BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Guru dituntut mampu memotivasi siswa agar mereka tertarik terhadap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam interaksi dirinya dengan lingkungannya. Hasil dari interaksi yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia di sekolah memegang peranan penting dalam mengupayakan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan siswa dalam menyerap materi pendidikan. Guru sebagai fasilitator, menyampaikan ilmunya melalui bentuk-bentuk ajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bernalar serta kemampuan memperluas wawasan. Menurut Tarigan (2008:1) ada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan, manusia dapat menemukan hal-hal baru yang dapat dikembangkan dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan

BAB I PENDAHULUAN. suatu masyarakat untuk bekerja sama, berkomunikasi dan mengidentifikasi diri.

2015 PENERAPAN TEKNIK THINK-TALK-WRITE (TTW) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

pembelajaran berbahasa dan kegiatan berbahasa dalam kehidupan sehari-hari karena antara satu dengan yang lainnya memiliki keterkaitan yang erat.

2015 PEMBELAJARAN MENULIS CERPEN MELALUI TRANSFORMASI FILM DOKUMENTER

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arin Rukniyati Anas, 2013

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang berkualitas. Sumber daya manusia yang berkualitas adalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II KAJIAN PUSTAKA. oleh peneliti sebelumnya yang berkaitan dengan karangan argumentasi sebagai

2014 KEEFEKTIFAN MOD EL PEMECAHAN MASALAH (PROBLEM SOLVING) D ALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS D ISKUSI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendekatan scientific akan menyentuh tiga ranah, yaitu: sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejak dahulu pepatah Membaca adalah Jendela Dunia sudah sangat sering

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan kunci keberhasilan sumber daya manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan insan yang produksi, kreatif, inovatif, dan berkarakter.

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam masyarakat modern seperti sekarang ini dikenal dua macam cara

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS PARAGRAF NARATIF DENGAN TEKNIK PENIRUAN MODEL PADA SISWA KELAS X TKJ 1 SMK NEGERI 1 BANYUDONO KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tarigan dalam Munthe (2013:1), dalam silabus pada KD 13.1 disebutkan, bahwa salah satu kompetensi yang harus

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dimengerti dan digunakan untuk berinteraksi dengan orang lain. Adapun cara-cara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya setiap orang yang belajar bahasa dituntut untuk menguasai

2015 PENERAPAN TEKNIK MENULIS BERANTAI DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS ULASAN FILM ATAU DRAMA

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan kemampuan

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS PARAGRAF NARASI DENGAN TEKNIK REKA CERITA GAMBAR PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGDOWO KLATEN TAHUN AJARAN

BAB 1. Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran yang memiliki. beberapa aspek keterampilan berbahasa yang harus dicapai oleh siswa.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. siswa turut menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Kriteria untuk mengetahui

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia merupakan salah satu mata pelajaran yang penting untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan yang lainnya.

PENERAPAN PENDEKATAN KOOPERATIF TIPE INVESTIGASI KELOMPOK DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS BERITA

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipungkiri, karena pembelajaran tidak akan berhasil tanpa adanya bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlaksananya pendidikan dan tersampainya ilmu pengetahuan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

M 2015 PENERAPAN TEKNIK BBM (BERPIKIR-BERBICARA-MENULIS) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS TEKS TANGGAPAN DESKRIPTIF

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bagi manusia sangat begitu penting karena dapat meningkatkan

Jurnal Pedagogika dan Dinamika Pendidikan

BAB 1 PENDAHULUAN. membaca, dan menulis. Berbicara merupakan salah satu dari empat aspek

BAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Indonesia menjadi penghela ilmu pengetahuan (carrier of knowledge).

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran sastra disekolah. Salah satu tujuan pelajaran bahasa Indonesia di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nadhira Destiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Menulis merupakan keterampilan yang harus dikuasai setiap siswa melalui proses

2015 KEEFEKTIFAN MODEL SOMATIS, AUDITORIS, VISUAL, INTELEKTUAL (SAVI) DALAM PEMBELAJARAN MENULIS

BAB 1 PENDAHULUAN. baca-tulis bangsa Indonesia. Budaya baca-tulis di Indonesia masih kurang

BAB I PENDAHULUAN. pemersatu bangsa Indonesia. Selain itu, Bahasa Indonesia juga merupakan

2013 PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI MELALUI METODE MIND MAPPING DALAM PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SEKOLAH DASAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia yang benar adalah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya. Semakin terampil

I. PENDAHULUAN. nasionalisme, menumbuh kembangkan kecintaan kepada Bahasa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan dilakukannya proses pembelajaran manusia akan mampu berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pengertian yang diutarakan oleh Chaer (2008:32), bahwasanya bahasa

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 1). Pembelajaran menurut Sugandi (2006: 9) adalah seperangkat peristiwa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pendidikan berupa kegiatan mendidik, mengajar, dan melatih. Dalam prosesnya haruslah menggambarkan aktivitas peserta didik dalam belajar. Hasil dari pembelajaran semestinya berdampak baik bagi peserta didik. Sejumlah kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran harus dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Iskandarwassid dan Sunendar (2013, hlm.1) memaparkan, kegiatan belajar berhubungan dengan proses berubahnya tingkah laku melalui kegiatan interaksi di dalam lingkungannya. Perubahan tingkah laku dalam diri seseorang terjadi secara menyeluruh, yaitu menyangkut pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang didapat melalui pengalaman atau pun latihan. Kegiatan belajar dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja, baik secara individual maupun sosial. Wenger (Huda, 2016, hlm. 2) mengungkapkan pandangannya mengenai pembelajaran sebagai berikut. Pembelajaran bukanlah aktivitas, sesuatu yang dilakukan oleh seseorang ketika ia tidak melakukan aktivitas yang lain. Pembelajaran juga bukanlah sesuatu yang berhenti dilakukan oleh seseorang. Lebih dari itu, pembelajaran bisa terjadi di mana saja dan pada level yang berbeda-beda, secara individual, kolektif, ataupun sosial. Kegiatan belajar harus berorientasi pada tujuan pembelajaran. Sekolah menjadi salah satu tempat dilakukannya proses pembelajaran yang terarah. Salah satu peran penting dalam kegiatan pembelajaran di sekolah yakni seorang guru dalam meningkatkan pembelajaran agar relevan dan didukung oleh model pembelajaran yang sesuai dengan tujuan dan karakteristik siswa. 1

2 Permasalahan dalam penyelenggaraan proses pembelajaran disebabkan karena banyaknya pendidik yang kurang memiliki wawasan ilmu pengetahuan dan pengalaman yang memadai. Permasalahan tersebut juga disampaikan oleh Gintings (2014, hlm. viii) bahwa, banyak guru yang mengikuti sekolah keguruan sebelum memasuki profesinya, akan tetapi sebagian dari mereka tidak memiliki wawasan dan pengalaman dalam menyelenggarakan pembelajaran. Banyak pendidik yang ternyata profesinya ini bukanlah pilihan utama. Pendidik dengan latar belakang tersebut biasanya kurang dalam kesiapan menyelenggaran pembelajaran. Padahal kesiapan seorang pendidik dalam melakukan proses pembelajaran dapat berpengaruh pada hasil akhir yang didapat peserta didik dalam belajar. Gintings (2014, hlm. 14) menjelaskan pandangannya mengenai pembelajaran sebagai berikut: Agar kegiatan belajar dan pembelajaran akan terarah dan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, guru harus merencanakan kegiatan pembelajaran yang akan diselenggarakannya dengan seksama yang dituangkan ke dalam bentuk RPP yang akan dijadikan pegangan guru dalam menyiapkan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan belajar dan pembelajaran yang diselenggarakan bagi siswa. Pembelajaran yang dapat mengantarkan hasil maksimal didapat karena seorang pendidik memahami prinsip belajar. Hal ini berperan menjadi pokok dasar bagi pendidik untuk berpikir dan bertindak. Sisitem pendidikan yang baik diharapkan mampu menghasilkan peserta didik yang baik pula. Penggunaan bahasa yang baik dapat berpengaruh pada interaksi yang baik pada saat proses pembelajaran. Bahasa memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Oleh sebab itu, setiap manusia dituntut untuk memiliki keterampilan berbahasa yang baik secara lisan atau pun tulisan. Proses pembelajaran di sekolah menjadi salah satu tempat untuk melatih keterampilan berbahasa. Salah satu kompetensi yang termuat dalam kurikulum 2013 adalah mengungkapkan kembali keteladanan tokoh dalam teks biografiyang dibaca secara tertulis. Pembelajaran mengungkapkan

3 kembali ini menekankan pada keterampilan menulis sebagai bagian dari keterampilan membaca yang baik. Pendidik dituntut memotivasi dan mengarahkan peserta didik agar gemar belajar bahasa Indonesia, khususnya dalam pembelajaran yang menyangkut keterampilan menulis dan membaca. Membaca bukan semata-mata dilakukan hanya untuk mencapai keterampilan membaca, melainkan melibatkan kemampuan berpikir seseorang dalam memahami serta mengkiritisi sebuah tulisan. Tujuan utama membaca yaitu mencari dan memperoleh informasi, maka kemampuan dalam membaca berpengaruh pada hasil keterampilan peserta didik dalam menulis. Rendahnya kemampuan efektif membaca merupakan cermin utama kegagalan membaca. Abidin (2015, hlm. 153) menyampaikan bahwa problem utama pembelajaran membaca adalah membiasakan hal buruk yang terlihat dalam kenyataannya bahwa, pembelajaran membaca hanya ditunjukkan agar peserta didik mampu menjawab pertanyaan praktis yang menyangkut pada bacaan itu saja. Tidak cukup hanya dengan sekedar membaca untuk menjawab sebuah pertanyaan, seseorang harus bisa melakukan serangkaian aktivitas untuk menunjang tercapainya proses membaca. Hidayati (2009, hlm. 75) menyatakan bahwa dalam memeberikan tanggapan mengenai suatu bacaan haruslah dibaca sampai paham. Kegiatan pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi ini tidak bisa hanya dengan membaca setengah saja. Pembaca harus senantiasa memahami isi dan makna yang hendak disampaikan penulis pada setiap paragrafnya. Tampubolon (2008, hlm. 5) mengungkapkan pandangannya mengenai keterampilan membaca khususnya pada membaca untuk memahami bacaan sebagai berikut: Pada tingkatan membaca permulaan, dimana di dalamnya ada proses pengubahan lambang-lambang bunyi bahasa diubah menjadi lambang tulisan. Proses pengubahan ini dibina dan dikuasai terutama dilakukan pada masa anak-anak. Pengertian pengubahan disini, mencakup pengenalan huruf-huruf sebagai lambang bunyi bahasa. Selanjutnya membaca untuk pemahaman atau yang biasa disebut membaca lanjut,

4 digunakan untuk menyatakan kecepatan membaca. Kecepatan membaca dapat ditingkatkan dengan penguasaan teknik-teknik membaca yang efisien dan efektif, serta latihan-latihan yang sistematis. Artinya, membaca sebagai langkah awal adanya proses pengubahan lambang-lambang bunyi bahasa menjadi lambang tulisan yang harus dikuasai dan dibina khususnya pada tahun permulaan sekolah. Setelah pengubahan maksud di atas dikuasai, pemahaman isi bacaan atau membaca untuk pemahaman dapat ditekankan. Abidin (2016, hlm. 5-7) menjelaskan tentang pembelajaran membaca sebagai berikut: Tujuan utama pembelajaran membaca secara lebih luas dapat ditafsirkan agar peserta didik dapat mencintai kegiatan membaca. Tujuan ini menjadi sangat penting sebab mencintai membaca adalah modal awal agar peserta didik dapat membaca sekaligus tetap menjadi pembaca. Namun, pembelajaran di sekolah nyatanya melupakan tujuan ini sehingga sekolah hanya mampu menghasilkan peserta didik yang dapat membaca tetapi tidak suka membaca. Peserta didik pandai membaca tapi masih menganggap membaca adalah kegiatan yang membosankan. Adapun strategi membaca sangat berpengaruh terhadap kemampuan membaca seseorang. Strategi baca diciptakan agar pembaca mampu membaca secara cepat dan menentukan informasi secara cepat dan cermat. Pendidik harus mampu memotivasi peserta didik untuk mencintai kegiatan membaca dengan menerapkan strategi baca yang sesuai dengan jenis bacaan. Dalam pembelajaran ini peserta didik dituntut untuk membaca dengan penuh pemahaman, mengetahui maksud isi dari teks untuk dideskripsikan dalam bentuk tulisan. Tarigan (2008, hlm. 22) mengemukakan bahwa keterampilan menulis lebih sulit dikuasai daripada keterampilan berbahasa lainnya. Keterampilan peserta didik dalam menulis hanya dapat diperoleh dengan jalan praktik berupa latihan. Menulis masuk dalam keterampilan yang diperoleh dari latihan-latihan dan penugasan tertentu. Maka dari itu, keterampilan menulis hanya dapat dimiliki dengan belajar menguasai konsep-konsep teoritis tertentu dan latihan-latihan.

5 Permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran menulis di sekolah yaitu terletak pada kebiasaan pendidik yang lebih cenderung mengedepankan teori menulis daripada praktik berupa latihan menulis. Abidin (2016, hlm. 190) mengungkapkan pandangannya mengenai permasalahan menulis sebagai berikut: Salah satu masalah serius dalam menulis adalah kemampuan peserta didik dalam menulis. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kemampuan menulis sejak tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi masih memprihatinkan. Bahwa bangsa Indonesia cenderung rabun dalam membaca dan lumpuh dalam menulis. Salah satu faktor yang dominan adalah rendahnya peran pendidik dalam membina peserta didik agar terampil menulis. Pembelajaran menulis harusnya dapat membina peserta didik berlatih mengemukakan gagasan masih belum dilakukan secara optimal. Hasil tulisan terkadang hanya dinilai dari jumlah paragraf yang dihasilkan, kerapian tulisan, dan faktor lain yang tidak esensial. Permasalahan ini menyebabkan peserta didik jadi mudah merasa bosan karena terlalu banyak teori dari pada praktik menulis. Kondisi ini menyebabkan kemampuan peserta didik menuangkan gagasan dalam bahasa tulis menjadi rendah. Zainurrahman (2013, hlm. vi) memaparkan bahwa setiap keterampilan yang diperoleh dengan latihan harus diperhatikan, karena keterampilan tersebut tidak akan didapat dengan spontan, perlu adanya latihan-latihan secara sinambung karena jika peserta didik kurang menguasai keterampilan menulis turut menjamin berpengaruh pada keterampilan membaca begitu pun sebaliknya. Dalam menulis yang baik dan benar harus terstruktur dan menggunakan bahasa yang tepat, serta antar kalimat harus koheren dan kohesi, sehingga pesan yang hendak disampaikan dapat mudah dipahami pembaca. Pada intinya, struktur adalah jaminan dari keselarasan isi oleh sebab itu harus sesuai dengan latar belakang yang ingin disampaikan. Semi (2007, hlm. 14) mengungkapkan, keterampilan menulis menuntut peserta didik untuk mengungkapkan gagasan, pendapat, pengalaman dan pesan secara tertulis melalui sebuah karangan. Menulis digunakan seseorang

6 untuk berkomunikasi, mengekspresikan perasaan dan memberikan informasi dalam bentuk tulisan. Menulis tidak hanya sekadar membuat aksara saja, seorang penulis harus memiliki pengetahuan yang luas dengan mengumpulkan berbagai informasi baik melalui kegiatan membaca maupun dari berbagai pengalaman supaya pembahasan dalam tulisan tidak terpaku pada satu pemikiran maupun argumen tertentu. Berupaya membangun kemampuan peserta didik dalam membuat karya berbentuk tulisan dapat mematahkan pernyataan rabun membaca dan lumpuh dalam menulis. Maka peranan pendidik menekankan pada peserta didik untuk berorientasi pada mencintai menulis, bisa menulis, dan kreatif menulis menjadi kunci utama keberhasilan pembelajaran menulis. Bentuk karya tulis yang ditekankan pada pembelajaran ini ialah berupa deskripsi. Okke (2009, hlm. 36) mengungkapkan, deskripsi adalah suatu wacana yang mengemukakan representasi atau seseorang yang biasanya ditampilkan secara rinci. Dalam pembelajaran ini peserta didik diharapkan mampu mengungkapkan kembali gambaran mengenai keteladanan tokoh sebagai objek yang dibicarakan dalam teks deskripsi secara terperinci. Dalam kenyataannya sulit untuk membuat deskripsi yang dapat memuaskan pembaca. Terlebih satu-satunya deskripsi tokoh yang dapat memuaskan pembaca ialah yang dimuat dalam buku tebal dan hasil analisis tentang orang itu yang digarap oleh banyak pengarang. Permasalahn diatas dapat ditarik solusi dari pernyataan Keraf (1981, hlm. 148) menyatakan, untuk mengatasi kesulitan ini, biasanya diambil saja beberapa topik tertentu, yang memberikan sugesti tentang tokoh yang dideskripsikan, yaitu mengenai pribadi, watak, fisiologinya, dan sebagainya, dalam sebuah deskripsi yang singkat. Topik khusus yang diambil dalam pembelajaran ini ialah keteladanan tokoh dalam teks biografi. Salah satu teks yang dipelajari pada kelas X ialah teks biografi sebagai bagian dari teks yang memuat cerita faktual. Teks

7 biografi berisikan riwayat hidup seseorang yang memiliki pengaruh besar sehingga dapat menginspirasi yang ditulis oleh orang lain. Pada KD 4.14, terdapat kemampuan mengungkapkan kembali yang harus dicapai oleh peserta didik. Ternyata tidak semua siswa memiliki kemampuan yang baik dalam pembelajaran mengungkapkan kembali. Pendidik berupaya mengajarkan pembelajaran mengungkapkan kembali keteladanan tokoh dalam biografi ini dengan menyajikannya dalam bentuk teks deskripsi. Hasil observasi sederhana pada saat praktik pengalaman lapangan dan konsultasi dengan pendidik kelas X di SMK Puragabaya Bandung, diperoleh informasi bahwa masih terdapat peserta didik yang kesulitan dalam pembelajaran mengungkapkan kembali. Dengan melatih peserta didik membaca dan menulis juga mengarahkan untuk mampu mengolah, mengemas, dan menyampaikan gagasannya dari sebuah bacaan menjadi tulisan diharapkan dapat meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mengungkapkan kembali dan menyampaikan gagasan dari berbagai konteks dalam bentuk tulisan. Model pembelajaran yang dapat diterapkan guna membantu terlaksananya solusi atas masalah diatas adalah dengan menerapkan model Think Pair Share (TPS). Model pembelajaran TPS melatih peserta didik untuk saling bertukar pendapat. Dalam pelaksanaanya model Think Pair Share (TPS) memberikan waktu kepada peserta didik untuk berpikir secara mandiri mengenai solusi atas permasalahan yang diberikan pendidik. Selanjutnya, peserta didik saling bertukar gagasan untuk mencapai kesimpulan mengenai topik yang kemudian disajikan dalam bentuk tulisan. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul: Pembelajaran Mendeskripsikan Keteladanan Tokoh dalam Teks Biografi Berorientasi pada Karakter Tokoh dengan Model Think Pair Share (TPS) di Kelas X SMK Puragabaya Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018.

8 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan pada latar belakang masalah diatas, hambatan dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh yang diberikan pada objek penelitian adalah sebagai berikut. 1. Rendahnya kesiapan pendidik dalam melaksanakan pembelajaran dengan perencanaan yang tersusun; 2. Peserta didik membutuhkan teknik keterampilan membaca sesuai dengan jenis bacaan dan hasil akhir yang ingin dicapai; 3. Kurangnya pemahaman dan latihan pada peserta didik untuk mengungkapkan kembali hasil bacaan biografi ke dalam bentuk tulisan deskripsi. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, penulis dapat mengetahui halhal penyebab terjadinya hambatan pada objek penelitian sehingga penulis dapat menyusun penyelesaian untuk hambatan-hambatan tersebut. C. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah 1. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian diatas, penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan bahan penelitian adalah sebagai berikut. a. Bagaimanakah kemampuan penulis merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan model Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung? b. Bagaimanakah kemampuan peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan tepat? c. Efektifkah model pembelajaran Think Pair Share (TPS) diterapkan dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan model Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung?

9 2. Batasan Masalah Pembatasan masalah diperlukan agar penelitian tidak terlalu luas dan hasil yang diperoleh menjadi lebih terarah dan terstruktur. Berdasarkan penjelasan tersebut, penulis membuat batasan masalah sebagai berikut. a. Kemampuan penulis diuji dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai kegiatan pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan model Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung. b. Kemampuan peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung diuji melalui tes dalam melaksanakan pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh. c. Keefektifan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) yang diuji dengan tes dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh. Pembatasan masalah yang dijelaskan penulis bertujuan untuk membatasi permasalahan yang ada di penelitian ini. Penulis harus mampu mengembangkan sebuah masalah yang terjadi menjadi suatu penemuan yang membuat kegiatan pembelajaran peserta didik menjadi lebih baik. D. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan peserta didik dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh pada peserta didik kelas X dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS). Tujuan penelitian ini tentunya berdasarkan pada rumusan masalah yang telah dinyatakan oleh penulis. Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. untuk mengetahui keberhasilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan menilai pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan model Think Pair Share (TPS) pada peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung;

10 2. untuk mengetahui kemampuan peserta didik kelas X dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh; dan 3. untuk mengetahui keefektifan model Think Pair Share (TPS) dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh pada peserta didik kelas X SMK Puragabaya Bandung. E. Manfaat Penelitian Manfaat dalam penelitian berfungsi untuk menegaskan kegunaan penelitian yang dapat diraih setelah studi atau penelitian berlangsung. Melihat tujuan penelitian di atas, penelitian ini memberikan manfaat teoretis dan manfaat praktis sebagai berikut. 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mengembangkan materi dan proses pembelajaran, sehingga dapat memperbaiki mutu pendidikan dan meningkatkan kualitas hasil pembelajaran. Dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share (TPS) hasil belajar siswa, khususnya pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dapat meningkat dan mudah dimengerti oleh peserta didik. 2. Manfaat Praktis a. Bagi Penulis Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengalaman berharga dan menambah pengetahuan serta keterampilan penulis dalam merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh menggunakan model Think Pair Share (TPS). b. Bagi Pendidik Bahasa dan Sastra Indonesia Hasil penelitian ini diharapkan menjadi sebuah referensi baru dalam memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan materi yang hendak disampaikan. Selain itu, hasil penelitian ini

11 diharapkan dapat menjadi alternatif khususnya dalam pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh. c. Bagi Peserta Didik Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu peserta didik mengatasi kesulitan menentukan karakter keteladanan tokoh dan mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh, dapat memotivasi peserta didik untuk terampil dalam mengemukakan pendapat, menginspirasi peserta didik untuk menteladani karakter unggul tokoh, juga diharapkan dapat membiasakan peserta didik melakukan kegiatan secara efektif. d. Bagi Penulis Lanjutan Dengan diadakannya penelitian ini, manfaat bagi pennulis lanjutan adalah sebagai dasar pemikiran bagi pengembangan teknik pembelajaran untuk melanjutkan penelitian dalam meningkatkan pembelajaran mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan menggunakan model Think Pair Share (TPS). Berdasarkan urian diatas, manfaat yang dijelaskan merupakan salah satu pedoman penulis dalam melaksanakan penelitian. Hasil akhir penelitian ini dapat bermanfaat bagi penulis, bagi pendidik Bahasa dan Sastra Indonesia, peserta didik, bagi penulis lanjutan, dan bagi lembaga pendidikan. F. Definisi Operasional Definisi operasional dimaksudkan untuk menyamakan persepsi terhadap istilah-istilah yang digunakan dalam judul Pembelajaran Mendeskripsikan Keteladanan Tokoh dalam Teks Biografi Berorientasi pada Karakter Tokoh dengan Model Think Pair Share (TPS) di Kelas X SMK Puragabaya Bandung Tahun Pelajaran 2017/2018. Penulis menggunakan istilah-istilah yang berhubungan dengan judul penelitian sebagai berikut. 1. Pembelajaran adalah aktivitas peserta didik dalam belajar secara aktif dan kreatif mengubah tingkah laku dalam ranah kognif, afektif, dan psikomotor ke arah yang lebih baik.

12 2. Mendeskripsikan adalah memaparkan atau menggambarkan sesuatu menggunakan kata-kata secara jelas dan terperinci. 3. Keteladanan adalah hal yang dapat ditiru. 4. Berorientasi adalah berfokus pada suatu hal. 5. Karakter adalah kepribadian atau tingkah laku seseorang. 6. Tokoh adalah pelaku yang mengalami peristiwa-peristiwa dalam sebuah cerita. 7. Biografi adalah riwayat hidup seseorang yang ditulis oleh orang lain. 8. Model Think Pair Share (TPS) adalah metode pembelajaran berpikir, merespon, dan saling membantu satu sama lain. Berdasarkan uraian yang dikemukakan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa judul penelitian ini bermaksud mengarahkan peserta didik memahami keteladanan tokoh dalam biografi dan terampil dalam kegiatan pembelajaran mendeskripsikan karakter tokoh dalam bentuk tulisan dengan baik dan benar menggunakan metode pembelajaran berpikir, merespon, dan saling bertukar pendapat. G. Sistematika Skripsi Sistematika skripsi berisi mengenai keseluruhan isi skripsi dan pembahasannya. Sistematika skripsi dapat dijabarkan dan dijelaskan dengan penulisan yang runtun. Sistematika skripsi berisi tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab. Sistematika skripsi dimulai dari bab I sampai bab V. Sistematika membantu penulis agar penulis mudah dalam pengerjaan skripsi agar isi skripsi teratur. Bab I pendahuluan mengenai bagian awal dari skripsi. Bagian pendahuluan berisi pemaparan mengenai latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika skripsi. Latar belakang masalah memaparkan ketidak sesuaian harapan dengan kenyataan, sehingga diperlukan pemecahan masalah. Identifikasi masalah memaparkan fokus masalah pembelajaran menganalisis teks biografi berorientasi pada nilai yang

13 dapat diteladani. Rumusan masalah penelitian berisi hal-hal yang akan diteliti. Tujuan penelitian memaparkan tujuan yang akan dicapai oleh penulis. Manfaat penelitian memaparkan manfaat yang akan dirasakan oleh penulis dan pihak lain dari hasil penelitian. Sistematika skripsi berisi perincian dari setiab bab dan subbab. Bab II kajian teoretis dan kerangka pemikiran. Bagian ini berisi mengenai pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA/SMK/MK yang mencakup tentang kedudukan materi terhadap kurikulum 2013, serta Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Alokasi waktu dan mata pelajaran Bahasa Indonesia di SMA/MA/SMK/MK. Kemampuan mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh dengan model Think Pair Share (TPS), penelitian terdahulu yang relevan, kerangka pemikirin, asumsi, dan hipotesis. Bab III metode penelitian. Bagian ini berisi tentang pemaparan metode yang digunakan penulis dalam penelitian. Bab III terdiri dari metode penelitian, desain penelitian, subjek dan objek penelitian, pengumpulan data dan instrumen, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Bab IV hasil penelitian dan pembahasan. Pada bab ini diuraikan seluruh data penelitian yang dikaji dan dianalisis oleh penulis. Bagian ini berisi tentang mengenai hasil penelitian dan pembahasan yang telah dicapai meliputi pengolahan data serta analisis temuan dan pembahasannya. Pada subbab hasil terdiri dari deskripsi pengumpulan data, data hasil penelitian, analisis hasil mengungkapkan kembali keteladanan tokoh dalam biografi berorientasi pada penyajian karakter secara deskriptif, deskripsi pengolahan data, signifikansi antara kemampuan menulis saat prates dan pascates. Pada subbab pembahasan terdiri dari analisis hasil mendeskripsikan keteladanan tokoh dalam teks biografi berorientasi pada karakter tokoh di kelas eksperimen serta analisis data statistik hasil prates dan pascates peserta didik.