BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada masa lalu, masa kanak-kanak sering dianggap sebagai masa yang tidak penting. Anak-anak dilihat sebagai penerima yang pasif dari budaya orang dewasa, sebagai objek yang perlu diisi oleh beragam informasi dan nilai-nilai. Barulah setelah tokoh-tokoh seperti Rousseau, Freud dan Piaget melakukan penelitian tentang masa kanak-kanak, terjadi perubahan pandangan ke arah yang positif. Saat ini, sudah banyak perubahan yang terjadi sehingga anak-anak merupakan target konseling yang cukup penting. 1 Perkembangan belakangan disadari bahwa pelaksanaan konseling dapat melibatkan keluarga yang lain, terutama yang memiliki kaitan langsung dengan masalah anak. Sehat itu bahagia dan bahagia merupakan kesehatan yang paling mahal saat ini. Dua kata yaitu sehat dan bahagia memiliki makna yang sangat mendalam bagi kehidupan manusia. Manusia bisa saja menjadi sehat dengan menjaga pola hidup yang sehat, namun belum tentu bahagia. Sebaliknya, manusia tidak akan pernah bahagia bila tidak sehat dan besarnya biaya yang harus dikorbankan sering tidak terhitung, bukan hanya biaya materiil namun biaya imateriil pun sangat besar. Untuk meraih kebahagiaan, setiap individu harus sehat lahir dan batin atau yang lebih dikenal sehat secara psikologis. 2 1 Jeanette Murad Lesmana, Dasar-dasar Konseling (Jakarta: Ui-Press, 2005), 153. 2 Arie Arumwardhani, Psikologi Kesehatan (Yogyakarta: Galangpress, 2011), 3. 1
Salah satu penyakit yang dapat mengganggu kesehatan lahir dan batin ialah penyakit kanker. Umumnya kanker sering menjadi momok bagi masyarakat karena kanker dianggap sangat berbahaya dan mematikan. Bahkan sampai saat ini, penyebab penyakit kanker belum diketahui secara pasti. Beberapa jenis penyakit kanker yang kita ketahui ialah kanker payudara, kanker serviks, kanker otak, kanker tulang, kanker darah atau biasa disebut leukemia. Jenis kanker yang terakhir inilah yang menjadi topik utama dalam penulisan ini. Seseorang dapat mengidap leukemia atau kanker darah apabila terjadi peningkatan jumlah sel darah putih dalam darah atau sumsum tulang. Leukemia merupakan penyakit yang sangat berbahaya oleh karena itu penderita leukemia harus segera diobati, sebab jika tidak maka penderita bisa tidak tertolong. Leukemia mampu membunuh penderitanya hanya dalam hitungan minggu atau bahkan hanya dalam beberapa hari. Inilah yang dikenal sebagai leukemia akut, sedangkan leukemia kronis memiliki perjalanan penyakit yang tidak begitu cepat hingga memiliki harapan hidup yang lebih lama yakni lebih dari satu tahun. Pada saat seseorang divonis menderita leukemia maka ia dan keluarganya membutuhkan pelayanan konseling. Keluarga mempunyai peranan yang penting di dalam kehidupan manusia, khususnya dalam pengalaman hidup orang Indonesia. Jikalau kita mempunyai komitmen untuk melayani konseli secara menyeluruh, maka kita memberikan perhatian cukup besar pada hubungan kekeluargaan konseli. 3 Secara umum, konseling merupakan suatu kegiatan mendampingi. Mendampingi merupakan suatu kegiatan menolong orang lain yang karena suatu 3 Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral (Salatiga: Satya Wacana, 1987), 50. 2
sebab perlu didampingi. Orang yang melakukan kegiatan mendampingi disebut pendamping. Antara yang didampingi dan pendamping terjadi suatu interaksi sejajar dan atau relasi timbal balik. Pihak yang paling bertanggung jawab (sejauh mungkin sesuai dengan kemampuan) adalah pihak yang didampingi. 4 Pada hakikatnya, pendampingan adalah proses perjumpaaan pertolongan antara pendamping dan orang yang didampingi. Perjumpaan itu bertujuan menolong orang yang didampingi agar dapat menghayati keberadaannya dan mengalami pengalaman secara utuh, sehingga dapat menggunakan sumbersumber yang tersedia untuk berubah, bertumbuh, dan berfungsi penuh secara fisik, mental, spiritual, dan sosial. 5 Pendamping tidak hanya melakukan tindakan penyembuhan, melainkan juga pencegahan, peningkatan, pemulihan, dan pemberdayaan. Sebuah layanan yang bersifat komprehensif. Pendamping dapat membantu dan menghilangkan rasa susah, marah, terkejut, bingung, tertekan, dan putus asa. Pendamping juga dapat menolong klien menjadi pendamping bagi dirinya sendiri pada masa depan atau menolong orang disekitarnya. 6 Penderita leukemia di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta berada dalam suatu ruangan khusus, yang tidak bisa dikunjungi seperti mengunjungi orang sakit yang lain. Penderita leukemia harus dirawat secara khusus di ruang inap yang sudah disteril di INSKA, sehingga yang bisa masuk atau menjaga penderita hanya satu orang. Bila ada yang ingin berkunjung harus memberikan informasi 4 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), 9. 5 Totok S. Wiryasaputra, Ready to Care (Yogyakarta: Galangpress, 2006), 57. 6 Ibid, 73. 3
kepada para perawat yang ada di ruang piket jaga. Demi menjaga kestabilan emosi maupun kesehatan penderita leukemia, telah ditetapkan aturan-aturan yang mendukung kesembuhan penderita leukemia dan keluarga yang menjaga selama penderita berada di rumah sakit. Di rumah sakit Sardjito Yogyakarta, terdapat banyak penderita leukemia anak yang sangat membutuhkan pelayanan pendampingan pastoral secara holistik. Menjelaskan bagaimana pelayanan di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta terhadap penderita leukemia anak. Dengan demikian maka hasil kajian ini akan dituangkan dalam sebuah karya ilmiah yang berjudul: PENDAMPINGAN PASTORAL TERHADAP PENDERITA LEUKEMIA ANAK (Suatu Kajian Teologi Pastoral Terhadap Penderita Leukemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta) B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini, yakni: 1. Bagaimana pelayanan yang dilakukan di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta terhadap penderita leukemia anak? 2. Bagaimana fungsi pelayanan pendampingan pastoral yang dibutuhkan oleh penderita leukemia anak? yaitu: C. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini 4
1. Menjelaskan pelayanan yang dilakukan di rumah sakit Sardjito Yogyakarta terhadap penderita leukemia anak. 2. Mendeskripsikan fungsi pelayanan pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia anak di Rumah Sakit Sardjito Yogyakarta. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi kepada RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta sebagai lembaga pemerintah untuk mengetahui bagaimana respon dari penderita leukemia. Dengan demikian RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta mampu untuk memberikan solusi terhadap respon tersebut. 2. Manfaat Teoritis : penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan memperkaya referensi di bidang pastoral konseling. E. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan yakni penelitian deskriptif-kualitatif. Metode deskriptif bertujuan untuk menggambarkan dan menjelaskan secara faktual, dan akurat mengenai fenomena atau hubungan antar fenomena yang diselidiki. Penelitian kualitatif yang dimaksud adalah pemahaman terhadap realitas sosial yang bersifat holistik dan terbuka 7. Salah satu ciri dari penelitian kualitatif adalah memberikan suatu uraian yang deskriptif mengenai suatu gejala 7 Arifin Imron, Penelitian Kualitatif dalam Ilmu-ilmu Sosial dan Keagamaan (Malang: Kalmia Sahada Press, 1994), 19. 5
sosial yang kompleks sehingga dapat memahami gejala atau realitas, menyingkap makna dibalik fenomena-fenomena sosial tersebut. 8 F. Teknik Penelitian dan Pengumpulan Data 1. Observasi Observasi terhadap Pelayanan Rumah Sakit dilakukan untuk memperoleh informasi tentang tingkah laku penderita leukemia. Observasi adalah pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala yang diteliti. 9 2. Wawancara mendalam Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian. Setelah mendapat persetujuan dari pihak RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta, maka peneliti menghubungi pihak yang berwenang untuk menanyakan informan siapa saja yang dianggap paling tahu atau yang berkompeten. Setelah mendapat rujukan dan jadwal di susun berdasarkan aktifitas-aktifitas informan maka proses wawancara mendalam di mulai dan dalam proses wawancara tersebut peneliti memperoleh data dengan cara merekam pada tape recorder. Dilakukan kepada penderita leukemia, orang tua, orang-orang terdekat dengan penderita, dan rohaniawan, agar penulis mendapatkan data yang akurat dan faktual dalam memperjelas pengamatan. Metode wawancara bersifat terbuka dengan memilih dan menentukan beberapa informan kunci. 8 Samuel Patty, Diktat Metode Penelitian Masyarakat: Sosiologi Agama - Program Pasca Sarjana (Salatiga: UKSW, 2004), 15. 9 Usman Husadi, Metodologi Penelitian Sosial (Jakarta: Bumi aksara, 1998), 54. 6
3. Studi Kepustakaan Studi kepustakaan adalah teknik mengumpulkan data dengan membaca buku-buku, majalah, artikel maupun jurnal yang berhubungan dengan informasi tentang bahasan penelitian ini. G. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilaksanakan pada bulan 10 Mei 2013-10 Agustus 2013 di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. H. Kerangka Penulisan Secara garis besar, penelitian ini akan disusun ke dalam lima bab. Bab I memaparkan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, teknik penelitian dan pengumpulan data, waktu & tempat penelitian serta sistematika atau kerangka penulisan. Bab II membahas tentang landasan teori pendampingan pastoral. Bab III berisi hasil penelitian, yang didahului dengan uraian tentang sejarah RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dan gambaran pelayanan Kesehatan bagi penderita leukemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta. Pendampingan pastoral terhadap penderita leukemia di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta dalam Bab IV dan dalam Bab V penulis akan memberikan kesimpulan dan saran. 7