BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Semua manusia pasti

dokumen-dokumen yang mirip
Pengaruh Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Siswa Remaja Kelas X Di Sekolah Menengah Akhir Muhammadiyah 5 Karanggeneng

BAB I PENDAHULUAN. Manusia pada hakekatnya adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dari tahapan demi tahapan perkembangan yang harus dilalui. Perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain untuk berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. berhubungan dengan orang lain, atau dengan kata lain manusia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam dirinya. tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keberadaan orang lain dalam hidupnya. Dorongan atau motif sosial pada manusia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan berlangsung terus-menerus sepanjang kehidupan. Hal demikian

BAB I PENDAHULUAN. Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki ambang millennium ketiga, masyarakat Indonesia mengalami

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai dari proses pendidikan yaitu menghasilkan manusia yang terdidik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sepanjang rentang kehidupannya memiliki tahap-tahap

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. Tantangan globalisasi serta perubahan-perubahan lain yang terjadi di

I. PENDAHULUAN. Secara hakiki, manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbatas pada siswa baru saja. Penyesuaian diri diperlukan remaja dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. dengan identitas ego (ego identity) (Bischof, 1983). Ini terjadi karena masa remaja

HUBUNGAN ANTARA SELF-EFFICACY DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA SISWA AKSELERASI. Widanti Mahendrani 1) 2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Andriani, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Penyesuaian Diri. dalam dirinya, ketegangan-ketegangan, konflik-konflik, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terutama karena berada dibawah tekanan sosial dan menghadapi kondisi baru.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup tanpa keberadaan dan

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

I. PENDAHULUAN. kepribadian dan dalam konteks sosial (Santrock, 2003). Menurut Mappiare ( Ali, 2012) mengatakan bahwa masa remaja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Prestasi merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua orang dalam

PENGARUH LINGKUNGAN KELUARGA DAN LINGKUNGAN SOSIAL TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS XI JURUSAN IPS SMA PGRI 2 KAYEN TAHUN AJARAN 2008/2009

BAB I PENDAHULUAN. Belajar merupakan istilah kunci yang penting dalam kehidupan manusia,

I. PENDAHULUAN. kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Perkembangan pendidikan tanpa

BAB 1 PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Perjalanan hidup manusia mengalami beberapa tahap pertumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. perbuatan curang dalam dunia pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. dan berfungsinya organ-organ tubuh sebagai bentuk penyesuaian diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mutia Faulia, 2014

BAB II TINJAUAN TEORITIS. A. Karyawan PT. INALUM. capital, yang artinya karyawan adalah modal terpenting untuk menghasilkan nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewi Melati, 2014

PENGARUH PENYESUAIAN DIRI AKADEMIK TERHADAP KECENDERUNGAN SOMATISASI DI SMA AL ISLAM 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ridwan, Penanganan Efektif Bimbingan Dan Konseling di Sekolah, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 1998, hlm.9.

PROFIL PENYESUAIAN SOSIAL SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 35 JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Hasil akhir dari pendidikan seseorang individu terletak pada sejauh mana hal

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB I PENDAHULUAN. diselaraskan dengan tuntutan dari lingkungan, sehingga perubahan-perubahan

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. perkembangan yang harus dilalui sesuai dengan tahap perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Di era yang semakin modern seperti ini di dunia pendidikan setiap

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. prasarana, fisik sekolah, kualitas guru, pemutakhiran kurikulum,dan juga tidak

BAB I PENDAHULUAN. adalah aset yang paling berharga dan memiliki kesempatan yang besar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa dimana peserta didik bergaul, belajar dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan emosi menurut Chaplin dalam suatu Kamus Psikologi. organisme mencakup perubahan-perubahan yang disadari, yang mendalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA GEGAR BUDAYA DENGAN PENYESUAIAN DIRI PADA MAHASISWA BERSUKU MINANG DI UNIVERSITAS DIPONEGORO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. tahun), dan fase remaja akhir (usia 18 tahun sampai 21 tahun) (Monks,

keberhasilan belajar yang semakin tinggi dan tanggung jawab terhadap perilaku

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kegiatan pembelajaran. Pembelajaran yang bermakna dan bisa mengaktifkan

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Hurlock (1980) bahwa salah satu tugas perkembangan masa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kota Padang, terdapat 24 panti asuhan yang berdiri di Kota Padang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mutia Ramadanti Nur,2013

MODUL PERKULIAHAN. Kesehatan Mental. Kesehatan Mental yang Berkaitan dengan Kesejahketaan Psikologis (Penyesuaian Diri)

I. PENDAHULUAN. dasarnya, manusia berkembang dari masa oral, masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. kurang memahami apa yang sebenarnya diinginkan oleh dirinya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. Penelitian yang berkaitan dengan masalah penyesuaian diri sudah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riesa Rismawati Siddik, 2014 Kontribusi pola asuh orangtua terhadap pembentukan konsep diri remaja

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Giska Nabila Archita,2013

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa merupakan pelajar yang paling tinggi levelnya. Mahasiswa di

BAB I PENDAHULUAN. tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian dan definisi operasional variabel dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ahli psikologi. Karena permasalahan remaja merupakan masalah yang harus di

BAB I PENDAHULUAN. memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya. pergolakan dalam dalam jiwanya untuk mencari jati diri.

2016 HUBUNGAN SENSE OF HUMOR DENGAN STRES REMAJA SERTA IMPLIKASINYA BAGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat beradaptasi dengan baik maka ia akan memiliki kehidupan

Dalam bab ini diuraikan tentang latar belakang masalah, identifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari faktor luar dan dalam diri setiap individu. Bentuk-bentuk dari emosi yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peran yang sangat penting dalam aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kondisi mental remaja dan anak di Indonesia saat ini memprihatinkantebukti

BAB I PENDAHULUAN. Pengasuhan anak, dilakukan orang tua dengan menggunakan pola asuh

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai dan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat disamping

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1. Pendahuluan. Adolescent atau remaja, merupakan masa transisi dari anak-anak menjadi dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang membedakan dengan makhluk lainnya. Kelebihan yang dimiliki manusia

diri yang memahami perannya dalam masyarakat. Mengenal lingkungan lingkungan budaya dengan nilai-nilai dan norma, maupun lingkungan fisik

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berinteraksi. Melalui interaksi ini manusia dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan

PERBEDAAN PENYESUAIAN SOSIAL SISWA ANTARA KELAS AKSELERASI DAN KELAS NON AKSELERASI

BAB I PENDAHULUAN. minat, sikap, perilaku, maupun dalam hal emosi. Tingkat perubahan dalam sikap

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

Rizki Lestari F

BAB I PENDAHULUAN. Kecerdasan awalnya dianggap sebagai kemampuan general manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Perhatian dunia pendidikan terhadap remaja semakin besar dan. meningkat.banyak ahli maupun praktisi yang memberikan perhatian besar

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HUBUNGAN SOSIAL PESERTA DIDIK DI SMP NEGERI 10 PADANG JURNAL

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakekatnya merupakan makhluk sosial yang harus berinteraksi dengan manusia lain. Individu yang dapat berinteraksi dengan baik harus mampu menyesuaikan diri dengan orang lain dan lingkungan sekitar. Semua manusia pasti akan mengalami tahap penyesuaian diri mengingat kehidupan yang terus berkembang disertai dengan adanya perubahan-perubahan pada lingkungan sekitar. Penyesuaian diri terjadi pada setiap individu yang baru serta tuntutan dari lingkungan ataupun diri sendiri. Penyesuaian diri akan dialami individu diberbagai situasi baik dalam masyarakat, pekerjaan, ataupun pendidikan. Siswa merupakan komponen dari masyarakat yang juga mengalami perubahan-perubahan (Desmita, 2012:191). Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 pasal 1 tahun 2003 pada ketentuan umum menjelaskan bahwa peserta didik atau siswa merupakan komponen dari masyarakat yang mengembangkan kemampuan dan pengetahuan melalui proses pendidikan dalam jenjang pendidikan tertentu. Pasal 14 undang-undang nomor 20 tahun 2003 juga menjelaskan mengenai jenjang pendidikan formal tebagi menjadi tiga tingkatan yaitu pendidikan dasar, pendidikan menengah, pendidikan tinggi. Setiap jenjang pendidikan memiliki karakteristik yang berbeda mulai dari sistem 1

2 pendidikan, tata tertib, kemampuan yang akan dikembangkan maupun tujuan yang akan dicapai dalam pendidikan. Jenjang pendidikan menengah memiliki beberapa bentuk yaitu Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Tuntutan dan tekanan pada siswa yang berada di jenjang pendidikan SMA tentunya lebih berat jika dibandingkan dengan jenjang pendidikan sebelumnya. Dengan adanya karakteristik yang berbeda antara tiap jenjang pendidikan siswa juga harus mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan. Jenjang pendidikan menengah merupakan lanjutan dari jenjang pendidikan dasar dimana tanggung jawab dan tuntutan yang diberikan kepada siswa lebih berat dibandingkan pada jenjang pendidikan dasar. Masalah penyesuaian diri banyak dialami oleh siswa yang mendorong siswa untuk melakukan pelanggaran, siswa pada jenjang pendidikan menengah akan mengalami konflik dalam masyarakat dalam menyelaraskan tuntutan dari luar dengan apa yang ada dalam diri terlebih sering terjadi pada siswa kelas X. Ketika berada disekolah siswa kelas X harus memahami dan mematuhi segala peraturan yang berlaku di sekolah. Untuk siswa kelas X tentunya ia akan bertemu dengan teman, guru, mata pelajaran serta lingkungan baru yang membuat harus mampu menyesuaikan diri agar mampu menyelesaikan pendidikan dengan baik (Kusdiyati dkk, 2011: 194). Siswa kelas X merupakan peserta didik yang tergolong dalam tahap remaja tengah karena usianya berkisar antara 15 sampai 18 tahun. Monks, knoers dan

3 Haditono (2006), menjelaskan bahwa perkembangan remaja secara global dapat dibagi menjadi tiga yaitu umur 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15 sampai 18 tahun remaja tengah dan 18 sampai 21 tahun remaja akhir (Desmita, 2009:190). Remaja sebagai makhluk sosial selalu melakukan interaksi dengan orang lain dan sepanjang hidupnya selalu dituntut untuk mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan. Menurut Havighurst, masa remaja memiliki beberapa tugas perkembangan, diantaranya yaitu menerima dan memperluas hubungan secara matang dengan teman sebaya, merencanakan tingkah laku sosial yang bertanggung jawab, memanfaatkan tubuhnya secara efektif dan persiapan karir. Selama perkembanganya remaja akan mengalami konflik dan perubahan sehingga harus mampu menyesuaikan diri (Sarwono, 2008:125). Siswa harus mampu menyesuaikan diri agar tidak muncul permasalahan yang apat menghambat proses belajar, menurut Schneider, penyesuaian diri yaitu suatu proses yang mencakup respon mental dan perilaku yang diperjuangkan agar seseorang yang mampu menghadapi suatu konflik, ketegangan, frustasi, dan mampu memenuhi kebutuhan internal, serta mampu menyelaraskan diri dengan tuntutan dari luar individu tersebut (Desmita, 2009:193). Chaplin (2011), mengatakan bahwa penyesuaian diri atau dapat disebut dengan self adjustment yaitu kemampuan individu untuk memecahkan suatu masalah

4 atau berusaha untuk dapat bersinergi dan harmonis dengan lingkungan fisik ataupun sosial. Individu dengan penyesuaian diri yang baik memiliki beberapa karaktristik seperti tidak menunjukkan ketegangan emosional, tidak menunjukkan frustasi pribadi, memiliki pertimbangan rasional dan pengarahan diri, mampu dalam belajar, menghargai pengalaman, serta bersikap realistik dan objektif (Sunarto dan Hartono, 2008:229). Hal ini sesuai dengan pendapat yang diutarakan Schneiders, adakalanya siswa mengalami permaslahan-permaslahan dalam melakukan penyesuaian diri. Permasalahan-permasalahan yang timbul dalam penyesuaian diri yaitu individu tidak mampu mengatasi kebutuhan dari dalamnya, mengalami ketegangan atau konflik sehingga individu tersebut tidak dapat selaras dengan orang lain atau lingkungan sekitarnya (Desmita, 2009:194). Kusdiyati (2011), dalam judul penelitian Penyesuaian Diri Di lingkungan Sekolah Pada siswa kelas XI SMA Pasundan 2 Bandung dari 181 siswa 86 siswa (47,5%) menyesuaikan diri dengan baik dan 95 siswa (52,5%) tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik. Siswa yang mengalami masalah dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan akan memunculkan permasalahan lain. Masalah yang dialami pada siswa SMA dalam menyesuaikan diri yang dialami pada siswa SMA pasundan yaitu terdapat banyak siswa yang melakukan pelanggaran pelanggaran yang tidak

5 sesuai dengan tata tertib yang telah dibuat di sekolah. Hal tersebut menunjukkan bahwa siswa tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekolah. Penjelasam diatas menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki pengaruh sangat penting terhdap perkembangan kesehatan jiwa dan mental pada siswa. Mazaya (2013) pada judul penelitianya Pengaruh penyesuaian diri akademik terhadap kecenderungan somatisasi di SMA Al-islam menyatakan bahwa masalah penyesuaian diri yang terjadi dapat memberikan pengaruh sebesar 48,61% terhadap kecenderungan somatisasi, hal ini seperti yang terjadi di SMA Al Islam Surakarta. Penjelasam diatas menunjukkan bahwa penyesuaian diri memiliki pengaruh sangat penting terhdap perkembangan kesehatan jiwa dan mental pada siswa. SMA Muhammadiyah 5 karanggeneng merupakan lembaga pendidikan yang berada di naungan Muhammadiyah yang mempunyai visi menghasilkan tamatan berwawasan masa depan yang berakhlaqul karimah, unggul dalam IMTAQ dan IPTEK dengan jumlah guru ± 20, siswa di kelas X sebanyak 78 siswa. Wawancara dengan Guru BK pada tanggal 5 September 2016 yang menjelaskan bahwa pihak sekolah sudah mencoba memenuhi kebutuhan dari siswa baru dengan program ektra seperti jam tambahan untuk membantu siswa beradaptasi dengan mata pelajaran yang baru dan pelatihan untuk beradaptasi deng lingkungan untuk mengisi transisi siswa kelas X dari SMP dan SMA.

6 Hasil wawancara pada 10 siswa kelas X di SMAM 5 Karanggeneng pada tanggal 5 September 2016 terdapat pada lampiran 1 dengan kesimpulan sebagai berikut : Dari wawancara tersebut 7 siswa menyatakan bahwa mereka terkadang merasa tidak nyaman ketika di sekolah sehingga ada beberapa siswa yang tidak masuk sekolah tanpa izin. Ketidaknyamanan itu muncul akibat tertekan dengan kondisi lingkungan di SMA mata pelajaran yang bertambah banyak, siswa mengatakan bahwa terkadang lelah dengan tugas-tugas sekolah. Adanya perasaan terbebani karena banyaknya tuntutan dari sekolah. Adanya perasaan terbebani karena banyaknya tuntutan dari sekolah yang berupa program program tambahan yang dilakukan untuk memperbaiki kualitas siswa. Program tambahan yang diberikan sekolah berupa pengelompokan dan individual pada mata pelajaran tertentu. Beberapa siswa menyatakan bahwa beberapa kali tidak mengikuti program yang diadakan sekolah. Hal ini menunjukkan siswa tiadak mengikuti aturan sekolah. Dari hasil wawancara pada siswa B dan C menyatakan bahwa sekarang mereka merasa memiliki tanggung jawab yang lebih besar serta adanya tekanantekanan dari lingkungan yang membuat tidak nyaman. Tekanan-tekanan yang terjadi yaitu adanya pengelompokan siswa maupun individu terhadap mata pelajaran tertentu, adanya keinginan sekolah dan orang tua akan prestasi yang bagus dan mata pelajaran yang semakin sulit. Salah satunya siswa menyatakan bahwa ketika tidak nyaman di sekolah lebih memilih membolos.

7 Dari hasil wawancara pada siswa G dan H mengutarakan bahwa terkadang merasa cemas ketika berada di sekolah. Hal tersebut terjadi ketika pada jam mata pelajaran yang dianggap sulit atau menyeramkan. Pada mata pelajaran yang sulit terdapat siswa yang mengatakan bahwa akan keluar kelas pada mata pelajaran yang tidak disukai, siswa akan ijin ke kamar mandi atau sekedar keluar kelas saaat jam pelajaran. Dari hasil wawancara pada siswa J dan K mengatakan bahwa muncul perasaan tidak nyaman ketika berinteraksi dengan banyak teman yang berbeda-beda sifatnya. Sehingga dalam berinteraksi siswa lebih memilih teman yang bisa membuat nyaman saja. Siswa juga menyatakan terkadang saat mengalami masalah, lebih memilih untuk menghindar atau menganggap bahwa sebenarnya tidak terjadi masalah apapun. Siswa juga sering menuturkan bahwa dia memilih teman dan tidak mau berinteraksi dengan siswa lain. Hasil observasi pada proses belajar dan mengajar di kelas menjelaskan anak tersebut diam ketika berada disekitar siswa lain. Dari hasil wawancara pada siswa A juga mengatakan terkadang mereka merasa kebingungan dalam mengatasi masalah yang terjadi disekolah sehingga sulit dalam menentukan tindakan yang akan dilakukan untuk menyelesaikan masalah yang terjadi, baik masalah dengan siswa lain, guru, ataupun dengan mata pelajaran. Terdapat siswa yang mengungkapkan bahwa ketika mengalami berselisih paham dengan temanya, terkadang dia tidak dapat mengontrol emosi sehingga melakukan perkelahian disekolah. Guru bimbingan konseling juga mengatakan bahwa terdapat

8 siswa yang memiliki kemampuan belajar yang rendah hal ini ditunjukkan dengan adanya nilai siswa yang kurang memuaskan. Hal ini karena siswa tidak menyukai mata pelajaran. Dari beberapa hasil wawancara di atas dapat disimpulakan bahwa beberapa aspek pada penyesuaian diri seperti kepercayaan akan kemampuan diri, ketidaknyamanan akan lingkungan, cara pandang yang negatif/positif akan berpengaruh terhadap kematangan emosional, kematangan intelektual,kematanagan sosial dan tanggung jawab. Sehingga beberapa siswa yang merasa kurang percaya diri cenderung mengalami masalah untuk menyesuaian diri dengan lingkungan sekitar. Guru Bimbingan Konseling (BK) menuturkan bahwa terdapat beberapa siswa melakukan pelanggaran-pelanggaran tata tertib sekolah berulang kali walaupun pihak sekolah telah memberikan sanksi yang tegas, hal ini disebabkan beberapa siswa tersebut tidak mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan kelas atau sekolah untuk menemukan pergaulan yang tepat. Pada fenomena yang terjadi pada siswa SMAM 5, peneliti melakukan wawancara dan observasi kebeberapa siswa yang menyatakan bahwa dia mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri. Terdapat siswa yang menyatakan bahwa dia merasa tidak mampu untuk dapat berinteraksi dengan teman yang memiliki sifat yang berbeda dengan dirinya. Hal tersebut diperlihatkan dari ungkapan dari beberapa siswa yang mengatakan bahwa mereka merasa minder ketika bersama teman-temanya. Hasil wawancara peneliti pada 10 siswa menghasilkan

9 bahwa 7 diantaranya merasa bahwa dirinya memiliki kekurangan sehingga tidak mampu berinteraksi dan memiliki banyak teman. Peneliti melakukan wawancara juga kepada perwakilan kelas yakni 5 siswa yang melakukan pelanggaran tata tertib, siswa menyatakan bahwa mereka melanggar karana tidak terbiasa dengan tata tertib yang terlalu ketat. Siswa juga menyatakan bahwa dia tidak yakin dapat mengikuti tata tertib yang terlalu ketat, karena di sekolah sebelumnya tidak seketat di sekolahan sekarang. Seorang guru bahwa ketika guru memberikan pertanyaan dalam kelas, hanya siswa tertentu saja yang mampu menjawab pertanyaan yang diberikan. Ketika dikonfirmasi kepada siswa yang tidak menjawab, siswa tersebut menuturkan bahwa sebenarnya mengetahui jawaban, namun tidak yakin apakah jawaban tersebut benar atau salah, sehingga lenih memilih untuk diam. Terdapat beberapa guru mata pelajaran yang menyatakan bahwa terdapat beberapa siswa yang menyontek ketika mengerjakan ujian ataupun tugas harian yang diberikan. Peneliti melakukan wawancara kepada 12 siswa yang menyatakan bahwa dia menyontek sewaktu ujian berlangsung walaupun sebenarnya dia telah belajar dan mengetahui jawabanya, dia merasa tidak yakin atas jawabanya.

10 B. Identifikasi Masalah Menurut Schneider (Ali & Asrori, 2005:181) menjelaskan terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi penyesuaian diri. Faktor-faktor tersebut adalah : a. Keadaan fisik dan faktor keturunan. Konstitusi fisik dan faktor keturunan merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dan menentukan penyesuaian diri individu. b. Perkembangan dan kematangan khususnya kematangan intelektual, sosial, emosi, dan moral. c. Faktor psikologis, meliputi pengalaman pembelajaran, latihan, pendidikan, frustasi dan konflik, serta determinasi diri. d. Keadaan lingkungan seperti rumah dan keluarga. Hubungan antara orang tua dan anak, hubungan dengan masyarakat e. Faktor kebudayaan, adat istiadat dan agama. Hasil penelitian skripsi sebelumnya menyimpulkan bahwa siswa remaja kelas X tidak dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap lingkungan sosial di sekolah. Kondisi penyesuaian diri yang baik di sekolah nampaknya terkait dengan kondisi pola asuh Authoritative. Adapun kondisi penyesuaian diri yang buruk terkait dengan kondisi pola asuh Authoritarian, Indulgent, dan Neglectful. Kondisi penyesuaian diri yang baik di sekolah nampaknya terkait juga dengan kondisi tidak berperannya teman sebaya yang berperilaku negatif terhadap individu. Adapun kondisi penyesuaian diri

11 yang buruk di sekolah nampaknya terkait dengan kondisi berperannya teman sebaya yang berperilaku negatif terhada individu (Kudiyanti dkk 2011). Penelitian skripsi lainya menyimpulkan apabila siswa memiliki penyesuaian diri yang baik, maka siswa dapat bereaksi secara efektif terhadap situasi yang berbeda, dapat memecahkan konflik, frustasi dan masalah tanpa menggunakan tingkah laku simtomatik, begitu juga sebaliknya setiap siswa memiliki tingkat penyesuaian dirinya sendiri, yang ditentukan oleh kapasitas-kapasitas bawaan, kecenderungan yang diperoleh dan pengalaman. Kegagalan siswa dalam menyesuaikan diri sering kali ditentukan oleh hubungan antara kapasitas siswa itu sendiri dalam menyesuaikan diri dan kualitas dari tuntutan-tuntutan yang dikenakan kepadanya, variable yang berpengaruh misalnya kepribadian, keturunan, peristiwa dalam kehidupan keluarga (Mazya, 2013). Penyesuaian diri merupakan proses yang bersifat dinamis yang melibatkan sejumlah faktor faktor psikologis dasar yang mengantarkan individu kepada perilaku yang ajastif, perilaku ini merupakan respons-respons yang diarahkan kepada usaha memenuhi tuntutan internal dan eksternal. Tujuanya untuk menyiapkan hubungan yang tepat dan akurat antara individu dan realitas. Dari wawancara yang dilakukan oleh peneliti 7 siswa yang menyebutkan bagaimana dirinya menyesuaiakan diri dipengaruhi beberapa faktor dari pribadi, kematangan diri, faktor pengalaman, lingkungan sosial dan pergaulan sangat berpengaruh dengan baik dan tidak menyesuaiakan diri dengan lingkungan yang baru. Ada yang menyatakan tanggung

12 jawab di lingkungan sosial pun lebih dianggap dewasa jadi membutuhkan waktu untuk menghadapi hal baru. Pemaparan diatas menunjukkan bahwa siswa yang menyatakan kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan lingkungan juga memiliki ketidakyakinan terhadap diri sendiri. Fenomena-fenomena tersebut mengindikasikan bahwa terdapat siswa yang memiliki kepercayaan diri yang rendah. Kepercayaan diri sangat diperlukan terdapat siswa yang mengalami perpindahan jenjang pendidikan khususnya dari jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) ke Sekolah Menengah Akhir (SMA) dalam menentukan respon atau perilaku apa yang akan ditampilkan sebagai bentuk usaha untuk menyelesaikan konflik yang terjadi dalam diri individu ketika harus menyelaraskan antara tuntutan pribadi dengan tuntutan lingkungan yang ada disekitar. Hal ini sesuai dengan pendapat Lauster, terkait dengan aspek mengenai kepercayaan diri. Aspek kepercayaan diri yaitu memiliki keyakinan atas kemampuan diri, optimis, objektif, bertanggungjawab, serta rasional dan realistik. Menurut Lauster, kepercayaan diri yang positif adalah individu yang memiliki karakteristik sebagai berikut : Meyakini kemampuan diri sendiri, optimis atau selalu berpandangan baik tentang kemampuan yang dimilikinya, memandang suatu permasalahan sesuai dengan kebenaran yang semestinya. Bukan kebenaran pribadi, bertanggung jawab, serta memunculkan pemikiran yang dapat diterima oleh akal dan kenyataan. Untuk individu yang memiliki kepercayaan diri

13 yang rendah akan memunculkan perilaku sebaliknya dari perilaku kepercayaan yang positif (Gufron, 2010:123). Uraian diatas menunjukkan bahwa kepercayaan diri turut berperan penting dalam penyesuaian diri, berdasarkan kondisi permasalahan yang terjadi pada siswa tersebut peneiliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Antara Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Siswa Remaja Kelas X di SMAM 5 Karanggeneng. C. Batasan Masalah Batasan-batasan dalam penelitian ini adalah : a) Penelitian ini terbatas pada siswa kelas X di SMAM 5 Karanggeneng. b) Pengukuran kepercayaan diri siswa hanya dengan menggunakan angket kepercayaan diri dengan acuan teori Fatimah (2010:149). c) Pengukuran penyesuaian diri hanya dengan menggunakan angket penyesuaian diri dengan acuan Desmita (2012:195) d) Penelitian ini tidak mengontrol variabel lain yang diduga dapat mempengaruhi penyesuaian diri. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pada uraian latar belakang masalah dan pembatasan masalah sebagaimana diuraikan diatas, maka permasalahan yang hendak diteliti adalah :

14 Apakah Ada Pengaruh antara Kepercayaan Diri Terhadap Penyesuaian Diri Pada Siswa Kelas X di SMAM 5 Karanggeneng. E. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menguji ada tidaknya pengaruh antara tingkat kepercayaan diri terhadap tingkat penyesuaian diri pada siswa remaja kelas X di SMAM 5 Karanggeneng. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat yaitu : 1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian diharapkan mampu memberikan sumbangan bagi pengembangan teori psikologi pendidikan. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Untuk mengetahui bagaiamana cara menyesuaian diri yakni salah satunya menumbuhkan kepercayaan diri. b. Bagi Guru Agar bisa memetakan peserta anak didiknya mana yang harus lebih diperhatikan supaya membantu untuk menyesuaikan peserta didiknya dengan lingkungan dan tanggung jawabnya. c. Bagi Orang Tua Untuk mengetahui sejauhmana anak tumbuh menjadi dewasa dan mengontrolnya.

15 d. Bagi Sekolah Untuk mengetahui keadaan kepercayaan diri dan penyesuaian diri pada siswa remaja kelas X di SMAM 5 Karanggeneng, sehingga dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan kualitas siswa, pengajar dan sistem pendidikan di SMAM 5 Karanggeneng. e. Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya mengungkapkan kepercayaan diri sebagai variabel yang berpengaruh pada penyesuaian diri sebagai variabel selanjutnya yang ingin meneliti dengan tema sejenis mampu mengungkap faktor ataupun variabel lain yang mempengaruhi penyesuaian diri.