BAB I PENDAHULUAN. Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. di berbagai bidang memerlukan tenaga yang berkualitas, yaitu manusia yang dapat. kualitas sumber daya manusia yang tinggi pula..

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan dan kesejahteraan seluruh rakyat. Dalam rangka mewujudkan tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya otonomi daerah di Indonesia pada tahun 2001,

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia sebagai negara Kesatuan menganut asas

BAB I PENDAHULUAN. Lahirnya Undang-Undang (UU) No. 32 Tahun 2004 tentang. Pemerintah Daerah (Pemda) dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sebuah perusahaan tentunya mempunyai masalah dalam menyusun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara membutuhkan pendanaan dalam menggerakan dan

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sistem pemerintahan Republik Indonesia mengatur asas desentralisasi,

I. PENDAHULUAN. pemungutan yang dapat dipaksakan oleh pemerintah berdasarkan ketentuan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan senantiasa memerlukan sumber penerimaan yang memadai dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. penulis mengambil tema mengenai Pajak Daerah, khususnya Pajak Reklame.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mampu membangun prasarana yang sangat dibutuhkan di wilayahnya. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. ketergantungan pada bantuan pusat harus seminimal mungkin (Bastian:2001).

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memperkenalkan kebijakan otonomi daerah. Keseriusan pemerintah Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. cukup banyak dengan beribu-ribu pulau, keanekaragaman pesona alam, suku,

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang baik pula. Oleh karena itu, pemerintah diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kehidupan baru yang penuh harapan akan terjadinya berbagai langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan UU No. 25 Tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi diperoleh dari perpajakan sebesar Rp1.235,8 triliun atau 83% dari

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan peran pemerintah pusat semakin kecil, sebaliknya pemerintah

I. PENDAHULUAN. sendiri adalah kemampuan self supporting di bidang keuangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. wilayah yang lebih kecil. (Josef Riwu Kaho, 1998:135) pembayaran tersebut didasarkan atas prestasi atau pelayanan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah penduduk, luas daerah, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang meliputi seluruh kehidupan manusia, bangsa dan negara, untuk. Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil makmur

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. baik dapat mewujudkan pertanggungjawaban yang semakin baik. Sejalan dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang

LAMPIRAN 1. PANDUAN WAWANCARA

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan peluang dan sekaligus juga sebagai tantangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah khususnya Daerah Tingkat II (Dati II)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan nasional, Indonesia menganut

BAB I PENDAHULUAN. bertumpu pada penerimaan asli daerah. Kemandirian pembangunan baik di tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Setelah beberapa dekade pola sentralisasi dianut oleh Bangsa Indonesia.

I. PENDAHULUAN. Lampung Selatan merupakan pusat kota dan ibukota kabupaten. Pembangunan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan kewenangan kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan secara merata bagi seluruh rakyat Indonesia yang sesuai dengan sila

I. PENDAHULUAN. berdasarkan pertimbangan kemampuan daerah. Tujuannya adalah memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka mewujudkan tujuan negara yaitu Melindungi segenap

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Bhayangkara Jaya

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan yang sebaik mungkin. Untuk mencapai hakekat dan arah dari

BAB I PENDAHULUAN. merupakan titik awal pelaksanaan pembangunan, sehingga daerah diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan otonomi daerah ditandai dengan diberlakukannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pusat (Isroy, 2013). Dengan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab,

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan Daerah memerlukan sumber pendanaan yang tidak sedikit

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan daerah merupakan upaya pencapaian sasaran nasional di daerah sesuai

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan suatu bentuk perwujudan pendelegasian. wewenang dan tanggung jawab dari Pemerintah Pusat kepada Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. dengan kata lain Good Governance, terdapat salah satu aspek di dalamnya yaitu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki wilayah yang luas, dalam menyelenggarakan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa otonomi daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan

Kata kunci: Pendapatan Asli Daerah, otonomi daerah, pajak daerah, retribusi daerah, UU No. 32 Tahun 2004

I. PENDAHULUAN. Organisasi sebagai satu kesatuan yang dinamis merupakan alat untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan produktifitas sumber daya alam, sumber daya potensial yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mempersiapkan diri dalam hal pelaksanaan, pengelolaan dan pengoptimalan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan negara terbesar, dimana sampai saat

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. mengurus keuangannya sendiri dan mempunyai hak untuk mengelola segala. sumber daya daerah untuk kepentingan masyarakat setempat.

I. PENDAHULUAN. bidang ekonomi dan keuangan. Dalam rangka meningkatkan daya guna ( efektivitas )

EVALUASI PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah di Indonesia memperoleh hak untuk melakukan otonomi daerah

ANALISIS KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN KLATEN DILIHAT DARI PENDAPATAN DAERAH PADA APBD

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. semua pihak. Seperti kita ketahui bersama semua Negara mempunyai tujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang sedikit mirip dengan negara serikat/federal 1. Namun terdapat perbedaanperbedaan

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan penyelenggaraan pemerintah daerah. dan memiliki sumber-sumber pendapatan yang bisa menjadi penyokong utama

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Otonomi daerah adalah suatu pemberian hak dan kewajiban kepada daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah Republik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era baru otonomi daerah yang ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah memberikan keleluasaan kepada daerah kabupaten/kota untuk mengurus rumah tangganya sendiri. Dengan adanya otonomi yang lebih luas yang diberikan oleh Undang-Undang tersebut, daerah memiliki kewenangan yang lebih besar untuk menyelenggarakan berbagai urusan pemerintahan dan pembangunan dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat sebagai tujuan dan sekaligus roh otonomi daerah. Penyerahan urusan pemerintahan dan pembangunan kepada daerah kabupaten/kota disertai juga dengan penyerahan Kewenangan kepada daerah dalam mencari sumber- sumber pembiayaan untuk menyelenggarakan urusanurusan tersebut. Sumber-sumber pembiayaan itu berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), bantuan pemerintah pusat dan sumber-sumber lain yang sah. Di antara berbagai sumber pembiayaan tersebut, PAD merupakan sumber yang mempunyai arti penting karena mencerminkan kemandirian daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah. Kaho (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2005: 66) menyatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah faktor keuangan yang baik. Istilah keuangan di sini mengandung arti setiap hak yang berhubungan dengan masalah uang, yang antara lain berupa sumber pendapatan, jumlah uang yang cukup, dan pengelolaan keuangan yang sesuai

dengan tujuan dan peraturan yang berlaku. Faktor keuangan penting dalam setiap kegiatan pemerintahan, karena hampir tidak ada kegiatan pemerintahan yang tidak membutuhkan biaya. Makin besar jumlah uang yang tersedia makin banyak pula kemungkinan kegiatan atau pekerjaan yang dapat dilaksanakan. Demikian juga, semakin baik pengelolaannya semakin berdaya guna pemakaian uang tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Manullang (dalam Hessel Nogi S. Tangkilisan, 2005: 66), bahwa bagi kehidupan suatu negara, masalah keuangan suatu negara sangat penting. Makin baik keuangan suatu negara, maka semakin stabil juga kedudukan pemerintah dalam negara itu. Sebaliknya, kalau keuangan negara itu kacau maka pemerintah akan menghadapi berbagai kesulitan dan rintangan dalam menyelenggarakan segala kewajiban yang diberikan kepadanya. Demikian juga bagi suatu pemerintah daerah, keuangan merupakan masalah penting baginya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Pemerintah daerah tidak akan dapat melaksanakan fungsinya dengan efektif dan efisien tanpa biaya yang cukup untuk memberikan pelayanan pembangunan dan keuangan. Sehingga faktor keuangan merupakan faktor utama sebagai sumber daya finansial bagi pembiayaan penyelenggaraan roda pemerintahan daerah. Keuangan daerah adalah keseluruhan tatanan, perangkat, kelembagaan, dan kebijakan penganggaran yang meliputi pendapatan dan belanja derah. Sumbersumber penerimaan daerah terdiri atas sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, Pendapatan Asli Daerah(PAD), bagi hasil pajak dan bukan pajak, sumbangan dan bantuan, serta penerimaan pembangunan. Dalam bidang keuangan daerah, fenomena umum yang dihadapi oleh Indonesia relatif kecilnya peranan

(kontribusi) PAD di dalam struktur APBD. Komponen PAD terdiri dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil perusahaan daerah, lain-lain hasil usaha daerah yang sah. Untuk mengetahui apakah suatu daerah otonom mampu mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri, syamsi (1986: 199) menegaskan bebrapa ukuran sebagai berikut: 1. Kemampuan struktural organisasi, struktur organisasi pemerintah daerah harus mampu menampung segala aktivitas dan tugas-tugas yang menjadi beban dan tanggungjawabnya, jumlah dan ragam unit cukup mencerminkan kebutuhan, pembagian tugas, wewenang dan tanggungjawab yang cukup jelas. 2. Kemampuan aparatur pemerintah daerah, aparat pemerintah daerah harus mampu menjalankan tugasnya dalam mengatur dan mengurus rumah tangga daerah. Keahlian, moral, disiplin dan kejujuran saling menunjang tercapainya tujuan yang diinginkan. 3. Kemampuan mendorong partisipasi masyarakat, pemerintah daerah harus mampu mendorong masyarakat agar memiliki kemauan untuk berperan serta dalam kegiatan pembangunan. 4. Kemampuan keuangan daerah, Pemerintah daerah harus mampu membiayai kegiatan pemerintah, pembangunan dan kemasyarakatan secara keseluruhan sebagai wujud dari pelaksanaan, pengaturan dan pengurusan rumah tangganyua sendiri. Tetapi kenyataan menunjukkan banyak daerah yang masih tergantung pada bantuan pemerintah pusat dalam pembiayaannya karena minimnya PAD. Padahal

banyak daerah kabupaten/kota yang memiliki potensi PAD yang cukup besar, tetapi potensi-potensi tersebut belum dapat digali dengan baik. Hal ini memberikan tantangan kepada daerah kabupaten/kota untuk meningkatkan PAD dari sektor-sektor potensial melalui kebijakan intensifikasi maupun ekstensifikasi penggalian PAD dari berbagai sektor yang potensial. Kabupaten Samosir merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara yang memiliki potensi yang cukup besar dalam PAD harusnya. Salah satu potensi PAD Kabupaten Samosir adalah dari sektor pariwisata yang merupakan keunggulan kompetitif Kabupaten Samosir karena letak dan kondisi geografisnya yang dikelilingi danau Toba dan pegunungan-pegunungan yang memiliki potensi pariwisata yang sangat besar. Dimana danau Toba merupakan salah satu ikon pariwisata nasional yang akan membantu pemerintah Samosir didalam mengembangkan sektor pariwisata di Samosir itu sendiri, dengan mensinergikan kebijakan-kebijakan pemerintahan pusat dengan kebijakan-kebijakan pemerintah Samosir sehingga berdampak positif terhadap peningkatan PAD. Tetapi kenyataannya kunjungan wisatan ke Samosir belum maksimal jika dibandingkan potensi yang ada.

Tabel 1: Total Kunjungan Winus dan Wisman Tahun 2008-2013 Tahun Jumlah Kunjungan 2008 105871 2009 109464 2010 115542 2011 132629 2012 143032 2013 151870 Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013 Untuk menjawab kebutuhan sebuah daerah akan pentingnya pendapatan asli daerah maka perlu pengembangan semua sektor yang mempunyai potensi besar dalam memberikan kontribusi dalam pendapatan asli daerah, dalam hal ini Samosir memiliki potensi yang sangat besar dari sektor pariwisata untuk peningkatan PAD. Tetapi jika dilihat perkembangan PAD Samosir dari sektor pariwisata sangatlah berbanding terbalik dari potensi yang dimiliki oleh pariwisata Samosir. Salah satu potensi besar yang dapat menjadi modal pembangunan di Kabupaten Samosir adalah kekayaan potensi pariwisata berbasis alam (ekowisata). Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor andalan Kabupaten Samosir dalam meningkatkan PAD, sehingga dalam rencana pembangunan menempatkan pariwisata sebagai komponen pembangunan yang utama. Pemerintah Kabupaten Samosir telah menargetkan menjadi Samosir menjadi daerah Tujuan Wisata Lingkungan Yang Inovatif 2015. Target tersebut dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) tahun 2011-2015 dengan menetapkan tujuan pembangunan selama 5 tahun seperti yang dimuat dalam visi RPJM. Prioritas dan dukungan bagi pengembangan pariwisata akan menempati tempat utama dalam kebijakan dan perencanaan pembangunan

daerah. Hal tersebut didukung pula dengan adanya Rencana Strategis Pembangunan Pariwisata Kabupaten Samosir 2011-2015 melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata. Kabupaten Samosir mempunyai banyak objek wisata yang dapat dikunjungi. Adapun objek wisata yang menjadi unggulan di Kabupaten Samosir saat ini adalah: 1. Kawasan hotel dan restoran di Tuktuk Siadong, Kec. Simanindo 2. Makam Tua Raja Sidabutar di Tomok, Kec. Simanindo 3. Pertunjukan Sigale-gale di Tomok, Kec. Simanindo 4. Batu kursi parsidangan di Siallagan, Kec. Simanindo 5. Museum Hutabolon di Simanindo, Kec. Simanindo 6. Pemandian Air Panas/ Hotspring, Kec. Pangururan 7. Pemandian Aek Sipitu Dai/ Air tujuh rasa, Kec. Sianjur mula-mula 8. Perkampungan Si Raja Batak di Sigulatti, Kec. Simanindo 9. Pemandian Pasir Putih Parbaba, Kec. Simanindo Pada dasarnya Pariwisata yang terdapat di kabupaten Samosir memiliki 3 karekteristik objek wisata, yaitu objek wisata sejarah, objek wisata seni dan budaya dan objek wisata alam. Karekteristik objek wisata ini seharusnya menjadi daya tarik yang sangat besar untuk pengembangan pariwisata Samosir dalam pengupayaan peningkatan PAD Samosir melalui sektor pariwisata. Melihat karakteristik objek wisata yang ada di kabupaten Samosir seharusnya banyak metode yang dapat di lakukan pemerintah Samosir untuk pengembangan pariwisata di Samosir. Seperti halnya pariwisata yang berbasis ekowisata.

Tetapi jika dilihat di lapangan keunggulan pariwisata Samosir belum dapat tergali secara maksimal, sehingga berdampak negatif terhadap PAD Samosir yang dimana mengandalkan sektor pariwisata sebagai salah satu penopang pendanaan penyelenggaraan Pemerintahan Kabupaten Samosir itu sendiri. Sehingga sampai saat ini APBD Samosir masih mengandalakan bantuan pemerintah pusat untuk pendanaan operasional pemerintahan dan pembangunan. Untuk memakasimalkan segala potensi pariwisata yang dimiliki pariwisata Samosir seharusnya Kabupaten Samosir memikirkan kebijakan-kebijakan yang startegis didalam proses pengembangan sektor pariwisata yang pada akhirnya akan memberikan sumbangsih positif terhadap peningkatan PAD Kabupaten Samosir. Untuk lebih jelas kita dapat melihat sumbangsih sektor pariwisata untuk PAD samosir dari tahun 2009-2013. Tabel 2: Total Pendapatan Sektor Pariwisata untuk Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir Tahun Pendapatan Sektor Pariwisata Pendapatan Asli Daerah Persentase 2009 50.197.000,00 6.837.595.975,00 0,07 % 2010 85.078.000,00 12.569.009.257,00 0,007% 2011 110.245.000,00 14.117.728.012,00 0,007% 2012 150.055.000,00 16.542.682.535,00 0,1% 2013 200.670.000,00 17.101.588.140,00 0,1% Sumber: Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir 2013 Berdasarkan pemaparan di atas, maka fokus dalam penelitian ini adalah mengkaji strategi pemerintah Kabupaten Samosir dalam mengelola pariwisata Samosir, melalui Dinas Pariwisata Seni, dan Budaya. Serta melihat alternatif peluang dari potensi-potensi pariwisata yang dimiliki oleh kabupaten Samosir

untuk peningkatan PAD. Oleh karena itu penulis mengangkatnya dalam sebuah penelitian yang berjudul Strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (studi pada Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya Kabupaten Samosir) 1.2 Rumusan Masalah Peningkatan PAD Kabupaten Samosir dari sektor pariwisata sangat dimungkinkan karena ketersediaan berbagai potensi pariwisata yang ada dan jika di dukung pemerintah daerah dalam bentuk regulasi. Namun potensi pariwisata yang besar tersebut akan tetap merupakan potensi apabila tidak dikelola dengan baik. Peningkatan PAD dari sektor pariwisata tidak mungkin dapat diwujudkan apabila Pemerintah Kabupaten Samosir tidak melakukan langkah-langkah yang proaktif, baik melalui kebijakan intensifikasi maupun ekstensifikasi penggalian PAD dari sektor pariwisata. Maka dengan itu masalah yang akan diteliti oleh penulis adalah Bagaimana strategi pengembangan sektor pariwisata dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu untuk : 1. Untuk mengetahui Strategi Kabupaten Samosir dalam meningkatkan PAD dari sektor pariwisata? 2. Untuk mengetahui mengetahui dan menganalisis potensi PAD dari sektor pariwisata di Kabupaten Samosir.

1. 4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah: a. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berpikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang telah diperoleh oleh penulis selama perkuliahan di Departeman Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. b. Bagi FISIP USU, dan universitas lainnya merupakan referensi bagi mahasiswa yang tertarik dalam topik ini. c. Bagi pemerintahan Kabupaten Samosir, khususnya aparatur pemerintah Dinas Pariwisata, Seni dan Budaya, penelitian ini bermanfaat sebagai sumbangan pemikiran dalam mengelola pengembangan sektor pariwisata dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Samosir. 1.5. Sistematika Penulisan Bab I : Pendahuluan Bab ini memuat latar belakang masalah, fokus penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan Bab II : Tinjauan Pustaka Bab ini memuat tentang teori-teori yang berhubungan dengan judul penelitian dan definisi konsep yang diperlukan peneliti Bab III : Metode Penelitian Bab ini memuat alasan menggunakan metode kualitatif, lokasi penelitian, teknik pengambilan subjek penelitian,

instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data yang dingunakan, pengujian keabsahan data, jadwal waktu dan tahap pelaksanaan penelitian, dan implementasi metode penelitian Bab IV : Temuan Penelitian Bab ini menguraikan tentang gambaran atau karakteristik lokasi penelitian yang ditemukan di lapangan Bab V : Analisis Temuan Penelitian Bab ini memuat hasil penelitian yang diperoleh dari lapangan dan dokumentasi serta hasil dianalisanya Bab VI : Penutup Bab ini memuat kesimpulan dan saran atas hasil penelitian yang telah dilakukan yang dianggap penting bagi pihak yang membutuhkan