kerja insulin ataupun kedua-duanya (1). Menurut American Diabetes krisis hiperglikemia, gula darah acak 200mg/dL (1,2).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Diabetes Mellitus Type II

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kasus terbanyak yaitu 91% dari seluruh kasus DM di dunia, meliputi individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. pada jutaan orang di dunia (American Diabetes Association/ADA, 2004).

BAB 1 : PENDAHULUAN. pergeseran pola penyakit. Faktor infeksi yang lebih dominan sebagai penyebab

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. insulin yang tidak efektif. Hal ini ditandai dengan tingginya kadar gula dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang American Diabetes Association (ADA) menyatakan bahwa Diabetes melitus

BAB I PENDAHULUAN UKDW. pada sel beta mengalami gangguan dan jaringan perifer tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) merupakan salah satu penyakit metabolik yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus menurut American Diabetes Association (ADA) 2005 adalah

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya telah mengalami perubahan dari basis pertanian menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit degeneratif merupakan transisi epidemiologis dari era penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manifestasi berupa hilangnya toleransi kabohidrat (Price & Wilson, 2005).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. DM merupakan penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

BAB I PENDAHULUAN. berkembang adalah peningkatan jumlah kasus diabetes melitus (Meetoo & Allen,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut American Diabetes Association, diabetes melitus merupakan suatu kelompok

BAB I. Pendahuluan. diamputasi, penyakit jantung dan stroke (Kemenkes, 2013). sampai 21,3 juta orang di tahun 2030 (Diabetes Care, 2004).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ANALISA KASUS. Apabila keton ditemukan pada darah atau urin, pengobatan harus cepat dilakukan karena

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. Premier Jatinegara, Sukono Djojoatmodjo menyatakan masalah stroke

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya. Diagnosis DM umumnya dikaitkan dengan adanya gejala

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Jogja yang merupakan rumah sakit milik Kota Yogyakarta. RS Jogja terletak di

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB I PENDAHULUAN. Nefropati diabetik merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

PREVALENSI RETINOPATI DIABETIKA PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI POLIKLINIK PENYAKIT DALAM RSUP SANGLAH DENPASAR

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah sekelompok gangguan metabolik. dari metabolisme karbohidrat dimana glukosa overproduksi dan kurang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

Definisi Diabetes Melitus

BAB 1 PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang telah diproduksi secara efektif. Insulin merupakan

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) adalah gangguan metabolisme kronik yang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Diabetes melitus tipe 2 adalah sindrom metabolik. yang memiliki ciri hiperglikemia, ditambah dengan 3

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Keberhasilan suatu pengobatan tidak hanya dipengaruh i oleh. kesehatan, sikap dan pola hidup pasien dan keluarga pasien, tetapi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkat menjadi 592 juta orang (Kementrian Kesehatan RI, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisai membawa pengaruh yang sangat besar tidak hanya dalam

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. adanya kenaikan gula darah (hiperglikemia) kronik. Masalah DM, baik aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai oleh kadar glukosa darah melebihi normal serta gangguan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Diabetes Melitus (DM) berdasarkan American Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes melitus (DM) adalah penyakit kronis yang mengacu pada

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular dan penyebab utama end stage renal disease (ESRD). Kematian

Obat Penyakit Diabetes Metformin Biguanide

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan kasus sebanyak 300 juta penduduk dunia, dengan asumsi 2,3%

BAB I PENDAHULUAN. yang selalu mengalami peningkatan setiap tahun di negara-negara seluruh

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seseorang dengan katarak akan melihat benda seperti tertutupi kabut, lensa mata

Skripsi Ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh: Seno Astoko Putro J

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kegagalan pengendalian gula darah. Kegagalan ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan kadar glukosa darah yang tinggi (hiperglikemia) yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin ataupun kedua-duanya (1). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2016, kriteria diagnosis dari DM adalah kadar glukosa darah puasa adalah 126 mg/dl, glukosa dua jam post prandial 200mg/dL dan nilai HbA1c 6,5%, yang dapat diperiksa setiap saat, sebelum atau sesudah makan ataupun dalam keadaan puasa, dan pada pasien dengan gejala klasik dari hiperglikemia atau krisis hiperglikemia, gula darah acak 200mg/dL (1,2). Ciri spesifik penderita DM pada keadaan hiperglikemi ditandai dengan istilah 3P yaitu Poliphagi keadaan penderita merasakan lapar secara terus menerus, Polidipsi keadaan merasa haus secara terus menerus, dan Poliuri dimana penderita akan sering buang air kecil, terjadi penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya dan keluhan lain seperti lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada pria serta pruritus vulva pada wanita (1). 1

Data dari International Diabetes Federation (IDF) 2014, saat ini diperkirakan 9,1 juta orang didiagnosis sebagai penyandang DM. Indonesia menempati peringkat ke-5 di dunia, atau naik dua peringkat dibandingkan data IDF tahun 2013 yang menempati peringkat ke-7 di dunia dengan 7,6 juta orang penyandang DM (1). Diabetes melitus tipe 2 (DMT2) merupakan tipe diabetes yang sering ditemukan pada masyarakat (95% lebih). Penyebab awal dari timbulnya DMT2 adalah resistensi insulin yang akhirnya menimbulkan dekompensasi pankreas mensekresi insulin (3). Tujuan dari penatalaksanaan DM adalah meningkatkan kualitas hidup penderita meliputi tujuan jangka pendek yaitu menghilangkan keluhan DM dan mengurangi resiko komplikasi akut. Tujuan jangka panjang adalah mencegah dan menghambat progresifitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati dengan tujuan akhir menurunkan angka morbiditas dan mortalitas pada penderita DM (1). Salah satu indikator yang mempengaruhi pengobatan dari DMT2 adalah HbA1c, yaitu pemeriksaan darah yang penting untuk melihat seberapa baik pengobatan terhadap diabetes yang menggambarkan rata-rata glukosa darah selama 2 sampai 3 bulan terakhir dan digunakan bersama dengan pemeriksaan glukosa darah biasa untuk membuat penyesuaian dalam 2

pengendalian DMT2 (1). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan DMT2 yang tidak terkontrol dengan baik dapat menimbulkan hiperglikemi kronis yang akan meningkatkan komplikasi kronis antara lain komplikasi makrovaskuler dan mikrovaskuler. Salah satu komplikasi mikrovaskular pada penderita DMT2 adalah nefropati diabetik, hiperglikemi akan menginduksi kegagalan fungsi beberapa tipe sel ginjal yang bisa mengakibatkan kegagalan ginjal yang progresif. Penurunan fungsi ginjal secara progresif ditandai dengan adanya akumulasi matriks ekstraseluler dalam kompartemen glomerolus, tubulus interstitial dan terjadi proses penebalan dan hialinisasi vaskulator intra renal yang akan mengakibatkan perubahan patologis (4,5). Sel epitel glomerolus atau podocyte berperan dalam ketahanan dinding kapiler glomerolus yang berperan dalam terjadinya albuminuria sebagai tahap awal nefropati diabetik. Mikroalbumin sebagai deteksi awal terjadinya nefropati diabetik merupakan titik kritis dalam pengelolan nefropati diabetik sebagai golden standart dalam diagnosa onset diabetik nefropati (6,7). Nefropati diabetik merupakan salah satu penyebab paling utama dari gagal ginjal stadium akhir. Sekitar 20-40% penyandang diabetes akan mengalami nefropati diabetik. Diagnosis nefropati 3

diabetik ditegakkan jika terdapat kadar albumin >30 mg dalam urin 24 jam pada 2 dari 3 kali pemeriksaan dalam kurun waktu 3-6 bulan, tanpa penyebab albuminuria lainnya (1). Penyakit ini meningkatkan angka kematian terutama karena pengaruh kardiovaskuler. Hiperglikemia, peningkatan tekanan darah dan faktor genetik merupakan faktor resiko timbulnya nefropati diabetik. Peningkatan lipid serum, kebiasaan merokok, dan jumlah konsumsi protein juga berperan sebagai faktor resiko (8). 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah ditulis, identifikasi masalah dari penelitian ini adalah banyaknya pasien DMT2 yang kadar glukosa darahnya tidak terkontrol sehingga mengakibatkan meningkatnya kadar glukosa darah yang dapat diukur dengan peningkatan kadar HbA1c. Kadar glukosa darah yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi mikrovaskuler maupun makrovaskular pada pasien DMT2. Hal yang tercantum pada tabel di bawah ini merupakan empat besar angka kejadian laporan diagnosis DM dengan komplikasi pasien rawat jalan poli penyakit dalam RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya tahun 2016 yang diambil dari database rekam medik rumah sakit. 4

Tabel 1.1 Jumlah kejadian DMT2 dengan komplikasi di RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya tahun 2016 No 1 2 3 4 Diagnosis Non-insulin-dependent diabetes mellitus with peripheral circulatory complication Non-insulin-dependent diabetes mellitus with unspecified complication Insulin-dependent diabetes mellitus with peripheral circulatory complication Unspecified diabetes mellitus with peripheral circulatory complication Angka kejadian 1639 623 558 48 Penulis melalui penelitian ini ingin menganalisa hubungan antara peningkatan kadar HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien DMT2. Kedua komponen tersebut berperan sebagai penanda terjadinya komplikasi mikrovaskuler berupa nefropati diabetik. 1.3 Rumusan Masalah Apakah terdapat hubungan antara HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien DMT2? 5

1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara HbA1c dengan mikroalbuminuria pada pasien DMT2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya. 1.4.2 Tujuan Khusus Tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui kadar HbA1C pada pasien DMT2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya. 2. Mengetahui adanya mikroalbuminuria sebagai penanda terjadinya komplikasi nefropati diabetik di poli penyakit dalam RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya. 3. Mengetahui hubungan antara peningkatan HbA1c dengan kejadian mikroalbuminuria pada pasien DMT2 di poli penyakit dalam RS Bhayangkara H.S. Mertojoso Surabaya. 6

1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis Memberikan informasi mengenai kadar mikroalbuminuria dan hubungannya dengan HbA1c pada pasien DMT2 sebagai upaya deteksi dini terjadinya nefropati diabetik. 1.5.2 Manfaat Praktis 1. Menganalisa faktor resiko nefropati diabetik pada pasien DMT2 di RS Bhayangkara H. Samsoeri Mertojoso dan sebagai syarat kelulusan program pendidikan dokter di Fakultas Kedokteran Widya Mandala Surabaya. 2. Sebagai bahan untuk melakukan edukasi dan deteksi dini terjadinya komplikasi berupa nefropati diabetik pada pasien DMT2. 3. Menambah ilmu pengetahuan dan wawasan bagi peneliti tentang komplikasi diabetes serta berlatih untuk membuat suatu karya ilmiah. 4. Membantu proses melengkapi data rekam medik pasien dan membantu proses deteksi dini terjadinya komplikasi nefropati diabetik. 5. Menjadi bahan masukan bagi rekan peneliti bila melakukan penelitian sejenis. 7