifiton lepas dari substratnya (Sitompul, 2000). Sungai yang dangkal dengan kecepatan arus yang kuat, biasanya didominasi oleh diatom perifik (Wijaya, 2009). Menurut Fardiaz (1992) adanya padatan total akan mempengaruhi penetrasi cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi regenerasi oksigen melalui proses fotosintesis dan menyebabkan air menjadi keruh. Sedangkan parameter kimia yang mempengaruhi kehidupan perifiton yaitu ph dan unsur hara. Pada umumnya perifiton yang hidup diperairan dengan kisaran ph yang netral keanekaragaman jenisnya akan lebih baik. ph optimum untuk perkembangan perifiton antara 8 9. Perifiton mulai berkurang perkembangannya

pada ph 4,6 7,5 (Suparlina, 2003). Selain ph, unsur hara juga sangat berpengaruh bagi kehidupan perifiton. Unsur hara yang dianggap sangat esensial untuk kelangsungan hidup perifiton yaitu nitrogen (N) dan fosfor (F) (Nugroho, 2006). Penelitian Mengenai Perifiton Yang Pernah Dilakukan Perifiton dapat dijadikan sebagai indikator biologi pada pencemaran limbah. Indrawati dkk., (2010) telah melakukan penelitian di sungai Cikuda Sumedang di tiga lokasi. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa indikator biologi pada lokasi 1 yaitu Tolypothrix sp. dan Anabaena sp. dengan kualitas air belum tercemar, sedangkan indikator biologi pada lokasi 2 yaitu Ulothrix sp. dengan kualitas air tercemar sedang dan indikator biologi pada lokasi 3 yaitu Gyrosigma sp., Tabellaria sp. dan Oscillatoria sp. dengan kriteria kualitas air tercemar berat. Salah satu contoh sungai yang telah mengalami pencemaran pada badan airnya adalah sungai Ciliwung. Muharram (2006) dari hasil penelitiannya diketahui bahwa pengaruh kegiatan manusia di daerah hulu sungai Ciliwung menyebabkan jenis-jenis perifiton dan fitoplankton yang ditemukan diwilayah tersebut tergolong rendah yaitu berkisar 0,7920 2,1532 ind/cm 2 dan 0,9565 2,7319 ind/l. Adanya tekanan ekologis menyebabkan hanya beberapa jenis perifiton yang dapat tumbuh dan berkembang menyesuaikan diri diperairan tersebut. Jenis yang mendomonasi di hulu sungai Ciliwung adalah dari jenis Bacillariophyceae. Wijaya (2009) berdasarkan hasil pengamatan diperoleh jumlah jenis perifiton sebanyak 62 genera yang berasal dari kelas Bacillariophyceae,

Chlorophyceae, dan Cyanophyceae, serta filum Protozoa. Di samping itu diperoleh fitoplankton sebanyak 50 genera dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae. Berdasarkan hasil penilaian kualitas air, kondisi sungai dengan parameter fisika-kimia yang tergolong baik, didapat Indeks Kualitas Air dalam kriteria status perairan yang baik pula. Kemudian berdasarkan klasifikasi dan koefisien saprobik menggunakan parameter biologi (perifiton dan fitoplankton) yang ditemukan menunjukkan pencemaran sungai yang terjadi masih rendah, dengan masukan bahan pencemar berupa bahan organik dan anorganik, namun masih dalam jumlah yang kecil. Hasil penelitian Izzah (2000) mengenai komunitas fitoplankton dan perifiton di sungai Cileman Jawa Barat, diperoleh fitoplankton 150 jenis dan perifiton sebanyak 114 jenis yang berasal dari kelas Basillariophyceae, Chlorophyceae, Chrysophyceae, Dinophyceae, Euglenophyceae, dan Eustigmatophyceae. Namun yang mendominasi perairan tersebut adalah dari kelas Basillariophytaceae. Berdasarkan indeks saprobik dari komunitas fitoplankton dan perifiton, sungai Cileman tergolong dalam perairan yang tercemar sedang.