BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Obat tradisional adalah bahan alami dari tumbuhan ataupun hewan yang diracik menggunakan alat tradisional yang bermanfaat sebagai penyembuh penyakit tertentu. Obat tradisional sudah digunakan beberapa tahun sebelum masehi oleh para tabib kerajaan untuk menyembuhkan penyakit para raja ataupun masyarakat dilingkungan kerajaan. Dengan semakin berkembangnya zaman, obat tradisional semakin ditinggalkan karena keinginan masyarakat yang menuntut semuanya serba cepat dan juga dengan semakin berkembangnya teknologi maka dapat dengan mudah masyarakat memperoleh obat di warung, apotek, minimarket, dan pasar swalayan tanpa harus meracik sendiri. Namun obat-obat yang diproses secara kimia tersebut terinspirasi dari obat-obat yang diracik secara tradisional. Obat tradisional mempunyai kelebihan yaitu bahannya mudah dan murah untuk didapatkan. Mengkaji alasan tersebut mengapa sebagian besar masyarakat di pedesaan masih menggunakan tumbuhan alami sebagai obat. Mereka berfikir bahwa mereka dapat memanfaatkan tumbuhan yang ada dipekarangannya untuk menyembuhkan berbagai permasalahan kesehatan. Permasalahan kesehatan pada manusia yang disebabkan oleh bakteri semakin hari semakin kompleks, permasalahan kesehatan yang sering menyerang manusia antara lain gatal dan karies gigi. Gatal-gatal pada kulit 1
2 tersebut dapat disebabkan oleh bakteri salah satunya Pseudomonas aeruginosa yang merupakan bakteri gram negatif dan karies gigi yang disebabkan oleh Streptococcus mutans yang merupakan bakteri gram positif Penyakit gatal yang menyerang kulit yang diakibatkan oleh bakteri yang biasa disebut dengan pioderma, ciri-cirinya adalah terdapat ruam merah dan terdapat nanah. Masyarakat dipedesaan banyak menderita penyakit ini karena kurang menjaga kebersihan tubuhnya setelah melakukan aktifitas yang melibatkan benda yang tercemar bakteri. Oleh karena kurangnya pengetahuan, mereka hanya mencuci bagian tubuhnya dengan air mengalir saja. Bakteri yang menempel pada kulit dapat menimbulkan rasa gatal dan dapat menimbulkan luka yang serius jika kulit tersebut tergaruk. Karies gigi merupakan permasalahan yang banyak dialami oleh manusia dalam data Depkes RI tahun 2004, terdapat 90,05% insiden karies gigi di Indonesia. Penyebab karies gigi adalah konsumsi sukrosa yang berlebih dan kebersihan mulut yang kurang terjaga sehingga tingkat keasaman di mulut tinggi yang menyebabkan Streptococcus mutans berdiferensiasi dengan pengendapan kotoran-kotoran di gigi sehingga terbentuk karies. Di Indonesia banyak sekali tanaman yang diduga berkhasiat sebagai tanaman obat, khususnya untuk mengobati gatal dan karies gigi. Tumbuhan yang memiliki potensi untuk diteliti aktivitas antimikrobanya adalah ketepeng cina (Cassia alata L.). Selama ini ketepeng cina banyak digunakan secara tradisional sebagai obat kurap, obat kelainan kulit yang disebabkan oleh
3 parasit kulit, dan pencahar. Sebelumnya telah dilakukan penelitian aktivitas daun ketepeng cina sebagai antifungi terhadap Saccharomyces cereviciae (Aisah, 2011), Malassezia furfur (Gama, 2011), Candida albicans (Halim, 2010), Trychophyton sp (Hujjatusnaini, 2006) dan antibakteri penyebab gatal di kulit seperti Staphylococcus aureus (Kusmardi dkk. 2007) dan bakteri penyebab TBC Mycobacterium tuberculosis (Shari, 2010) namun belum ada yang mengujinya untuk bakteri Streptococcus mutans dan Pseudomonas aeruginosa. Masyarakat yang menggunakan ketepeng sebagai obat, umumnya tidak mengetahui senyawa yang terkandung di dalamnya, mereka hanya menggunakan resep turun temurun dari nenek moyangnya yang menggunakan tumbuhan tersebut sebagai obat penyembuh gatal dan efeknya adalah gatal-gatalnya sembuh. Pada umumnya bagian tanaman yang berkhasiat sebagai obat adalah bagian tanaman yang mengandung senyawa metabolit sekunder. Contoh metabolit sekunder menurut Robinson (1995) antara lain tanin, flavonoid, alkaloid, terpenoid. Flavonoid merupakan metabolit sekunder yang berfungsi sebagai antimikroba dan antivirus. Alkaloid merupakan senyawa yang mengandung nitrogen dan berperan dalam penolak serangga dan antifungi, sedangkan terpenoid merupakan metabolit sekunder yang dapat berfungsi sebagai fungisida, racun terhadap hewan tingkat tinggi dan penolak serangga (Robinson, 1995).
4 Menurut Kusmardi (2010) daun ketepeng (Cassia alata L.) mengandung senyawa yang digunakan sebagai penghambat bakteri Staphylococcus aureus. Daun ketepeng cina memiliki kandungan penting seperti flavonoid sebagai efek antimikroba (Rahman, 2010 dalam Gama, 2011). Disamping flavonoid, daun ketepeng cina juga memproduksi senyawa metabolit sekunder lain berupa alkaloid, steroid, dan antrakuinon. Adanya senyawa flavonoid dan metabolit sekunder lain yang terdapat pada daun ketepeng cina memungkinkan daun ini dapat digunakan sebagai antimikroba dan antioksidan yang berarti dapat digunakan juga sebagai alternatif untuk obat gatal pada kulit dan karies gigi yang disebabkan oleh bakteri. Gatal pada kulit pioderma merupakan penyakit yang muncul karena kurangnya kebersihan, penurunan daya tahan tubuh dan dapat juga karena tertular. Penyebab gatal antara lain adalah bakteri Staphylococcus aureus dan Streptococcus sp (Caesarita, 2011). Selama ini masyarakat pada umumnya menanggulangi gatal dan karies gigi dengan mengkonsumsi obat-obatan kimia atau obat sintetik. Penggunaan obat sintetik dapat menimbulkan efek samping yang lebih banyak daripada obat tradisional. Efek sampingnya, antara lain reaksi alergi, reaksi toksik, dan perubahan alergi metabolik (Ganiswara, 2001). Daun ketepeng cina sebagai obat tradisional yang mempunyai kandungan senyawa antibakteri dapat dijadikan sebagai alternatif obat gatal dan karies gigi yang murah dan mudah diperoleh.
5 Berdasarkan pernyataan tersebut maka perlu adanya penelitian tetang uji daya hambat ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) terhadap pertumbuhan bakteri penyebab gatal P. aeruginosa dan S. mutans penyebab karies gigi, serta mencari konsentrasi ekstrak daun ketepeng yang masih mampu menghambat atau membunuh bakteri tersebut. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka timbul permasalahan : 1. Apakah ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) mempunyai daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri P. aureginosa dan S. mutans? 2. Berapa konsentrasi terkecil ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. aureginosa dan S. mutans? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah : 1. untuk mengetahui kemampuan ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata, L.) dalam menghambat pertumbuhan bakteri P. aureginosa dan S. mutans. 2. untuk mengetahui konsentrasi terkecil ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata, L.) yang masih mampu menghambat pertumbuhan bakteri P. aureginosa dan S. mutans.
6 1.4 Manfaat Penelitian Setelah diketahui adanya daya hambat ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata, L.) terhadap bakteri P. aeruginosa dan S. mutans diharapkan dapat memberikan informasi awal bahwa penggunaan ekstrak daun ketepeng sebagai obat alternatif untuk menyembuhkan gatal dan karies gigi. 1.5 Hipotesis Ekstrak daun ketepeng cina (Cassia alata L.) mampu menghambat pertumbuhan bakteri Pseudomonas aureginosa dan Streptococcus mutans.