BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. untuk didiskusikan, sikap politik 8 dari 9 partai di DPRD yang lebih memilih

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dimana adanya pemberian kebebasan seluas-luasnya. untuk berpendapat dan membuat kelompok. Pesatnya

BAB I PENGANTAR. keterlibatan masyarakat dalam berpartisipasi aktif untuk menentukan jalannya

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran perempuan dalam kontestasi politik di Indonesia, baik itu

DAFTAR ISI. Halaman Daftar isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Gambar... v

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

PENGENALAN PUBLIK TENTANG PARTAI POLITIK: BAGAIMANA KUALITAS PILEG 2014?

I. PENDAHULUAN. sangat penting dalam kehidupan bernegara. Pemilihan umum, rakyat berperan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

BAB I PENDAHULUAN. politiknya bekerja secara efektif. Prabowo Effect atau ketokohan mantan

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa : Faktor Kemenangan koalisi Suharsono-Halim dalam

BAB I PENDAHULUAN. langsung oleh rakyat. Pemilihan umum adalah proses. partisipasi masyarakat sebanyak-banyaknya dan dilaksanakan

BAB II KONFIGURASI POLITIK DI KABUPATEN PATI

I. PENDAHULUAN. wilayah dan tataran kehidupan publik, terutama dalam posisi-posisi pengambilan

LAMPIRAN. Daftar Informan. Waktu. Tanggal 1 Novemvber 2016 pukul WIB. Tanggal 1 November WIB

BAB I PENDAHULUAN. penentuan strategi komunikasi, jika tidak ada strategi komunikasi yang baik efek

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang digunakan dalam suatu negara. Indonesia adalah salah satu

KOMISI PEMILIHAN UMUM

I. PENDAHULUAN. memperoleh dan menambah dukungan suara bagi para kandidat kepala daerah. Partai politik

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Salah satu

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TANAH LAUT. Nomor 11/Kpts/ /III/2014

2015 MODEL REKRUTMEN DALAM PENETUAN CALON ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH (DPRD) PROVINSI JAWA BARAT

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Setelah memasuki masa reformasi, partai politik telah menjadi instrumen

TANTANGAN DAN STRATEGI PARPOL DALAM PILKADA SERENTAK

I. PENDAHULUAN. dilakukan dengan keikutsertaan partai politik dalam pemilihan umum yang

REKAPITULASI HASIL VERIFIKASI FAKTUAL PARTAI POLITIK TINGKAT PROVINSI PROVINSI...

I. PENDAHULUAN. Dalam Negara demokrasi, pemilu merupakan sarana untuk melakukan pergantian

PENGHITUNGAN PEROLEHAN KURSI PARTAI POLITIK DALAM PEMILIHAN UMUM DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN/KOTA TAHUN 2014

A. Kesimpulan BAB V PENUTUP

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa orde baru, kepala pemerintahan di daerah baik tingkat satu dan dua, para

KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL. SALINAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN KENDAL NOMOR : 10/Kpts/KPU-Kab /TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung sejak sistem otonomi daerah diterapkan. Perubahan mekanisme

Efek Jokowi: Peringatan Penting dari Survei Eksperimental

Kajian Pelaporan Awal Dana Kampanye Partai Politik Pemilu 2014: KPU Perlu Tegas Atas Buruk Laporan Dana Kampanye Partai Politik

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. Penelitian mengenai Evaluasi Pemilihan Umum Pada Proses

Terpelajar itu harusnya setia dalam mendidik (Tawakkal Baharuddin) Untuk: Keluarga, Saudara dan Sahabat

KOMISI PEMILIHAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan system pemerintahan. Dimana para calon pemimpin. PP NO 6 Tahun 2005 tentang pemilihan, pengesahan

BAB I PENDAHULUAN. Dunia perpolitikan di Indonesia mengalami perkembangan pesat bila ditinjau dari segi

Analisis Perolehan Suara dalam Pemilu 2014: OLIGARKI POLITIK DIBALIK KETERPILIHAN CALEG PEREMPUAN

STUDI TENTANG PEMILIH GANDA DALAM PEMILU LEGISLATIF 2014 DI KELURAHAN PELABUHAN KOTA SAMARINDA

Publik Menilai SBY Sebagai Aktor Utama Kemunduran Demokrasi Jika Pilkada oleh DPRD

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BUPATI BANYUWANGI SALINAN KEPUTUSAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 188/729/KEP/ /2012

2015 MODEL REKRUTMEN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU 2014 (STUDI KASUS DEWAN PIMPINAN DAERAH PARTAI NASDEM KOTA BANDUNG)

Peningkatan Keterwakilan Perempuan dalam Politik pada Pemilu Legislatif Nurul Arifin

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dikarenakan dari 4 Kabupaten/Kota di DIY. yang memiliki basis masa tidak sebanyak partai pesaingnya.

ANATOMI CALEG PEMILU FORMAPPI 3 Oktober 2013

PEROLEHAN KURSI PARTAI DAN PETA KOALISI CAPRES Lingkaran Survei Indonesia Jumat, 11 April 2014

BAB I PENDAHULUAN. serta aspirasi masyarakat. Pemilihan umum (pemilu) sebagai pilar demokrasi di

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA SINGKAWANG

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. daerah tidak lagi terbatas pada kewenangan yang bersifat administratif tapi telah

ADVOKASI UNTUK PEMBAHASAN RUU PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

I. PENDAHULUAN. pengaruh yang ditimbulkan oleh media massa (Effendy, 2003: 407).

LAPORAN SURVEY PERILAKU PEMILIH MENJELANG PILKADA KABUPATEN LAMONGAN

Ini Alasan Partai Islam Terseok-Seok

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. Pemilihan kepala daerah secara langsung merupakan bagaian dari impact dari

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN. Selain itu akan dijelaskan pula tentang pemerintahan, visi-misi Kabupaten Luwu

I. PENDAHULUAN. Era reformasi telah menghasilkan sejumlah perubahan yang signifikan dalam

KARTELISASI POLITIK PILKADA LANGSUNG

Pemilu 2014, Partai Islam Bakal 'Keok'

BAB III DATA RESPONDEN

ISU KRUSIAL SISTEM PEMILU DI RUU PENYELENGGARAAN PEMILU

BAB I PENDAHULUAN. konsep suci penyelenggaran Negara telah membawa perubahan bagi

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi memegang peran penting menurut porsinya masing-masing.

TANTANGAN DAN PROSPEK PELEMBAGAAN PARTAI POLITIK

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan dan tata pemerintahan ditingkat lokal. Kepala daerah

BAB I PENDAHULUAN. putra-putri terbaik untuk menduduki jabatan-jabatan politik dan pejabatpejabat

BAB I PENDAHULUAN. dan DPRD sebagai penyalur aspirasi politik rakyat serta anggota DPD. sebagai penyalur aspirasi keanekaragaman daerah sebagaimana

BAB VI PENUTUP 1. Kesimpulan

Tjhai Chui Mie, Perempuan Tionghoa, Calon Walikota Singkawang Pilihan PDIP

PEMERINTAH KABUPATEN TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. relatif independen dan juga disertai dengan kebebasan pers. Keadaan ini

BAB V PENUTUP. Sebagai intisari dari uraian yang telah disampaikan sebelumnya dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini kehidupan politik di Indonesia sangat dinamis. Ini dapat

HUBUNGAN ANTARA IKLAN PARTAI POLITIK DI TELEVISI DENGAN SIKAP PEMILIH PADA PEMILU 2009

PERIHAL PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 411/KPTS/KPU/TAHUN 2014 PERMOHONAN PEMBATALAN KEPUTUSAN KPU NOMOR 412/KPTS/KPU/TAHUN 2014

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Kepala Daerah atau yang sekarang lebih dikenal dengan Pilkada

BAB V PENUTUP. ekonomi, kultural, sosial, dan modal simbolik. mampu untuk mengamankan kursi Sumenep-1 kembali.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakag Masalah

KOMISI PEMILIHAN UMUM KOTA BENGKULU KEPUTUSAN

BERITA ACARA NOMOR :. TENTANG

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

SURVEI PILGUB DKI 2017 MEMAHAMI PETA KOMPETISI PUTARAN KE-2 PILGUB DKI. Media Survei Nasional

BAB IX POLITIK, HUKUM DAN KEAMANAN

publik pada sektor beras karena tidak memiliki sumber-sumber kekuatan yang cukup memadai untuk melawan kekuatan oligarki politik lama.

KRISIS CAPRES DAN CAWAPRES PARTAI ISLAM : SIAPAKAH PASANGAN CAPRES- CAWAPRES TERKUAT PEMILU 2014? Lingkaran Survei Indonesia Maret 2013

BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN PATI. oleh jalan nasional yang menghubungkan kota-kota besar di pantai utara

HASIL SURVEI NASIONAL PROGRAM PARTAI POLITIK DAN KOMPETENSI CALON PRESIDEN 2014 SURVEI DAN POLING INDONESIA

STRATEGI MENINGKATKAN KETERWAKILAN PEREMPUAN

MODEL C 1 DPR UKURAN PLANO

BEREBUT DUKUNGAN DI 5 KANTONG SUARA TERBESAR. Lingkaran Survei Indonesia Mei 2014

LAPORAN SINGKAT KOMISI II DPR RI

BAB I PENDAHULUAN. Winarno, 2008: vii). Meskipun demikian, pada kenyataannya krisis tidak hanya

STRATEGI PARTAI GERINDRA DALAM PEMENANGAN PASANGAN CALON BUPATI DI KEDIRI 2015

PEMETAAN DAN KAJIAN CEPAT

DUIT UNTUK NASDEM DAN PAN DIPENDING SPJ AKAN DIEVALUASI BPK

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Melihat fenomena Pilkada Pati 2017 dari sudut pandang rekrutmen dan kaderisasi partai politik serta dari sisi idealitas demokrasi sangatlah menarik untuk didiskusikan, sikap politik 8 dari 9 partai di DPRD yang lebih memilih untuk bergabung pada satu koalisi yang mengusung pasangan Haryanto- Arifin membuat adanya kelompok masyarakat yang tidak puas, sehingga munculah pergerakan relawan kotak kosong yang melawan koalisis Haryanto-Arifin. Partai-partai pengusung pasangan Haryanto-Arifin adalah PDI-Perjuangan, Partai Gerindra, Partai Demokrat, Partai Golkar, PKB, PPP, PKS, dan Partai Hanura dengan jumlah kursi DPRD Kabupaten Pati sejumlah 46 kursi, sebuah koalisi yang sangat dominan. Sedangakn partai yang memilih untuk tidak bergabung kedalam koalisi hanyalah Partai Nadem yang hanya memiliki 4 kursi di DPRD Kabupaten Pati. Jika melihat data perolehan kursi DPRD Kabupaten Pati pada Pemilu 2014 dapat dikatakan bahwa di Kabupaten Pati tidak ada partai yang sangat dominan karena perolehan kursinya hampir merata. Dari total 50 kursi di DPRD Kabupaten Pati jika dijabarkan perolehan per-partai politik sebagai berikut: PDI-Perjuangan dan Partai Gerindra memperoleh porsi sama yaitu 8 kursi, Partai Demokrat, Partai Golkar, dan PKB sama-sama memperoleh 6 kursi, PKS memiliki 5 Kursi, Partai Nasdem dan Partai Hanura meiliki 4 kursi, dan yang paling sedikit adalah PPP dengan 3 kursi. Perolehan kursi

yang hampir merata tersebut merefleksikan bahwa sebenanrnya semua partai memiliki potensi dan basis massa masing-masing. Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan untuk memenangkan kader mereka di Pilkada Pati 2017, namun ternyata pada akhirnya partai tidak dapat memafaatkan potensi tersebut karena memilih untuk menginduk pada satu koalisi. Secara umum, karakterisitik masyarakat Kabupaten Pati berimbang antara kelompok santri dan kelompok abangan, sedangkan masyarkat urban hanya terdapat di pusat kota. Hal ini seperti halnya yang sering terjadi di wilayah provinsi Jawa tengah pada umumnya, dimana antara kaum santri dan abangan hidup bersama dalam satu wilayah. Hasil Pilkada Pati 2017 apabila dilihat secara keseluruhan Haryanto- Arifin unggul dengan 74,51% atau sejumlah 519.627 suara, sedangkan kotak kosong memperoleh 25,49 % atau sejumlah 697.398 suara. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat Pati mampu bersinergi menjadi satu dan dapat dikatakan mampu menjadi pemilih yang rasional dengan mempertimbangkan kualitas calon serta kondisi di sekitar masyarakat yang menjadi dasar masyarakat menentukan pilihan, meskipun demikian, banyak pula konstituen yang lebih memilih untuk tidak berpartisipasi dalam Pilkada (golput). Angka golput pada Pilkada Pati 2017 sangatlah besar yaitu mencapai 325.429 orang dari total DPT sejumlah 1.037.850 atau sekitar mencapai 31,35 % dari jumlah pemilih tetap. Data yang diperoleh dari partai politik di Kabupaten Pati menyatakan bahwa keputusan yang mereka ambil terkait Pilakda Pati 2017, baik itu

mengusung ataupun tidak mengusung kandidat didasarkan pada kualitas kader yang mereka miliki belum dapat dianggap layak untuk diusung untuk memperebutkan kursi Bupati ataupun Wakil Bupati. Semua partai tidak memungkiri terkait adanya tokoh yang berpotensi baik itu kader ataupun bukan kader partai yang bisa saja diusung dalam Pilkada, namun dengan berbagai pertimbangan sikap partai akhirnya tidak jadi mengusung figur tersebut. Hal ini membuat adanya kelompok masyarakat yang merasa kurang puas karena calon yang ditawarkan kepada masyarakat kurang variatif dan persaingan yang terjadi di Kabupaten Pati dirasa kurang ideal. Masyarakat pun merasa figur ketokohan di Kabupaten Pati bukan hanya pada satu orang, sehingga mereka membentuk kelompok relawan yang memenangkan Kotak kosong. Hal ini dimaksudkan agar adanya Pilkada ulang dan munculnya potensi timbulnya calon baru dalam Pilkada Pati. Haryanto sebagai seorang figur petahana Bupati Pati dirasa oleh partai politik sebagai sosok yang sulit untuk dikalahkan. Padahal apabila partai mampu mengoptimalkan mesin-mesin partainya yang ada hingga ke tingkat ranting di desa tentu bukan tidak mungkin siapapun yang diusung akan mampu memperoleh suara optimal. Anggota ataupun kader partai di level akar rumput atau ditataran bawah pasti akan lebih militan dalam bergerak apabila yang diusung adalah kader dari partainya sendiri. Namun nyatanya, kekuatan dari sosok Haryanto sebagai petahana telah berhasil meruntuhkan kepercayaan diri partai politik terhadap proses kaderisasinya. Kader-kader

yang dihasilkan oleh masing-masing partai dinilai oleh partainya sendiri sebagai sosok yang kurang mampu bersaing dalam Pilkada Pati. Partai menganggap kader-kadernya kurang mampu untuk memimpin Kabupaten Pati dengan berbagai pertimbangan. Dengan begitu dapat diartikan bahwa partai politik di Kabupaten pati tidak berhasil dalam menyiapkan kadernya dan dinilai tidak berhasil merekrut tokoh-tokoh politik potensial untuk partai, proses penerapan fungsi kaderisasi dan rekrutmen politik yang seharusnya dilakukan partai politik seakan tidak berjalan sempurna. Bagaimanapun juga Pilkada merupakan agenda politik strategis, sehingga sanggat disayangkan apabila partai tidak antusias mengambil peran dalam prosesi Pilkada. Pilkada yang hanya diikuti oleh satu pasang calon bukanlah kontestasi politik yang bagus, karena kurangnya persaingan perebutan kekuasaan yang seharusnya terjadi. Sehingga kontestasi Pilkada Pati 2017 menjadi kontestasi demokrasi yang tidak ideal. 5.2. Saran 5.2.1. Saran untuk Partai Politik di Kabupaten Pati Sebagai suatu organ demokrasi yang paling penting, partai politik seharusnya lebih aktif dalam mengikuti sebuah agenda politik. Momentum Pilkada seharusnya dapat dimanfaatkan sebagai waktu yang tepat untuk menunjukkan hasil dari penerapan fungsi-fungsi yang melekat di partai politik, salah satunya adalah fungsi kaderisasi dan rekrutmen politik. Apabila fungsi kaderisasi dan rekrutmen politik berjalan dengan baik, bukan tidak mungkin partai dapat memperoleh kekuasaan di Kabupaten Pati dan dapat

mengelolanya sesuai dengan visi yang dimiliki partai dengan tujuan utamanya tentu kesejahteraan masyarakat Kabupaten Pati. 5.2.2. Saran untuk Penelitian Selanjutnya Penulis sadar sebagai seorang peneliti tentunya cakupan dan fokus penelitian yang telah dilakuakan dalam penelitian ini kepada seluruh partai politik dan organisasi pergerakan sosial yang berusaha memenangkan kotak kosong menjadikan penelitian ini tidak terfokus pada satu subjek. Hal ini tentu dapat lebih disempurnakan untuk penelitian selanjutnnya dalam mengkaji suatu fenomena politik. Penulis menyarankan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan lagi untuk lebih fokus kepada perilaku salah satu partai atau juga dapat lebih ke tanggapan penyelenggara Pemilu (KPU) akan munculnya fenomena calon tunggal sehingga penyelenggaraan Pemilu ataupun Pilkada dimasa yang akan datang dapat dilakukan dengan lebih baik lagi.