TINJAUAN PUSTAKA. alami atau bisa juga dibawa oleh manusia (Buzgo, 2006). Tanaman apu-apu biasa

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Nutrien

I. TINJAUAN PUSTAKA. A. Puyuh

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Negara China, Amerika maupun Australia. Itik Peking merupakan itik yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan populasi yang cukup tinggi. Kambing Kacang mempunyai ukuran tubuh

BAB III MATERI DAN METODE. protein berbeda pada ayam lokal persilangan selama 2 10 minggu dilaksanakan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Boer berasal dari Afrika Selatan, yang merupakan hasil persilangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kendala pada peternak disebabkan mahalnya harga bahan baku, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Indonesia berasal dari Kecamatan Mojosari Kabupaten Mojokerto Propinsi Jawa

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

TINJAUAN PUSTAKA. betina yang umumnya dipanen pada umur 5-6 minggu dengan tujuaan sebagai

TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai sekurang-kurangnya satu gugusan amino (-NH 2 ) pada posisi alfa dari

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

TINJAUAN PUSTAKA. Bungkil inti sawit adalah limbah ikutan proses ekstrasi inti sawit. Bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam lokal persilangan merupakan ayam lokal yang telah mengalami

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

BAB I PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan penyedia protein hewani yang cukup tinggi sehingga

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang digunakan adalah Itik Peking Mojosari Putih (PMp)

TINJAUAN PUSTAKA. kulit udang. Proporsi kepala dan kulit udang diperkirakan antara 30%-40% dari

TINJAUAN PUSTAKA. Ayam Kampung. Ayam kampung merupakan ayam lokal Indonesia yang berasal dari ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Probiotik starbio adalah koloni bibit mikroba (berasal dari lambung sapi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III MATERI DAN METODE. Laut (Gracilaria verrucosa) terhadapproduksi Karkas Puyuh (Cotunix cotunix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk. Domba Lokal memiliki bobot badan antara kg pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang yang lebih banyak sehingga ciri-ciri kambing ini lebih menyerupai

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Potensi Kambing sebagai Ternak Penghasil Daging

KEBUTUHAN NUTRISI ITI PEDAGING : SUPRIANTO NIM : I

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

TINJAUAN PUSTAKA. lokal adalah sapi potong yang asalnya dari luar Indonesia tetapi sudah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Itik bali merupakan itik lokal Indonesia yang juga sering disebut itik penguin, karena

VI. TEKNIK FORMULASI RANSUM

KAJIAN KEPUSTAKAAN. tubuhnya relatif kecil dan berkaki pendek. Puyuh merupakan burung liar yang

TINJAUAN PUSTAKA. Burung puyuh dalam istilah asing disebut quail yang merupakan bangsa

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler atau yang juga disebut ayam pedaging merupakan salah satu

TINJAUAN PUSTAKA. kedalam phylum : Angiospermae, sub phylum : Monocotyledonae, divido :

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Kebutuhan daging di Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan memiliki keunggulan yaitu produksi telur dan daging yang tinggi dan masa

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. ayam hutan merah atau red jungle fowls (Gallus gallus) dan ayam hutan hijau

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. termasuk ke dalam ordo Galliformes, famili Phasianidae, genus Gallus dan

BAB I PENDAHULUAN. produktivitas ayam buras salah satunya dapat dilakukan melalui perbaikan

TINJAUAN PUSTAKA. rendah dan siap dipotong pada usia yang relatif muda. Pada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

I. PENDAHULUAN. Pembangunan peternakan dari tahun ke tahun semakin pesat dengan

HASIL DAN PEMBAHASAN

KULIAH ke: 10. POKOK BAHASAN: Zat Makanan Untuk Itik Peking. SUB POKOK BAHASAN: 1) Energi, 2)Protein, 3) Mineral, dan 4) Vitamin untuk itik peking.

II. TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Hewan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yaitu tipe pedaging, tipe petelur dan tipe dwiguna. Ayam lokal yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. tahun seiring meningkatnya pendapatan dan kesadaran masyarakat akan

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pakan merupakan masalah yang mendasar dalam suatu usaha peternakan. Minat

TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Puyuh (Coturnix-coturnix japonica)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

AGROVETERINER Vol.5, No.2 Juni 2017

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

TINJAUAN PUSTAKA A. Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepatnya dari pulau Madura. Sapi Madura merupakan ternak yang dikembangkan

TINJAUAN PUSTAKA. Broiler adalah istilah yang biasa dipakai untuk menyebut ayam hasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

diperoleh peternak sering menipis bahkan banyak yang mengalami kerugian. Untuk itu perlu diupayakan mencari sumber bahan pakan alternatif yang dapat

PENDAHULUAN. Domba adalah salah satu ternak ruminansia kecil yang banyak. Indonesia populasi domba pada tahun 2015 yaitu ekor, dan populasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. persilangan antara sapi Jawa dengan sapi Bali (Rokhana, 2008). Sapi Madura

HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi Bahan Kering (BK) 300, ,94 Total (g/e/hr) ± 115,13 Konsumsi BK Ransum (% BB) 450,29 ± 100,76 3,20

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lokal (Bos sundaicus), sapi Zebu (Bos indicus) dan sapi Eropa (Bos taurus). Sapi

I. PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhan protein hewani adalah kambing. Mengingat kambing

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dengan judul Kadar Kolesterol, Trigliserida, HDL dan LDL

Tingkat Penggunaan Limbah Laju Pertumbuhan %

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Apu-Apu (Pistia stratiotes) Tanaman apu-apu berasal dari Afrika dan Amerika Selatan tepatnya di semenanjung Florida dan menuju ke barat hingga Texas yang tumbuh secara alami atau bisa juga dibawa oleh manusia (Buzgo, 2006). Tanaman apu-apu biasa ditemukan mengapung di sepanjang danau, aliran sungai, pantai, rawa, dan persawahan. Tanaman apu-apu mampu bertahan hidup untuk periode waktu yang panjang, pada keadaan lembab ataupun kotor dan telah menyebar hingga wilayah beriklim tropis dan subtropis termasuk Asia. Tanaman ini lebih suka di tempat yang cerah dan mendapat cahaya matahari secara bebas karena berfotosintesis dengan cahaya matahari namun, dapat juga hidup di tempat yang teduh dan terkena cahaya matahari secara parsial (Langeland et al.,2008). Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pada Tepung Daun Apu-apu (Pistia stratiotes) Nutrisi Kandungan Energy Metabolis (Kkal/kg) 3584 b Protein Kasar (%) 17,35 a Lemak Kasar (%) 1,31 a Serat Kasar (%) 14,62 b Abu (%) 20,38 b Bahan Kering (%) 88,66 a Sumber : a Laboratorium Nutrisi dan Pakan Ternak (2016) b Laboratorium Loka Penelitian Kambing Putih Sei Putih (2016 Penggunaan gulma air (water plant), seperti apu-apu (Pistia stratiotes ) ataupun duckweed merupakan suatu langkah yang tepat untuk mengatasi masalah pakan itik. Apu-apu (Pistia stratiotes ) dapat berpotensi sebagai bahan penyusun pakan karena, berdasarkan berat kering mengandung BETN 37,0%, protein kasar 19,5%, kadar abu 25,6%, lemak kasar 1,3% dan mengandung serat kasar 11,7% (Diler et al., 2007).

Kandungan serat yang tinggi ini diharapkan mampu menurunkan lemak sebesar 25g dalam 100g pada daging ayam kampung (Cahyono, 2001), sehingga dapat disediakan produk unggas yang kadar lemaknya lebih rendah. Tanaman air apu-apu juga merupakan salah satu tanaman dari kelompok floating plant yang mengandung jumlah nutrisi yang cukup aman untuk dipertimbangkan sebagai pakan ternak potensial (Banerjee dan Matai, 1990). Berdasarkan pengamatan terhadap phytochemical screening menunjukan bahwa tanaman air apu-apu mengandung flavonoid (antibiotik), minyak, lemak dan glikosid (Tribianto dan Purnomo, 2011). Itik Peking Itik peking adalah itik yang berasal dari daerah China. Setelah mengalami perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking dapat dipelihara di lingkungan subtropis maupun tropis. Itik peking mudah beradaptasi dan keinginan untuk terbang kecil sekali. Umumnya di pelihara secara intensif dengan di lengkapi kolam yang dangkal (Murtidjo, 1996). Itik peking merupakan tipe pedaging yang popular disebut green duck. Itik ini mempunyai kepala besar juga bundar, paruhnya lebar dan pendek, paruhnya berwarna kuning akan tetapi ada yang berwarna putih. Leher gemuk pendek dan tegak. Dada besar, bundar membusung. Kaki pendek berwarna kekuning-kuningan. Sayap pendek dan kuat, warna bulunya putih dan pada jantan ada jambul di kepala (Samosir, 1994). Dari golongan itik pedaging (peking, muskovy atau entok), itik peking mulai popular di Indonesia. Produksi dagingnya dapat mencapai 3 sampai 3,5 kg pada umur 7-8 minggu. Namun meskipun itik peking adalah itik pedaging,

pemeliharaannya belumlah meluas, kemungkinan karena masalah harga saat itik dipasarkan (Anggorodi, 1985). Dilihat dari warna bulu itik peking umumnya putih, tetapi ada juga yang berwarna krem dengan kaki dan paruh yang berwarna jingga. Matanya agak gelap dan berwarna kebiruan dengan posisi yang tenggelam karena bagian pipi relatif lebih menonjol (Srigandono, 1998). Marhijanto (1993) mengemukakan bahwa itik peking bukanlah suatu jenis itik yang cocok untuk petelur, tetapi lebih cocok jika itik ini diternakkan untuk diambil dagingnya. Sebagai unggas pedaging beberapa kelebihan itik peking adalah sebagai berikut; pertumbuhannya cepat, mudah dalam pemeliharaannya, hemat biaya dan tahan terhadap penyakit. Kebutuhan Nutrisi Itik Peking Bahan pakan itik adalah bahan pakan yang memiliki unsur-unsur gizi seperti energy, mineral, protein, vitamin, karbohidrat dan air. Bahan pakan untuk itik biasanya adalah jagung kuning, bungkil kedelai, tepung ikan dan pakan lainnya yang menjadi sumber energy (Wahyu, 1997). Tabel 2. Kebutuhan gizi itik Peking pada berbagai umur* Gizi Starter Grower (0-2 minggu) (2-7 minggu) Bibit Protein kasar (%) 22 16 15 Energi (kkal EM/kg) 2.900 3.000 2.900 Metionin (%) 0,40 0,30 0,27 Lisin (%) 0,90 0,65 0,60 Ca (%) 0,65 0,60 2,75 P tersedia (%) 0,40 0,30 Sumber : NRC (1994) Ransum untuk itik pada dasarnya sama seperti untuk ayam, kesamaannya terutama dalam penggunaan bahan pakan. Ransum itik umumnya diberikan agak

basah. Air perlu ditambahkan kedalam ransum untuk membuat bahan tansum saling melekat, akan tetapi ransum tidak boleh begitu basah (Anggorodi, 1985). Faktor yang dapat mempengaruhi tingkat konsumsi ransum adalah palatabilitas ransum yang meliputi bau, rasa dan tekstur. Lebih lanjut Tilman et all., (1986) menjelaskan bahwa semakin palatebel suatu pakan maka semakin banyak jumlah ransum yang dapat dikonsumsi ternak. Unsur-unsur gizi untuk itik terdiri dari protein yang merupakan unsur gizi yang paling dibutuhkan untuk kehidupan dan produksi. Kebutuhan protein untuk itik dipengaruhi oleh umur, pertumbuhan, reproduksi, iklim dan temperatur. Bila protein atau asam aminonya kekurangan atau tidak terpenuhi akan menyebabkan pertumbuhan terganggu ( Rasyaf, 1982). Secara garis besar dianjurkan bahwa pada periode starter hendaknya ransum mengandung protein 20 sampai 22% dengan energi metabolis 2800 sampai 3000 kkal, sedangkan setelah umur 2 minggu samapi saat dipotong protein diturunkan menjadi 16 sampai 17% dan energi 3000 kkal (Srigandono, 1998). Tingkat serat kasar yang tinggi dalam ransum akan menurunkan konsumsi ransum yang pada gilirannya pertumbuhan juga akan menjadi lambat. Sebaliknya apabila kandunga serat kasar dalam ransum terlalu rendah mengakibatkan laju ransum dalam pencernaan meningkat sehingga dapat menurunkan pertumbuhan (Siregar et al., 1980). Konsumsi Pakan Konsumsi ransum merupakan kegiatan masuknya sejumlah unsur nutrisi yang ada dalam pakan tersebut. Secara biologis itik mengkonsumsi makanan untuk proses hidupnya. Kebutuhan energi untuk fungsi-fungsi tubuh dan

memperlancar reaksi-reaksi asam amino dari tubuh. Hal ini menunjukan bahwa ternak itik dalam mengkonsumsi makanannya digunakan untuk kebutuhan ternak tersebut (Wahyu, 1997). Semakin banyak serat kasar yang terdapat dalam suatu bahan makanan makan semakin tebal dinding sel dan akibatnya semakin rendah daya cerna dari bahan makanan (Anggorodi, 1985). Jumlah konsumsi bahan kering pakan di pengaruhi beberapa variabel meliputi palatabilitas, jumlah pakan yang tersedia dan konsumsi kimia serta kualitas pakan. Salah satu yang menjadi penentu tingkat konsumsi adalah keseimbangan zat makanan dan palatabilitas. Tingakat perbedaan konsumsi juga di pengaruhi oleh beberapa faktor antar lain faktor ternak (bobot badan, umur, tingkat kecernaa pakan, kualitas pakan dan palatabilitas). Makana yang berkualitas baik tingkat konsumsinya lebih baik dibandingkan dengan makanan berkualitas rendah, sehingga kualitas pakan yang relatif sama maka tingkat konsumsinya juga relatif sama (Parakkasi, 1995). Bobot Potong Bobot potong adalah bobot yang didapat dengan cara penimbangan bobot itik setelah dipuasakan selama 12 jam. Bobot potong perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap bobot karkas, oleh karena itu diperhatikan kualitas dan kuantitas karkas dari ransum yang dikonsumsi, sehingga didapat pertumbuhan yang baik (Blakely and Bade, 1998). Siregar dan Sabrani (1990) yang menyatakan bahwa serat kasar yang tinggi dapat mengurangi efisiensi penggunaan nutrient lain, sebaliknya apabila serat kasar dalam ransum terlalu rendah, mengakibatkan ransum tidak tercerna dengan baik.

Pertambahan bobot badan sangat mempengaruhi bobot potong. Pertambahan bobot badan juga dapat di pengaruhi oleh bahan pakan penyusun ransum. Bahan penyusun ransum harus memiliki gizi yang cukup tinggi dengan gizi yang cukup tinggi tersebut dapat memberikan kualitas pakan yang baik untuk ternak sehingga ternak akan tumbuh lebih cepat dan lebih baik (Nataadmidjaya, 1995). Pertumbuhan umumnya dinyatakan dengan pengukuran kenaikan bobot badan melalui penimbangan berulang-ulang, yaitu setiap hari, setiap minggu atau setiap waktu lainnya (Tillman et al., 1986). Bobot Karkas dan Persentase Karkas Bobot karkas normal adalah 60-75% dari tubuh, sedangkan persentase karkas adalah perbandingan antara bobot karkas dengan bobot hidup dikalikan 100% (Siregar, 1994). Menurut Soeparno (2005) bobot karkas meningkat seiring dengan meningkatnya bobot hidup, tetapi persentase non karkas seperti kulit, darah, usus halus dan hati menurun. Bobot karkas merupakan bobot tubuh yang telah disembelih setelah dipisahkan darah, bulu, kepala sampai batas pangkal leher, kaki sampai batas lutut, organ dalam (Murtidjo, 1996). Faktor-faktor yang mempengaruhi bobot karkas tidak hanya jenis kelamin, umur dan bobot badan tetapi ada beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi karkas diantaranya strain, makanan, manajemen dan lingkungan. Karkas merupakan bagian tubuh yang penting dalam produksi daging. Karkas ayam pedaging adalah bagian tubuh setelah ayam dipotong dan dikeluarkan isi rongga perut tanpa kaki dan kepala, namun dapat pula ditambah

dengan giblet (hati, jantung dan limpa) dan leher (Synder dan Orr, 1964). Persentase karkas merupakan faktor yang penting untuk menilai produksi ternak, karena produksi erat hubungannya dengan bobot karkas, dimana semakin bertambah bobot karkas maka produksi karkasnya semakin meningkat (Murtidjo, 1996). Persentase karkas dipengaruhi oleh bangsa, umur, jenis kelamin, bobot hidup dan makanan. Persentase karkas umur muda lebih rendah dibandingkan persentase ayam betina lebih banyak menghasilkan kulit dan lemak abdominal dari pada jantan (Morran and Orr, 1970). Ahmat (1992) yang menyatakan bahwa itik yang bobot tubuhnya tinggi akan menghasilkan persentase karkas yang tinggi, sebaliknya itik yang bobot tubuhnya rendah akan menghasilkan persentase yang rendah. Lemak Abdominal Lemak abdominal merupakan lemak yang terdapat disekitar rongga perut atau disekitar ovarium. Lemak sebagai sumber energi sangat efesien dalam jumlah atau 2,5 kali lebih tinggi dari kandungan karbohidrat. Namun pemakaian lemak untuk konsumsi unggas hanya dibolehkan sekitar 5% dari jumlah total ransum. Hal ini disebabkan kandungan lemak yang tinggi akan menghambat ovulasi (Triyantini, et al., 1997). Menurut Haris (1997) yang menyatakan bahwa pembentukan lemak tubuh diakibatkan dari konsumsi energi yang berlebih yang akan disimpan dalam jaringan tubuh yaitu pada bagian intramuscular, subkutan dan abdominal. Selain itu menurut Tilman et al., (1986) kelebihan energi pada itik akan menghasilkan karkas yang mengandung lemak lebih tinggi dan rendahnya konsumsi menyebabkan lemak dan karbohidrat yang disimpan dalam glikogen rendah.

Nutrisi merupakan faktor terpenting yang mempengaruhi komposisi karkas terutama terhadap proposi lemak. Faktor yang mempengaruhi kandungan lemak tubuh adalah ransum (Komot, 1984).