Lampiran 15. Data Hasil Pengukuran Warna Air Sumur Selama Penelitian... 89 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan pokok bagi setiap mahluk hidup yang digunakan untuk melaksanakan aktivitas sehari hari.perkembangan jumlah penduduk dan pembangunan yang semakin pesat, menimbulkan dampak antara lain terjadinya alih fungsilahan yang mengakibatkan menurunnya kualitas lingkungan permukiman, terutama pada air permukaan dan air tanah (Said,2008). Pencemaran air yang disebabkan oleh limbah industri, limbah domestik rumah tangga dan limbah pertanian, pembangunan dan penjarahan hutan menyebabkan berkurangnya kualitas mata dari pegunungan, karena telah bercampur dengan lumpur.kondisi ini mengakibatkan air bersih menjadi sumber daya yang semakin terbatas, sehingga dalam 50 tahun terakhir konsumsi air telah meningkat dua kali lipat. Ketidakseimbangan penggunaan air juga terlihat pada beberapa negara, sekitar 1,8 milyar penduduk tidak mempunyai akses air bersih dan hampir dua kalinya tidak mempunyai fasilitas sanitasi dasar yang memadai (Asmadi et al., 2011).Air yang tersebar di alam tidak pernah terdapat dalam bentuk murni, meski demikian bukan berarti semua air yang ada sudah tercemar. Air permukaan dan air
tanah biasanya mengandung logam terlarut seperti Na, Mg, Ca, Fe, Mn dan lain lain, yang memerlukan perbaikan kualitas. Secara nasional pengguna air minum yang menggunakan air ledeng (PAM) 16,08%, air tanah dengan menggunakan pompa 11,61%, air sumur (perigi) 49,92%, mata air 13,92%, air sungai 4,91%, air hujan 2,62%, dan lainnya 0,80 % (Said,2008). Dari data tersebut terlihat bahwa masih banyaknya masyarakat yang menggunakan air sumur sebagai sumber air minum.hal ini memerlukan perhatian khusus, karena seringnya dijumpai kualitas air tanah dan air permukaan yang digunakan oleh masyarakat kurang memenuhi syarat sebagai air minum, dan bahkan di beberapa tempat tidak layak untuk di minum (Said, 2008). Penggunaan air tanah sebagai sumber air minum seperti sumur gali memerlukan pengolahan, mengingat kandungan besi dan mangan pada air tanah lebih tinggi dari air permukaan (Said,2008). Kandungan besi dan mangan yang tinggi pada air sumur akan menyebabkan warna air secara visual merah kecokelatan dan berbau.kondisi ini memerlukan pengolahan pada air baku untuk memperoleh kualitas air yang dipersyaratkan sesuai dengan peruntukannya(fardiaz, 1992). Pengolahan air untuk menghilangkan zat besi dan mangan pada air tanah dapat dilakukan dengan cara oksidasi yang diikuti proses pemisahan padatan (suspended solid)(asmadi et al., 2011).Beberapa pengolahan fisika dan kimia lainnya untuk mengoksidasi besi dan mangan yang paling sering digunakan antara
lain proses aerasi filtrasi, proses khlorinasi filtrasi, dan proses oksidasi zeolit (manganese greensan) (Wong,1984). Selain pengolahan dengan cara fisika dan kimia, pengolahan kualitas air juga dapat dilakukan secara biologi dengan menggunakan tumbuhan sebagai filter dalam menyerap logam berat dan bahan polutanyang dikenal dengan metode Biofilter(Qaisar,et al.,2005).teknikbiofilter atau penggunaan tumbuhan dan mikroorganisme dalam menyerap logam berat pada tanah atau air tanah menjadi tidak berbahaya yang berkembang saat ini dikenal dengan fitoremediasi(cunningham et al.,1996). Menurut beberapa penelititeknik fitoremediasi memiliki keefektian yang tinggi (Lasat, 2000), karena selain mudah didapat penggunaan tumbuhan juga tidak memerlukan biaya yang mahal dan ramah lingkungan.penelitian mengenai kemampuan tumbuhan menyerap logam berat antara lain dilakukan oleh Dwiyanti dan Gunadi (2006), menggunakan tumbuhan air lemna, hydrilla, kangkung dan genjer untuk menurunkan parameter ammonia (NH 3),nitrat (NO 3),nitrit (NO 2) dan posfat (PO 4) pada limbah budidaya ikan.tumbuhan yang efektif dalam menurunkan ammonia, nitrat dan nitrit adalah tumbuhan genjer dengan nilai masing masing 25,59%, 27,29%, dan 26,73%, sedang PO 4 yaitu tumbuhan Hydrilla 24,39%. Penelitian mengenai kemampuan tumbuhan Jerangau (Acoruscalamus) dalam menurunkan Ammonia (NH 3 ) pada air limbah rumah sakit juga dilakukan oleh Amansyah et al.,pada tahun 2012.Pada wadah sampel air limbah yang ada
tumbuhan jerangau terjadi penurunan ammonia 0,0003 mg/l atau 99,48%, dan pada wadah tanpa tumbuhan Jerangau penurunan hanya mencapai 0,317 mg/l atau 45,63%. Penggunaan tumbuhan air floating plant menyerap logam berat juga dilakukan oleh Puspita et al., (2011), yang menggunakan tumbuhan air Eichornia crassipess, Pistiastratiotes dan Hydrilla. verticillatauntukmenyerap logam berat kromium (Cr) pada air limbah industri batik.kemampuan menyerap logam kromium (Cr) yang paling tinggi dari ketiga tumbuhan adalah tumbuhan E.crassipes 49,56%, P. stratiotes 33,61% dan H.verticillata 10,84%. Pujawati (2006), juga menggunakan eceng gondok (E.crassipes) pada air bekas penambangan batubara, bahwa pada air bekas lahan tambang batubara dapat mempengaruhi pertumbuhan eceng gondok berdasarkan berat basah, berat kering dan rasio pucuk akar, dan setelah lima minggu perlu diganti dengan tanaman eceng gondok yang baru. Tumbuhan air lainnya yang digunakan untuk menurunkan logam besi dan mangan yaitu genjer (Limnocharis flava)dilakukan oleh Priyanti dan Yunita pada tahun 2013, yang mampu menyerap logambesi sebesar 20,32 63,99% dan logam mangan sebesar 20,45 63,21%. Kemampuan tumbuhan eceng gondok (E.crassipes) dalam menyerap logam besi dan mangan juga dilakukan oleh Rumiawati et al.,pada tahun 2013, dengan kombinasi saringan pasir skala rumah tanggapada waktu 7 hari dan 14 hari. Hasil yang efektif pada penelitian ini terlihat pada waktu 7 hari di kolam eceng gondok, penyerapan besi 99,8%, mangan 97,1% dan kekeruhan 0,4%.
Penyerapan kadar besi padasaringan pasir 32,5%, mangan 21,2% dan kekeruhan 0,66%, sehingga bisa disimpulkan bahwa penyerapan besi lebih efektif pada kolam eceng gondok dari pada saringan pasir. Kemampuan tumbuhan kiambang (Salvinia molesta) dalam menyerap logam berat kadmium (Cd) juga dilakukan oleh Nalasari et al., pada Tahun 2013 pada air sungai yang tercemar lumpur lapindo dengan menggunakan tumbuhan eceng gondok (E. crassipes), kayu apu (P.stratiotes), dan kiambang (S.molesta).Masing masing tanaman ditanam dalam media air yang tercemar lumpur lapindo selama 10 hari. Konsentrasi kadmium (Cd) pada media air diamati pada 2, 4, 6, 8, dan 10 hari, dan konsentrasi kadmium dalam tanaman diamati pada 10 hari.hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman kiambang memiliki kemampuan menyerap logam kadmium (Cd) pada air yang paling efektif. Pada tanaman kiambang konsentrasi kadmium dalam media air menurun dari 0,2mg/l menjadi 0,006 mg/l (97,17%) sedangkan pada tanaman eceng gondok menjadi 0,010 mg/l (94,83%) dan pada tanaman kayu apu menjadi 0,019 mg/l (90,50%). Selain tumbuh tumbuhan diatas, tumbuhan hias juga dapat digunakan sebagai fitoremediator.penggunaan tumbuhan hias lidah mertua (Sansiviera tripasciata) dan daun puring (Codiaeum variegatum) juga dilakukan oleh Dewi pada Tahun 2012, dalam menyerap logam timbal (Pb) diudara ambient, selama pemaparan 0 jam, 12 jam, dan 24 jam.hasilnya tumbuhan daun puring lebih efektif dalam menyerap logam timbal (Pb) di udara ambient.
Berdasarkan kemampuan eceng gondok, kiambang dan tumbuhan hias dalam menyerap logam berat seperti di jelaskan diatas, timbul keinginan meneliti pemakaian eceng gondok, kiambang dan sirih gading sebagai tumbuhan penyerap pada filtrasi dengan metode aerasi untuk menurunkan kadar besi dan mangan air sumur.
1.2. Perumusan Masalah Pemakaian air tanah (air sumur) untuk keperluan sehari hari, menyebabkan air sumur berwarna kuning kecokelatan serta berminyak jika dibiarkan. Kondisi ini mengakibatkan rasa dan bau yang tidak enak serta noda pada pakaian, lantai dan bak kamar mandi.kondisi ini diperparah dengan penyakit gatal pada kulit yang juga kerap diderita oleh penghuni rumah.pengolahan air yang dilakukan pada penelitian ini yaitu penyerapan oleh material fisik pasir dan kerikil dan tumbuhan air berupa eceng gondok, kiambang dan sirih gading yang banyak tersedia di sekitar permukiman masyarakat.perumusan masalah pada penelitian ini adalah: 1. Bagaimana pengaruh penyerapan yang dilakukan oleh tumbuhan air eceng gondok, kiambang dan sirih gading, serta material fisik berupa pasir dan kerikil terhadap zat besi (Fe) dan Mangan (Mn) pada air sumur?. 2. Jenis manakah yang paling baik dari tumbuhan air dan material fisik terhadap penurunan zat besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur?. 1.3. Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh penggunaan tumbuhan air eceng gondok, kiambang, sirih gading dan material fisik pasir dan kerikilterhadap penurunan logam besi danmangan pada air sumur. 2. Mengetahui jenis tumbuhan air dan material fisik yang paling baik dalam menurunkankadar besi danmangan pada air sumur.
1.4 Hipotesis Penelitian Penggunaan tumbuhan air eceng gondok, kiambang,dan sirih gading, serta material fisik pasir dan kerikil memiliki kemampuan menyerap dan menurunkan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur. 1.5 Manfaat Penelitian 1. Mengetahui kemampuan tumbuhan air eceng gondok, kiambang dan sirih gading serta material fisik pasir dan kerikil dalam menurunkan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) pada air sumur. 2. Sebagai teknologi pengolahan alternative, bagi masyarakat yang memiliki kondisi air sumur dengan logam besi (Fe) dan mangan (Mn) yang tinggi. 3. Bahan referensi bagi peneliti lainnya untuk melakukan penelitian lanjutan. 4. Pengelolaan sumber daya alam untuk mendukung lingkungan yang berkelanjutan dan ramah lingkungan
1.6 Kerangka Penelitian Permenkes Nomor. 492/Menkes/ Per/IV/2010tentang Persyaratan Kualitas Air Air sumur yang berwarna kuning kecokelatan karena mengandung besi dan mangan yang tinggi Penyerapan dengan tumbuhan air eceng gondok, kiambang dan sirih gading Penyerapan dengan material fisik pasir dan kerikil Pengujian organ tumbuhan Pengujian kualitas air Pengamatan kondisi morfologi Fe Mn Pengujian fisik Pengujian kimia Suhu warna Kekeruha n TDS DO Fe Mn ph Jenis yang terbaik pada tumbuhan air dan material fisik dalam menurunkan Fe dan Mn Gambar 1.1Kerangka Penelitian