BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ida Rahmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN. satu kegiatan yang sangat sulit. Tidak dapat dipungkiri di negara kita ini masih

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan ini dapat diperoleh dengan latihan yang intensif dan bimbingan yang

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Bahasa Indonesia memiliki empat aspek keterampilan, yaitu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjawab perubahan-perubahan yang terjadi. Perubahan-perubahan

Mengingat pentingnya bahasa tersebut, maka dalam dunia pendidikan perlu. mulai sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Selain itu, bahasa Indonesia pun

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan keterampilan berbahasa. Keterampilan berbahasa dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menulis merupakan salah satu keterampilan dari empat aspek kebahasaan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dalam dunia pendidikan mengalami perubahan konsep. Diawali dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dengan

BAB I PENDAHULUAN. pikiran, gagasan atau perasaan seseorang. Bahasa terdiri atas beberapa kata yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan ruang yang tidak hanya mengantarkan peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. kemanusiaan untuk bermasyarakat dan menjadi manusia yang sempurna. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan cara negosiasi, diskusi dan musyawarah. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 956) dijelaskan bahwa negosiasi

BAB I PENDAHULUAN. memahami dengan benar apa yang mereka baca. Salah satu kegiatan membaca adalah membaca pemahaman.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembelajaran bahasa Indonesia dikenal empat aspek keterampilan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahasa merupakan alat komunikasi dalam mengungkapkan pikiran dan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas

BAB I PENDAHULUAN. dan guru yang menerapkan komponen-komponen pembelajaran seperti strategi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu sistem yang berperan sebagai pusat bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Terbentuknya sistem pendidikan yang baik diharapkan muncul. pentingnya proses pembelajaran dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu kebutuhan manusia, sehingga memegang. pada keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara dalam mengenyam pendidikan. Mulai dari sekolah dasar,

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB I PENDAHULUAN. mudah dipahami oleh orang lain. Selain itu menulis berarti mengorganisasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS EKSPLANASI KOMPLEKS

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu masyarakat dapat dilihat dari perkembangan pendidikannya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam melaksanakan, merencanakan, dan menilai pembelajaran. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan salah satu alat komunikasi yang bertujuan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. gerak-gerik badaniah yang nyata (Keraf, 1993: 2). Dengan bahasa, setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Pembelajaran dan pendidikan merupakan sarana yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan bersastra. Pada kurikulum 2013 pelajaran bahasa Indonesia mengalami

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kualitas pendidikan ditentukan oleh kualitas guru. Sebaik apapun

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari karena

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan kemampuan yang sangat penting untuk

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan salah satu komunikasi yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya.

BAB I PENDAHULUAN. terjadi proses belajar pada diri siswa. Secara implisit, di dalam pembelajaran, ada

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan pada pendidikan di Indonesia. Kurikulum 2013 menempatkan

I. PENDAHULUAN. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menuntut perubahan. berlangsung sesuai dengan tujuan yang diharapkan (Trianto, 2007:3).

BAB I PENDAHULUAN. arti formal, yaitu pendidikan yang diterima oleh siswa melalui guru dan biasanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta

BAB I PENDAHULUAN. yang beragam. Selain bahasa Inggris di SMA, SMK dan MA, peserta didik juga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bahasa adalah sarana yang digunakan untuk berkomunikasi dengan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku. Kurikulum merupakan suatu program pendidikan yang direncanakan. diluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum 2013.

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan tersebut akan mendapatkan informasi ataupun pengalaman

BAB I PENDAHULUAN. Diberlakukannya Kurikulum 2013 sebagai pengembangan berbagai kompetensi

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses upaya pengajaran untuk mengubah sikap dan perilaku siswa atau sekelompok siswa. Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kesempatan dan pengetahuan kepada siswa agar hidup lebih baik. Keberhasilan dari kesempatan dan pengetahuan yang diberikan bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh siswa tersebut. Selain itu, keterlibatan siswa untuk aktif dalam pembelajaran dapat membentuk nilai-nilai yang dibutuhkan dalam kehidupan dan pendidikan yang berkualitas bagi siswa tersebut. Namun, harapan mendapat nilai-nilai yang penting dalam pembelajaran dan pendidikan yang berkualitas sangat berbanding terbalik dengan kenyataan yang terjadi. Pendidikan seharusnya mempunyai nilai-nilai yang berkualitas. Hal tersebut, diungkapkan Sani (2015: 4) menyatakan, bahwa pendidikan seharusnya membentuk siswa yang mempunyai karakter agar pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki tidak disalahgunakan untuk merugikan orang lain. Oleh sebab itu, pada masa sekarang siswa perlu mendapat pendidikan yang membentuk karakter agar tidak menyimpang dan merugikan orang lain. Hal itu dikarenakan, permasalah yang terjadi pada masa sekarang yaitu mulai memudarnya sikap gotong royong atau kerja sama dan semangat persatuan. Permasalahan itu terjadi karena penanaman sikap yang kurang dalam proses pembentukan karakter. Tak hanya berbicara tentang pendidikan yang berkarakter, seperti halnya yang dikemukakan Sani (2015: 2) menyatakan bahwa, siswa tidak mendapatkan nilainilai penting saat belajar karena hanya metode ceramah yang diterapkan guru dalam pembelajaran. Akibatnya pembelajaran dengan metode ceramah hanya menjadikan siswa menjadi pendengar yang pasif tanpa berperan aktif. Seharusnya, siswa diberi kesempatan untuk berinteraksi aktif dengan orang lain, terutama pada teman sekelas. Hal itu karena, kesulitan guru dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dan tepat untuk siswa. Kesulitan guru dalam memilih strategi dan metode pembelajaran yang sesuai diakibatkan karena kurangnya pemahaman. Gintings (2014: 5) menyatakan bahwa, tanpa memahami prinsip 1

2 belajar, guru sulit untuk menyusun strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik evaluasi yang sesuai dengan karakteristik kelas dan materi. Oleh sebab itu, prinsip belajar perlu dipahami oleh guru guna menjadi tolak ukur dalam karakteristik kelas serta materi yang akan disusun dalam strategi pembelajaran, metode, dan teknik evaluasi pembelajaran. Selain itu, keterbatasan guru dalam memahami prinsip belajar menjadi permasalahan tersendiri dalam proses pembelajaran. Keterbatasan guru yang kurang dalam pemahaman prinsip belajar berdampak pada kemampuan siswa dalam membaca yang kurang mendapat motivasi. Tampubolon (2015: 8) menyatakan bahwa, kemampuan membaca maksimal tidak akan tercapai apabila kurang mendapat dorongan atau motivasi, kebiasaan dan minat membaca. Oleh karena itu, kebiasaan membaca perlu ditingkatkan dengan motivasi agar kemampuan membaca siswa meningkat karena dengan semakin banyak pengalaman siswa dalam membaca, maka keberhasilan dalam tujuan pembelajaran bisa tercapai. Namun, pada kenyataannya pengalaman dan kemampuan siswa dalam membaca masih kurang, sehingga tujuan dalam pembelajaran sulit untuk dicapai. Permasalahan lain yang muncul dalam pembelajaran yaitu dalam penerapan metode. Sani (2015: 23) menyatakan bahwa, siswa sering merasa bosan karena metode yang diterapkan oleh guru dalam mengajar kurang bervariasi. Oleh karena itu, metode dalam pembelajaran perlu dikembangkan menjadi lebih kreatif dan inovatif agar dapat menarik minat siswa dalam memahami bahan ajar. Dengan demikian, metode dan teknik dalam pengajaran perlu dikembangkan oleh guru agar pembelajaran tersebut dapat efisien dan efektif, serta dapat memotivasi siswa. Bahkan, permasalahan yang muncul selain untuk membentuk siswa yang berkarakter, guru juga perlu mengembangkan kemampuan siswa belajar mandiri dan berpikir kreatif serta kritis. Alwasilah (2004: 4) menyimpulkan hasil penemuannya berdasarkan penilaian responden, bahwa pendidikan di Indonesia belum membuat pelajar berpikir kritis. Oleh sebab itu, maka kemampuan berpikir kritis peserta didik perlu dilatih dalam proses pembelajaran agar keterampilan tersebut dapat meningkat. Hal ini karena, berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang mempengaruhi tingkat pemahaman peserta didik ketika belajar dan dalam menemukan pemecahan

3 permasalah dalam pembelajaran. Dengan demikian, pemahaman mengenai keterampilan berpikir kritis perlu untuk diterapkan dalam pembelajaran. Keterampilan berpikir kritis memang penting untuk diajarkan, Hidayati (2015: 23) menyatakan, Berpikir kritis adalah sebuah proses memperoleh informasi dan mengevaluasinya agar didapatkan kesimpulan atau jawaban yang masuk akal. Oleh karena itu, berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan yang harus ditingkatkan oleh peserta didik guna meningkatkan aspek kognitifnya. Berpikir kritis diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mengevaluasi suatu permasalah yang muncul dalam proses pembelajaran. Selain itu, bahasa merupakan salah satu keterampilan yang harus dikembangkan dan ditingkatkan dari peserta didik. Bahasa adalah bagian dari alat komunikasi yang sering digunakan dalam berinteraksi antara pendidik dan peserta didik ketika proses pembelajaran berlangsung. Bila interaksi antara pendidik dan peserta didik berjalan dengan tidak baik, maka keberhasilan dalam proses pembelajaran tidak akan tercapai. Keberhasilan dalam proses pembelajaran salah satunya dari keterampilan membaca, karena keterampilan ini dapat digunakan untuk memahami maksud dan tujuan pengarang dalam sebuah tulisan. Hal tersebut dinyatakan Tampubolon (2015: 2) bahwa, kemampuan membaca merupakan salah satu dari empat kemampuan bahasa pokok dan merupakan komponen dari komunikasi lisan. Oleh karena itu, membaca merupakan kemampuan yang kompleks, serta menuntut sejumlah pengetahuan dan keterampilan. Dengan demikian, membaca merupakan suatu kemampuan dalam berkomunikasi yang membutuhkan pengetahuan dan keterampilan yang perlu dilatih dan dikembangkan terus-menurus untuk meningkatkan kemampuan tersebut. Melalui kemampuan membaca, seseorang dapat mengungkapkan gagasan, pikiran, ataupun perasaannya melalui rangkaian kata yang bermakna dan terarah dengan konteks yang lebih konkret, yaitu sebuah tulisan. Konteks untuk keterampilan membaca perlu dipelajari dan dipahami dengan benar terutama dalam konteks keterampilan membaca kritis. Tarigan (2008: 93) menyatakan, Membaca kritis adalah menentukan serta memahami maksud dan tujuan peneliti. Oleh karena itu, keterampilan membaca kritis merupakan kemampuan yang perlu dimaksimalkan agar dapat membantu pembaca dalam

4 menentukan maksud peneliti serta untuk mengurangi kerugian pembaca. Selain itu, membaca kritis merupakan salah satu keterampilan yang dibutuhkan dalam mengevaluasi sebuah teks. Keterampilan itu dibutuhkan dalam berpikir kritis karena pada kenyataannya peserta didik tidak dapat memahami dan mengevaluasi sebuah teks tanpa keterampilan membaca. Kemampuan membaca menjadi aspek yang penting dalam keterampilan berbahasa dan dapat menjadi tolak ukur dalam menilai kemampuan siswa dalam pembelajaran. Kemampuan itu, dijadikan sebagai keterampilan bahasa yang penting untuk dipelajari dalam konteks pokok bahasan pada pelajaran Bahasa Indonesia di sekolah yang harus diajarkan dengan tepat agar tujuan dalam pembelajaran bisa tercapai. Namun, faktanya pembelajaran tentang membaca hanya menekankan pada aspek teoritis, tanpa menekankan pada keterampilannya. Padahal keterampilan membaca merupakan salah satu kompetensi yang harus dicapai peserta didik yang tertuang di dalam kurikulum 2013. Elemen perubahan dalam kurikulum 2013 bertujuan untuk melatih pola pikir peserta didik agar produktif, kreatif, inovatif, dan afektif pada saat pembelajaran. Mulyasa (2013: 99) menyatakan bahwa, tema kurikulum 2013 adalah menghasilkan insan Indonesia yang produktif, kreatif, inovatif, afektif, melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Oleh karena itu, peserta didik diajarkan agar dapat meningkatkan aspek kognitif dan keterampilan. Aspek kognitif diperlukan untuk meningkatkan keterampilan berpikir kritis dari peserta didik guna menghasilkan pemikiran yang kreatif, inovatif dan afektif serta dapat produktif dalam menulis. Peserta didik diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman secara mandiri. Tentu kegiatan itu perlu ada bimbingan dari pendidik agar peserta didik dapat diarahkan dengan baik. Salah satu bimbingan yang dapat memberi pengetahuan sekaligus pengalaman bagi peserta didik yaitu dengan belajar mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dalam pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang berbasis teks, terdapat salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh peserta didik yaitu, mengevaluasi pengajuan, penawaran dan persetujuan dalam teks negosiasi lisan maupun tertulis. Kosasih (2014: 86) menyatakan bahwa, negosiasi merupakan suatu cara dalam menetapkan keputusan yang dapat disepakati oleh dua pihak atau lebih

5 untuk mencukupi kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan. Oleh sebab itu, negosiasi merupakan cara mendapatkan kesepakatan dari dua pihak atau lebih secara lisan. Permasalah dalam negosiasi yaitu mengubah negosiasi dari bentuk lisan ke dalam bentuk tulisan yang mempunyai struktur tertentu. Struktur yang terdapat dalam teks negosiasi harus dipahami oleh peserta didik, tetapi dalam hal ini masih banyak peserta didik yang belum mampu menentukan struktur dalam teks negosiasi. Pada teks negosiasi terdapat bagian yang dianggap penting yaitu struktur dalam kecakapan bernegosiasi. Menurut Kosasih (2014: 86) menyatakan bahwa, struktur teks negosiasi merupakan susunan, urutan ataupun tahapan yang dilakukan ketika praktik bernegosiasi. Oleh karena itu, mengevaluasi teks negosiasi yang berfokus pada strukturnya dapat melatih kecakapan peserta didik dalam praktik bernegosiasi dengan baik. Dalam hal ini, peserta didik harus memahami lebih dulu cara mengubah bentuk negosiasi lisan ke dalam bentuk tulisan. Pembelajaran yang digunakan oleh pendidik untuk mewujudkan kecakapan peserta didik dalam proses belajar agar mampu mencapai kompetensi dasar yang telah ditetapkan, yaitu pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur untuk peningkatan hasil. Pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi dalam kurikulum 2013 terdapat di kelas X semester genap. Penggunaan kurikulum yang baru, tidak lantas menjadi jaminan bahwa pembelajaran di kelas dapat berjalan lancar. Ada aspek-aspek dalam penerapan kurikulum baru yang perlu dipahami dan dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Salah satu metode pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur yakni dengan menggunakan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Pembelajaran dengan menggunakan metode DRTA diharapkan mampu mengembangkan kecakapan peserta didik dalam aspek keterampilan membaca karena metode tersebut merupakan salah satu cara untuk melatih kecakapan peserta didik dalam berpikir kritis dan membaca kritis serta memudahkan peserta didik dalam mengevaluasi struktur yang terdapat pada teks negosiasi. Pembelajaran metode DRTA merupakan rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada keaktifan peserta didik untuk memiliki pengalaman belajar dalam menemukan konsep-

6 konsep materi dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah yang diajukan. Peserta didik dibiasakan membaca dan memahami makna dalam teks tersebut untuk membuat prediksi. Dengan demikian, peserta didik dibiasakan untuk membuat prediksi dan membutikan hal tersebut. Metode DRTA merupakan salah satu metode yang dapat mendorong peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran. Tolibin (2014: 41) menyatakan bahwa, startegi Directed Reading Thinking Activity (DRTA) merupakan suatu aktivitas yang melibatkan siswa untuk memahami dan meramalkan cerita sehingga dapat membantu dalam memperoleh gambaran keseluruhan dari suatu materi yang dibacanya. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, maka Directed Reading Thinking Activity (DRTA) dapat diartikan sebagai strategi yang melibatkan siswa dalam memahami dan memprediksi suatu bahan bacaan untuk mendapatkan sebuah gambaran dari bacaan tersebut. Lebih lanjut mengenai metode DRTA, Abidin (2012: 80) menyatakan bahwa, metode DRTA merupakan suatu metode yang memfokuskan keterlibatan siswa dalam teks agar mereka dapat membuat prediksi dan membuktikan hal tersebut. Oleh karena itu, metode DRTA dapat digunakan untuk membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan membaca kritis dan reflektif. Berdasarkan pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran DRTA adalah kegiatan pembelajaran yang mempunyai rangkaian dalam kemampuan berpikir secara kritis dan reflektif yang menuntut peserta didik untuk lebih aktif dalam membuat prediksi dan membuktikannya. Oleh sebab itu, penerapan metode tersebut dalam pengajaran teks negosiasi perlu dilakukan untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam mengevaluasi dan menentukan struktur teks negosiasi. Dengan demikian, diharapkan pengajaran dengan metode tersebut dapat memudahkan peserta didik dalam mengemukakan struktur yang terdapat pada teks tersebut. Metode tersebut dapat menjadi bahan penelitian untuk dikaji oleh peneliti. Penelitian yang dilakukan peneliti sebelumnya sudah dilakukan oleh peneliti terdahulu. Penelitian tersebut hampir sama, meneliti mengenai penggunaan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA). Akan tetapi, terdapat perbedaan dalam penggunaan teks serta hasil yang ingin dicapai. Berbeda dengan penelitian terdahulu yang menggunakan metode DRTA dalam teks eksposisi dan

7 teks deskripsi, penelitian sekarang menggunakan metode tersebut dalam teks negosiasi. Penelitian yang dilakukan peneliti dijamin keasliannya karena adanya perbedaan dengan penelitian-penelitian terdahulu. Dalam proposal ini, penelitian membahas tentang pembelajaran teks negosiasi dengan menggunakan metode DRTA, sehingga hasil yang diperoleh akan berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu. Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian tentang pembelajaran. Penelitian ini diwujudkan dalam judul, Pembelajaran Mengevaluasi Teks Negosiasi Berfokus pada Struktur Menggunakan Metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pada Siswa Kelas X SMK Pasundan 4 Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018. B. Identifikasi Masalah Identifikasi masalah merupakan suatu proses serta hasil dari pengenalan masalah, dengan kata lain identifikasi adalah salah satu proses penelitian yang bisa dikatakan penting untuk menunjang laporan masalah yang ditemukan agar diteliti. Hal ini dikarenakan, masalah dalam penelitian akan menentukan kualitas suatu penelitian, bahkan itu menjadi penentu apakah kegiatan bisa disebut penelitian atau tidak. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, dapat diketahui identifikasi masalah sebagai berikut. 1. Pendidikan belum mampu membentuk siswa yang berkarakter. 2. Siswa tidak mendapatkan nilai-nilai penting dalam pembelajaran karena hanya metode ceramah saja yang diterapkan guru saat mengajar. 3. Guru sulit untuk menyusun strategi pembelajaran, metode pembelajaran dan teknik evaluasi yang sesuai dengan karakteristik kelas dan materi. 4. Siswa kurang mendapat dorongan atau motivasi, dalam kebiasaan dan minat membaca. 5. Siswa sering merasa bosan karena metode yang diterapkan oleh guru dalam mengajar kurang bervariasi. 6. Kemampuan siswa dalam berpikir kritis masih kurang. Pernyataan di atas merupakan masalah yang telah diidentifikasi peneliti. Masalah penelitian bisa diidentifikasikan sebagai pernyataan yang mempersoalkan suatu variabel atau lebih variabel pada suatu fenomena. Setelah mengetahui

8 masalah-masalah penelitian maka akan diangkat dalam suatu rancangan penelitian. Dengan demikian, identifikasi masalah yang telah dikemukakan peneliti dapat menjadi rujukan dalam menentukan rumusan masalah. C. Rumusan Masalah Rumusan masalah merupakan pertanyaan-pertanyaan yang nantinya dicari jawabannya dengan mengumpulkan data. Bentuk dari rumusan masalah ini dikembangkan berdasarkan tingkat eksplanasinya. Selain itu, rumusan masalah dijadikan sebagai pedoman atau penentu arah dari suatu penelitian. Perumusan masalah ini dijadikan sebagai penentu jenis data yang harus diperoleh saat di lapangan dan untuk memilah jenis data yang tidak perlu serta disisihkan oleh peneliti. Berdasarkan hasil identifikasi masalah, maka dapat diketahui rumusan masalah sebagai berikut. 1. Mampukah peneliti merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur menggunakan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pada siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung? 2. Mampukah siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung dalam kelas eksperimen dan kelas kontrol mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur? 3. Efektifkah metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) digunakan dalam pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur pada siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung? Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka diharapkan masalah itu dapat diselidiki secara ilmiah. Masalah yang dipaparkan ditandai dengan pertanyaan penelitian. Pertanyaan-pertanyaan tersebut diharapkan dapat menjadi arah kemana penelitian akan dibawa dan sebenarnya apa saja yang ingin dikaji oleh peneliti. Rumusan masalah ini akan menjadi proses selanjutnya dalam tujuan penelitian. D. Tujuan Penelitian Rumusan tujuan penelitian memperlihatkan pertanyaan hasil yang ingin dicapai peneliti setelah melakukan penelitian. Perumusan tujuan penelitian berkaitan langsung dengan pertanyaan rumusan masalah. Oleh karena itu, pertanyaan pada tujuan penelitian harus sejalan dengan rumusan masalah dan

9 mencerminkan proses penelitian yang dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan hal-hal sebagai berikut: 1. memperoleh gambaran kemampuan dan keberhasilan peneliti dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur menggunakan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) pada siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung; 2. memperoleh gambaran kemampuan siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur; dan 3. menguji keefektifan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) yang digunakan dalam pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur pada siswa kelas X SMK Pasundan 4 Bandung. Berdasarkan tujuan penelitian di atas, maka hal tersebut diharapkan dapat memperlihatkan hasil yang ingin dicapai peneliti. Perumusan tujuan tersebut sudah sesuai dengan pertanyaan rumusan masalah. Selain itu, pernyataan tujuan penelitian diharapkan dapat sejalan dengan rumusan masalah dan dapat sesuai dengan proses penelitian yang akan dilakukan. Oleh sebab itu, diharapkan tujuan penelitian ini dapat memberikan manfaat penelitian. E. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian berfungsi untuk menegaskan kegunaan penelitian yang dapat diraih setelah penelitian berlangsung. Manfaat penelitian menjelaskan manfaat teroritis, yaitu manfaat hasil penelitian terhadap pengembangan dan keajegan ilmu atau teori pada satu bidang ilmu. Selanjutnya, manfaat dari segi kebijakan, yaitu manfaat yang membahas perkembangan kebijakan formal dalam bidang yang dikaji. Terakhir, manfaat praktis, yaitu manfaat hasil penelitian bagi para pengguna ilmu/teori dalam satu bidang ilmu. Manfaat penelitian ini sebagai berikut. 1. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini diharapkan akan memperluas wawasan mengenai praktikpraktik di lapangan tentang pembelajaran membaca, khususnya dalam pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur menggunakan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA).

10 2. Manfaat Teoritis a. Memperoleh untuk pengembangan keilmuan dibidang pembelajaran Bahasa Indonesia. b. Memperoleh penambahan khasanah kajian ilmiah dalam pengembangan metode pembelajaran. 3. Bagi Guru Penelitian ini setidaknya dapat memberi sumbangan pikiran agar guru lebih kreatif dalam melaksanakan tugasnya sebagai seorang pendidik, khususnya dalam mengajarkan siswa pada pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur menggunakan metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA). 4. Bagi Siswa Manfaat yang dapat dirasakan langsung yaitu dapat memotivasi siswa untuk mengikuti pembelajaran Bahasa Indonesia dengan aktif dan kreatif karena menggunakan metode pembelajaran yang inovatif sehingga dapat menarik minat mereka. Selain itu, dengan menggunakan metode yang inovatif diharapkan dapat membantu siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia untuk menentukan struktur yang terdapat pada teks negosiasi dengan mudah. 5. Bagi Peneliti Lanjutan Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan untuk melanjutkan atau menyampaikan permasalahan yang kurang dibahas dari penelitian sebelumnya dan dapat dimanfaatkan sebagai pemecahan masalah. 6. Bagi Lembaga/Sekolah Bila penelitian ini selesai dilaksanakan di sekolah, dalam hal ini SMK Pasundan 4 Bandung dapat mengambil manfaat dengan adanya peningkatan kemampuan siswa dan dapat dijadikan sebagai masukkan data serta rujukan dalam mengambil suatu keputusan pembelajaran di masa yang akan datang. Berdasarkan manfaat penelitian di atas, maka diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi pengembangan teori suatu bidang ilmu terutama dalam bidang ilmu kebahasaan. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan dengan baik. Penelitian yang dilakukan berangkat dari masalah-masalah yang terjadi dalam bidang pendidikan. Oleh sebab itu, penelitian ini dapat dimanfaatkan para pengguna dalam bidang pendidikan dan ilmu kebahasaan.

11 F. Definisi Operasional Definisi operasional mengemukakan pembatasan dari istilah-istilah. Istilah yang diberlakukan dalam penelitian tercipta menjadi makna tunggal untuk pemahaman dalam sebuah permasalahan. Selain itu, definisi operasional berguna untuk penyimpulan pembatasan istilah dalam penelitian. Hal ini, untuk memperlihatkan makna penelitian sehingga mempermudah peneliti dalam memfokuskan pembahasan masalah. Dalam penelitian ini, istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian dapat didefinisikan sebagai berikut. 1. Pembelajaran adalah memotivasi dan memberikan fasilitas kepada siswa agar dapat belajar sendiri. 2. Mengevaluasi adalah kemampuan menetepkan derajat sesuatu berdasarkan norma, kriteria atau patokan tertentu. 3. Negosiasi adalah suatu cara dalam menetapkan keputusan yang dapat disepakati oleh dua pihak atau lebih untuk mencukupi kepuasan pihak-pihak yang berkepentingan. 4. Struktur teks negosiasi adalah susunan, urutan ataupun tahapan yang dilakukan ketika praktik bernegosiasi. 5. Metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA) adalah suatu metode yang memfokuskan keterlibatan siswa dalam teks agar mereka dapat membuat prediksi dan membuktikan hal tersebut. Berdasarkan definisi operasional di atas, maka kita dapat mengetahui tentang definisi pembelajaran, mengevaluasi, negosiasi dan lain-lain. Hal ini berguna untuk memahami variabel yang terdapat pada judul penelitian. Variabel-variabel dalam judul penelitian ini akan dijabarkan oleh peneliti dalam pembahasan selanjutnya. Oleh sebab itu, diharapkan pembaca dapat mempunyai gambaran mengenai variabel-variabel yang akan dibahas. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi berisi mengenai keseluruhan isi dalam skripsi dan pembahasannya. Sistematika skripsi dapat dijabarkan dan dijelaskan dengan penulisan yang runtut. Sistematika skripsi di mulai dari bab I sampai bab V. Sistematika membantu peneliti agar mudah dalam pengerjaan skripsi agar isi skripsi menjadi sistematis dan mudah dipahami dengan baik.

12 Bab I Pendahuluan. Bagian pendahuluan berisi pemaparan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika skripsi. Bab II Kajian Teori dan Kerangka Pemikiran. Bagian ini, berisi mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK yang mencakup tentang kedudukan materi terhadap kurikulum 2013, serta Kompetensi Inti (KI), Kompetensi Dasar (KD), dan alokasi waktu mata pelajaran Bahasa Indonesia Di SMK. Selain itu, bab II juga membahas mengenai mengevaluasi teks negosiasi, struktur teks negosiasi, kaidah kebahasaan teks negosiasi, metode Directed Reading Thinking Activity (DRTA), penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikiran, asumsi, dan hipotesis. Bab III Metode Penelitian. Bagian ini, berisi tentang pemaparan metode yang digunakan peneliti dalam penelitian. Bab III terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengumpulan data dan instrumen, teknik analisis data, serta prosedur penelitian. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan. Pada bab ini, diuraikan tentang seluruh pengolahan data penelitian dan analisis temuan serta pembahasannya. Selain itu, pada bab ini juga diuraikan tentang hasil penelitian yang telah dicapai oleh peneliti yang didapatkan dari kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bab V Simpulan dan Saran. Bab ini, menyajikan tanggapan akhir yang ditulis atau simpulan oleh peneliti terhadap hasil analisis temuan dan penelitian yang telah dilaksanakan. Selain itu, pada bab ini juga terdapat saran peneliti sebagai bentuk pemaknaan hasil analisis temuan peneliti. Berdasarkan uraian di atas dapat peneliti simpulkan bahwa, pembelajaran mengevaluasi teks negosiasi berfokus pada struktur merupakan kegiatan menilai dan menjelaskan struktur yang terdapat pada teks negosiasi. Selain itu, pelaksanaan dalam pembelajaran dengan metode DRTA memiliki konsep dalam proses pembelajaran yang melibatkan prediksi yang dibuat oleh siswa dari isi bahan bacaannya.