28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Bagian edible ayam sentul merupakan bagian yang dapat dikonsumsi meliputi karkas, giblet dan leher. Rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-masing Perlakuan Ulangan P 0 Bobot Edible P 1 P 2 P 3 -------------------------------------(g)------------------------------------- 1 304,00 293,50 323,50 293,50 2 219,50 304,00 350,00 304,00 3 264,00 260,50 374,30 358,50 4 228,00 284,00 279,00 307,00 5 225,50 262,00 286,50 368,50 Jumlah 1241,00 1404,00 1613,30 1631,50 Rataan 248,20 280,80 322,60 326,30 Keterangan : P 0 = Ransum basal (tanpa pemberian ekstrak kulit manggis) P 1 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 41 ml/ kg ransum (40 P 2 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 81 ml/ kg ransum (80 P 3 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 122 ml/ kg ransum (120 Rataan bobot edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 248,20 gram sampai dengan 326,30 gram. Rataan bobot edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P 3 (326,30 gram), diikuti berturut-turut P 2 (317,00 gram), P 1 (273,20 gram) dan P 0 (233,60 gram). Hasil ini memperlihatkan bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis pada ransum mengalami kenaikan dibandingkan dengan tanpa perlakuan ekstrak kulit manggis. Guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis
29 ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot edible ayam sentul. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Duncan Bobot Edible Ayam Sentul Berbagai Perlakuan Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) -------------(g)------------- P 0 248,20 a P 1 280,80 ab P 2 322,60 b P 3 326,30 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada bobot edible perlakuan P 0 nyata lebih rendah dibandingkan bobot edible perlakuan P 2 dan P 3. Bobot edible P 2 dan P 3 meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P 2 dan P 3 dengan pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum sebesar 81 ml/kg dan 122 ml/kg ransum mengalami kenaikan bobot edible ayam sentul yang lebih tinggi dari perlakuan P 0. Kemampuan ekstrak kulit buah manggis selain sebagai antioksidan juga berperan dalam pertumbuhan dan peningkatan bobot badan ayam sentul, dari peningkatan bobot badan tersebut menghasilkan edible yang tinggi. Antioksidan ini mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya, sehingga ayam sentul akan lebih tahan terhadap berbagai serangan penyakit. Antioksidan dan anti bakteri dari zat aditif yang terkandung dalam kulit manggis mampu memperbaiki struktur vili-vili usus dalam proses penyerapan. Anti bakteri tanaman herbal
30 mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus (Velmurugan dan Citarasu 2010). Kellem dan Church (2010) juga berpendapat bahwa, menambahkan stimulasi aditif pakan digunakan sebagai promotor efisiensi performa, dimana aditif pakan membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sifat antioksidan kulit buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif (xanthone) karena kulit manggisnya di ekstrak dengan pelarut etanol, jadi semakin besar etanol yang digunakan maka xanthone yang terekstrak semakin besar pula. Nilai kadar xanthone sangat dipengaruhi oleh jenis dan besarnya volume pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi berlangsung. Pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum mampu menghasilkan edible ayam sentul yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa kandungan xanthone yang terdapat pada kulit manggis bekerja sesuai fungsinya sebagai antioksidan, antiproliferativ dan antimikrobial. Xanthone tersebut mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus ayam sentul sehingga membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan, yang pada akhirnya di dapatkan edible yang optimal. Menurut Lannang dkk (2006) menyatakan bahwa xanthone pada kulit manggis memiliki antioksidan yang mampu menekan stress oksidatif akibat dari polusi lingkungan. Antioksidan mengkonversikan radikal bebas menjadi senyawa yang relatif stabil dan menghentikan reaksi berantai dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga akan berdampak pada laju pertumbuhan ayam (Zaboli dkk., 2013). Rataan bobot edible tersebut apabila dibandingkan terhadap nilai standar edible yang terdiri bobot karkas, giblet dan leher masih dalam kisaran normal. Bobot edible yang diperoleh setelah dihitung dalam bentuk persentase adalah
31 berkisar antara 63,8-66,7 persen. Bagian edible dipengaruhi oleh strain dan bobot badan. Semakin tinggi peningkatan bobot badan yang dicapai berpengaruh juga pada peningkatan pertumbuhan bagian edible (Jull, 1972). Bobot edible biasanya akan terus meningkat seiring dengan pertambuhan umur. Semakin bertambahnya umur, maka ukuran tubuh ayam semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penambahan umur dapat meningkatkan pertumbuhan otot yang melekat pada tulang. Urutan pertumbuhan jaringan tubuh adalah jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Pada saat pertumbuhan syaraf dan tulang melambat, maka pertumbuhan otot meningkat. Selama periode pertumbuhan, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tulang sangat berpengaruh terhadap besarnya edible yang dihasilkan, karena tulang merupakan tempat melekatnya daging sebagai komponen karkas yang utama (North dan Bell, 1990). Wahju (1997) berpendapat, bahwa pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum dan lingkungannya. Juga Soeparno (1994) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi karkas diantaranya yaitu laju pertumbuhan, nutrisi, konsumsi protein, umur, bobot potong dan tipe ternak. Pembentukan edible itu sendiri terjadi karena adanya protein yang terkandung dalam ransum. Protein yang terkandung dalam ransum yang tinggi, nantinya digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh terutama jaringan otot. Pertumbuhan jaringan otot memerlukan asupan protein cukup agar dapat tumbuh. Menurut Ahmad dan Herman (1982), protein dalam ransum diperlukan karena untuk pertumbuhan jaringan, perbaikan jaringan dan pengelolaan produksi serta bagian dari struktur enzim, sehingga protein dikenal sebagai salah satu unsur pokok penyusun sel tubuh dan jaringan. Jaringan otot terdiri atas sel-sel otot dan
32 tidak terlepas dari fungsi mitokondria dalam penyerapan zat-zat nutrisi. Penyerapan zat nutrisi secara optimal erat kaitannya dengan pembentukkan sel-sel otot lalu membentuk jaringan-jaringan otot hingga berat bertambah (Resnawati dan Hardjosworo, 1976). Salah satu zat makanan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan pembentukkan edible adalah protein. Tingkat protein ransum sangat berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan ternak. Hal ini menunjukkan bahwa protein berperan penting dalam pencapaian bobot edible yang diinginkan. 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Bagian In-Edible Ayam Sentul Bagian in-edible ayam sentul merupakan bagian yang tidak dikonsumsi meliputi darah, bulu, kepala, kaki dan seluruh isi rongga perut kecuali giblet. Rataan bobot bagian in-edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot In-Edible Ayam Sentul pada Masing-masing Perlakuan Ulangan P 0 Bobot In-Edible P 1 P 2 P 3 -------------------------------------(g)------------------------------------- 1 163,00 151,50 148,50 163,50 2 130,50 172,00 195,00 141,00 3 137,00 129,50 185,70 171,50 4 129,00 139,00 147,00 166,00 5 139,50 168,00 133,50 168,50 Jumlah 699,00 760,00 809,70 810,50 Rataan 139,80 152,00 161,94 162,10 Keterangan : P 0 = Ransum basal (tanpa pemberian ekstrak kulit manggis P 1 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 41 ml/ kg ransum (40 P 2 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 81 ml/ kg ransum (80 P 3 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 122 ml/ kg ransum (120
33 Rataan bobot in-edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 139,80 gram sampai dengan 162,10 gram. Rataan bobot in-edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P 3 (162,10 gram), diikuti berturut-turut P 1 (152,00 gram), P 2 (161,94 gram) dan P 0 (139,80 gram). Guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian inedible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum tidak berbeda nyata terhadap bobot in-edible ayam sentul. Ayam sentul pada umur 10 minggu bobot organorgan dalam sudah melampaui batas maksimum pertumbuhannya, sehingga bobot badan yang meningkat tidak diikuti dengan peningkatan bobot organ dalam. Dennis (2016) menyatakan bahwa bagian in-edible ayam sentul, umur 6 minggu masih tumbuh dalam puncak pertumbuhan maksimal pada umur 8 minggu lalu menurun hingga 12 minggu. Bagian organ dalam kecuali alat reproduksi pada tubuh ternak merupakan bagian tubuh ternak yang masak dini karena penting dalam menyediakan zat-zat hasil metabolisme untuk pertumbuhan, demikian juga bagian kepala dan kaki, karena kepala merupakan tempat organ yang sangat penting dalam mengatur seluruh kehidupan ternak yaitu otak, sedangkan kaki merupakan alat penting dalam mencari makanan dari sejak menetas. Kepala dan kaki merupakan organ eksternal tubuh yang merupakan bagian yang masak dini (Hammond dkk., 1976). Agar memperjelas pembacaan hasil rataan bobot inedible dari masing-masing perlakuan disajikan diagram batang/ilustrasi di bawah ini sebagai berikut :
34 Bobot In-edible (gram) 200 150 100 50 0 Perlakuan 0 Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Ilustrasi 3. Rataan In-edible Ayam Sentul Bobot bagian in-edible menunjukkan hasil pada kisaran yakni sebesar 139,8-162,1 gram. Forest dkk., (1975) menyatakan bahwa persentase bagian inedible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Apabila bobot in-edible penelitian ini dihitung dalam bentuk persentase maka diperoleh hasil 33,25-36,1 persen. Card (1962) berpendapat persentase in-edible bervariasi yakni berkisar antara 20-35 persen dari bobot badan. Menurut Suksamrarn dkk., 2003 berpendapat bahwa kulit buah manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Penelitian yang dilakukan oleh Masniari dan Praptiwi (2010), kulit buah manggis mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, fenolik, flavonoid yang merupakan senyawa pada tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri. Antibakteri dapat menjaga fungsi pencernaan dalam tubuh sehingga menyebabkan kerja dari alat pencernaan tidak mengalami gangguan sehingga bobot in-edible tetap dalam keadaan normal.