BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budidaya perikanan adalah masa depan bagi sektor perikanan, setelah produksi perikanan tangkap mengalami penurunan. Upaya peningkatan produksi akuakultur dengan sistem intensif membawa implikasi limbah yang dihasilkan semakin tinggi dan akan berhadapan dengan isu lingkungan yang akan semakin mencuat terlebih karena ketersediaan sumberdaya air dengan kualitas yang baik semakin terbatas. Wilayah pesisir dan laut Kabupaten Garut memiliki potensi yang beragam seperti sumber daya ikan dan ekosistem mangrove yang kaya dengan keanekaragaman hayati misalnya ikan, udang, burung, mamalia darat, reptilia dan lain-lain, serta memiliki peran dan fungsi sosio-ekologi yang sangat penting bagi masyarakat dan lingkungan di sekitarnya. Pemanfaatan dan pengembangan potensi sumberdaya perairan pantai dan laut menjadi paradigma baru pembangunan masa sekarang yang harus dilaksanakan secara rasional dan berkelanjutan. Kebijakan ini sangat realistis karena didukung oleh fakta adanya potensi sumberdaya laut dan pantai yang masih cukup besar peluangnya untuk pengembangan eksploitasi di bidang perikanan baik penangkapan maupun usaha budidaya terutama budidaya di tambak (Maulina dkk. 2012). Budidaya tambak udang Vannamei di Kecamatan Cibalong mengalami peningkatan yang sangat baik. Budidaya tambak dimulai sekitar tahun 1997/1998 dan sampai sekarang sudah ada 3 instansi/perusahaan yang mengelola kegiatan budidaya udang Vannamei di tambak Kecamatan Cibalong. Kegiatan budidaya yang dilakukan adalah dengan budidaya intensif yang mengandalkan pakan buatan. Kecenderungan yang terjadi pada daerah yang dijadikan areal budidaya tambak udang adalah memburuknya keadaan lingkungan. Salah satunya adalah sedimentasi dan menurunnya kualitas serta produktivitas perairan yang diakibatkan 1
2 oleh sisa metabolisme ikan atau udang yang dibudidayakan dan kegiatan pemberian pakan secara intensif ataupun semi intensif yang dilakukan pada kegiatan tersebut. Sisa pakan dan sisa metabolisme ikan atau udang diduga meningkatkan unsur hara di perairan seperti fosfat dan nitrogen. Pengelolaan tambak untuk memacu produksi udang dan bandeng harus mempertimbangkan daya dukung lingkungan. Lingkungan yang tidak dikelola dengan baik akan mengakibatkan kerusakan atau penurunan daya dukung lingkungan tersebut. Perbaikan mutu lingkungan secara artifisial membutuhkan biaya yang besar dan dapat mengakibatkan terjadinya perubahan pada faktor lain, sehingga konsep pemulihan secara alami merupakan alternatif yang terbaik. Komponen biotik dan abiotik memiliki peran spesifik yang saling berkaitan satu dengan lainnya untuk mempertahankan kestabilan ekosistem tambak. Kesuburan plankton, makrozoobentos dan organisme air lainnya di tambak dipengaruhi langsung oleh keberadaan bahan organik yang masuk ke kawasan tambak. Bahan organik yang masuk ke tambak akan mengalami dekomposisi menjadi unsur hara yang akan meningkatkan kesuburan perairan dan meningkatkan produktivitas perairan seperti plankton dan makrozoobentos sehingga pakan alami di tambak tersedia dalam jumlah besar. Ketersediaan pakan alami berupa makrozoobentos di tambak dapat dimanfaatkan ikan atau udang sebagai pakan, meskipun dalam budidaya udang secara intensif pemberian pakan sudah terkontrol sehingga pemanfaatan pakan alami oleh udang kurang maksimal. Oleh karena itu seberapa besar peran makrozoobentos sebagai pakan alami bagi udang di tambak Kecamatan Cibalong yang dapat dimanfaatkan secara maksimal sehingga dapat mengurangi pemberian pakan buatan di tambak tersebut.
3 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang dapat diidentifikasi sejauh mana struktur komunitas makrozoobentos di tambak udang berperan sebagai pakan alami udang dalam budidaya udang di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yaitu mengetahui struktur komunitas makrozoobentos pada tambak budidaya intensif dan seberapa besar pemanfaatan makrozoobentos sebagai pakan alami di tambak udang Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. 1.4 Kegunaan Penelitian Kegunaan penelitian ini adalah dapat digunakan sebagai bahan acuan dalam pemberian pakan dalam budidaya udang di tambak Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. 1.5 Pendekatan Masalah Kegiatan budidaya semi intensif ataupun intensif selalu dicirikan dengan pemberian pakan buatan yang diberikan sehingga menghasilkan produksi yang tinggi. Pakan merupakan faktor yang sangat menentukan dalam keberhasilan pertumbuhan organisme yang dibudidayakan, akan tetapi pakan yang diberikan pada ikan tidak semuanya dikonsumsi. Ikan dan udang hanya dapat meretensi protein pakan sekitar 16,3-40,87% (Avnimelech, 1999) dan sisanya dibuang menjadi limbah budidaya dalam bentuk produk ekskresi, residu pakan dan feses (Pillay, 2004). Kandungan limbah budidaya ikan didominasi oleh bahan-bahan organik yang dapat terurai, seperti protein, karbohidrat dan lemak yang banyak terkandung dalam sisa pakan yang tidak dimakan dan feses ikan. Peningkatan beban masukan baik organik maupun anorganik erat kaitannya dengan proses eutrofikasi dari suatu badan air. Jeffries dan Mills (1990) dalam Effendi (2003) menyatakan bahwa eutrofikasi yang disebabkan oleh kelebihan nutrisi
4 dari pakan akan menimbulkan perubahan dalam komposisi flora dan fauna termasuk makrozoobentos. Makrozoobentos merupakan kelompok organisme yang hidup di dalam atau di permukaan sedimen dasar perairan serta memiliki ukuran panjang lebih dari 1 mm (Nybakken, 1998). Peran makrozoobentos dalam ekosistem akuatik adalah melakukan proses mineralisasi dan daur ulang bahan organik, sebagai sumberdaya pakan untuk perikanan dan sebagai bioindikator perubahan lingkungan (Odum, 1998). Kesuburan makrozoobentos di tambak sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik, kimiawi perairan dan kualitas substrat. Parameter fisik yang berpengaruh adalah suhu dan transparansi cahaya matahari, sedangkan parameter kimiawi yang dapat mempengaruhi yaitu derajat keasaman (ph), salinitas, oksigen terlarut (DO), BOD, nitrat dan fosfat (Davis, 1955 dan Nybakken, 1998). Adapun parameter kualitas substrat tambak diantaranya tekstur, karbon organik, nitrogen organik dan fosfor potensial (Boyd et al. 2001). Kualitas substrat dalam tambak dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik yang masuk ke dalam tambak tersebut, sehingga bahan organik ini akan menjadi reservoir atau tandon dari unsur nitrogen. Bahan organik seperti unsur nitrogen dilepaskan dalam bentuk ikatan kimia yang dapat diserap oleh algae dasar (Buwono, 1993), hal ini ditentukan oleh tingginya rasio karbon terhadap nitrogen. Tanah dengan C/N rasio rendah cenderung mengandung bahan organik yang mudah terdekomposisi, sedangkan pada C/N tinggi bahan organik terdekomposisi sangat lambat. Kebanyakan nilai rasio karbon terhadap nitrogen berkisar antara 8 15. Rasio C/N yang lebih dari 20 terjadi pada tanah organik (Boyd et al. 2002). Sumber masuknya bahan organik ke dalam tambak menjadi faktor penting untuk meningkatkan unsur hara. Semakin banyak bahan organik masuk, semakin meningkatnya bahan organik di tambak yang langsung dimanfaatkan oleh fitoplankton sebagai produsen primer di perairan. Fitoplankton mendukung dalam
5 kehidupan makrozoobentos yang akan dimanfaatkan sebagai sumber makanan organisme di tambak. Pemanfaatan pakan alami merupakan faktor yang dapat membantu kegiatan budidaya yang berkelanjutan karena pakan alami tidak menghasilkan limbah yang dapat merusak lingkungan perairan. Tersedianya pakan alami seperti bentos, plankton diharapkan dapat mengurangi tingkat pemberian pakan buatan agar mengurangi resiko pencemaran badan perairan. Selain itu jika penggunaan pakan buatan ditunjang dengan keberadaan makrozoobentos sebagai pakan alami dapat mengurangi biaya produksi untuk pembelian pakan buatan. Hal ini terjadi apabila adanya keseimbangan eksosistem di dalam perairan tambak tersebut baik fitoplankton sebagai produsen primer, air, oksigen dan organisme yang dibudidayakannya dalam keadaan seimbang.