BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. satu keaneragaman hayati tersebut adalah keanekaragaman spesies serangga.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah

BAB I PENDAHULUAN. kelembaban. Perbedaan ph, kelembaban, ukuran pori-pori, dan jenis makanan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara disebut Mega Biodiversity setelah Brazil dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hidup dari bidang pertanian (Warnadi & Nugraheni, 2012). Sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sebesar jenis flora dan fauna (Rahmawaty, 2004). Keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. diperkirakan sekitar 25% aneka spesies di dunia berada di Indonesia. Indonesia

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

I. PENDAHULUAN. Perkebunan memiliki peran yang penting dalam pembangunan nasional,

I. PENDAHULUAN. Dampak penambangan yang paling serius dan luas adalah degradasi, kualitas

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah (Marlinda, 2008). Sektor pertanian di Indonesia merupakan sektor

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang didominasi oleh perairan,

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam komunitas yang sering disebut kekayaan spesies

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kumpulan tanaman pinus. Pinus yang memiliki klasifikasi berupa : Species : Pinus merkusii (van Steenis, et al., 1972).

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu hutan mangrove yang berada di perairan pesisir Jawa Barat terletak

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar dengan jumlah pulaunya yang

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan jenis flora dan fauna yang sangat tinggi (Mega Biodiversity). Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Kehidupan bergantung kepada air dalam berbagai bentuk. Air merupakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber daya alam untuk keperluan sesuai kebutuhan hidupnya. 1 Dalam suatu

BAB I PENDAHULU 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Anggapan ini terbentuk berdasarkan observasi para ahli akan keanekaragamannya

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. lainnnya yang tersebar luas dari Sabang sampai Merauke. Menurut Ummi (2007)

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki luas wilayah lebih dari 7,2 juta km 2 yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan dan hewan yang sangat tinggi (mega biodiversity). Indonesia terletak di

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan secara geografis Indonesia terletak di antara benua Asia dan Benua

TINJAUAN PUSTAKA. 1. Jumlah spesies dalam satu komunitas yang sering disebut dengan. banyak spesies tersebut (Anonimus, 2008).

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

BAB I PENDAHULUAN. memiliki sebaran jenis serangga yang unik. Selain jenis-jenis yang sebarannya

BAB I PENDAHULUAN. ekosistem lamun, ekosistem mangrove, serta ekosistem terumbu karang. Diantara

BAB I PENDAHULUAN. dunia, termasuk juga keanekaragaman Arthropodanya. 1. Arachnida, Insecta, Crustacea, Diplopoda, Chilopoda dan Onychophora.

BAB I PENDAHULUAN. di danau dan lautan, air sungai yang bermuara di lautan akan mengalami

I. PENDAHULUAN. limbah dari pertanian dan industri, serta deforestasi ilegal logging (Nordhaus et al.,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III KERAGAMAN SPECIES SEMUT PADA EKOSISTEM TERGANGGU DI KAWASAN CAGAR ALAM TELAGA WARNA JAWA BARAT

Paket INFORMASI DAMPAK HUTAN TANAMAN TERHADAP LINGKUNGAN

Daya Dukung Lingkungan Jasa Ekosistem

I. PENDAHULUAN. Menurut Tomlinson(1986), mangrove merupakan sebutan umum yang digunakan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Biodiversitas ( Biodiversity

Geografi LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN I. K e l a s. Kurikulum 2006/2013. A. Pengertian Lingkungan Hidup

Individu Populasi Komunitas Ekosistem Biosfer

BAB I PENDAHULUAN. terkaya (mega biodiversity). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004), keanekaragaman

II. PERMASALAHAN USAHA TANI DI KAWASAN MEGABIODIVERSITAS TROPIKA BASAH

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan medium atau substrat tempat hidup bagi komunitas

TUNTAS/PKBM/1/GA - RG 1 Graha Pustaka

EKOLOGI & AZAS-AZAS LINGKUNGAN. Oleh : Amalia, S.T., M.T.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

ABSTRAK DIVERSITAS SERANGGA HUTAN TANAH GAMBUT DI PALANGKARAYA KALIMANTAN TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Plankton merupakan organisme renik yang hidup melayang-layang di air dan

II. TINJAUAN PUSTAKA

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

TINJAUAN PUSTAKA. I. Ekologi Tanaman Kelapa Sawit (Elais guinensis Jacq.) baik di daerah tropis (15 LU - 15 LS). Tanaman ini tumbuh sempurna di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian diskriptif kuantitatif. Pengambilan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. tinggi adalah Taman Hutan Raya Wan Abdurahman. (Tahura WAR), merupakan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 1998 TENTANG KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

memiliki kemampuan untuk berpindah tempat secara cepat (motil), sehingga pelecypoda sangat mudah untuk ditangkap (Mason, 1993).

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB III METODE PENELITIAN. serangga yang ada di perkebunan jeruk manis semi organik dan anorganik.

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB II. PELESTARIAN LINGKUNGAN

Menurut Borroret al (1992) serangga berperan sebagai detrivor ketika serangga memakan bahan organik yang membusuk dan penghancur sisa tumbuhan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 20 mm per hari) begitu pula dengan produksi bijinya. Biji gulma

I. PENDAHULUAN. di lahan sawah terus berkurang seiring perkembangan dan pembangunan di

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata

BAB I PENDAHULUAN. yaitu mendapatkan makanan, suhu yang tepat untuk hidup, atau mendapatkan

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. fauna yang hidup di habitat darat dan air laut, antara batas air pasang dan surut.

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

BAB I PENDAHULUAN. memiliki jumlah pulau yang sangat banyak. Secara astronomis, Indonesia terletak

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Air merupakan unsur penting bagi kehidupan makhluk hidup baik manusia,

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perkebunan tebu terbesar di Lampung adalah PT. Gunung Madu Plantation

Biogeografi Daluga Untuk Prospek Ketahanan Pangan Nasional

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pupuk dibedakan menjadi 2 macam yaitu pupuk organik dan pupuk anorganik

Berikut beberapa penyebab kepunahan hewan dan tumbuhan: 1. Bencana Alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sangatlah tinggi. Kekayaan yang tinggi tersebut, membuat Indonesia disebut dengan megabiodiversity yang memiliki jenis flora dan fauna yang terbilang banyak. Luas wilayah Indonesia 1,3% dari seluruh luas permukaan bumi, memiliki 10% flora berbunga, 12% mamalia, 17% jenis burung, 25% jenis ikan, dan 15% serangga (Rahayuningsih, 2012 dalam Permana 2015). Indonesia terletak di kawasan tropik yang mempunyai iklim yang stabil dan secara geografi adalah Negara kepulauan, sehingga memungkinkan bagi segala macam flora dan fauna dapat hidup dan berkembang biak (Siregar, 2009 dalam Permana, 2015). Menurut data Bappenas, (1993) dalam Sindanita Yulianti (2017. h.2), mengatakan bahwa Indonesia memiliki keanekaragaman jenis serangga yang dengan jumlah 250.000 jenis atau sekitar 15% dari jumlah jenis biota utama yang diketahui. Keanekaragaman di Indonesia pada dasarnya tinggi, namun saat ini tingkat keberadaan jenis fauna menurun karena diakibatkan habitat atau tempat tinggal fauna tersebut terganggu seperti adanya kerusakan secara alami misalnya adanya bencana alam yaitu erupsi gunung merapi, gemba bumi, dan tsunami, hal itu menyebabkan terganggunya habitat fauna kemudian faktor campur tangan manusia seperti konservasi hutan alam menjadi kawasan tanaman tahunan, konservasi hutan alam menjadi lahan pertanian dan perkebunan atau akibat adanya kerusakan yang di sengaja oleh pihak yang tidak bertanggung jawab seperti kebakaran hutan yang disengaja sehingga membuat fauna tersebut berpindah tempat, adanya eksploitasi dan eksplorasi fauna maupun flora sehingga mengakibatkan ketidakstabilan proses jaringjaring makanan yang ada. Akibat deforestasi tersebut banyak flora maupun fauna yang terancam eksistensinya. Selain itu hal tersebut menjadikan Indonesia menjadi 1

2 salah satu negara penyumbang emisi gas rumah kaca terbesar di dunia. Kerusakan alam dan hilangnya habitat telah menyebabkan puluhan ribu spesies terancam punah. Dari 20 negara di dunia yang jenis-jenis alamiahnya terancam, maka Indonesia menduduki posisi ke-5, dimana terdapat 1126 spesies yang terancam punah, (Darlington, 2010 dalam Pandani, 2016 waktu akses: Kamis, 10 Mei 2018 pukul 11.02 alamat http://pak.pandani.web.id/2016/09/faktor-penyebab-penurunan.html). Menurut Odum (1994), keanekaragaman jenis cenderung akan rendah dalam ekosistem yang secara fisik terkendali yaitu yang memiliki faktor pembatas fisika kimia yang kuat dan akan tinggi dalam ekosistem yang diatur secara alami. Penyebarannya dibatasi oleh faktor-faktor geologi dan ekologi yang cocok, sehingga terjadi perbedaan keragaman jenis fauna yang ada. Perbedaan ini disebabkan adanya perbedaan iklim, musim, ketinggian tempat, serta jenis makanannya (Borror, 1996). Ekosistem terbentuk oleh komponen biotik dan abiotik membentuk suatu interaksi yang teratur dalam suatu tempat tertentu. Keteraruran akan terjadi oleh adanya arus materi dan energi yang terkendalikan antara komponen dalam ekosistem itu (Soemarwoto, 2004 dalam Puspitasari, 2017). Pada umumnya ekosistem terbagi menjadi dua yaitu ekosistem alami dan ekosistem binaan manusia. Ekosistem alami merupakan ekosistem yang perkembangan dan pertumbuhannya berjalan apa adanya sesuai dengan proses alam tanpa campur tangan manusia, sedangkan ekosistem binaan manusia adalah sebuah ekosistem yang dibina dari proses pembentukan, peruntukan, dan perkembangannya sampai menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan manusia. sebagai contoh ekosistem pertanian dan ekosistem perkebunan (Untung, 2006 dalam Permana, 2015. h.2). Ekosistem perkebunan salah satunya terdapat di hutan Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat yang merupakan hutan tropis sebagai contoh ekosistem binaan manusia yang hasilnya dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia. Berdasarkan hasil studi pendahuluan melalui wawancara, ekosistem hutan Jayagiri saat ini mengalami kerusakan dikarenakan adanya perubahan atau konservasi lahan hutan alam menjadi lahan pertanian dan perkebunan, sebagai contoh sebagian

3 kawasan hutan Jayagiri dibina oleh manusia dengan ditanami kopi dan dijadikan perkebunan kopi, kemungkinan yang sangat besar untuk keberadaan dan keanekaragaman fauna di kawasan tersebut terganggu dan mulai berdatangan jenis baru karena ketertarikan pada tanaman yang tumbuh di kawasan tersebut, hal itu menyebabkan fauna asli atau fauna yang khas pada daerah hutan Jayagiri mengalami persaingan habitat, meskipun pada dasarnya kelompok fauna yang sama, namun dari cara makan atau tingkah laku memiliki perbedaan. Hal tersebut menjadikan penelitian ini untuk mengetahui keberadaan dan keanekaragaman yang ada di kawasan perkebunan kopi hutan Jayagiri tersebut. Ekosistem hutan Jayagiri memiliki berbagai macam komponen biotik yang hidup di dalamnya, seperti hidup berbagai jenis flora dan fauna. Fauna di hutan Jayagiri hidup pada kawasan permukaan tanah, tertutup kanopi, dan tidak tertutup kanopi (terbuka). Fauna tanah merupakan makhluk hidup yang penting bagi kesuburan tanah dilihat dari segi fungsinya yaitu fauna tanah dapat mendegradasi bahan organik, mineralisasi unsur hara, pengendalian populasi organisme patogen, dan hasilnya dapat dijadikan sebagai pupuk alami untuk memelihara keadaan tanah (Handayanto dan Hairiah, 2007:43 dalam Adhari, 2015). Berdasarkan kegiatan makannya fauna tanah itu ada yang bersifat herbivora, saprovora, fungivora, dan predator (Suin, 1997). Biodiversitas fauna tanah adalah hewan-hewan yang hidup di atas maupun di bawah permukaan tanah yang dibagi menjadi beberapa kelompok seperti kelompok mikrofauna tanah, mesofauna tanah dan makrofauna tanah, serta kelompok megafauna tanah. (Nusroh, 2007 dalam Nurrohman, Abdulkadir, & Sri, 2015). Pengelompokan tersebut ditentukan berdasarkan ukuran dan fungsi atau peranannya dalam ekosistem. Salah satunya menurut Thamrin dan Hanafi dalam Nurrohman et al., (2015) peran aktif dari makrofauna tanah dalam menguraikan bahan organik tanah dapat mempertahankan dan mengembalikan produktivitas tanah dengan didukung faktor lingkungan disekitarnya. Menurut Suheriyanto dalam Permana (2015), fauna tanah digunakan sebagai indikator keseimbangan ekosistem yang apabila dalam suatu ekosistem adanya

4 keanekaragaman fauna yang tinggi maka, lingkungan ekosistem tersebut stabil atau seimbang. Keanekaragaman fauna tanah yang tinggi akan menyebabkan proses jaring-jaring makanan berjalan secara normal, begitu sebaliknya apabila di dalam ekosistem keanekaragaman rendah maka, lingkungan ekosistem tersebut tidak seimbang dan labil. Peranan fauna tanah yang terdapat di kebun kopi sangat berpengaruh terhadap kegiatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi tersebut. Menurut Borror, D.J., Triplehorn (1996), peranan fauna yang hidup di daratan diantaranya sebagai penyerbuk, penghasil produk perdagangan, pengontrol hama, pemakan bahan organik yang membusuk, dan pengendali hama. Telah dilakukan serangkaian penelitian di hutan Gunung Tangkuban Perahu dengan judul Kelompok Trofik pada Komunitas Arthropoda Tajuk dan Lantai Hutan di Hutan Gunung Tangkuban Perahu Jawa Barat: Ilustrasi dengan Diagram Trofik Hipotetik yang menggunakan metode Perangkap Jendela Termodifikasi (PJT) di dua kawasan yaitu kawasan hutan campuran dan hutan pinus. Hasil penelitian dari dua komunitas hutan telah berhasil dikoleksi dan diidentifikasi arthropoda sebanyak 6476 individu, terdiri atas 24 ordo dan 557. Di hutan campuran lebih banyak ditemukan arthropoda sebanyak 4575 individu, terdiri 19 ordo dan 416 morfospesies; sedangkan di hutan pinus hanya 2171 individu, terdiri dari 20 ordo dan 305 morfospesies yang teridentifikasi berdasarkan bentuk fisik dan karakteristiknya. Penelitian ini dilatar belakangi oleh penelitian sebelumnya yang melakukan penelitian di kawasan hutan Gunung Tangkuban Perahu, sedangkan untuk penelitian ini akan dilakukan di kawasan hutan Jayagiri yang lokasinya dekat dengan hutan Gunung Tangkuban Perahu, kawasan tersebut adalah hutan yang didominasi oleh pinus dan sebagian wilayah hutan Jayagiri pun dialih fungsikan dan ditanami dengan tanaman kopi oleh warga sekitar. Berdasarkan latar belakang tersebut, untuk mengetahui keanekaragaman jenis fauna tanah yang ada pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi yang setelah dilakukan observasi belum ada data yang menunjukkan keanekaragaman fauna tanah tersebut, maka dirasa perlu untuk

5 dilakukannya penelitian dengan judul Keanekaragaman Fauna Tanah pada Lapisan Permukaan Tanah di Kebun Kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas maka, dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Berubahnya kawasan hutan alam menjadi perkebunan kopi yang menjadikan fauna pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi tersebut harus diketahui jenis keanekaragamannya. 2. Belum adanya informasi mengenai keanekaragaman fauna tanah pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 3. Perlunya informasi mengenai keadaan spesies dari fauna tanah pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat sebagai data untuk koleksi hewan perhutani dan acuan dalam materi pengayaan Invertebrata. 4. Perlunya tambahan data dan informasi mengenai jenis keanekaragaman pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi berdasarkan peranan fauna tanah untuk keseimbangan ekosistem. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut di atas maka, rumusan masalah utama dalam penelitian ini adalah Bagaimana keanekaragaman fauna tanah di lantai kebun kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat? Agar lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dirinci menjadi pertanyaan-pertanyan penelitian sebagai berikut: 1. Jenis fauna tanah apa saja dan berapa jumlah yang ditemukan pada lapisan permukaan tanah di Kebun Kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 2. Bagaimana keanekaragaman fauna tanah pada lapisan permukaan tanah Kebun Kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat? 3. Bagaimana karakteristik faktor klimatik yang ada pada lapisan permukaan tanah di Kebun Kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat?

6 D. Batasan Masalah Agar permasalahan yang dibahas dalam penelitian menjadi lebih terarah dan tidak terlalu meluas, peneliti membuat beberapa batasan masalah sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian ini dilakukan di kebun kopi yang berada di Kawasan Konservasi Hutan Jayagiri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat. 2. Objek yang diteliti adalah hewan Invertebrata yang tergolong ke dalam mesofauna dan makrofauna yang tercuplik di daerah lapisan permukaan tanah kebun kopi dengan metode Hand Sorting, Pit Fall Trap, dan metode pengapungan. 3. Faktor klimatik yang diukur meliputi suhu udara, kelembapan udara, kelembapan tanah, suhu tanah, ph tanah, dan intensitas cahaya sebagai faktor penunjang dan pendukung dalam keanekaragaman. 4. Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah keanekaragaman fauna tanah kelompok mesofauna dan makrofauna yang tercuplik pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi. E. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, peneliti memiliki tujuan di dalam penelitian sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi dan mendeterminasikan fauna tanah yang terdapat pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat 2. Mengetahui keanekaragaman fauna tanah pada lapisan permukaan tanah di kebun kopi Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. F. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, di antaranya: 1. Bagi Penulis: Dapat menambah pengetahuan baru bagi penulis mengenai penelitian fauna tanah di lantai kebun kopi.

7 2. Bagi Akademik: a. Bermanfaat sebagai referensi penelitian selanjutnya. b. Bermanfaat untuk memberikan pengetahuan ataupun wawasan baru dalam bidang akademik mengenai penelitian fauna tanah di lantai kebun kopi. 3. Bagi Masyarakat: Bermanfaat untuk pengetahuan masyarakat mengenai penelitian fauna tanah di lantai kebun kopi. 4. Bagi Pendidikan: Bermanfaat sebagai referensi ataupun literatur pada materi SMA kelas X mengenai Animalia, pada invertebrata. G. Definisi Operasional Agar tidak terjadi kesalahan dalam menafsirkan serta memberikan gambaran yang konkret mengenai arti yang terkandung dalam judul, maka dengan ini penulis memberikan definisi operasional yang akan dijadikan landasan pokok dalam penelitian ini. Berikut definisi operasional adalah: 1. Keanekaragaman fauna tanah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jumlah individu dari satu spesies fauna tanah per jumlah total semua individu yang tercuplik di lantai Kebun Kopi, Jayagiri, Lembang, Kabupaten Bandung Barat (Michael, 1984). 2. Fauna Tanah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis hewan yang terdapat di permukaan tanah yang merupakan bagian penting dalam ekosistem yang tercuplik dengan metode Pit Fall Trap, Hand Sorting, dan pengapungan yang termasuk ke dalam jenis mesofauna dan makrofauna tanah (Suin, 1997). 3. Kopi (Coffe spp. L.) yang dimaksud dalam penelitian ini adalah jenis tanaman kopi yang ditanam dalam suatu lahan yang dijadikan perkebunan kopi yang terletak di hutan Jayagiri Lembang, Kabupaten Bandung Barat. H. Sistematika Skripsi Agar penulisan skripsi menjadi sistematis yang menggambarkan kandungan setiap bab maka, dibuat sistematika skripsi sebagai berikut: 1. Bagian Awal

8 2. Bagian Isi a. Bab I Pendahuluan b. Bab II Kajian Teori c. Bab III Metode Penelitian d. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan e. Bab V Simpulan dan Saran 3. Bagian Akhir a. Daftar Pustaka b. Riwayat Hidup c. Lampiran-lampiran