BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD KAFA<LAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

dokumen-dokumen yang mirip
KAFA>LAH BIL UJRAH PADA PEMBIAYAAN TAKE OVER DI BMT UGT

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP AKAD KAFA<LAH BI AL-UJRAH PADA PRODUK PEMBIAYAAN KAFA<LAH HAJI DI KJKS BMT-UGT SIDOGIRI CABANG SURABAYA

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

BAB IV ANALISIS FATWA DSN-MUI NOMOR 25/III/2002 TERHADAP PENETAPAN UJRAH DALAM AKAD RAHN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV. A. Persamaan dan Perbedaan Aplikasi Produk Talangan Haji di PT Tabung Haji Umrah Hanan NUsantara Surabaya dan BMT Sidogiri Sepanjang Sidoarjo

AKUNTANSI DAN KEUANGAN SYARIAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGGUNAAN AKAD BMT AMANAH MADINA WARU SIDOARJO. Pembiayaan di BMT Amanah Madina Waru Sidoarajo.

BAB III CABANG LARANGAN SIDOARJO. A. Gambaran umum BMT UGT Sidogiri cabang Larangan Sidoarjo. Nomor: 09/BH/KWK.13/VII/2000 tertanggal 22 Juli 2000.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN IJARAH MULTIJASA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP HUTANG-PIUTANG DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MULTIJASA DI PT. BPRS LANTABUR TEBUIRENG KANTOR CABANG MOJOKERTO

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

Pembiayaan Multi Jasa

ANALISIS PENERAPAN AKAD QARD} WAL IJA>RAH PADA PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI CABANG PURWOKERTO

BAB I PENDAHULUAN. ini telah ditetapkan dan diterangkan secara jelas di dalam kitab suci Al-Quran

BAB I PENDAHULUAN. Islam merupakan agama yang memiliki aturan-aturan untuk mengatur

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB 1V REASURANSI PADA TABUNGAN INVESTASI DI BANK SYARIAH BUKOPIN SIDOARJO DITINJAU DARI HUKUM ISLAM

Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan

BAB III PERBANDINGAN HUKUM JAMINAN FIDUSIA MENURUT UNDANG- UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 DENGAN HUKUM RAHN TASJÎLÎ

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Nadhifatul Kholifah, Topowijono & Devi Farah Azizah (2013) Bank BNI Syariah. Hasil Penelitian dari penelitian ini, yaitu:

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilepaskan dari sejarah pertumbuhan bank syariah. 1 Bank secara. kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah.

SESI : 07 ACHMAD ZAKY

DANA TALANGAN H A J I. خفظ اهلل Oleh: Ustadz Dr. Erwandi Tirmidzi, MA. Publication: 1433 H_2012 M DANA TALANGAN HAJI

No. 14/ 16 /DPbS Jakarta, 31 Mei 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP IMPLEMENTASI IJĀRAH JASA SIMPAN DI PEGADAIAN SYARIAH CABANG BLAURAN SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat adalah kegiatan pinjam-meminjam. Pinjam-meminjam

MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB IV ANALISIS PENERAPAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DI BMT EL LABANA SERTA KAITANYA DENGAN FATWA DSN MUI NO.04 TAHUN 2000

KAFALAH MAKALAH. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas pada Mata Kuliah Fiqh Muamalah (FM) Dosen Pengampu : Ali Amin Isfandiar, M.Ag.

Kafa<lah merupakan jaminan yang diberikan oleh penanggung (ka>fil)

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURĀBAḤAH DALAM BENTUK PERJANJIAN PIUTANG MURĀBAḤAH

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN DUA AKAD DALAM SATU TRANSAKSI KARANGCANGKRING JAWA TIMUR CABANG PASAR KRANJI PACIRAN LAMONGAN MENURUT HUKUM ISLAM

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

memanfaatkan barang yang telah digadaikan. Hanya akad sewa menunjukkan bahwa lembaga syariah ini mempunyai produk jasa layanan penyimpanan

Prinsip Syariah pada Pasar Keuangan October Bagaimana cara mengembangkan pasar?

Pada bab ini, penulis akan mengulas secara terperinci praktik. pembayaran hutang dengan mempekerjakan sebagai pijakan dasar pengambilan

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB III. PELAKSANAAN PINJAMAN TALANGAN HAJI ib BRI SYARIAH

BAB IV. oleh Baitul mal wat Tamwil kepada para anggota, yang bertujuan agar anggota

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PEMBIAYAAN LETTER OF CREDIT PADA BANK MANDIRI SYARI AH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP KLAIM ASURANSI DALAM AKAD WAKALAH BIL UJRAH

BAB I PENDAHULUAN. satu cita-cita dan sekaligus harapan seorang Muslim. Namun dengan

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI QARD} UNTUK USAHA TAMBAK IKAN DI DESA SEGORO TAMBAK KECAMATAN SEDATI KABUPATEN SIDOARJO

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK AKAD UTANG PIUTANG BERHADIAH DI DESA SUGIHWARAS KECAMATAN CANDI KABUPATEN SIDOARJO

BAB V PEMBAHASAN. dipaparkan pada bab sebelumnya. Sebagaimana yang ditegaskan dalam teknik analisa data

BAB IV ANALISIS TENTANG ARISAN TEMBAK DI DESA SENAYANG KECAMATAN SENAYANG KABUPATEN LINGGA PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP MEKANISME PEMBAYARAN IMBALAN. A. Analisis Terhadap Mekanisme Pembayaran Imbalan

ISTILAH-ISTILAH DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PERBANKAN SYARI AH

BAB V PEMBAHASAN. A. Skema Pembiayaan Kongsi Pemilikan Rumah di Bank Muamalat. Indonesia Kantor Cabang Pembantu Ponorogo

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB I PENDAHULUAN. usahanya berdasarkan prinsip syariah, yaitu aturan perjanjian (akad) antara

BAB IV ANALISIS APLIKASI RAHN PADA PRODUK GADAI EMAS DALAM MENINGKATKAN PROFITABILITAS BNI SYARIAH KANTOR CABANG SURABAYA

maka dalam bab ini penulis akan menganalisis praktek denda pada pembiayaan

BAB IV ANALISIS PELAKSANAAN PEMBIAYAAN TALANGAN HAJI DI BANK SYARIAH MANDIRI SEMARANG

BAB IV TINJAUAN MASḶAHẠH TERHADAP PENERAPAN FATWA DSN NO. 29/ DSN-MUI/ VI/ 2002 TENTANG PEMBIAYAAN PENGURUSAN HAJI DI BRI SYARIAH SIDOARJO

BAB IV ANALISIS HASIL PEMBAHASAN PEMBIAYAAN. A. Analisis Akad Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik Pada Produk. Pembiayaan Angsuran di BMT SM NU Cabang Kajen.

108 Desycha Yusianti Penggunaan Akad Kafalah Bi Al- Ujrah Pada Pembiayaan Take Over

BAB IV ANALISIS PENERAPAN BIAYA IJARAH DI PEGADAIAN SYARIAH SIDOKARE SIDOARJO MENURUT PRINSIP NILAI EKONOMI ISLAM

BAB IV ANALISIS TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENUKARAN UANG DENGAN JUMLAH YANG TIDAK SAMA JIKA DIKAITKAN DENGAN PEMAHAMAN PARA PELAKU

MURA<BAH{AH BERMASALAH DI BPRS BAKTI MAKMUR

Divisi Produk & Prosedur Pembiayaan. Sistem perbankan syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasil,

BAB IV. Analisa Hukum Islam Terhadap Penentuan Margin Pembiayaan Mud{a>rabah Mikro (Study Kasus Di BMT As-Syifa Taman Sidoarjo).

BAB IV ANALISIS DATA. A. Proses Akad yang Terjadi Dalam Praktik Penukaran Uang Baru Menjelang Hari Raya Idul Fitri

kāfil dimana Bank mengeluarkan surat yang berisi bahwa Bank Muamalat

BAB IV SUMBER DANA DAN SYARAT PADA AKAD QARDHUL HASAN DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG GUBENG DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

RESCHEDULING PEMBIAYAAN MURA<BAHAH MUSIMAN

BAB IV ANALISIS LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembiayaan jangka pendek dengan margin yang rendah. Salah. satunya pegadaian syariah yang saat ini semakin berkembang.

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB IV ANALISIS PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI QARD} BERAGUN EMAS DI BANK BRI SYARIAH KANTOR CABANG (KC) SIDOARJO

Musha>rakah di BMT MUDA Kedinding Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana. tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa bank lainnya (Kasmir,

No. 14/ 7 /DPbS Jakarta, 29 Februari 2012 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK SYARIAH DAN UNIT USAHA SYARIAH DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Adanya potensi jumlah penduduk muslim Indonesia yang mencapai ±

BAB IV BINDUNG KECAMAATAN LENTENG KABUPATEN SUMENEP. yang sifatnya menguntungkan. Jual beli yang sifatnya menguntungkan dalam Islam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB IV TINJAUAN FATWA NO /DSN-MUI/III/2002 TERHADAP IMPLEMENTASI AKAD IJA>RAH PADA SEWA TEMPAT PRODUK GADAI EMAS BANK BRI SYARIAH KC SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. Hukum merupakan sebuah aspek yang sangat penting, dimana. keberadaannya digunakan untuk mengatur segala urusan pemerintahan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB IV PENERAPAN AKTA JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN PEMBIAYAAN AL QARDH. A. Analisis Penerapan Akta Jaminan Fidusia dalam Perjanjian Pembiayaan Al

BAB II LANDASAN TEORI

FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL Nomor: 57/DSN-MUI/V/2007 Tentang LETTER OF CREDIT (L/C) DENGAN AKAD KAFALAH BIL UJRAH

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG SISTEM IJO (NGIJO) DI DESA SEBAYI KECAMATAN GEMARANG KABUPATEN MADIUN

BAB I PENDAHULUAN. intermediasi yang menghubungkan antara pihak-pihak yang kelebihan (surplus) dana

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG MUDHARABAH, BAGI HASIL, DAN DEPOSITO BERJANGKA

Elis Mediawati, S.Pd.,S.E.,M.Si.

Transkripsi:

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD KAFA<LAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO A. Tinjauan hukum Islam terhadap akad kafa>lah tanpa makfu>l bihi dan makfu>l lahu Pada bab ketiga telah disajikan beberapa deskripsi tentang sejumlah fakta mengenai prosedur akad kafa>lah di BMT UGT Sidogiri cabang Larangan Sidoarjo dengan 3 (tiga) orang nasabahnya, yaitu Muslihah (yang beralamat di Cangkring, Rt/Rw: 26/06 Sidokare Sidoarjo), H. Mukri (yang beralamat di JL. Kelurahan Lemah Putro 50 RT/RW: 008/002 Sidoarjo) dan Muhammad Kharis (yang beralamat di Tenggulunan Maju RT/RW: 005/002 Sidoarjo). Prosedur dalam akad ini ketika nasabah akan melakukan suatu pekerjaan yang berhubungan dengan berobat, modal kerja ataupun lainnya maka nasabah membutuhkan sejumlah dana untuk memenuhinya. Dikarenakan nasabah ini kekurangan dana, maka nasabah berniat meminjam uang ke BMT UGT Sidogiri. setelah menceritakan kebutuhannya kepada salah satu karyawan BMT UGT Sidogiri, maka pihak BMT UGT Sidogiri merealisasikan dan akad yang dipakai adalah akad kafa>lah. Dalam substansinya, akad ini tidak jauh berbeda dengan akad yang lainnya seperti akad ija>rah, qard} dan lainnya. Yaitu adanya jaminan yang harus diserahkan oleh nasabah kepada pihak lembaga. Hal ini dilakukan untuk mengurangi risiko ketika suatu hari salah satu nasabah 55

56 mengalami pailit atau tidak mampu untuk membayar angsuran bulanan yang dikenal dengan istilah kredit macet. Ketika nasabah mengalami kredit macet, maka pihak lembaga menyita jaminan milik nasabah sampai nasabah melunasi semua tanggungannya. Terkait dengan prosedur akad kafa>lah yang diterapkan oleh pihak BMT UGT Sidogiri cabang larangan Sidoarjo, pihak lembaga merealisasikan permintaan nasabah yang membutuhkan sejumlah dana untuk memenuhi kebutuhannya dengan menggunakan akad kafa>lah. Seperti contoh kasus Ibu Muslihah, bahwasanya Ibu Muslihah akan berobat di rumah sakit. Akan tetapi sebelum berobat Ibu Muslihah datang ke BMT UGT Sidogiri untuk meminjam sejumlah uang. Setelah itu pihak BMT merealisasikan dan akad yang digunakan dalam transaksi ini adalah akad kafa>lah. Setelah itu nasabah langsung mendapat dana pertanggungan dari pihak BMT sebesar Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) tanpa menjelaskan berapa besar tanggungan utang nasabah. Jadi, dalam implementasi akad kafa>lah ini tidak terdapat makfu>l bihi dan juga makfu>l lahu. Nasabah hanya mendapatkan dana pertanggungan akan tetapi dalam hakikatnya tidak nasabah tidak mempunyai hutang karena belum berurusan atau berhubungan dengan rumah sakit manapun. Di dalam hadits Abu Qatadah R.A. tersebut kafa>lah sah hanya dengan perkataan;... و ع ل ي د ي ن ه ف ص لى ع ل ي ه...

57 saya yang menjamin utang tersebut wahai Rasulullah lalu Rasulullah menshalati jenazah tersebut Di dalam hadits ini dijelaskan adanya utang yang ditinggalkan oleh si mayit. Meskipun makfu>l anhu dalam sanad hadits ini telah meninggal sehingga hutangnya menjadi jatuh tempo, akan tetapi tidak melepas syarat utang yang statusnya masih tertanggung, begitu juga dengan kafa>lah yang berkaitan dengan modal kerja. Jika salah satu rukun kafa>lah adalah makfu>l bihi atau utang yang statusnya masih tertanggung, pastinya ada pihak makfu>l lahu yang akan menerima jaminan atau menerima pertanggungan dari pihak kafi>l. Contoh kasus H. Mukri dan Muhammad Kharis, bahwasannya mereka mengajukan pembiayaan untuk modal kerja. Setelah melewati proses realisasi, dana yang dibutuhkan oleh kedua nasabah (H. Mukri dan Muhammad Kharis) digunakan untuk modal kerja sepenuhnya. Berkaitan dengan akad kafa>lah, pihak BMT UGT Sidogiri menjadi penanggung/kafi>l bagi makfu>l lahu/kedua nasabah tersebut dan mendapatkan fee/ujrah sebagaimana yang telah disebutkan pada bab sebelumnya. Menurut mayoritas ulama 65 rukun kafa>lah ada empat, yaitu: kafi>l,makfu>l bihi, Makfu>l anhu dan s{i>gah, kemudian ulama Imam Syafi I menambahkan satu rukun yaitu makfu>l lahu. Rukun kafa>lah yang berkaitan dengan makfu>l bihi, maksudnya adalah yaitu setiap hak yang boleh diwakilkan, yaitu utang atau barang yang statusnya tertanggung. Ini adalah dalam hal yang berkaitan dengan harta benda, tidak dalam hal yang berkaitan dengan had atau 65 Fairuz Abady as-syairozy, al-muhadzzab, 147.

58 qis}as}, karena keduanya tidak boleh diwakilkan. Sayyid Sabiq juga menjelaskan tuntutan/permintaan ini bisa berbentuk utang, barang ataupun pekerjaan. Menurut mereka, dalam akad kafa>lah harus ada tanggungan atau hutang yang masih tertanggung sehingga harus ada seseorang yang mau untuk menanggungnya jika makfu>l anhu tidak sanggup lagi untuk memenuhinya. Apabila kita melihat skema akad kafa>lah yang dijelaskan oleh Ismail dalam bukunya perbankan Syariah yaitu: Penanggung (bank syariah) 2 Agunan 1 Tertanggung (nasabah) 4 3 Jaminan Ditanggung (pemberi kerja) kewajiban Keterangan: 1. Nasabah mengajukan permohonan penjaminan kepada bank syariah/lembaga keuangan syariah atas suatu pekerjaan yang dilaksanakan dan bank memberikan penjaminan/garansi kepada pemberi kerja atas pekerjaan nasabah. 2. Atas garansi yang diberikan oleh bank syariah, maka bank syariah meminta agunan kepada nasabah. 3. Nasabah wajib melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak antara nasabah dan pemberi kerja.

59 4. Bila nasabah tidak melaksanakan pekerjaan sesuai dengan kontrak, maka bank syariah akan menanggung kerugian. 66 Pada keterangan skema nomer satu dijelaskan bahwasannya Pihak tertanggung sebelum melakukan pekerjaan terlebih dahulu menunjuk lembaga keuangan untuk bersedia memberikan penjaminan/garansi kepada pihak pihak pemberi kerja/makfu> lahu. Pihak tertanggung juga harus menjelaskan jenis pekerjaan yang akan dilakukan oleh nasabah. karena jenis pekerjaan ini merupakan obyek atau makful bihi dari akad kafa>lah. Jika meninjau prosedur kafa>lah yang diterapkan pada kedua nasabah diatas (H. Mukri dan Muhammad Kharis) dengan skema yang digambarkan oleh Ismail, maka tidak terdapat obyek kerja dan kepada siapa BMT UGT Sidogiri akan memberikan jaminannya. Berdasarkan praktik kafa>lah yang dijalin antara nasabah dengan pihak BMT, maka dana yang diterima oleh nasabah bukanlah dana pertanggungan melainkan dana talangan yang diberikan oleh pihak BMT kepada nasabah melalui akad qard} dikarenakan nasabah belum berurusan dengan rumah sakit manapun dan belum menjalin suatu pekerjaan dengan pihak manapun sehingga rukun kafa>lah dalam prosedur ini tidak terpenuhi yaitu, makfu>l lahu/pihak penerima jaminan dan makfu>l bihi/ obyek kafa>lah. 66 Ismail. Perbankan, 202.

60 B. Analisis hukum Islam terhadap penentuan ujrah dana pertanggungan yang didasarkan pada prosentase Dari 3 (tiga) contoh akad kafa>lah di atas, tampak bahwasannya ujrah yang diterapkan oleh pihak BMT dalam akad kafa>lah ditentukan dalam bentuk persen atau persentase. Sebagaimana ujrah yang harus dibayar oleh Ibu Muslihah setiap bulannya adalah 2.80% atau sebesar Rp. 280.000. Jika ditinjau dari definisinya, Upah dalam bahasa Arab disebut alujrah. 67 Pembalasan atas jasa yang diberikan sebagai imbalan atas manfaat suatu pekerjaan. Maka ujrah mempunyai arti upah atau imbalan yang diberikan kepada seseorang atas suatu pekerjaan. Dalam sistem lembaga keuangan syariah, akad dibagi menjadi dua jenis yaitu akad tija>ry dan akad tabarru. Jikad akad tabarru maka yang diterapkan adalah nisbah bagi hasil, sehingga lembaga keuangan syariah akan mendapatkan keuntungan dari sistem bagi hasil yang dilakukan antara lembaga keuangan syariah dengan nasabah. Contohnya seperti akad mura>bah{ah. Dalam akad ini harga beli dan keuntungan yang diinginkan dapat diketahui oleh pembeli. 68 Sedangkan dalam akad tabarru yang diterapkan adalah ujrah atau upah, sebagaimana dalam akad kafa>lah. Akad kafa>lah sendiri dikatakan sebagai akad tabarru atau suka rela dan bukan akad komersil. Ketika akad ini tergolong akad tabarru maka dalam penentuan ujrah tidak boleh ditetapkan berdasarkan jumlah hutang nasabah. karena jika ujrah-nya ditetapkan 67 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-munawir, 9. 68 Ismail Nawawi, Fiqih Muamalah, (Jakarta, CV. Dwiputra Pustaka Jaya, 2010), 156.

61 berdasarkan jumlah tanggungan nasabah, maka ini sama dengan tambahan atau kelebihan yang telah disyaratkan dalam perjanjian antara pihak pemberi pinjaman dan peminjam dan dikategorikan dalam riba qard{. 69 akan tetapi dalam substansinya dana ini bisa disamakan dengan dana talangan yang nantinya pokok dari dana yang diterima oleh nasabah akan diangsur beserta ujrah-nya setiap bulan. Dalam fatwa Dsn No: 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji lembaga keuangan syariah menyebutkan bahwa Besar imbalan jasa al-ija>rah tidak boleh didasarkan pada jumlah talangan al-qard} yang diberikan Lembaga keuangan syariah kepada nasabah. 70 Salah satu ulama madzhab Imam Syafi i, Imam Mawardi Bas}ry mengatakan bahwasannya akad kafa>lah bukanlah suatu pekerjaan dan tidak diharuskan untuk mengambil upah atau jia>lah dari akad tesebut 71. Akan tetapi, pada zaman sekarang dalam akad kafa>lah seorang kafi>l akan meminta upah atas jasanya. Karena sangatlah sulit mencari seorang yang bersedia menjadi kafi>l bagi makfu>l lahu atas tanggungan makfu>l anhu secara suka rela selama tidak memberatkan 72. Secara garis besar fatwa ini membahas tentang besaran jasa atau imbalan dalam akad al-ija>rah. Akan tetapi fatwa ini bersifat multi dan dapat digunakan sebagai acuan untuk akad lainnya yang ada kaitannya dengan penentuan ujrah. Maka dalam akad kafa>lah ini penentuan ujrah harusnya 69 Ismail, Perbankan, 12-13 70 Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 29/DSN-MUI/VI/2002 tentang Pembiayaan Pengurusan Haji lembaga keuangan syariah. 71 Imam al-mawardi Basry, al-hawi al-kabir, (Lebanon: Dar al-kutub al-ilmiyah, 2009), 443. 72 Abdul Aziz Dahlan, et al, Ensiklopedi Hukum Islam, vol. III, 849.

62 ditetapkan dalam bentuk nominal yang jelas bukan dalam bentuk persentase atau didasarkan pada besaran hutang pokok nasabah.