BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perusahaan pengangkutan jalur lintas darat termasuk dalam pelayanan pengangkutan salah satunya menggunakan armada kendaraan bus yang mengangkut penumpang menuju tempat tujuan. Beragam keperluan atas armada pengangkutan darat merupakan alasan dilakukan pengadaan bus penumpang dari perusahaan penyedia bus pengangkutan, untuk dapat digunakan dalam melancarkan tujuan subjek hukum dengan cara melakukan kesepakatan di antara para pihak yang mewakili kepentingan orang perorangan atau perusahaannya masing-masing. Kesepakatan yang dilakukan kemudian dituangkan secara tertulis dalam bentuk perjanjian kerja sama pengadaan bus sesuai dengan kepentingan diadakannya bus tersebut. Menurut Wirjono Prodjodikoro, hukum adalah rangkaian peraturanperaturan mengenai tingkah laku orang sebagai anggota suatu masyarakat dan bertujuan mengadakan tata tertib di antara anggota-anggota masyarakat. 1 Subekti mengatakan bahwa, Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal 2 Dari peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua orang itu dinamakan perikatan sehingga dikatakan bahwa perjanjian menerbitkan dan menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam 1 Djanianus Djamin dan Syamsul Arifin. Pengantar Ilmu Hukum. 1991. Medan. hal 5 2 R. Subekti. 1980. Hukum Perjanjian. Pembimbing Masa. Jakarta. hal 1. 1
bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. Perjanjian dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUH Perdata) tidak diatur secara baku dan kaku, bahkan bersifat terbuka. Hal ini berarti bahwa dalam suatu perjanjian, para pihak dapat menyesuaikan dengan apa yang dipikirkan dan tersirat dalam hati masing-masing yang kemudian dimusyawarahkan untuk diwujudkan secara nyata dengan cara merangkumnya dalam klausula isi perjanjian oleh mereka yang mengadakan perjanjian. Dalam perjanjian tidak terdapat hubungan hukum yang timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai pada harta benda kekeluargaan. Hubungan hukum itu tercipta oleh karena adanya tindakan hukum (rechtshandling). Tindakan atau perbuatan hukum menimbulkan hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi oleh pihak yang lain untuk memperoleh prestasi, sedangkan pihak yang lain itu pun menunaikan prestasi. Jadi satu pihak memperoleh hak (recht) dan pihak lain memikul kewajiban (plicht) untuk menyerahkan atau menunaikan prestasi. Hak dan kewajiban tersebut didasarkan pada sebab tertentu yang membuat terjadinya kesepakatan kedua belah pihak atas semua syarat perjanjian. Hal ini terikat pada Pasal 1337 KUH Perdata yang menyatakan bahwa : Suatu sebab terlarang, apabila dilarang oleh undang-undang atau apabila berlawanan dengan kesusilaan atau ketertiban umum. Sehingga terdapat keterikatan yang tidak dapat dilepas karena di dalam melakukan perjanjian dibutuhkan hukum untuk mengatur jalannya suatu perjanjian dengan baik antara hukum dan perjanjian.
Dalam pelaksanaan akta perjanjian biasanya telah ditentukan segala sesuatu yang menyangkut objek perjanjian tersebut. Prestasi itu adalah objek atau voorwerp dan verbintenis. Hubungan hukum yang dilakukan berdasarkan tindakan hukum sama sekali tidak berarti bagi hukum perjanjian tanpa adanya prestasi. Terhadap suatu perjanjian, segala sesuatu yang menyangkut objek perjanjian tersebut seperti jangka waktu kontrak, pembagian keuntungan, penyelesaian permasalahan, dan lain-lain, biasanya telah ditentukan. Sesuai dengan asas kebebasan berkontrak yang dianut dalam hukum perjanjian. Hukum kontrak mempunyai hubungan yang tidak terpisahkan dengan hukum perjanjian. 3 Kontrak merupakan suatu kesepakatan yang diperjanjikan (promissory agreement) di antara dua atau lebih pihak yang dapat menimbulkan, memodifikasi, atau menghilangkan hubungan hukum. Tetapi KUH Perdata memberi pengertian pada kontrak sesuai dengan Pasal 1313 KUH Perdata yang berbunyi, yaitu: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Apabila terjadi wanprestasi maka hukum bertugas memberikan ganti rugi melalui subjek hukum yang terdapat dalam perjanjian dalam hal berkewajiban atas prestasi, terhadap subjek hukum lain yang terdapat dalam perjanjian tersebut dalam haknya atas prestasi. Suatu perjanjian tidak terlepas dari kontrak dan menganut asas kebebasan berkontrak. Asas kebebasan berkontrak mengartikan bahwa para pihak bebas 3 Ibid, hlm. hal. 68.
mengadakan perjanjian apa saja dengan berbagai bentuk, dengan ketentuan kontrak yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum. Asas kebebasan berkontrak ini dapat disimpulkan berdasarkan pada Pasal 1338 KUH Perdata, yang mengatakan bahwa segala perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai Undang-undang bagi mereka yang membuatnya. Pasal ini dimaksudkan sebagai pernyataan bahwa setiap perjanjian bersifat mengikat kedua belah pihak, disertai adanya asas kebebasan berkontrak. Perjanjian kerjasama pengadaan armada kendaraan bus wisata antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona merupakan Memorandum of Understanding Nomor : SP 007 / PIC /V / 2008 tentang Perjanjian Kerjasama Pengadaan Armada Kendaraan Bus Wisata. Menurut Subekti bahwa, Perjanjian kerjasama hanya mempunyai daya hukum intern (ke dalam) dan tidak mempunyai daya hukum ke luar. 4 Yang bertindak ke luar dan bertanggung jawab kepada pihak ketiga adalah kerugian di antara para sekutu diatur dalam perjanjiannya, yang tidak perlu diketahui masyarakat. 5 Perjanjian kerjasama pengadaan armada kendaraan bus wisata ini dilakukan berdasarkan Surat Permohonan PT. Boniwarindo Jayasakti Nomor: 044/ BNW/ PH/ II/ 2008 tentang Penambahan Armada Kendaraan, yang dimohonkan kepada PT. Lingga Jati Al. Manshurin terkhusus pada Pimpinan Proyek Lingga Trans. 4 R. Subekti. 1976. Aspek-aspek Hukum Perikatan Nasional. Alumni. Bandung. hal. 53. 5 Ibid, hlm. 53.
Kesepakatan kedua belah pihak dalam perjanjian inilah yang kemudian menjadi latarbelakang penulisan skripsi ini, yang sebelumnya telah diuraikan secara umum bahwa setiap ketentuan dalam KUH Perdata agar diartikan sebagai pedoman dalam kaitannya terhadap ketentuan lain yang terdapat dalam hukum perdata dengan tidak mengartikannya secara individual atau parsial. B. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian yang menjadi latar belakang penulisan skripsi ini, terdapat berbagai permasalahan yang akan dibahas. Rumusan permasalahan tersebut, antara lain : 1. Bagaimanakah keabsahan perjanjian kerjasama pengadaan armada kendaraan bus wisata antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona ditinjau berdasarkan ketentuan hukum perdata? 2. Bagaimanakah pembagian tanggung-jawab para pihak apabila terjadi risiko pada saat kontrak berlangsung? 3. Bagaimanakah cara berakhirnya perjanjian kerjasama pengadaan bus wisata tersebut serta apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak, penyelesaian apa yang ditempuh? C. Tujuan dan Manfaat Penulisan c.1. Tujuan penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui tentang keabsahan perjanjian kerjasama pengadaan armada kendaraan bus wisata antara PT. Lingga Jati Al
Manshurin dengan P.O. Karona ditinjau berdasarkan ketentuan hukum perdata. 2. Untuk mengetahui tentang pembagian tanggung-jawab para pihak apabila terjadi risiko pada saat kontrak berlangsung. 3. Untuk mengetahui tentang cara berakhirnya perjanjian kerjasama pengadaan bus wisata tersebut serta apabila terjadi wanprestasi oleh salah satu pihak, penyelesaian apa yang ditempuh. c.2. Manfaat penulisan skripsi ini adalah: 1. Secara teoretis penelitian ini diharapkan menjadi bahan untuk pengembangan wawasan dan kajian lebih lanjut bagi para teoritis yang ingin mengetahui dan memperdalam Hukum Perdata dan khususnya tentang perjanjian kerjasama pengadaan bus wisata. 2. Secara praktis adalah untuk mengetahui secara mendalam tentang akibat hukum jika salah satu pihak wamprestasi dalam perjanjian sewa bus antara para pihak. D. Keaslian Penulisan Keaslian penulisan ini dapat dipertanggungjawabkan penulis sebagai tugas akhir untuk mendapatkan gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh bidang administrasi pada program studi ilmu hukum di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, penulisan tentang skripsi yang berjudul TINJAUAN YURIDIS PERJANJIAN KERJASAMA PENGADAAN KENDARAAN BUS WISATA ANTARA PT. LINGGA JATI AL MANSHURIN DENGAN P.O. KARONA, tidak ditemukan pokok bahan yang sama pada penulisan skripsi ini
maka penulisan skripsi ini dapat disebut asli dan tidak terdapat unsur plagiat yang bertentangan dengan asas keilmuan yang jujur, rasional, objektif dan terbuka sehingga skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan oleh penulis. E. Tinjauan Kepustakaan Menurut Wirjono Prodjodikoro, Yang dimaksud dengan perjanjian adalah suatu perbuatan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji untuk melakukan suatu hal atau tidak melakukan suatu hal, sedangkan pihak lain berhak untuk menuntut pelaksanaan janji tersebut. 6 Subekti dalam bukunya mengatakan bahwa, Perjanjian adalah suatu peristiwa di mana seorang berjanji kepada orang lain atau di mana 2 (dua) orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal. 7 Dari peristiwa tersebut, dapat disimpulkan bahwa hubungan antara kedua orang itu dinamakan perikatan, sehingga dikatakan bahwa perjanjian menerbitkan dan menimbulkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Dalam bentuknya, perjanjian itu berupa suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji kesanggupan yang diucapkan atau ditulis. 8 Ada juga beberapa sarjana yang tidak menggunakan istilah perjanjian, tetapi memakai istilah persetujuan. Mereka berpendapat bahwa perbedaan pemakaian istilah tersebut tidaklah merupakan persoalan yang mendasar, karena 6 Wiryono Prodjodikoro. 1981. Hukum Perdata tentang Persetujuan Tertentu. Sumut. Bandung. hal. 11. 7 R. Subekti. Loc. cit. hal. 64 8 Ibid, hal. 64
suatu perjanjian sebenarnya berasal dari adanya persetujuan para pihak atas suatu prestasi. 9 Dalam buku A. Qirom S. Meliala, anggapan tersebut ditentang oleh Wirjono Prodjodikoro, yang mengatakan bahwa: Persetujuan dalam perundang-undangan Hindia Belanda dulu dimaksudkan Overeenkomsten, yaitu suatu kata sepakat antara dua pihak atau lebih mengenai harta benda kekayaan mereka yang bertujuan mengikat kedua belah pihak. Adapun perjanjian berarti sebagai suatu perhubungan hukum mengenai harta benda kekayaan antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak yang lain berhak menuntut pelaksanaan janji 10 tersebut. Perjanjian atau perikatan menurut Mariam Darus Badrulzaman adalah: Suatu hubungan yang terjadi antara dua orang atau lebih, yang terletak dalam bidang harta kekayaan, dengan mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu. Pasal 1313 KUH Perdata memberikan pengertian perjanjian, yaitu: Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Pasal 1313 KUH Perdata di atas bersifat obligatoir, yang memberikan hak dan kewajiban kepada kedua belah pihak. Dengan demikian ada keterikatan yang tidak dapat dilepaskan karena di dalam melakukan perjanjian dibutuhkan hukum untuk mengatur jalannya suatu perjanjian dengan baik, antara hukum dan perjanjian. 11 9 A. Qirom S. Meliala. 1985. Pokok-pokok Hukum Perjanjian beserta Perkembangannya. Liberty. Yogyakarta. hal. 8. 10 Ibid, hal. 8 11 Mariam Darus Badrulzaman. 1994. Aneka Hukum Bisnis. Alumni. Bandung. hal. 3.
Menurut Subekti bahwa, Perjanjian kerjasama hanya mempunyai daya hukum intern (ke dalam) dan tidak mempunyai daya hukum ke luar. 12 Yang bertindak ke luar dan bertanggung jawab kepada pihak ketiga adalah kerugian di antara para sekutu diatur dalam perjanjiannya, yang tidak perlu diketahui masyarakat. 13 Kendaraan bus secara umum adalah suatu perangkat pengangkutan yang menggunakan mesin penggerak yang dapat mengangkut beban dengan kapasitas yang cukup besar. Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 44 Tahun 1993 Tentang Kendaraan dan Pengemudi, bahwa dalam Pasal 1 angka 4 memberi pengertian atas mobil bus adalah setiap kendaraan bermotor yang dilengkapi lebih dari 8 (delapan) tempat duduk tidak termasuk tempat duduk pengemudi, baik dengan maupun tanpa perlengkapan pengangkutan bagasi. Secara ringkas, uraian tinjauan kepustakaan di atas merupakan bentuk penerapan hukum sebagai norma, sebagai mana norma hukum adalah peraturanperaturan yang dibentuk oleh penguasa / pemerintah negara. 14 F. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini adalah: 1. Tipe penelitian Tipe penelitian yang digunakan adalah melalui penelitian yuridis empiris yang bersifat deskriptif terhadap perjanjian kerjasama 12 R. Subekti. 1976. op cit, hal. 69 13 Ibid, hal. 69 14 Hasim Purba. 2006. Suatu Pedoman Memahami Ilmu Hukum. Cv. Cahaya Ilmu. Medan. Hal 135.
pengadaan bus wisata antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona ditinjau berdasarkan hasil riset lapangan dihubungkan dengan yang tertulis pada buku-buku (law as it written on the book). 2. Bahan hukum Dalam penulisan skripsi ini menggunakan bahan sekunder, yaitu: a) Bahan Hukum Primer, yaitu: Kitab Undang-undang Hukum Perdata dan Memorandum of Understanding Nomor : SP 007/ PIC /V/ 2007 tentang Surat Perjanjian Kerjasama Pengadaan Kendaraan Bus Wisata b) Bahan Hukum Sekunder, yaitu: buku-buku mengenai perjanjian khususnya mengenai perjanjian kerjasama. c) Bahan Hukum Tertier, yaitu: pendapat para ahli (doktrin), serta berbagai pengertian berdasarkan riset lapangan. 3. Pendekatan masalah Pendekatan masalah yang dilakukan adalah melalui pendekatan yuridis dengan cara tinjauan umum tentang perjanjian kerjasama berdasarkan buku-buku pedoman khasanah hukum, lalu tanggapan terhadap perjanjian kerjasama pengadaan bus antara PT. Lingga Jati Al Manshurin dengan P.O. Karona berdasarkan ketentuan hukum perdata. G. Sistematika Penulisan Sistematika Penulisan skripsi ini yaitu: Pada Bab I merupakan bab pendahuluan, yang terdiri dari: latar belakang, yang berisi tentang alasan diambilnya perjanjian kerjasama pengadaan bus
sebagai tinjauan hukum berdasarkan Kitab Undang-undang Hukum Perdata; perumusan masalah, yang berisi tentang hal-hal atau batasan-batasan yang dibahas dalam skripsi ini; tujuan penulisan, yang berisi tentang tujuan dibuatnya skripsi ini; manfaat penulisan, yang berisi tentang manfaat dibuatnya skripsi ini bagi teman-teman mahasiswa dan bagi masyarakat umum; metode penulisan, yang berisi tentang metode yang digunakan dalam penyelesaian skripsi ini; dan sistematika penulisan, yang berisi tentang kerangka pemikiran penulisan skripsi ini. Pada Bab II merupakan bab tentang tinjauan perjanjian secara umum, yang terdiri dari: perjanjian pada umumnya, yang berisi tentang penelaahan pengertian perjanjian secara umum; syarat syarat sahnya perjanjian, yang berisi tentang persyaratan sahnya suatu perjanjian; bentuk dan jenis perjanjian, yang berisi tentang jenis-jenis perjanjian menurut para ahli dan berdasarkan KUH perdata; asas-asas dalam hukum perjanjian, yang berisi tentang asas-asas yang terdapat dalam hukum perjanjian; wanprestasi dalam perjanjian, yang berisi tentang ketentuan yang mengatur apabila tidak terlaksananya perjanjian. Pada Bab III merupakan bab tentang tinjauan umum perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang terdiri dari: bentuk perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentang bentuk perjanjian berdasarkan KUH Perdata; konstruksi perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentang bagian pembukaan, isi/ pasal-pasal dalam perjanjian, serta bagian penutup; penentuan harga dan kriteria bus, yang berisi tentang ketentuan tarif bus dan spesifikasi bus yang diperjanjikan; hak dan kewajiban para pihak, yang berisi tentang hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kerjasama pengadaan bus; jaminan pelaksanaan perjanjian
kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentang ketentuan asuransi bus; masa perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentangmasa berlangsungnya perjanjian kerjasama pengadaan bus. Pada Bab IV merupakan bab tentang perjanjian kerjasama pengadaan bus berdasarkan KUH Perdata, yang terdiri dari: keabsahan perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentang persyaratan sahnya perjanjian kerjasama pengadaan bus; risiko pada saat perjanjian kerjasama pengadaan bus dilaksanakan, yang berisi tentang keseimbangan tanggung jawab para pihak apabila terjadi resiko pada saat perjanjian kerjasama pengadaan bus berlangsung berdasarkan ketentuan hukum perdata; cara berakhirnya perjanjian kerjasama pengadaan bus, yang berisi tentang pemutusan kontrak karena daluarsa dan tentang pemutusan kontrak oleh salah satu pihak serta disesuaikan dengan ketentuan hukum perdata yang berlaku; wanprestasi oleh salah satu pihak dan penyelesaiannya, yang berisi tentang tidak terpenuhinya perjanjian kerjasama pengadaan bus oleh salah satu pihak dan tentang penyelesaian sengketa yang ditempuh oleh para pihak berdasarkan ketentuan hukum perdata. Pada Bab V merupakan bab tentang kesimpulan dan saran.