IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul

dokumen-dokumen yang mirip
IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul. Tabel 4. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-Masing Perlakuan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Kampung Super

I PENDAHULUAN. satu jenis ayam lokal di antaranya adalah ayam sentul yang merupakan ayam asli

HASIL DAN PEMBAHASAN. Pakan Penelitian

II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ayam lokal merupakan jenis ayam yang banyak dipelihara orang di

I. TINJAUAN PUSTAKA. memiliki karakteristik ekonomis dengan ciri khas yaitu pertumbuhan yang cepat, konversi

HASIL DAN PEMBAHASAN

PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Konsumsi Ransum Ayam Broiler

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. dan dikenal sebagai ayam petarung. Ayam Bangkok mempunyai kelebihan pada

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Standar Performa Mingguan Ayam Broiler CP 707

I. PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat tentang gizi yang meningkat. Penduduk Indonesia

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Konsumsi Ransum. Tabel 8. Rataan Konsumsi Ransum Per Ekor Puyuh Selama Penelitian

I. PENDAHULUAN. dan perkembangan pengetahuan masyarakat tentang gizi. Tingkat konsumsi

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Bahan Kering

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 3. Suhu Kandang Selama Lima Minggu Penelitian Pengukuran Suhu ( o C) Pagi Siang Sore 28-32

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar. Kecernaan adalah bagian zat makanan dari pakan/ransum yang tidak

I. TINJAUAN PUSTAKA. hingga diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam ras pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendek, yaitu pada umur 4-5 minggu berat badannya dapat mencapai 1,2-1,9 kg

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lingkungan sekitarnya, sehingga lebih tahan terhadap penyakit dan cuaca. dibandingkan dengan ayam ras (Sarwono, 1991).

HASIL DAN PEMBAHASAN. Peubah* Konsumsi Ekstrak Daun Konsumsi Saponin

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan waktu, pertambahan jumlah penduduk,

HASIL DAN PEMBAHASAN. dengan kaidah-kaidah dalam standar peternakan organik. Pemeliharaan

Tingkat Kelangsungan Hidup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. manusia. Ternak babi bila diklasifikasikan termasuk ke dalam kelas Mamalia, ordo

II. TINJAUAN PUSTAKA. strain Cornish dengan betina yang besar yaitu Plymouth Rocks yang merupakan

PENDAHULUAN. Latar Belakang. manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Kebutuhan protein hewani dapat

KATA PENGANTAR. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta ala

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler termasuk ke dalam ordo Galliformes,familyPhasianidae dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Pengaruh perlakuan terhadap Konsumsi Bahan Kering dan Konsumsi Protein Ransum

TINJAUAN PUSTAKA Probiotik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Suprijatna, 2006). Karakteristik ayam broiler yang baik adalah ayam aktif, lincah,

Pengaruh Pemberian Air Minum Mengandung Sari Buah Mengkudu (Morinda citrifolia Linn.) terhadap Edible dan In-Edible Ayam Broiler

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang sangat pesat, Populasi ayam lokal pada tahun 2014

PENDAHULUAN. Saat ini kebutuhan manusia pada protein hewani semakin. meningkat, yang dapat dilihat dari semakin banyaknya permintaan akan

PENDAHULUAN. meningkat dari tahun ke tahun diperlihatkan dengan data Badan Pusat Statistik. menjadi ekor domba pada tahun 2010.

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh Perlakuan terhadap Bobot Telur. telur dihasilkan bobot telur berkisar antara 55,73-62,58 gram.

HASIL DAN PEMBAHASAN. perendam daging ayam broiler terhadap awal kebusukan disajikan pada Tabel 6.

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. berkhasiat obat (biofarmaka) dan kurang lebih 9606 spesies tanaman obat

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Energi Metabolis. makanan dalam tubuh, satuan energi metabolis yaitu kkal/kg.

II KAJIAN KEPUSTAKAAN

HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum Lokasi Konsumsi Pakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Morfometrik Mikro Ileum

IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA Kemangi (Ocimum basilicum Linn.) sebagai Tanaman Herbal. Tanaman Kemangi ( Ocimum basilicumlinn.) merupakan

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

TINJAUAN PUSTAKA. perkembangan di Inggris dan Amerika Serikat, itik ini menjadi popular. Itik peking

PENDAHULUAN. Daging ayam merupakan daging yang paling banyak dikonsumsi masyarakat

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. berisi 5 ekor dan anak ayam diberi nomor (wing tag) sesuai perlakuan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggas air yang cocok untuk dikembangbiakkan di Indonesia. Sistem

PENDAHULUAN. Melihat besarnya potensi pengembangan perikanan budidaya serta. didukung peluang pasar internasional yang baik maka perikanan budidaya di

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Puyuh mengkonsumsi ransum guna memenuhi kebutuhan zat-zat untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan bobot tubuh yang dapat dicapai oleh ayam, maka dikenal tiga tipe

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemudian dikembangkan di penjuru dunia. Puyuh mulai dikenal dan diternakkan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Performa Itik Alabio Jantan Rataan performa itik Alabio jantan selama pemeliharaan (umur 1-10 minggu) disajikan pada Tabel 4.

HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok perlakuan dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap

II. TINJAUAN PUSTAKA. ayam yang umumnya dikenal dikalangan peternak, yaitu ayam tipe ringan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kecernaan Protein Kasar

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1V HASIL DAN PEMBAHASAN. Rataan kecernaan protein ransum puyuh yang mengandung tepung daun lamtoro dapat dilihat pada Tabel 7.

I. PENDAHULUAN. ayam broiler. Ayam broiler merupakan jenis unggas yang berkarakteristik diantara

PENDAHULUAN. puyuh (Cortunix cortunix japonica). Produk yang berasal dari puyuh bermanfaat

PENDAHULUAN. telurnya karena produksi telur burung puyuh dapat mencapai

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. kelompok dan setiap kelompok diulang sebanyak 5 kali sehingga setiap kandang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Kecernaan Serat Kasar. Kecernaan serat suatu bahan pakan penyusun ransum akan mempengaruhi

PENDAHULUAN. Kecamatan Rajapolah, Kabupaten Tasikmalaya, Provinsi Jawa Barat. Itik ini

PENDAHULUAN. jualnya stabil dan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan ayam broiler, tidak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pertambahan penduduk, perkembangan ekonomi, perubahan gaya hidup serta kesadaran

I. PENDAHULUAN. Daging merupakan makanan yang kaya akan protein, mineral, vitamin, lemak

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA. (Setianto, 2009). Cahaya sangat di perlukan untuk ayam broiler terutama pada

MANFAAT KULIT MANGGIS. OKTOBER 2013 Abdul Malik

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

SURYA AGRITAMA Volume 4 Nomor 1 Maret 2015

HASIL DAN PEMBAHASAN

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bangkok dengan betina ras petelur tipe medium keturunan pertama pada umur

Transkripsi:

28 IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Bagian Edible Ayam Sentul Bagian edible ayam sentul merupakan bagian yang dapat dikonsumsi meliputi karkas, giblet dan leher. Rataan bobot bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Bobot Edible Ayam Sentul pada Masing-masing Perlakuan Ulangan P 0 Bobot Edible P 1 P 2 P 3 -------------------------------------(g)------------------------------------- 1 304,00 293,50 323,50 293,50 2 219,50 304,00 350,00 304,00 3 264,00 260,50 374,30 358,50 4 228,00 284,00 279,00 307,00 5 225,50 262,00 286,50 368,50 Jumlah 1241,00 1404,00 1613,30 1631,50 Rataan 248,20 280,80 322,60 326,30 Keterangan : P 0 = Ransum basal (tanpa pemberian ekstrak kulit manggis) P 1 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 41 ml/ kg ransum (40 P 2 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 81 ml/ kg ransum (80 P 3 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 122 ml/ kg ransum (120 Rataan bobot edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 248,20 gram sampai dengan 326,30 gram. Rataan bobot edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P 3 (326,30 gram), diikuti berturut-turut P 2 (317,00 gram), P 1 (273,20 gram) dan P 0 (233,60 gram). Hasil ini memperlihatkan bagian edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis pada ransum mengalami kenaikan dibandingkan dengan tanpa perlakuan ekstrak kulit manggis. Guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian edible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis

29 ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 2. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum memberikan pengaruh yang nyata (P<0,05) terhadap bobot edible ayam sentul. Untuk mengetahui perbedaan antar perlakuan maka dilakukan Uji Jarak Berganda Duncan yang hasilnya tertera pada Tabel 6. Tabel 6. Uji Duncan Bobot Edible Ayam Sentul Berbagai Perlakuan Perlakuan Rataan Edible Signifikansi (0,05) -------------(g)------------- P 0 248,20 a P 1 280,80 ab P 2 322,60 b P 3 326,30 b Keterangan: Huruf yang berbeda pada kolom signifikansi menunjukkan pengaruh perlakuan berbeda nyata (P<0,05) Berdasarkan hasil Uji Jarak Berganda Duncan pada bobot edible perlakuan P 0 nyata lebih rendah dibandingkan bobot edible perlakuan P 2 dan P 3. Bobot edible P 2 dan P 3 meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa perlakuan P 2 dan P 3 dengan pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum sebesar 81 ml/kg dan 122 ml/kg ransum mengalami kenaikan bobot edible ayam sentul yang lebih tinggi dari perlakuan P 0. Kemampuan ekstrak kulit buah manggis selain sebagai antioksidan juga berperan dalam pertumbuhan dan peningkatan bobot badan ayam sentul, dari peningkatan bobot badan tersebut menghasilkan edible yang tinggi. Antioksidan ini mampu meningkatkan daya tahan tubuhnya, sehingga ayam sentul akan lebih tahan terhadap berbagai serangan penyakit. Antioksidan dan anti bakteri dari zat aditif yang terkandung dalam kulit manggis mampu memperbaiki struktur vili-vili usus dalam proses penyerapan. Anti bakteri tanaman herbal

30 mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus (Velmurugan dan Citarasu 2010). Kellem dan Church (2010) juga berpendapat bahwa, menambahkan stimulasi aditif pakan digunakan sebagai promotor efisiensi performa, dimana aditif pakan membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan dan efisiensi pakan. Sifat antioksidan kulit buah manggis dikaitkan dengan adanya bahan aktif (xanthone) karena kulit manggisnya di ekstrak dengan pelarut etanol, jadi semakin besar etanol yang digunakan maka xanthone yang terekstrak semakin besar pula. Nilai kadar xanthone sangat dipengaruhi oleh jenis dan besarnya volume pelarut yang digunakan saat proses ekstraksi berlangsung. Pemberian ekstrak kulit manggis pada ransum mampu menghasilkan edible ayam sentul yang tinggi. Hal ini menandakan bahwa kandungan xanthone yang terdapat pada kulit manggis bekerja sesuai fungsinya sebagai antioksidan, antiproliferativ dan antimikrobial. Xanthone tersebut mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen dalam usus ayam sentul sehingga membawa perubahan dalam saluran pencernaan yang menyebabkan peningkatan pertumbuhan, yang pada akhirnya di dapatkan edible yang optimal. Menurut Lannang dkk (2006) menyatakan bahwa xanthone pada kulit manggis memiliki antioksidan yang mampu menekan stress oksidatif akibat dari polusi lingkungan. Antioksidan mengkonversikan radikal bebas menjadi senyawa yang relatif stabil dan menghentikan reaksi berantai dari kerusakan akibat radikal bebas sehingga akan berdampak pada laju pertumbuhan ayam (Zaboli dkk., 2013). Rataan bobot edible tersebut apabila dibandingkan terhadap nilai standar edible yang terdiri bobot karkas, giblet dan leher masih dalam kisaran normal. Bobot edible yang diperoleh setelah dihitung dalam bentuk persentase adalah

31 berkisar antara 63,8-66,7 persen. Bagian edible dipengaruhi oleh strain dan bobot badan. Semakin tinggi peningkatan bobot badan yang dicapai berpengaruh juga pada peningkatan pertumbuhan bagian edible (Jull, 1972). Bobot edible biasanya akan terus meningkat seiring dengan pertambuhan umur. Semakin bertambahnya umur, maka ukuran tubuh ayam semakin meningkat. Hal ini terjadi karena penambahan umur dapat meningkatkan pertumbuhan otot yang melekat pada tulang. Urutan pertumbuhan jaringan tubuh adalah jaringan syaraf, tulang, otot dan lemak. Pada saat pertumbuhan syaraf dan tulang melambat, maka pertumbuhan otot meningkat. Selama periode pertumbuhan, tulang tumbuh lebih awal dibandingkan dengan pertumbuhan otot dan lemak (Soeparno, 1998). Pertumbuhan tulang sangat berpengaruh terhadap besarnya edible yang dihasilkan, karena tulang merupakan tempat melekatnya daging sebagai komponen karkas yang utama (North dan Bell, 1990). Wahju (1997) berpendapat, bahwa pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor bangsa, jenis kelamin, umur, kualitas ransum dan lingkungannya. Juga Soeparno (1994) berpendapat bahwa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan komposisi karkas diantaranya yaitu laju pertumbuhan, nutrisi, konsumsi protein, umur, bobot potong dan tipe ternak. Pembentukan edible itu sendiri terjadi karena adanya protein yang terkandung dalam ransum. Protein yang terkandung dalam ransum yang tinggi, nantinya digunakan untuk pertumbuhan jaringan tubuh terutama jaringan otot. Pertumbuhan jaringan otot memerlukan asupan protein cukup agar dapat tumbuh. Menurut Ahmad dan Herman (1982), protein dalam ransum diperlukan karena untuk pertumbuhan jaringan, perbaikan jaringan dan pengelolaan produksi serta bagian dari struktur enzim, sehingga protein dikenal sebagai salah satu unsur pokok penyusun sel tubuh dan jaringan. Jaringan otot terdiri atas sel-sel otot dan

32 tidak terlepas dari fungsi mitokondria dalam penyerapan zat-zat nutrisi. Penyerapan zat nutrisi secara optimal erat kaitannya dengan pembentukkan sel-sel otot lalu membentuk jaringan-jaringan otot hingga berat bertambah (Resnawati dan Hardjosworo, 1976). Salah satu zat makanan yang sangat mempengaruhi pertumbuhan jaringan pembentukkan edible adalah protein. Tingkat protein ransum sangat berpengaruh terhadap pencapaian bobot badan ternak. Hal ini menunjukkan bahwa protein berperan penting dalam pencapaian bobot edible yang diinginkan. 4.2 Pengaruh Perlakuan Terhadap Bagian In-Edible Ayam Sentul Bagian in-edible ayam sentul merupakan bagian yang tidak dikonsumsi meliputi darah, bulu, kepala, kaki dan seluruh isi rongga perut kecuali giblet. Rataan bobot bagian in-edible ayam sentul yang diberi perlakuan ekstrak kulit manggis dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Bobot In-Edible Ayam Sentul pada Masing-masing Perlakuan Ulangan P 0 Bobot In-Edible P 1 P 2 P 3 -------------------------------------(g)------------------------------------- 1 163,00 151,50 148,50 163,50 2 130,50 172,00 195,00 141,00 3 137,00 129,50 185,70 171,50 4 129,00 139,00 147,00 166,00 5 139,50 168,00 133,50 168,50 Jumlah 699,00 760,00 809,70 810,50 Rataan 139,80 152,00 161,94 162,10 Keterangan : P 0 = Ransum basal (tanpa pemberian ekstrak kulit manggis P 1 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 41 ml/ kg ransum (40 P 2 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 81 ml/ kg ransum (80 P 3 = Ransum basal + ekstrak kulit manggis : 122 ml/ kg ransum (120

33 Rataan bobot in-edible ayam sentul hasil penelitian berkisar antara 139,80 gram sampai dengan 162,10 gram. Rataan bobot in-edible paling tinggi terdapat pada perlakuan P 3 (162,10 gram), diikuti berturut-turut P 1 (152,00 gram), P 2 (161,94 gram) dan P 0 (139,80 gram). Guna mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum terhadap bagian inedible maka dilakukan uji statistik menggunakan analisis ragam yang dapat dilihat pada Lampiran 3. Hasil analisis memperlihatkan bahwa pemberian ekstrak kulit manggis (Garcinia mangostana L.) pada ransum tidak berbeda nyata terhadap bobot in-edible ayam sentul. Ayam sentul pada umur 10 minggu bobot organorgan dalam sudah melampaui batas maksimum pertumbuhannya, sehingga bobot badan yang meningkat tidak diikuti dengan peningkatan bobot organ dalam. Dennis (2016) menyatakan bahwa bagian in-edible ayam sentul, umur 6 minggu masih tumbuh dalam puncak pertumbuhan maksimal pada umur 8 minggu lalu menurun hingga 12 minggu. Bagian organ dalam kecuali alat reproduksi pada tubuh ternak merupakan bagian tubuh ternak yang masak dini karena penting dalam menyediakan zat-zat hasil metabolisme untuk pertumbuhan, demikian juga bagian kepala dan kaki, karena kepala merupakan tempat organ yang sangat penting dalam mengatur seluruh kehidupan ternak yaitu otak, sedangkan kaki merupakan alat penting dalam mencari makanan dari sejak menetas. Kepala dan kaki merupakan organ eksternal tubuh yang merupakan bagian yang masak dini (Hammond dkk., 1976). Agar memperjelas pembacaan hasil rataan bobot inedible dari masing-masing perlakuan disajikan diagram batang/ilustrasi di bawah ini sebagai berikut :

34 Bobot In-edible (gram) 200 150 100 50 0 Perlakuan 0 Perlakuan 1 Perlakuan 2 Perlakuan 3 Ilustrasi 3. Rataan In-edible Ayam Sentul Bobot bagian in-edible menunjukkan hasil pada kisaran yakni sebesar 139,8-162,1 gram. Forest dkk., (1975) menyatakan bahwa persentase bagian inedible akan semakin menurun dengan meningkatnya bobot hidup. Apabila bobot in-edible penelitian ini dihitung dalam bentuk persentase maka diperoleh hasil 33,25-36,1 persen. Card (1962) berpendapat persentase in-edible bervariasi yakni berkisar antara 20-35 persen dari bobot badan. Menurut Suksamrarn dkk., 2003 berpendapat bahwa kulit buah manggis juga dikenal memiliki daya anti-mikroba terhadap beberapa bakteri seperti Staphylococcus aureus. Penelitian yang dilakukan oleh Masniari dan Praptiwi (2010), kulit buah manggis mengandung alkaloid, saponin, triterpenoid, tanin, fenolik, flavonoid yang merupakan senyawa pada tumbuhan yang mempunyai aktivitas antibakteri. Antibakteri dapat menjaga fungsi pencernaan dalam tubuh sehingga menyebabkan kerja dari alat pencernaan tidak mengalami gangguan sehingga bobot in-edible tetap dalam keadaan normal.