FREQUENTLY ASKED QUESTIONS (FAQ) PADG NOMOR 20/22/PADG/2018 TANGGAL 18 SEPTEMBER 2018 TENTANG RASIO LOAN TO VALUE UNTUK KREDIT PROPERTI, RASIO FINANCING TO VALUE UNTUK PEMBIAYAAN PROPERTI, DAN UANG MUKA UNTUK KREDIT ATAU PEMBIAYAAN KENDARAAN BERMOTOR 1. Apa latar belakang penerbitan Peraturan Anggota Dewan Gubernur ini? Peraturan Anggota Dewan Gubernur tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PADG LTV/FTV dan Uang Muka) diterbitkan sebagai peraturan pelaksanaan dari Peraturan Bank Indonesia tentang Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PBI LTV/FTV dan Uang Muka) yang telah diundangkan melalui PBI No. 20/8/PBI/2018 tanggal 1 Agustus 2018. 2. Apa yang menjadi substansi pengaturan dalam batang tubuh dan penjelasan PADG LTV/FTV dan Uang Muka? Sebagai peraturan pelaksanaan dari PBI LTV/FTV dan Uang Muka, PADG LTV/FTV dan Uang Muka mengatur lebih lanjut antara lain terkait pengaturan mengenai (i) formula penghitungan rasio kredit/pembiayaan bermasalah dan rasio Kredit Properti (KP)/Pembiayaan Properti (PP) bermasalah, (ii) sumber data dalam penghitungan rasio kredit/pembiayaan bermasalah dan rasio KP bermasalah, (iii) laporan offline sebagai sumber data dalam penghitungan rasio PP bermasalah, (iv) tata cara penyampaian laporan PP secara offline kepada Bank Indonesia, (v) formula penghitungan rasio kredit/pembiayaan bermasalah dan rasio Kredit Kendaraan Bermotor (KKB)/Pembiayaan Kendaraan Bermotor (PKB) bermasalah, (vi) sumber data dalam penghitungan rasio kredit/pembiayaan bermasalah dan rasio KKB/PKB bermasalah, (vii) tata cara evaluasi kebijakan LTV/FTV dan uang muka. 1
3. Apa yang menjadi substansi pengaturan dalam lampiran PADG LTV/FTV dan Uang Muka? PADG LTV/FTV dan Uang Muka memiliki 11 (sebelas) lampiran, yang terdiri atas: a. Lampiran I berisikan informasi mengenai contoh penetapan penilai agunan; b. Lampiran II berisikan informasi mengenai contoh penghitungan dan penetapan Rasio LTV untuk KP atau Rasio FTV untuk PP serta penetapan urutan fasilitas KP dan PP; c. Lampiran III berisikan informasi mengenai rincian sumber data untuk penghitungan rasio Kredit bermasalah, penghitungan rasio Pembiayaan bermasalah, dan penghitungan rasio KP bermasalah; d. Lampiran IV berisikan informasi mengenai format laporan PP dan petunjuk pengisian laporan PP; e. Lampiran V berisikan informasi mengenai daftar alamat surat elektronik (email); f. Lampiran VI berisikan informasi mengenai contoh penghitungan dan penetapan Rasio LTV untuk Kredit tambahan (top up) atau Rasio FTV untuk Pembiayaan baru dan pengambilalihan (take over) KP atau PP; g. Lampiran VII berisikan informasi mengenai contoh penghitungan dan penetapan Rasio LTV dan Rasio FTV untuk pemilikan Properti yang belum tersedia secara utuh; h. Lampiran VIII berisikan informasi mengenai contoh penghitungan dan penetapan Uang Muka KKB atau PKB; i. Lampiran IX berisikan informasi mengenai rincian sumber data untuk penghitungan rasio Kredit bermasalah, penghitungan rasio Pembiayaan bermasalah, penghitungan rasio KKB bermasalah, dan penghitungan rasio PKB bermasalah; j. Lampiran X berisikan informasi mengenai contoh larangan pemberian Kredit atau Pembiayaan untuk pemenuhan Uang Muka; dan k. Lampiran XI berisikan informasi mengenai contoh penghitungan sanksi kewajiban membayar. Lampiran tersebut dimaksudkan untuk memberikan penjelasan lebih lanjut mengenai implementasi ketentuan LTV/FTV dan Uang Muka melalui contohcontoh maupun format laporan beserta petunjuk pengisiannya sehingga diharapkan terdapat kesamaan persepsi mengenai ketentuan LTV/FTV dan Uang Muka. 2
4. Selain muatan pengaturan lebih lanjut sebagaimana disebutkan di atas, apakah ada penyesuaian lainnya dalam PADG LTV/FTV dan Uang Muka ini jika dibandingkan dengan pengaturan sebelumnya? Secara umum, penyesuaian yang secara spesifik diatur dalam PADG LTV/FTV dan Uang Muka yang berbeda dengan ketentuan sebelumnya, antara lain sebagai berikut: a. Penyesuaian batas plafon KP/PP yang penilaian agunannya harus dilakukan oleh penilai independen, dari yang sebelumnya diatur sebesar di atas Rp5 miliar, menjadi di atas Rp10 miliar; b. Penghentian kewajiban penyampaian laporan lain berupa Laporan KP dan KKB ; c. Berakhirnya status KP/PP yang belum tersedia secara utuh dalam hal telah dibuktikan dengan adanya penyerahan berita acara serah terima kepada bank; dan d. Tata cara evaluasi kebijakan LTV/FTV dan Uang Muka KKB/PKB. Khusus untuk huruf a, pengaturan tersebut juga merupakan penyesuaian atas pengaturan batas plafon KP/PP yang penilaian agunannya harus dilakukan oleh penilai independen yang tercantum di PBI LTV/FTV dan Uang Muka yang masih mencantumkan batasan plafon di atas Rp5 miliar. 5. Apa dasar Bank Indonesia menyesuaikan batas KP/PP yang penilaian agunannya harus dilakukan oleh penilai independen, dari yang sebelumnya diatur sebesar di atas Rp5 miliar, menjadi di atas Rp10 miliar? a. Penyesuaian dimaksud dilakukan Bank Indonesia dengan pertimbangan, sebagai berikut: 1) harmonisasi pengaturan antar otoritas, khususnya Otoritas Jasa Keuangan yang telah menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan No.14/POJK.03/2018 tanggal 16 Agustus 2018 tentang Penilaian Kualitas Aset Bank Umum untuk Mendorong Pertumbuhan Sektor Perumahan dan Peningkatan Devisa (POJK Kualitas Aset) yang mengatur perubahan batasan nilai aset produktif yang penilaian agunannya dilakukan oleh penilai independen khususnya untuk agunan berupa rumah tinggal yang akan digunakan sebagai faktor pengurang penyisihan penghapusan aset, dari sebelumnya sebesar Rp5 miliar menjadi Rp10 miliar; dan 3
2) sejalan dengan semangat relaksasi ketentuan Bank Indonesia di bidang properti sebagai bagian dari upaya Bank Indonesia untuk mendorong pertumbuhan di sektor properti. b. Dalam hal ini, dengan telah disesuaikannya pengaturan batasan plafon KP/PP yang penilaian agunannya harus dilakukan oleh penilai independen di PBI LTV/FTV dan Uang Muka (di atas Rp5 miliar) dengan pengaturan di PADG LTV/FTV dan Uang Muka (di atas Rp10 miliar), maka bank diharapkan agar mengacu kepada pengaturan yang tercantum dalam PADG LTV/FTV dan Uang Muka yaitu di atas Rp10 miliar. 6. Apakah Bank Indonesia masih mewajibkan bank untuk menyampaikan laporan lain berupa Laporan KP/KKB melalui surat elektronik (email)? Dengan berlakunya PADG LTV/FTV dan Uang Muka ini, kewajiban penyampaian laporan lain berupa Laporan KP/KKB melalui surat elektronik (email) telah dihentikan. Adapun dasar penghitungan rasio KP/KKB bermasalah dilakukan berdasarkan sumber data yang terdapat dalam LBU periode 2 (dua) bulan sebelum tanggal perjanjian KP ditandatangani. 7. Terkait dengan pertanyaan nomor 6, bagaimana dengan kewajiban penyampaian laporan PP secara offline melalui surat elektronik (email)? Untuk laporan PP, bank tetap diwajibkan untuk menyampaikan laporan dimaksud melalui surat elektronik (email) kepada Bank Indonesia sampai dengan batas waktu yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Penetapan batas waktu penghentian penyampaian laporan PP akan diinformasikan Bank Indonesia kepada bank melalui surat dan/atau penyempurnaan PADG LTV/FTV dan Uang Muka. Adapun, tata cara penyampaian laporan PP tidak mengalami perubahan. 8. Apakah Bank Indonesia mengatur kapan berakhirnya status KP/PP yang belum tersedia secara utuh? Dalam PADG LTV/FTV dan Uang Muka, status KP/PP yang belum tersedia secara utuh berakhir pada saat bank menerima penyerahan Berita Acara Serah Terima (BAST). 4
9. Terkait dengan pertanyaan nomor 8, apakah dengan penyerahan berita acara serah terima dimaksud, bank dapat mencairkan tahapan pencairan terakhir sebesar 100%? a. Tidak, bank baru dapat mencairkan tahapan pencairan terakhir sebesar 100% dalam hal telah terdapat BAST, yang dilengkapi dengan akta jual beli dan akta pembebanan hak tanggungan atau surat kuasa membebankan hak tanggungan. b. Dalam hal ini, penyerahan akta jual beli dan akta pembebanan hak tanggungan atau surat kuasa membebankan hak tanggungan, dapat didahului dengan penyerahan cover note dari notaris atau PPAT. 10. Bagaimana Bank Indonesia melakukan evaluasi atas kebijakan LTV/FTV dan Uang Muka KKB/PKB? a. Bank Indonesia melakukan evaluasi atas kebijakan LTV/FTV dan Uang Muka KKB/PKB paling sedikit 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun; b. Hasil evaluasi dimaksud dapat berupa penetapan: 1) tidak terdapat perubahan kebijakan; atau 2) terdapat perubahan kebijakan; dan c. Hasil evaluasi dimaksud diinformasikan oleh Bank Indonesia kepada bank. 11. Dengan diterbitkannya PADG LTV/FTV dan Uang Muka, apakah Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/19/DKMP tanggal 6 September 2016 perihal Rasio Loan to Value untuk Kredit Properti, Rasio Financing to Value untuk Pembiayaan Properti, dan Uang Muka untuk Kredit atau Pembiayaan Kendaraan Bermotor masih berlaku? Tidak, dengan diterbitkannya PADG LTV/FTV dan Uang Muka, Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 18/19/DKMP tanggal 6 September 2016, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. ---000--- 5