Performa Ayam Jantan Tipe Medium Dengan Persentase Pemberian Ransum Yang Berbeda Antara Siang dan Malam

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Secara umum, ternak dikenal sebagai penghasil bahan pangan sumber protein

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan dan kecerdasan bangsa. Permintaan masyarakat akan

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP PERFORMA PRODUKSI AYAM PETELUR FASE AWAL GROWER

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

EFEK LAMA WAKTU PEMBATASAN PEMBERIAN PAKAN TERHADAP PERFORMANS AYAM PEDAGING FINISHER

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

Pengaruh Tingkat Penambahan Tepung Daun Singkong dalam Ransum Komersial terhadap Performa Broiler Strain CP 707

Pengaruh Lanjutan Substitusi Ampas Tahu pada Pakan Basal (BR-2) Terhadap Penampilan Ayam Broiler Umur 4-6 Minggu (Fase Finisher)

Pengaruh Imbangan Hijauan-Konsentrat dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Produktivitas Kelinci Lokal Jantan

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler Yang Mengonsumsi Air Kunyit

Perbandingan Performans Broiler yang Diberi Kunyit dan Temulawak Melalui Air Minum

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

Pengaruh Pengaturan Waktu Pemberian Air Minum yang Berbeda Temperatur terhadap Performan Ayam Petelur Periode Grower.

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

Yunilas* *) Staf Pengajar Prog. Studi Peternakan, FP USU.

PENAMPILAN PRODUKSI AYAM BROILER YANG DIBERI TEPUNG GAMBIR (Uncaria Gambir Roxb) SEBAGAI FEED ADDITIVE DALAM PAKAN.

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON THE PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN STARTER PERIOD

PENGARUH PERENDAMAN NaOH DAN PEREBUSAN BIJI SORGHUM TERHADAP KINERJA BROILER

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan penetasan final stock ayam petelur selalu mendapatkan hasil samping

Perbandingan Performans Dua Strain Broiler yang Mengonsumsi Air Kunyit

THE INFLUENCES OF CAGE DENSITY ON PERFORMANCE OF HYBRID AND MOJOSARI DUCK IN FINISHER PERIOD

Efektifitas Berbagai Probiotik Kemasan Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Burung Puyuh (Coturnix coturnix japonica)

PERFORMAN PERTUMBUHAN AWAL AYAM BURAS PADA FASE STARTER YANG DIBERI RANSUM KOMERSIL AYAM BROILER

KOMBINASI AZOLLA MICROPHYLLA DENGAN DEDAK PADI SEBAGAI ALTERNATIF SUMBER BAHAN PAKAN LOKAL AYAM PEDAGING

Penampilan Produksi Anak Ayam Buras yang Dipelihara pada Kandang Lantai Bambu dan Litter

I. PENDAHULUAN. pemenuhan kebutuhan protein hewani masyarakat dan meningkatkan. kesejahteraan peternak. Masalah yang sering dihadapi dewasa ini adalah

Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2004

RESPON FISIOLOGIS AYAM JANTAN TIPE MEDIUM DI KANDANG PANGGUNG DENGAN KEPADATAN BERBEDA

PENGARUH MANIPULASI RANSUM FINISHER TERHADAP PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN EFISIENSI PAKAN DALAM PRODUKSI BROILER

I. PENDAHULUAN. Sektor peternakan sangat penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Sumber daya

Tepung Ampas Tahu Dalam Ransum, Performa Ayam Sentul... Dede Yusuf Kadasyah

Pengaruh Jenis Alat Pemanas Kandang Indukan terhadap Performan Layer Periode Starter

II. TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur juga dapat dimanfaatkan sebagai ternak penghasil daging

SUPLEMENTASI BEBERAPA PROBIOTIK MELALUI AIR MINUM TERHADAP PERFORMANS AYAM BROILER PERIODE AKHIR

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

Animal Agriculture Journal 3(3): , Oktober 2014 On Line at :

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu Vol. 4(3): , Agustus 2016 PERFORMA AYAM PEDAGING PADA SISTEM BROODING KONVENSIONAL DAN THERMOS

I. PENDAHULUAN. pesat. Perkembangan tersebut diiringi pula dengan semakin meningkatnya

PEMANFAATAN STARBIO TERHADAP KINERJA PRODUKSI PADA AYAM PEDAGING FASE STARTER

PENGARUH PENUNDAAN PENANGANAN DAN PEMBERIAN PAKAN SESAAT SETELAH MENETAS TERHADAP PERFORMANS AYAM RAS PEDAGING ABSTRACT

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANGDITAMBAH DENGAN TEPUNG BUAH KURMA (Phoenix dactylifera) DALAM RANSUM KOMERSIAL

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

RESPON PERTUMBUHAN ANAK ITIK JANTAN TERHADAP BERBAGAI BENTUK FISIK RANSUM (GROWTH RESPONSE OF MALE DUCK RESULTING FROM DIFFERENT SHAPE OF RATIONS)

PEMBERIAN PAKAN TERBATAS DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PERFORMA AYAM PETELUR TIPE MEDIUM PADA FASE PRODUKSI KEDUA

Sudjatinah, H.T. Astuti dan S. S. Maryuni Fakultas Peternakan Universitas Semarang, Semarang ABSTRAK

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Hal ini ditandai dengan banyaknya perusahaan baru

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. telur sehingga produktivitas telurnya melebihi dari produktivitas ayam lainnya.

Pengaruh Jenis dan Waktu Pemberian Ransum terhadap Performans Pertumbuhan dan Produksi Ayam Broiler

1. PENDAHULUAN. Produktivitas ayam petelur selain dipengaruhi oleh faktor genetik juga

PENGARUH PEMBERIAN FEED ADDITIVE RI.1 DAN JENIS PAKAN YANG BERBEDA TERHADAP PENAMPILAN AYAM BROILER SKRIPSI ATA RIFQI

Performa Pertumbuhan Puyuh Petelur Betina Silangan... Henry Geofrin Lase

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Ayam Broiler Awal Penelitian

PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG AMPAS TAHU DI DALAM RANSUM TERHADAP BOBOT POTONG, BOBOT KARKAS DAN INCOME OVER FEED COST AYAM SENTUL

Pengaruh Imbangan Energi dan Protein Ransum terhadap Energi Metabolis dan Retensi Nitrogen Ayam Broiler

Hardi Prakoso. Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Bengkulu, Bengkulu Jalan Raya Kandang Limun, Bengkulu, Telp (0736) Pst 219.

EFFECT OF HOUSE TEMPERATURE ON PERFORMANCE OF BROILER IN STARTER PERIOD

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

KINERJA AYAM KAMPUNG DENGAN RANSUM BERBASIS KONSENTRAT BROILER. Niken Astuti Prodi Peternakan, Fak. Agroindustri, Univ. Mercu Buana Yogyakarta

Performans Pertumbuhan Itik Talang Benih Jantan dan Betina yang Dipelihara secara Intensif

PENGARUH TINGKAT PENGGUNAAN CAMPURAN BUNGKIL INTI SAWIT DAN ONGGOK TERFERMENTASI OLEH

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di kandang milik PT. Rama Jaya Lampung, Desa Jati

SKRIPSI. PERFORMAN AYAM ARAB YANG DIBERI EKSTRAK PEGAGAN (Centella asiatica (L.) Urban) PADA UMUR 8-13 MINGGU. Oleh: Ardianto

Animal Agriculture Journal 3(2): , Juli 2014 On Line at :

PENGGUNAAN PRODUK FERMENTASI DAN KUNYIT DALAM PAKAN TERHADAP PERFORMAN AYAM PEDAGING DAN INCOME OVER FEED AND CHICK COST

PENGARUH PEMBERIAN FEED SUPPLEMENT VITERNA PADA AIR MINUM TERHADAP PENAMPILAN AYAM PEDAGING

PENGARUH KEPADATAN KANDANG TERHADAP KONSUMSI PAKAN, PERTAMBAHAN BOBOT BADAN DAN KONVERSI PAKAN PADA AYAM PEDAGING

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

PENGGUNAAN KADAR PROTEIN RANSUM YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMA AYAM JANTAN PETELUR

PENGARUH PEMBERIAN TINGKAT PROTEIN RANSUM PADA FASE GROWER TERHADAP PERTUMBUHAN PUYUH (Coturnix coturnix japonica)

Efektivitas Penambahan Zeolit dalam Ransum terhadap Performa Puyuh Petelur Umur 7-14 Minggu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fungsi, yaitu sebagai ayam petelur dan ayam potong.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe ayam

PERFORMA PRODUKSI TELUR PUYUH (Coturnix coturnix japonica) YANG DI PELIHARA PADA FLOCK SIZE YANG BERBEDA

RESPON PENGGANTIAN PAKAN STARTER KE FINISHER TERHADAP KINERJA PRODUKSI DAN PERSENTASE KARKAS PADA TIKTOK. Muharlien

Performa Produksi Telur Turunan Pertama (F1) Persilangan Ayam Arab dan Ayam Kampung yang Diberi Ransum dengan Level Protein Berbeda

Pengaruh Penggunaan Zeolit dalam Ransum terhadap Konsumsi Ransum, Pertumbuhan, dan Persentase Karkas Kelinci Lokal Jantan

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

ANALISIS PERFORMA PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETERNAK AYAM BROILER DENGAN SISTEM PEMELIHARAAN CLOSED HOUSE

Performa Produksi Puyuh Petelur (Coturnix-coturnix Japonica) Hasil Persilangan..Wulan Azhar

SUBSITUSI DEDAK DENGAN POD KAKAO YANG DIFERMENTASI DENGAN Aspergillus niger TERHADAP PERFORMANS BROILER UMUR 6 MINGGU

Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya, Palembang 2. Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu, Bengkulu ABSTRAK

Ade Trisna*), Nuraini**)

[Evaluasi Hasil Produksi Ternak Unggas]

Pengaruh Jumlah Ayam Per Induk Buatan Terhadap Performan Ayam Petelur Strain Isa Brown Periode Starter

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ayam tipe petelur yang jantan dikenal dengan sebutan ayam jantan tipe medium,

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

PENGARUH PEMBERIAN PROTEIN KASAR DENGAN TINGKAT YANG BERBEDA TERHADAP PERFORMAN AYAM KAMPUNG

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

PERFORMAN PRODUKSI AYAM PEDAGING YANG DIBERI PENAMBAHAN TEPUNG KUNYIT (Curcuma domestica Val.) DALAM RANSUM

Ekstrak Daun Gedi (Abelmoschus manihot) pada Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

1. PENDAHULUAN. Salah satu produk peternakan yang memberikan sumbangan besar bagi. menghasilkan telur sepanjang tahun yaitu ayam arab.

Transkripsi:

Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian Politeknik Negeri Lampung 07 September 2017 ISBN 978-602-70530-6-9 halaman 307-312 Performa Ayam Jantan Tipe Medium Dengan Persentase Pemberian Ransum Yang Berbeda Antara Siang dan Malam Performance Of Male Chicken Medium Type That Given Different Percentage Ration During Day And Night Khaira Nova Jurusan Peternakan, Universitas Lampung. * E-mail : novakhaira@gmail.com ABSTRACT The present experiment was conducted to investigate (1) the effects of different percentage of ration between day and night to male chicken medium type performance, (2) the best level of percentage of ration that given during the day and night. This research was arrange with 3 treatments and 6 replications, each experimental units consist of 16 male chicken medium type. The treatmens were R1 (Ration that given 30% during day and 70% night); R2 (Ration that given 50% during day and 50% night); R3 (Ration that given 70% during day and 50% night). The data were analyze by using Analysis of Variance in 0,05 significant degree. The result of this research showed that the different percentage of ration between day and night affected (P< 0,05) feed consumption, body weight gain, and feed convertion rate. These result suggested that the ration which given 30% during day and 70% night is the best treatment influence feed consumption, body weight gain, and feed convertion ration. Key words : male chicken, ration percentage, day and night Diterima:., disetujui.. PENDAHULUAN Ayam jantan tipe medium berasal dari hasil sampingan usaha penetasan ayam petelur. Ayam jantan di perusahaan penetasan ayam petelur merupakan hasil yang tidak diharapkan karena hanya ayam betina yang dipasarkan untuk dapat diambil produksi telurnya. Salah satu pangan hewani yang banyak digemari oleh masyarakat adalah daging ayam. Selama ini, daging ayam yang dikonsumsi berasal dari daging broiler atau daging ayam kampung. Selain kedua sumber tersebut, alternatif daging ayam sebenarnya dapat pula diperoleh dari ayam jantan tipe medium. Ayam jantan tipe medium mempunyai bentuk badan dan kadar lemak yang rendah menyerupai ayam kampung, sehingga dapat digunakan memenuhi kebutuhan konsumen yang mempunyai kebiasaan lebih menyukai ayam yang kadar lemaknya seperti ayam kampung. Ayam jantan tipe medium mempunyai potensi untuk digunakan sebagai penghasil daging. Keuntungan dari pemeliharaan ayam jantan tipe medium dibandingkan dengan broiler antara lain harga doc-nya jauh lebih murah, kadar lemaknya lebih rendah, serta dapat dijadikan pengganti broiler bila suatu saat bibit broiler sulit didapat. Disamping itu, rasanyapun hampir seperti rasa daging ayam kampung sehingga banyak konsumen yang menyukainya. Indonesia merupakan negara beriklim tropis. Perbedaan suhu antara siang dan malam hari cukup tinggi berkisar antara 3--5 C dengan kisaran suhu 26--32 C, sedangkan suhu optimal untuk pemeliharaan DOI : http://dx.doi.org/10.25181/prosemnas.v0i0.735

unggas secara komersil agar dapat berproduksi dengan baik adalah 21--22 C (North dan Bell, 1990). Rao, dkk. (2002) menyatakan bahwa pemeliharaan unggas di negara-negara tropis, suhu lingkungan merupakan stressor utama dengan kisaran suhu yang luas dari 5 sampai 43 C untuk waktu yang lama. Suhu ideal pada pemeliharaan ayam 10--22 C untuk pencapaian berat badan optimum dan 15--27 C untuk efisiensi ransum. Tingginya suhu lingkungan di Indonesia merupakan salah satu masalah dalam pencapaian performa ayam jantan tipe medium yang optimal karena akan memengaruhi konsumsi ransum (feed intake). Salah satu cara meminimalkan gangguan selama cuaca panas adalah dengan cara mengubah spesifikasi ransum dan praktek pemberian ransum. Unggas banyak dihadapkan pada stres yang berasal dari berbagai sumber antara lain praktek manajemen, nutrisi, dan kondisi lingkungan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan manipulasi untuk mengimbangi feed intake yang kurang optimal pada siang hari yang suhunya tinggi dan melakukan pemberian ransum saat suhu lingkungan mulai turun pada malam hari. Pada suhu yang tinggi, unggas akan mengalami stres, yang akan menyebabkan penurunan konsumsi ransum sehingga terjadi penurunan berat tubuh. Rao, dkk. (2002) menyatakan bahwa selama cuaca panas, unggas harus dijauhkan dari ransum sementara karena suhu meningkat dan mencapai puncaknya. Pemberian ransum pada jam-jam awal dan akhir dari hari terang akan membantu mengurangi kematian pada unggas. Berdasarkan penelitian Nova (2008), pembagian persentase pemberian ransum pada pada broiler dengan persentase 30% siang dan 70% malam memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pertambahan berat tubuh broiler. Pemberian ransum yang lebih banyak di malam hari yang suhunya rendah, menyebabkan ayam mengonsumsi ransum lebih banyak sehingga pertambahan berat tubuhnya juga lebih besar. Ransum adalah salah satu faktor lingkungan di samping iklim dan tata laksana pemeliharaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan, sedangkan derajat pertumbuhan, konsumsi ransum, dan efisiensi penggunaan ransum banyak dipengaruhi oleh imbangan energi protein ransum. Dari sisi tata laksana pemeliharaan ayam, tingkat kepadatan kandang juga memengaruhi pertumbuhan dan fisiologis tubuh unggas. Hasil penelitian Imaeda (2000) menunjukkan bahwa kepadatan kandang memengaruhi insiden sudden death syndrome (SDS) pada musim panas dan dingin. Pada kepadatan kandang 18 ekor m -2 kematian meningkat karena sudden death syndrome di musim panas. Sampai saat ini belum didapatkan informasi yang ideal tentang persentase pemberian ransum antara siang dan malam. Oleh sebab itu, diperlukan suatu kajian yang mendalam tentang hal ini agar performa ayam jantan tipe medium lebih optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh pembagian persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari terhadap performa ayam jantan tipe medium, dan mengetahui level pembagian persentase pemberian ransum pada siang dan malam hari yang terbaik terhadap performa ayam jantan tipe medium. METODE PENELITIAN Materi. Penelitian ini menggunakan 288 ayam jantan tipe medium. Ayam dipelihara secara intensif mulai dari anak ayam umur sehari (doc) sampai dengan umur 7 minggu pada petak kandang panggung. Kepadatan kandang terdiri dari 16 ekor m -2. Ransum yang diberikan ransum broiler komersial BR 1 produksi PT Japfa Comfeed, dengan kadar protein 22 % dan energi metabolis 3.200 kkal /kg. Peralatan lain yang digunakan adalah tempat ransum, tempat air minum, timbangan, brooder dan perlengkapannya, termometer lingkungan, higrometer, termometer tubuh, sekat kandang, peralatan kebersihan, dan peralatan tulis. Metode. Penelitian ini dilakukan secara eksperimental menggunakan Rancangan Acak Lengkap, terdiri atas tiga perlakuan tingkat persentase pemberian ransum antara siang dan malam. R1 (pemberian ransum 30% siang dan70% malam), R2 (pemberian ransum 50% siang dan 50% malam), R3 (pemberian ransum 70% siang dan 30% malam ). Masing- masing perlakuan diulang sebanyak 6 kali. Peubah yang diamati terdiri atas konsumsi ransum, bobot badan akhir, dan feed conversion ration/fcr). Data yang 308 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI Polinela 2017

diperoleh dianalisis ragam pada taraf nyata 5 % dan uji lanjut menggunakan uji Duncan. Peubah yang diukur: (a) konsumsi ransum (g), diukur berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi ayam jantan tipe medium selama pemeliharaan 7 minggu ( Rasyaf, 2011); (b) bobot badan akhir (g), diukur dengan cara menimbang bobot badan ayam jantan medium di akhir pemeliharaan yakni umur 7 minggu (Rasyaf, 2011); (c) Feed Conversion Ration/FCR, dihitung berdasarkan jumlah ransum yang dikonsumsi untuk menghasilkan satu kilogram berat ayam hidup (Fadillah, 2005) atau jumlah konsumsi ransum selama pemeliharaan dibagi dengan bobot badan akhir. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum Rata-rata konsumsi ransum ayam jantan tipe medium selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Rata-rata konsumsi ransum ayam jantan tipe medium berkisar antara 1.521,73--1.664,29 g ekor -1. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam hari pada ayam jantan tipe medium di kandang panggung berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap konsumsi ransum ayam jantan tipe medium. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, konsumsi ransum ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam (1.545,39 g ekor -1 ) berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi ransum pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam (1.638,70 g ekor -1 ) dan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (1.610,49 g ekor -1 ). Namun, konsumsi ransum ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam tidak berbeda nyata dengan perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam. Tabel 1. Rata-rata konsumsi ransum ayam jantan tipe medium selama penelitian Ulangan Perlakuan R1 R2 R3...(g ekor -1 )... 1 1.521,73 1.626,38 1.607,83 2 1.536,92 1.648,99 1.599,85 3 1.549,10 1.595,51 1.636,95 4 1.573,88 1.648,29 1.592,01 5 1.543,36 1.664,67 1.619,66 6 1.547,28 1.648,50 1.606,64 Jumlah 9.272,27 9.832,34 9.662,94 Rata-rata 1.545,39 a 1638,70 b 1.610,49 c Keterangan: R1 : Persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam R2 : Persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam R3 : Persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam Huruf superscript yang berbeda dalam baris rata-rata menunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05). Konsumsi ransum ayam jantan tipe medium yang rendah pada persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam memberikan dampak yang baik bagi efisiennya ayam jantan tipe medium dalam merubah ransum yang dikonsumsinya menjadi daging. Hal ini ditunjukkan dengan tingginya bobot badan akhir (762,08 g ekor -1 ) yang diikuti oleh rendahnya FCR (2,03) pada perlakuan ini. Hal ini disebabkan oleh suhu yang sejuk di malam hari membuat ayam merasa nyaman sehingga tidak menggangu fungsi fisiologis tubuhnya dalam mencerna makanan dan mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Abbas (2009) yang menyatakan bahwa jika fungsi fisiologis ayam tidak terganggu maka ransum yang dikonsumsi akan digunakan sebaik-baiknya untuk pertumbuhan. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pertumbuhan dipengaruhi oleh metabolisme. Dengan Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI Polinela 2017 309

demikian, pertumbuhan merupakan bagian dari masalah biologis yang terkait erat dengan fisiologis serta lingkungan sekitar yang dapat meransang atau menghambat pertumbuhan tersebut. Konsumsi ransum pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam (1.638,70 ekor -1 ) yang berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan konsumsi ransum pada perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (1.610,49 ekor -1 ). Hal ini diduga karena ransum banyak disediakan pada malam hari pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam hari membuat ayam mengonsumsi ransum lebih banyak karena udara yang juga sejuk saat malam hari. Sekalipun ransum yang disediakan banyak pada siang hari pada perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam, namun ayam tidak banyak mengonsumsinya karena suhu yang panas pada siang hari. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrullah (2003) yang menyatakan bahwa pada suhu yang rendah (sejuk) ayam akan makan dengan frekuensi jauh lebih banyak sehingga konversi ransum akan baik. B. Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Badan Akhir Rata-rata bobot badan akhir ayam jantan tipe medium selama penelitian berkisar antara 706,88-- 767,50 g ekor -1 seperti terlihat pada Tabel 2. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap bobot badan akhir ayam jantan tipe medium. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, bobot badan akhir ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam (R1) berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan akhir pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam (R2) dan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (R3 ). Namun, bobot badan akhir ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam tidak berbeda nyata dengan perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam. Tabel 2. Rata-rata bobot badan akhir ayam jantan tipe medium selama penelitian Ulangan Perlakuan R1 R2 R3...( g ekor -1 )... 1 760,63 711,25 734,38 2 767,50 757,50 728,75 3 767,50 718,13 750,63 4 755,63 771,25 706,88 5 758,13 744,38 761,88 6 763,13 747,50 731,25 Jumlah 4.572,50 4.450,00 4.413,75 Rata-rata 762,08 a 741,67 b 735,63 b Keterangan: R1 : Persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam R2 : Persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam R3 : Persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam Huruf superscript yang berbeda dalam baris rata-rata menunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05). Bobot badan akhir ayam jantan tipe medium pada perlakuan persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam (762,08 g ekor -1 ) nyata lebih tinggi dibandingkan dengan bobot badan akhir ayam jantan tipe medium pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam ( 741,67 ekor -1 ) serta pada perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (735,63). Hal ini diduga disebabkan oleh suhu yang nyaman di malam hari membuat fungsi fisiologis ayam tidak terganggu sehingga ransum yang dikonsumsi di malam hari lebih banyak dan digunakan dengan sempurna untuk pertumbuhan ayam. Dengan demikian, ransum yang diberikan hampir seluruhnya dikonsumsi oleh ayam jantan medium 310 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI Polinela 2017

digunakan untuk pertumbuhan sehingga zat-zat nutrisi yang ada di dalam ransum tersebut digunakan sepenuhnya untuk pembentukan jaringan tubuh. Selain itu, pada suhu yang rendah di malam hari, ayam pada perlakuan persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam mengonsumsi ransum lebih banyak dan diiringgi oleh kemampuan aktivitas kelenjar tiroid yang lebih baik dalam menghasilkan hormon tiroksin yang dibutuhkan untuk pertumbuhan sehingga pertumbuhannya lebih tinggi. Hal ini sesuai dengan pendapat Abbas (2009) yang menyatakan bahwa pada malam hari saat suhu lingkungan rendah, aktivitas dari kelenjar tiroid dapat menghasilkan hormon tiroksin secara maksimum. Fungsi utama hormon tiroksin untuk meningkatkan metabolisme dan penyerapan zat-zat nutrisi yang akan meningkatkan absorpsi zat-zat makanan di dalam usus. Dengan demikian, laju pertumbuhan akan meningkat. Pada siang hari suhu lingkungan tinggi, kelenjar tiroid tidak menghasilkan hormon tiroksin secara maksimal yang akan menurunkan laju pertumbuhan ayam. B. Pengaruh Perlakuan terhadap Feed Conversion Ration (FCR) Rata-rata FCR ayam jantan tipe medium selama penelitian berkisar antara 2,00--2,25 seperti terlihat pada Tabel 3. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perlakuan perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap FCR ayam jantan tipe medium. Berdasarkan hasil uji jarak berganda Duncan, FCR ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam (2,03 ) berbeda nyata lebih rendah dibandingkan dengan FCR pada perlakuan pemberian ransum 50% siang dan 50% malam (2,20) dan pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (2,19). Namun, FCR ayam jantan tipe medium pada persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam tidak berbeda nyata dengan FCR pada perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam. Tabel 3. Rata-rata feed conversion ration ransum ayam jantan tipe medium selama penelitian Ulangan Perlakuan R1 R2 R3 1 2,00 2,29 2,19 2 2,02 2,18 2,19 3 2,02 2,13 2,18 4 2,08 2,14 2,25 5 2,03 2,24 2,12 6 2,03 2,20 2,19 Jumlah 12,18 13,18 13,12 Rata-rata 2,03 a 2,20 b 2,19 b Keterangan: R1 : Persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam R2 : Persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam R3 : Persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam Huruf superscript yang berbeda dalam baris rata-rata menunjukkan berpengaruh nyata (P<0,05). Feed Conversion ration (FCR) ayam jantan tipe medium yang rendah pada persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam menunjukkan bahwa ayam lebih efsien dalam merubah ransum yang dikonsumsinya menjadi daging. Hal ini terbukti dengan tingginya bobot badan akhir (762,08 g ekor -1 ) pada perlakuan ini. Hal ini disebabkan oleh banyaknya ransum yang diberikan di malam hari dibandingkan dengan malam hari. Suhu yang sejuk di malam hari membuat ayam merasa nyaman sehingga tidak menggangu fungsi fisiologis tubuhnya dalam mencerna makanan dan mengubahnya menjadi energi yang dibutuhkan tubuh untuk pertumbuhannya. Menurut Nova, dkk (2014), semakin rendah nilai konversi ransum maka penggunaan ransum semakin efisien, sebaliknya semakin tinggi nilai konversi ransum, maka Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI Polinela 2017 311

ransum yang dibutuhkan untuk menaikkan berat tubuh per satuan bobot semakin banyak atau dengan kata lain efisiensi penggunaan ransum menurun. Feed Conversion ration (FCR) pada perlakuan persentase pemberian ransum 50% siang dan 50% malam (2,20) yang tidak berbeda nyata dengan FCR pada perlakuan persentase pemberian ransum 70% siang dan 30% malam (2,19). Hal ini diduga karena ransum yang sama sama banyak dikonsumsi pada siang hari tidak digunakan sepenuhnya untuk pertumbuhan, namun digunakan juga untuk melawan suhu panas yang datang dari lingkungan di siang hari, sehingga banyak energi yang terbuang dari untuk penyesuaian suhu tubuh ayam dengan lingkungannya. Hal ini mengakibatkan tidak nyatanya bobot badan akhir pada kedua perlakuan tersebut sehingga FCR pun tidak berbeda nyata. Hal ini sesuai dengan pendapat Rasyaf (2011) yang menyatakan bahwa jumlah ransum yang digunakan ayam mampu menunjang pertumbuhan yang cepat yang mencerminkan efisiensi penggunaan ransum yang baik. KESIMPULAN Simpulan dari penelitian ini : (1) Perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam berpengaruh nyata terhadap konsumsi ransum, bobot badan akhir, dan feed conversion ration ayam jantan tipe medium, (2) Persentase pemberian ransum 30% siang dan 70% malam hari memberikan pengaruh terbaik kepada konsumsi ransum, bobot badan akhir, dan feed conversion ration ayam jantan tipe medium. Dari hasil penelitian, disarankan agar peternak memberikan ransum 30% siang dan 70% malam hari kepada ayam jantan tipe medium yang dipelihara secara komersial. UCAPAN TERIMA KASIH Abbas, M.H. 2009. Fisiologi Pertumbuhan Ternak. Cetakan ke-1. Andalas University Press. Padang. Amrullah, I.K. 2003. Beternak Ayam Pedaging. Cetakan Ke-1. Lembaga Satu Gunung Budi. Bogor. Fadillah, R. 2005. Kunci Sukses Beternak Ayam Broiler di Daerah Tropis. Cetakan kedua. Agromedia Pustaka. Jakarta. Imaeda, N. 2000. Influence of Stocking Density and Rearing Season on Incidence of Sudden Death Syndrome in Broiler Chickens. Poultry Science 79: 201 204. North, M.O. and D.D. Bell. 1990. Commercial Chicken Production Manual. 4 th ed. Published by Van Norstrand Reinhold. New York. An Avi Book Nova, K. 2008. Pengaruh perbedaan persentase pemberian ransum antara siang dan malam hari terhadap performans broiler strain CP 707. Jurnal Animal Production. Vol. 10, No.2, 2008:117-121. Nova, K., T. Kurtini., dan Riyanti. 2011. Manajemen Usaha Ternak Unggas. Buku Ajar. Cetakan Pertama. Penerbit Aura Utama Raharja. Bandar Lampung. Rao, R,S.V., D. Nagalashmi, and V.R. Redy. 2002. Feeding to Minimize Heat Stress. Poultry International. Volume 41 No7. June 2002. Rasyaf, M. 2011. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Cetakan ke-4. Penebar Swadaya. Jakarta. 312 Prosiding Seminar Nasional Pengembangan Teknologi Pertanian VI Polinela 2017