BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan salah satu kekayaan sumber alam yang tidak ternilai harganya, termasuk di dalamnya hutan mangrove dengan ekosistem yang khas karena mencerminkan hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya dan di antara makhluk hidup itu sendiri (Purnobasuki, 2005). Mangrove adalah sebutan umum yang digunakan untuk menggambarkan suatu komunitas pantai yang didominasi oleh beberapa spesies pohon dan semak yang mempunyai kemampuan untuk tumbuh di perairan asin. Mangrove juga merupakan vegetasi yang tumbuh dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut, sehingga selalu tergenang air dan bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut (Nybakken, 1988). Mangrove memiliki kemampuan adaptasi yang khas terhadap lingkungan, yaitu adaptasi terhadap kadar oksigen rendah, menyebabkan mangrove memiliki bentuk perakaran (bertipe cakar ayam dan bertipe penyangga) misalnya Avecennia sp, Sonneratia sp, dan Rhizophora sp dan adaptasi terhadap kadar garam yang tinggi dengan memiliki sel-sel khusus pada daun yang berfungsi untuk menyimpan garam. Mangrove berdaun tebal dan kuat yang banyak mengandung air untuk mengatur keseimbangan garam dan memiliki struktur stomata khusus untuk mengurangi penguapan, dan adaptasi terhadap tanah yang kurang stabil dengan cara mengembangkan struktur akar yang sangat ekstensif dan membentuk jaringan horisontal yang lebar (Ezwardi, 2014). Degradasi mangrove merupakan bentuk kerusakan mangrove akibat pemanfaatan oleh manusia yang tidak memperhatikan keseimbangan ekosistem mangrove. Perambahan dan perombakan kawasan mangrove oleh masyarakat sebagai wahana pertambakan masyarakat
merupakan salah satu faktor penyebab hilangnya komunitas mangrove. Bentuk - bentuk degradasi mangrove : 1. Penebangan pohon mangrove untuk dimanfatkan baik sebagai penopang perahu, bahan bangunan, tiang pagar dan kayu bakar. 2. Pencemaran, (pembuangan limbah industri dan limbah rumah tangga di sekitar hutan mangrove). Pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang merupakan salah satu daerah pesisir tempat tumbuhnya mangrove. Hutan mangrove di daerah ini telah mengalami degradasi dan penurunan luas akibat dari adanya aktivitas manusia yang tak terkontrol, di antaranya penebangan mangrove untuk dijadikan sebagai kayu bakar atau tiang pagar dan pembuangan sampah atau limbah rumah tangga secara langsung ke area mangrove. Aktivitas manusia di pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang telah menyebabkan gangguan dan kerusakan serta penyusutan lahan. Akibat dari kerusakan hutan mangrove yang dilakukan oleh manusia sehingga menyebabkan kawasan hutan mangrove di Pantai Paradiso Oesapa Barat sudah tidak dapat berfungsi dengan baik sesuai peruntukannya baik dari segi fisik maupun ekologi Salah satu faktor yang mempengaruhi penurunan struktur komunitas mangrove secara fisik dan ekologi adalah aspek sosial. Dari segi fisik Mengrove yang seharusnya mampu menjamin terpeliharanya lingkungan, seperti penahan ombak, angin, dan gelombang laut, serta dari segi ekologi mangrove merupakan tempat perkembang biakan bagi berbagai jenis kehidupan laut seperti ikan, udang dan kepiting, namun dengan adanya peningkatan jumlah penduduk dan aktivitas manusia maka fungsi mangrove secara pelan-pelan mulai menghilang serta struktur komunitasnya pun sudah tidak lagi terbentuk secara alami.
Struktur kominitas mangrove secara alami pada komunitas yang stabil umumnya tumbuh dalam empat zona, yaitu pada daerah terbuka, daerah tengah, daerah yang memiliki sungai berair payau serta daerah ke arah daratan yang memiliki air tawar. Pada daerah terbuka, mangrove di zona ini didominasi oleh Sonneratia alba yang tumbuh pada lokasi yang betul-betul dipengaruhi oleh air laut. Pada daerah tengah, mangrove yang tumbuh di zona ini terletak di belakang mangrove zona terbuka, di zona ini biasanya didominasi oleh jenis Rhizophora. dan pada daerah payau biasanya didominasi oleh jenis nipah yang tumbuh pada areal dengan salinitas yang rendah sedangkan pada daerah ke arah daratan, mangrove yang tumbuh pada zona ini umumnya ditemukan jenis Ficus microcarpus, Pandanus sp dan Xylocarpus moluccensis (Bengen, 2001). Hal ini berbeda dengan struktur komunitas yang ada di Pantai Paradiso Oesapa Barat, karena pada kawasan tersebut strukturnya bukan struktur alami melainkan atas campur tangan mausia karena dilihat dari tingkat penyebaran mangrove di daerah tersebut tidak sesuai berdasarkan zona yang ada. Keberadaan seperti ini memberi dampak yang tidak menguntungkan bagi struktur komunitas mangrove di Pantai Paradiso Oesapa Barat. Data-data struktur komunitas dan kerusakan mangrove di area tersebut belum banyak diketahui, pada hal telah banyak terjadi penurunan luas dan fungsi mangrove. Penurunan luas sangat mempengaruhi perubahan struktur komunitas mangrove karena secara otomatis akan berpengaruh terhadap kurangnya daerah pertumbuhan mangrove. Oleh karena itu, untuk menjaga kelestarian hutan mangrove di daerah ini maka perlu untuk diketahui tentang kondisi struktur komunitas mangrove serta lingkungannya. Struktur adalah suatu deskripsi atau pertelaan tentang tumbuhan yang dapat memberikan gambaran mengenai jenis individu dan kondisi lingkungan serta distribusi di habitatnya. Struktur
komunitas dapat dijadikan parameter biologi, karena struktur komunitas dapat dengan mudah merespon terjadinya perubahan lingkungan. Respon tersebut berupa terjadi perubahan komposisi jenis atau meningkatnya dominasi jenis tertentu dalam komunitas serta perubahan lingkungan dalam skala kecil pun dapat mengubah struktur komunitas mangrove. Struktur komunitas merupakan cara mempelajari susunan (komposisi jenis) dan bentuk (struktur) vegetasi, sehingga diperlukan data-data untuk menentukan indeks nilai penting dari penyusun komunitas hutan mangrove sehingga dapat diperoleh informasi tentang struktur dan kelimpahan spesies dalam suatu komunitas. Prinsip struktur komunitas adalah apa yang terjadi pada suatu populasi dalam komunitas akan dialami juga oleh populasi yang lain dalam komunitas yang sama, sehingga dalam struktur komunitas, dominasi menunjukkan bahwa di dalam suatu komunitas biasanya terdapat satu atau lebih jenis yang memiliki jumlah individu lebih banyak dari pada jenis-jenis lainnya (Indriyanto, 2008). Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Struktur Komunitas Mangrove di Pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah, Bagaimana struktur komunitas mangrove yang terdapat di pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan yang dapat dihasilkan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk identifikasi jenis mangrove yang ada di pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang. 2. Untuk mengetahui struktur komunitas mangrove di pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang.
1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan data atau informasi yang akurat kepada masyarakat dan pemerintah setempat guna menyusun rencana pemanfaatan dan pelestarian hutan mangrove di pantai Paradiso Oesapa Barat Kota Kupang dan lokasi mangrove di sekitarnya.