BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. dapat menyebabkan bencana banjir (Depkes RI, 2006).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Kejadian bencana seringkali dikaitkan dengan takdir Tuhan yang memang

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh faktor alam, faktor non alam, maupun faktor manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan suatu negara kepulauan yang curah hujannya cukup

BAB I PENDAHULUAN. kota besar yang ada di Indonesia dan banyak menimbulkan kerugian. Banjir merupakan bencana

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana alam dapat terjadi secara tiba-tiba maupun melalui proses yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan manusia dalam menyesuaikan dirinya terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

PENGARUH PENURUNAN KAPASITAS ALUR SUNGAI PEKALONGAN TERHADAP AREAL HUNIAN DI TEPI SUNGAI TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN. dan moril. Salah satu fungsi pemerintah dalam hal ini adalah dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian serta melalui langkah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Banjir adalah peristiwa meluapnya air hingga ke daratan. Banjir juga

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Peningkatan pendapatan di negara ini ditunjukkan dengan

DAMPAK SAMPAH TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN DAN MANUSIA

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. Manusia membutuhkan tempat bermukim untuk memudahkan aktivtias seharihari.

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia tidak terlepas dari pengaruh dan fenomena alam yang

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 KONDISI KAWASAN KAMPUNG HAMDAN

BANJIR (PENGERTIAN PENYEBAB, DAMPAK DAN USAHA PENANGGULANGANNYA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM 1.2 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Banjir merupakan fenomena lingkungan yang sering dibicarakan. Hal ini

AIR Banjir dan Permasalahannya Di kota medan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Air dan sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang

A. Latar Belakang Masalah

meningkat. Banjir dapat terjadi karena peluapan air yang berlebihan di suatu tempat akibat hujan deras, peluapan air sungai, atau pecahnya bendungan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan letak astronomis, Indonesia terletak diantara 6 LU - 11 LS

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi dan pusat pembangunan di Provinsi Sumatera Utara yang

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempengan dunia yaitu Eurasia,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Sampah dan Jenis Sampah Sampah merupakan sesuatu yang dianggap tidak berharga oleh masyarakat. Menurut Hadiwiyoto

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB I PENDAHULUAN. persentasi uap air di udara semakin banyak uap air dapat diserap udara.

BAB I PENDAHULUAN. hidro-meteorologi (banjir, kekeringan, pasang surut, gelombang besar, dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai Maluku (Wimpy S. Tjetjep, 1996: iv). Berdasarkan letak. astronomis, Indonesia terletak di antara 6 LU - 11 LS dan 95 BT -

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

ARTIKEL STRATEGI PENANGANAN KEBENCANAAN DI KOTA SEMARANG (STUDI BANJIR DAN ROB) Penyusun : INNE SEPTIANA PERMATASARI D2A Dosen Pembimbing :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dan lingkungan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Pendahuluan

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN Uraian Umum

PENDAHULUAN 1 BAB I. 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Hal ini terungkap mengingat bahwa negara indonesia adalah salah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, masalah lingkungan telah menjadi isu pokok di kota-kota

AKU & BUMIKU: BANJIR & LONGSOR

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. air. Kota Medan dilintasi oleh beberapa sungai termasuk diantaranya Sungai Sei

PENANGANAN PERMUKIMAN RAWAN BANJIR DI BANTARAN SUNGAI Studi Kasus: Permukiman Kuala Jengki di Kelurahan Komo Luar & Karame, Kota Manado

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ,

terbuka hijau yang telah diubah menjadi ruang-ruang terbangun, yang tujuannya juga untuk memenuhi kebutuhan sosial ekonomi penduduk kota itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. Partisipasi Masyarakat Dalam..., Faizal Utomo, FKIP, UMP, 2016

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pelayanan mendasar bagi masyarakat kota. Sejalan dengan fungsi ini,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak diantara pertemuan Lempeng Eurasia dibagian utara,

BAB I PENDAHULUAN. dan kualitas sampah yang dihasilkan. Demikian halnya dengan jenis sampah,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah atau disebut sebagai underground river, misalnya sungai bawah tanah di

BAB I PENDAHULUAN. kualitatif. Suatu saat nanti, air akan menjadi barang yang mahal karena

I. PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Standar kelayakan

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun belakangan ini Indonesia banyak ditimpa musibah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber

Pengaruh Drainase Terhadap Lingkungan Jalan Mendawai dan sekitar Pasar Kahayan

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk perkotaan di Indonesia akhir-akhir ini mengalami tingkat

JIME, Vol. 3. No. 1 ISSN April 2017 ANALISA PENYEBAB BANJIR DAN NORMALISASI SUNGAI UNUS KOTA MATARAM

kuantitas sungai sangat dipengaruhi oleh perubahan-perubahan iklim komponen tersebut mengalami gangguan maka akan terjadi perubahan

Disajikan oleh: 1.Michael Ario, S.H. 2.Rizka Adellina, S.H. (Staf Bagian PUU II Subbagian Penataan Ruang, Biro Hukum, KemenPU)

BAB I LATAR BELAKANG. negara yang paling rawan bencana alam di dunia (United Nations International Stategy

BAB I PENDAHULUAN. Ekosistem merupakan suatu interaksi antara komponen abiotik dan biotik

PERSEBARAN PERMUKIMAN KUMUH DI KOTA MEDAN. Mbina Pinem 1. Abstrak

4. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

Bertindak tepat untuk sehat dengan menjaga lingkungan dan kebersihan

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Strategi pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong partisipasi dan peran berbagai sektor yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan untuk mewujudkan manusia Indonesia yang sehat. Lingkungan sehat diarahkan melalui peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat dari masyarakat serta pengendalian faktor resiko terjadinya berbagai penyakit, bahkan dapat menyebabkan bencana banjir (Depkes RI, 2006). Banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan oleh air di mana peristiwa banjir timbul jika air menggenangi daratan yang biasanya kering. Bila air hujan turun dan sampai di permukaan tanah, sebagian air itu meresap ke dalam tanah dan membentuk air tanah, sebagian lainnya mengalir di permukaan tanah sebagai aliran permukaan atau sebagai aliran sungai dan sebagian kecil menguap kembali. Pada kondisi dan waktu tertentu, ketika curah hujan sangat tinggi di musim hujan, aliran air permukaan menjadi sangat besar melebihi kapasitas alur sungai dan meluas ke permukaan, maka terjadinya banjir (Wikipedia, 2010). Negara-negara yang cenderung memiliki daerah dataran rendah disertai dengan curah hujan tinggi setiap tahunnya dapat berpotensi menyebabkan banjir (Direktorat Pengairan dan Irigasi, 2009). Menurut Badan Meteorologi dan Geofisika (2006), intensitas hujan di atas normal akan mengalami banjir terutama di daerah

sungai yang mengalami pendangkalan akibat erosi karena perubahan fungsi hutan yang tidak terkendali di hulu sungai. Tingginya potensi bencana sertaan/susulan khususnya di perkotaan, yang di akibatkan dari beberapa aspek antara lain tingginya kepadatan penduduk, banyaknya pemukiman di sekitar aliran sungai, banyaknya perubahan peruntukan lahan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang, serta berkurangnya kapasitas infrastruktur pengendalian banjir. Setiap tahun, banjir dalam skala besar di dataran rendah Asia menyebabkan kerugian ekonomi bagi jutaan manusia. Dampak yang ditimbulkan bencana banjir diantaranya dapat merusak fasilitas pelayanan sosial ekonomi masyarakat dan prasarana publik, berbagai penyakit kulit/gatal-gatal, diare dan tipus, bahkan menelan korban jiwa. Banjir besar dunia di akhir tahun 2010 yang melanda Negara Bagian Queensland, Australia timur laut, semakin menjadi setelah permukaan air laut terus naik. Sedikitnya 13 kota terendam, jalur kereta api dan jalan raya terputus dan banyak mengalami kerugian dan merendam rumah sebanyak 30.000 rumah dan tercatat 19 korban tewas serta ribuan orang mengungsi (Anonim, 2010). Indonesia menempati urutan ketiga di dunia sebagai rawan bencana banjir setelah India dan Cina yang disebabkan oleh luapan sungai dan laut, sedangkan Indonesia oleh karena luapan sungai, di antaranya 5000 sungai besar dan kecil dan 30% di antaranya melewati kawasan padat penduduk. Banjir yang terjadi selama dasawarsa terakhir ini sering melanda di wilayah Indonesia. Hampir 71 kali banjir dengan jumlah korban 3.168 jiwa (Munaf, 2007).

Banjir besar Wasior di Papua diakibatkan karena kerusakan hutan dan hujan yang tiada henti pada tanggal 2-3 Oktober 2010 yang menyebabkan Sungai Batang Salai yang berhulu di pegunungan Wondiwoy meluap, yang menyebabkan banyak infrastruktur hancur termasuk lapangan udara, jembatan, rumah sakit dan rumah keluarga, menewaskan 110 orang, 450 orang hilang (Anonim, 2010). Demikian banjir bandang di Kabupaten Pasuruan tanggal 11 Januari 2011, mengakibatkan 6.643 rumah terendam air, sebuah tanggul jebol sepanjang 182 meter di desa Manaruwi kecamatan Bangil, dua jembatan dan 10 rumah mengalami kerusakan berat (Detik com, 2011). Demikian juga di Medan terjadi banjir pada tanggal 5 Januari 2011 yaitu di Kecamatan Medan Maimun, Medan Labuhan, Medan Deli dan Helvetia, Medan Sunggal, di mana sungai tersebut mengalami penyempitan dan pendangkalan akibat sampah dan limbah industri yang dibuang ke sungai yang mengakibatkan luapan Sungai Deli, sehingga merendam hampir 400 rumah penduduk khusus di daerah pinggiran sungai. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsurunsur utamanya terdiri atas sumber daya alam, air dan vegetasi. DAS di beberapa tempat di Indonesia memikul beban yang amat berat sehubungan dengan tingkat kepadatan penduduknya yang sangat tinggi dan pemanfaatan sumber daya alamnya yang intensif sehingga terdapat beberapa indikasi belakangan ini bahwa kondisi DAS semakin menurun dengan indikasi meningkatnya kejadian tanah longsor, erosi, sedimentasi, banjir dan kekeringan (Dikun, 2003).

Kota Medan dilintasi oleh 6 (enam) sungai yaitu: Sungai Deli, Sungai Babura, Sungai Denai, Sungai Putih, Sungai Belawan, dan Sungai Sikambing, sedangkan sungai Deli menghubungkan tiga kabupaten yakni Karo, Deli serdang dan Kota Medan. Sungai tersebut sangat dibutuhkan oleh masyarakat dan dipergunakan untuk mandi, cuci dan kakus juga menjadi tempat pembuangan sampah. Bencana banjir dapat dikatakan sebagai bencana non alam disebabkan oleh karena perilaku manusia di antaranya membuang sampah tidak pada tempatnya/ke sungai. Sampah yang dibuang ke sungai berupa jenis sampah organik mengalami pelapukan sehingga mengakibatkan pendangkalan, sedangkan sampah an-organik berupa plastik atau kaleng-kaleng yang sulit terurai dan dapat mengakibatkan sungai menjadi kotor dan menyumbat aliran sungai (Hakim, 2006). Sampah merupakan limbah dari kegiatan dan usaha manusia di permukaan bumi. Oleh karena itu, sampah erat sekali kaitannya dengan jumlah manusia, kegiatan dan usaha manusia di suatu tempat. Sumber sampah biasanya adalah dari sisa-sisa makanan dan bahan sisa proses makanan atau sampah basah, sampah kering, abu, atau sampah sisa tumbuhan (Budiman, 2005). Semakin banyaknya jumlah manusia maka semakin kompleks kegiatan dan usahanya, dan semakin besar pula masalah persampahan yang harus ditanggulangi. Dalam hal ini bisa kita lihat banyaknya jumlah produksi sampah di DKI Jakarta mencapai 6300 ton, di antaranya 300 ton sampah yang berada di sungai, sementara produksi sampah saat banjir menjadi 1500 ton per hari yang menyumbat aliran mikro atau drainase yang menyebabkan banjir (Indonesia Children, 2010)

Menurut Emha Training Center (2005) dalam Hakim (2006), jenis dan komposisi sampah di perkotaan terdiri atas sampah organik sebanyak 65%, sampah kertas dan plastik masing-masing 10%, kaca dan logam masing-masing 2% dari total sampah yang diproduksi setiap harinya. Menurut Simanjuntak (2007), jumlah penduduk di kota Medan dan industri baru semakin padat yang memengaruhi produksi sampah kota Medan, jika dihitung secara kasar ada sekitar 2008 ton sampah tiap hari diangkut menggunakan 83 unit truk dan 19 kontainer. Sejumlah tong sampah yang disediakan dijalan terlihat sering tidak mampu menampung sampah, sehingga mengotori badan jalan, di perkirakan 2,5-3 liter sampah setiap orang dalam sehari. Adanya jumlah penduduk yang relatif besar berbanding lurus dengan produksi sampah kota Medan dari tahun ke tahun. Membuang sampah di sungai memang sudah menjadi kebiasaan sebagian masyarakat, khususnya masyarakat kota Medan. Dengan berbagai peringatan atau imbauan sepertinya sudah tidak dihiraukan lagi oleh orang-orang yang memiliki kebiasaan buruk tersebut. Sejumlah pemandangan tak sedap berupa tebaran sampah menumpuk di 58 titik tumpukan sampah di pinggir maupun dialiran sungai menghiasi sepanjang aliran sungai Deli hingga menuju laut lepas (Satriadi, 2010). Menurut Bakornas Penanggulangan Bencana (2007), bencana banjir merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis. Bencana alam tidak dapat dicegah, akan tetapi banyak yang dapat dilakukan untuk

meminimalkan dampak kerugiannya. Terkait dengan pemahaman penanganan bencana secara umum dapat diklasifikasikan ke dalam 3 (tiga) kelompok yaitu: 1) sebelum terjadi bencana, 2) saat terjadi bencana, dan 3) sesudah terjadi bencana. Penanggulangan Bencana dapat dilakukan paling tidak ada empat faktor utama yang dapat menimbulkan bencana banjir yang dapat menimbulkan banyak korban dan kerugian besar, yaitu ; (a) kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya (Hazard), (b) sikap atau perilaku yang mengakibatkan penurunan sumber daya alam (Vulnerability), (c) kurangnya informasi/peringatan dini (early warning) yang menyebabkan ketidaksiapan, dan (d) ketidakberdayaan/ketidak mampuan dalam menghadapi ancaman bahaya. Mengubah kebiasaan masyarakat untuk hidup bersih dan sehat memang sulit. Buktinya masih banyak warga yang membuang sampah ke sungai. Kriteria sehatnya suatu kota maupun desa tergantung pada sampah. Kalau sampah masih berserakan di mana-mana, pertanda kawasan itu belum sehat. Banyaknya sampah akan mendatangkan berbagai sumber penyakit dan banjir. Oleh sebab itu persepsi tentang manfaat, akibat yang di timbulkan sampah juga ketersediaan sarana prasarana dalam penanganan terhadap sampah harus ditumbuhkan supaya lingkungan tetap sehat dan bersih dari tumpukan sampah. rendahnya pengetahuan dan persepsi masyarakat tentang lingkungan sehingga mereka kurang respons untuk dapat menerima informasi yang bermanfaat bagi dirinya. Undang-undang Republik Indonesia No: 4 Tahun 1982 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup: Pasal 5 ayat 2 dan Pasal 6 ayat 1 bahwa setiap orang

mempunyai kewajiban untuk berperan serta dalam pengelolaan lingkungan hidup dan mencegah terjadinya kerusakan dan pencemaran lingkungan, bahkan setiap daerah juga mengeluarkan peraturan masing-masing yang berhubungan dengan membuang sampah. Menurut hasil survey pendahuluan yang dilakukan peneliti di Kecamatan Medan Labuhan Deli Kelurahan Medan Marelan dan Rengas Pulau dilalui oleh Sungai Deli memiliki kedalaman ± 40 cm, dari 20 orang ibu yang tinggal di daerah aliran Sungai Deli sudah terbiasa membuang sampah di sekitar bantaran sungai dan di aliran sungai Deli (63%). Hal ini dikaitkan dengan pekerjaan ibu di rumah yang menghasilkan sampah dengan berbagai jenis plastik, kertas pembungkus belanja juga sampah dapur selain itu ada juga sampah kayu juga rumput yang menghalangi aliran sungai membuat tidak enak dipandang mata, walaupun terdapat larangan untuk membuang sampah di sepanjang aliran Sungai Deli. Sampah tersebut sebahagian sudah mengalami pembusukan yang mengakibatkan pendangkalan sungai. Di kelurahan tersebut juga tidak terlihat tempat sampah di sepanjang jalan (37%). Sesuai hasil wawancara yang dilakukan dengan pegawai di Kecamatan Medan Marelan mengatakan yang mengangkut sampah dikelola oleh pemerintah bagian Dinas Kebersihan. Pengangkut sampah datang hanya sekali dalam tiga hari dan tidak semua sampah masyarakat yang diangkut, karena tidak membayar retribusi sampah, oleh karena berbagai alasan masyarakat yaitu masih mempunyai lahan yang luas dapat dimanfaatkan untuk membakar sampah di halaman masing-masing.

Pencemaran lingkungan umumnya disebabkan oleh masyarakat di lingkungan itu sendiri. Hasil penelitian Supadli (2011), menunjukkan bahwa perilaku ibu yang tinggal di Daerah Aliran Sungai Deli buruk ditandai dengan masih banyaknya ibu yang membuang sampah ke sungai yang berpotensi menimbulkan bencana bagi manusia yaitu sakit dan banjir. Kecenderungan ibu membuang sampah di sungai pada dasarnya merupakan perwujudan dari persepsi yang selama ini dianut oleh masyarakat awam tentang sungai. Sebagian ibu masih memandang sungai sebagai tempat pembuangan sampah, dengan alasan ibu sebahagian besar masih belum mau untuk bersusah payah membuat lubang atau bak sampah dan memanfaatkannya. Membuang sampah di sungai adalah cara paling cepat melenyapkan sampah sebatas pandangan mata tanpa pernah peduli akibatnya bagi masyarakat, dan persepsi masyarakat tentang kejadian banjir oleh karena takdir Tuhan. Menurut Blum dalam Notoadmojo (2007), perilaku merupakan faktor terbesar kedua setelah faktor lingkungan yang memengaruhi kesehatan individu, kelompok atau masyarakat oleh sebab itu dalam rangka membina dan meningkatkan kesehatan masyarakat, intervensi atau upaya yang ditujukan kepada faktor perilaku ini sangat strategis. Green (1980) mengatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu faktor predisposisi, faktor penguat dan faktor pendorong ketiga faktor penyebab yang memengaruhi kesehatan (determinan) oleh karena itu intervensi juga diarahkan terhadap ketiga faktor tersebut.

Masih banyaknya kasus pembuangan sampah baik industri maupun rumah tangga ke DAS menunjukkan masih rendahnya partisipasi dan kesadaran masyarakat yang paling berisiko atau rentan terhadap penyakit sebagai dampak bencana banjir seperti penyakit kulit dan diare serta kurang ketersediaannya sarana prasarana dalam mencegah bencara banjir. Oleh Karena itu masih diperlukan upaya nyata dan penyuluhan serta pendidikan kesehatan tentang pentingnya penyelamatan dan pelestarian DAS yang merupakan titik utama terjadinya bencana banjir. 1.2. Permasalahan Berdasarkan uraian pada latar belakang masih banyaknya tumpukan sampah di tepi sungai dan di aliran sungai Deli yang mengakibatkan pendangkalan sungai akibat dari sampah yang mengalami penguraian dan menghalangi jalannya air juga dibarengi hujan yang sering datang yang akan berdampak banjir. Oleh karena penulis merumuskan permasalah bagaimana pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011. 1.3. Tujuan Penelitian Untuk menganalisis pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011.

1.4. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh persepsi tentang sampah (manfaat, akibat, pencegahan) dan sarana prasarana terhadap perilaku ibu membuang sampah yang berpotensi bencana banjir di DAS Deli Kota Medan tahun 2011. 1.5. Manfaat Penelitian 1. Secara teoritis Dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan manajemen kesehatan bencana. 2. Secara Praktis Sebagai masukan bagi seluruh ibu yang tinggal di Medan Marelan agar membuang sampah pada tempatnya yang merupakan tahapan penting dalam meminimalkan korban, kerusakan, dan kerugian akibat bencana banjir. 3. Menjadi masukan terhadap pemerintah kota Medan, dalam membuat kebijakan untuk menyiapkan anggaran penyediaan sarana prasarana kebersihan kota Medan.