I. PENDAHULUAN. dalam mendorong pengembangan agroindustri. Dari segi kualitas, kakao

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi daerah dan nasional. Pertanian yang berkelanjutan

KATA PENGANTAR Rencana Strategis Direktorat Jenderal Perkebunan

DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2013

I. PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas.

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. kegiatan pertanian yang mendominasi perekonomian masyarakat desa, dimana

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

BAB I PENDAHULUAN. melimpah. Memasuki era perdagangan bebas, Indonesia harus membuat strategi yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III TUJUAN, SASARAN, PROGRAM DAN KEGIATAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dengan keanekaragaman sumberdaya hayati yang tinggi. Sektor pertanian merupakan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

KEBIJAKAN DAN STRATEGI OPERASIONAL PENGEMBANGAN BIOINDUSTRI KELAPA NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN. titik berat pada sektor pertanian. Dalam struktur perekonomian nasional sektor

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Luas Lahan Komoditi Perkebunan di Indonesia (Ribu Ha)

DUKUNGAN SUB SEKTOR PERKEBUNAN TERHADAP PELAKSANAAN KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting bagi

ANALISIS PERKEMBANGAN KAKAO RAKYAT PADA TIGA KABUPATEN SENTRA PRODUKSI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

I PENDAHULUAN. tersebut antara lain menyediakan pangan bagi seluruh penduduk, menyumbang

I. PENDAHULUAN. menjadi pemasok hasil pertanian yang beranekaragam yaitu rempah-rempah

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. besar penduduk, memberikan sumbangan terhadap pendapatan nasional yang

BAB I PENDAHULUAN. diperbaharui, dalam kata lain cadangan migas Indonesia akan semakin menipis.

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

pendapatan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Selain itu, oleh sektor

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tabel 1. Hortikultura

BAB I PENDAHULUAN. maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan alam yang. melimpah dan dikenal dengan sebutan negara agraris, sehingga pertanian

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sentra bisnis yang menggiurkan. Terlebih produk-produk tanaman

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri, demikian halnya dengan

Produksi Padi Tahun 2005 Mencapai Swasembada

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

RENCANA KEGIATAN DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN TAHUN 2018

I. PENDAHULUAN. kualitas produk melalui usaha diversifikasi, intensifikasi, ekstensifikasi dan

Tahun Bawang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

I. PENDAHULUAN A. Latar belakang Pertanian merupakan salah satu sektor yang memegang peranan penting di Indonesia. Sektor pertanian merupakan

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris mempunyai peluang yang cukup besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu komoditas unggulan dari sub sektor perkebunan di Indonesia

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

PENDAHULUAN. Dinas Perkebunan Provinsi Riau Laporan Kinerja A. Tugas Pokok dan Fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang mempunyai peranan

KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA. Ketahanan Pangan. Dalam Kerangka Revitalisasi Pertanian, Perikanan, Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB V GAMBARAN UMUM PRODUK PERTANIAN

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan subsektor perkebunan

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

V. KEBIJAKAN DAN PROGRAM PENGEMBANGAN

SAMBUTAN GUBERNUR KALIMANTAN BARAT PADA ACARA PANEN RAYA PADI DI DESA SENAKIN KECAMATAN SENGAH TEMILA KABUPATEN LANDAK

I. PENDAHULUAN. Pertanian merupakan proses produksi yang khas didasarkan pada proses

BAB I PENDAHULUAN. untuk membangun dirinya untuk mencapai kesejahteraan bangsanya. meliputi sesuatu yang lebih luas dari pada pertumbuhan ekonomi.

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. kemampuan daerah tersebut dalam swasembada pangan atau paling tidak

TEKNIK KONVERSI KOPI ROBUSTA KE ARABIKA PADA LAHAN YANG SESUAI. Oleh Administrator Selasa, 02 April :00

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

I. PENDAHULUAN. komoditas utama penghasil serat alam untuk bahan baku industri Tekstil dan

I. PENDAHULUAN. Peran ekspor non migas sebagai penggerak roda perekonomian. komoditas perkebunan yang mempunyai peran cukup besar dalam

POLICY BRIEF DAYA SAING KOMODITAS PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI DALAM KONTEKS PENCAPAIAN SWASEMBADA PANGAN. Dr. Adang Agustian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Karet merupakan komoditi ekspor yang mampu memberikan kontribusi di dalam

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

Disampaikan pada: RAPAT KOORDINASI TEKNIS PERENCANAAN PEMBANGUNAN PERTANIAN TAHUN 2018 Jakarta, Januari 2017

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat secara ekonomi dengan ditunjang oleh faktor-faktor non ekonomi

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Disamping itu, kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan agroindustri. Dari segi kualitas, kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. (Kristanto, 2015) Peran strategis kakao sebagai salah satu komoditas andalan pada sektor perkebunan adalah sebagai penyumbang devisa bagi negara sebesar USD 1.053.446.947 (Rp. 1,053 Milyar) dari ekspor biji kakao dan produk kakao olahan pada tahun 2012. Data International Cocoa Organization (ICCO) menyatakan permintaan kakao tumbuh rata-rata 5% per tahun. Komoditi kakao masih sangat potensial untuk dikembangkan dimana tingkat konsumsi kakao di tiga negara yaitu Indonesia, India dan China yang jumlah penduduknya mencapai 2,7 milyar jiwa, masih sangat rendah yakni hanya sekitar 0.25 kg/kapita/tahun dibandingkan dengan tingkat konsumsi di Eropa sudah mencapai 10 kg/kapita/tahun. Diprediksi, konsumsi kakao di negara Indonesia, India dan China dapat mencapai 1 kg/kapita/tahun sehingga akan ada permintaan tambahan sekitar 2,2 juta ton biji kakao per tahun. (Kemenperin, 2013) Prediksi pertumbuhan permintaan kakao dunia sekitar 4 juta ton setiap tahunnya, maka ini merupakan peluang dalam meningkatkan produksi tanaman

2 kakao untuk memenuhi kebutuhan dunia dan dalam negeri. Luas areal pertanaman dan produksi kakao Indonesia meningkat cukup signifikan. Ditjenbun 2010 menyatakan pengembangan budidaya tanaman kakao di Indonesia dilakukan dengan tujuan memanfaatkan sumberdaya alam, memenuhi konsumsi dan sebagai penghasil devisa dengan tujuan meningkatkan pendapatan produsen. Kakao memiliki peluang yang sangat baik karena adanya pasar dan pemintaan biji kakao dunia yang mengalami peningkatan setiap tahunnya. (Hasibuan, 2012) Peningkatan luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman perkebunan setiap tahunnya menjadi perhatian pemerintah. Tanaman perkebunan pada tahun 2010 2014 mengalami pola yang sangat beragam khususnya komoditi kakao. Data luas lahan, produksi dan produktivitas tanaman kakao berdasarkan Kementerian Pertanian Republik Indonesia dapat kita lihat pada Tabel 1. Tabel 1. Luas Lahan (Ha), Produksi (Ton) dan Produktivitas (Kg/H) Tanaman Kakao Indonesia 2010-2014 Tahun Luas Lahan Produksi Produktivitas Ha Ton Kg/Ha 2010 1.650.356 837.918 507.72 2011 1.732.641 712.231 411.07 2012 1.774.463 740.513 417.32 2013 1.852.944 777.539 419.62 2014 1.944.663 817.322 420.29 Sumber : Kementerian Pertanian 2015 Dari Tabel 1. Dijelaskan bahwa luas lahan tanaman kakao meningkat dari tahun 2010 2014 dengan rata rata pertumbuhan sebesar 4,15% pertahun, sedangkan rata rata pertumbuhan produksi tanaman kakao menurun sebesar 0,23% pertahun dan rata rata pertumbuhan produktivitas tanaman kakao

3 meningkat sebesar 25,03%. Meningkatnya produksi kakao antara lain disebabkan oleh adanya harga yang menarik, jaminan harga dan kepastian pasar sehingga mendorong petani memelihara tanamannya dengan baik, meningkatnya luas areal tanam, penggunaan bibit/benih bervarietas unggul, adanya intervensi pemerintah melalui kegiatan rehabilitasi, perluasan areal, pemberdayaan petani, penilaian blok penghasil tinggi, pemeliharaan kebun induk, fasilitasi bibit/benih unggul, penanganan pasca panen, sekolah lapang pengendalian hama terpadu (SLPHT) dan pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT). Penurunan produksi disebabkan karena anomali iklim, tanaman yang sudah tua dan harga yang kurang menguntungkan. ( Kementerian Pertanian, 2015) Pemerintah melalui program Gerakan Nasional Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao pada tahun 2010 2014 dengan luas lahan 457.963 ha dengan tujuan untuk meningkatkan produksi dan mutu kakao. Pada tahun 2015 pemerintah melanjutkan program tersebut sebab tanaman kakao masih menjadi tanaman ekspor yang memiliki prospek yang baik untuk menambah devisa negara dengan program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar khususnya tanaman Kakao, pengembangan tanaman kakao berkelanjutan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman kakao. Program meningkatkan produksi tanaman kakao dengan kegiatan peremajaan kebun, rehabilitasi kebun, intensifikasi kebun, intercoping tanaman kakao di bawah tanaman kelapa, dan integrasi tanaman kakao dengan ternak untuk meningkatkan devisa dan membantu meningkatkan pendapatan petani kakao. Prediksi luas tanaman kakao, produksi dan produktivitas tanaman kakao tahun 2015 2019 dapat kita lihat pada Tabel 2 berikut ini.

4 Tabel 2. Prediksi Peningkatan Produksi Kakao di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara 2015 2019 (Ribu Ton) Tahun 2015 2016 2017 2018 2019 Produksi Indonesia 773 831 872 916 961 Produksi Provinsi Sumatera Utara 35,33 38,89 41,12 44,02 47,17 Sumber: Kementerian Pertanian 2015 Prediksi Peningkatan Produksi Kakao di Indonesia dan Provinsi Sumatera Utara 2015-2019 (Ribu Ton) 1500 1000 500 0 773 831 872 916 961 35,33 38,89 41,12 44,02 47,17 2015 2016 2017 2018 2019 Produksi Indonesia Produksi Provinsi Sumatera Utara Grafik 1. Prediksi Peningkatan Produksi kakao Indonesia dan SumateraUtara 2015-2019 Tabel 2. Menerangkan bahwa pada tahun 2015 2019 prediksi produksi tanaman kakao di Indonesia meningkat sebesar 4,32% sedangkan di Provinsi Sumatera Utara produksi meningkat sebesar 5,73%. Adapun tujuan peningkatan produksi pertanian dan perkebunan khususnya tanaman kakao untuk mencapai target makro pembangunan pertanian. Target makro pembangunan pertanian, peningkatan produksi pertanian dan perkebunan yang direncanakan pemerintah khususnya kementerian pertanian selama tahun 2015 2019 mencakup pertumbuhan PDB, neraca perdagangan, investasi sektor pertanian, tenaga kerja dan nilai tukar petani. Persoalan mendasar yang diperkirakan masih dihadapi sektor pertanian dan perkebunan dalam peningkatan produksi pertanian seperti kerusakan lingkungan dan perubahan iklim, infrastruktur, sarana prasarana, lahan

5 dan air, kepemilikan lahan, sistem perbenihan dan perbibitan nasional, lahan dan air, akses petani terhadap permodalan kelembagaan petani dan penyuluh, keterpaduan antar sektor dan kinerja pelayanan birokrasi pertanian. ( Kementerian Pertanian 2015-2019, 2015) Tanaman kakao merupakan tanaman tahunan yang tidak mudah diganti seperti tanaman semusim apabila terjadi kerugian. Tanaman kakao apabila dibudidayakan dengan baik dapat memberikan produksi yang menguntungkan sampai umur yang panjang. Umumnya tanaman kakao sehat dan kuat mulai berbunga setelah umur 3 tahun dan produksi puncak kakao dapat dicapai pada umur 10 20 tahun dengan keuntungan nominal rata rata per tahun terbesar dapat diperoleh jika tanaman kakao diusahakan sampai umur 37 tahun. (Kristanto, 2015) Tanaman kakao yang diusahakan secara monokultur biasanya menggunakan jarak tanam 3 x 3 m atau 4 x 2 m dengan populasi tanaman kakao 1.000 pohon/ha. Potensi kakao maksimum mencapai 3.700 kg/ha/tahun dari kebun tanpa penaung dengan pemupukan intensif. Hasil biji kering kakao sebesar sepertiga total bobot kering tongkol. Karena itu, jika hasil biji 2.000 3.000 kg/ha/tahun, hasil buah 6.000 9.000 kg/ha/tahun. (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, 2010) Pada tahun 2015 pemerintah merencanakan program Peningkatan Produksi dan Produktivitas Tanaman Rempah dan Penyegar. Adapun kegiatan yang dilakukan dalam program peningkatan produksi dan produktivitas kakao adalah membuat persyaratan kebun, membuat entress, memberikan bantuan pestisida berdasarkan hasil pengamatan serangan hama dan menentukan dosis

6 penggunaan sesuai pengamatan, memberikan bantuan pupuk, memberikan bantuan peralatan, dan memberikan bantuan upah kerja yang bertujuan untuk membantu petani kakao dalam meningkatkan produksi tanaman kakao yang dibudidayakan. (Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian, 2015) Salah satu kabupaten yang memiliki tanaman perkebunan komoditi kakao rakyat di Provinsi Sumatera Utara adalah Kabupaten Asahan. Kabupaten Asahan mempunyai peluang yang baik dalam budidaya tanaman kakao, karena terpenuhinya syarat tumbuh tanaman kakao. Tanaman kakao di Kabupaten Asahan pertama kali dibudidayakan di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut dimana ide untuk pengembangan tanaman kakao di tanam di antara tanaman kelapa. Tanaman kakao menjadi salah satu komoditi penyumbang sumber penghasilan bagi 89,7 persen penduduk di Desa Lubuk Palas dengan luas tanaman kakao pada tahun 1999 seluas 4.580 ha. Tanaman kakao memiliki produksi tinggi hingga tahun 1990, pada tahun 1990 tanaman kakao terserang hama Penggerek Buah Kakao (PBK) yang menurunkan produksi kakao. Pengendalian hama tersebut telah dilakukan dengan berbagai upaya namun masalah tersebut sulit untuk dapat diatasi. (Sabirin, 2006) Serangan hama dan penyakit yang mengganggu tanaman kakao Di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut menurunkan produksi kakao rakyat, sulitnya mengatasi hama dan penyakit dan menurunnya harga biji kakao sebagai penyebab petani kakao mengkonversi lahan mereka dengan komoditi kelapa sawit, dimana munculnya komoditi kelapa sawit dengan harga yang baik membuat luas lahan tanaman kakao rakyat mengalami penurunan. Luas lahan komoditi kakao dan produksi kakao di Kecamatan Silau Laut terus menurun dimana pada tahun 2012

7 total luas lahan yang digunakan untuk budidaya kakao di Kecamatan Silau Laut 34 ha dengan produksi 13 ton, tahun 2013 total luas lahan komoditi kakao 34 ha dan produksi yang dihasilkan 11 ton dan pada tahuan 2014 luas lahan kakao rakyat 17 ha dengan produksi 5 ton. Luas lahan perkebunan komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas tahun 2012 seluas 13 ha dimana produksi yang dihasilkan sebesar 5 ton, tahun 2013 luas kebun kakao 13 ha dengan produksi 4 ton dan pada tahun 2014 luas lahan kakao 8 ha dengan produksi 2 ton. Kondisi ini menunjukkan luas lahan dan produksi komoditi kakao cenderung menurun setiap tahunnya, ini menjadi permasalahan Desa Lubuk Palas. (BPS Kecamatan Silau Laut DalamAngka, 2016) Identifikasi awal penyebab terjadinya penurunan produksi tanaman kakao adalah serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK), luas lahan yang berkurang, tanaman kakao sebagian besar merupakan tanaman yang sudah tua dan harga komoditi kakao yang menurun. Penurunan produksi kakao mengakibatkan penurunan roda perekonomian berupa penurunan distribusi pendapatan petani kakao di Desa Lubuk Palas. Fluktuasi harga kakao yang tidak bisa dikendalikan oleh pemerintah membuat petani kakao tidak mampu mempertahankan tanaman kakao mereka, banyak petani yang mengganti tanaman kakao dengan tanaman lain dan disaat harga komoditi kakao mulai meningkat maka petani tidak dapat mengganti kembali tanaman mereka dengan tanaman kakao yang baru karena petani tidak memiliki modal untuk mengganti tanaman mereka. Sebagai tanaman perkebunan yang dapat dibudidayakan dengan umur tanaman yang panjang dan waktu pembuahan tanaman minimal pada umur 3 tahun, dibutuhkan strategi yang baik untuk meningkatkan produksi kakao.

8 Peningkatan produksi kakao sebagai tanaman perkebunan sangat penting untuk diperhatikan karena tanaman kakao memiliki pasar dan konsumen dalam perdagangan internasional. Bertambahnya jumlah penduduk akan menambah permintaan terhadap biji kakao karena akan bertambah pula produk olahan dari komoditi kakao. Untuk meningkatkan produksi tanaman kakao maka perlu strategi dengan menganalisis hambatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang dimiliki Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut di Kabupaten Asahan. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa permasalahan penelitian, sebagai berikut: 1. Faktor faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi peningkatan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut. 2. Strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut. 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk mengidentifikasi faktor faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi peningkatan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut. 2. Untuk merumuskan strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi komoditi kakao rakyat di Desa Lubuk Palas Kecamatan Silau Laut.

9 1.4 Kegunaan Penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi petani kakao untuk mengembangkan usaha tani kakao agar dapat meningkatka produksi kakao. 2. Sebagai bahan informasi bagi pemerintah agar mengetahui strategi peningkatan komoditi kakao untuk membantu petani meningkatkan pendapatan mereka. 3. Sebagai bahan informasi dan refrensi bagi penelitian lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini.