Bagian 1 Demokrasi Makin Mundur

dokumen-dokumen yang mirip
Rilis Pers Bersama. Perppu Ormas Ancaman bagi Demokrasi dan Negara Hukum

Kajian Teoritik Hukum dan HAM tentang Surat Edaran Kabaharkam Nomor B/194/I/2013/Baharkam, yang Melarang Satpam Berserikat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 39/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 61/PUU.D-VIII/2010 Tentang Perlindungan dan Penghargaan Terhadap Hak-Hak Buruh

Hubungan Industrial. Pemogokan dan Penutupan Perusahaan serta Tindakan Pengusaha dan Pekerja dalam Upaya Pencegahannya. Rizky Dwi Pradana, M.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 48/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 63/PUU-XIV/2016 Pengampunan Pajak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 49/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

UNDANG-UNDANG NO. 13 TH 2003

DEFINISI DAN TUJUAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 21 TAHUN 2000 (21/2000) TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Undang-undang No. 21 Tahun 2000 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 58/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 34/PUU-XVI/2018 Langkah Hukum yang Diambil DPR terhadap Pihak yang Merendahkan Kehormatan DPR

Peran Serikat Pekerja Dalam Dinamika

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Foto: Kahar. Buruh Menggugat

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XV/2017 Makar dan Permufakatan Jahat

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 125/PUU-XIII/2015 Penyidikan terhadap Anggota Komisi Yudisial

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 38/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Nomor 3/PUU-XIV/2016 Nota Pemeriksaan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Sebagai Dokumen Yang bersifat Rahasia

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan hanya pada bagaimana cara untuk menangani masalah-masalah

PUTUSAN MK DAN PELUANG PENGUJIAN KEMBALI TERHADAP PASAL PENCEMARAN NAMA BAIK. Oleh: Muchamad Ali Safa at

RINGKASAN PERATURAN KETENAGAKERJAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 13 TAHUN 2003 Oleh: Irham Todi Prasojo, S.H.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 23/PUU-XIV/2016 Perselisihan Hubungan Industrial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

PASAL-PASAL BERMASALAH PADA NASKAH RUU PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME NO. 15/2003

KONTROVERSI PERPRES NOMOR 20 TAHUN 2018 TENTANG PENGGUNAAN TENAGA KERJA ASING

PUTUSAN Nomor 61/PUU-VIII/2010 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

KEPMEN NO. 231 TH 2003

NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 11 TAHUN 2008 TENTANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Bab I : Kejahatan Terhadap Keamanan Negara

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA/SERIKAT BURUH

BERITA NEGARA. No. 948, 2016 KEMENAKER. Hidup Layak. Kebutuhan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KETENAGAKERJAAN REPUBLIK INDONESIA

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 012/PUU-I/2003

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. mereka yang selama ini dikesampingkan oleh perusahaan. Wadah itu adalah

KERTAS POSISI LBH JAKARTA DALAM PERINGATAN HARI BURUH SEDUNIA 2014

[102] Ormas Dalam Bahaya Friday, 19 April :43

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 99/PUU-XIV/2016 Korelasi Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tertentu dan Perjanjian Kerja Untuk Waktu Tidak Tertentu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia sebagai negara hukum berdasarkan Pancasila dan UUD

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 73/PUU-XII/2014 Kedudukan dan Pemilihan Ketua DPR dan Ketua Alat Kelengkapan Dewan Lainnya

Pemerintah Komitmen Tingkatkan Kesejahteraan Buruh

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA PENANGGUHAN PELAKSANAAN UPAH MINIMUM PROVINSI

Kuasa Hukum Antonius Sujata, S.H., M.H., dkk, berdasarkan Surat Kuasa Khusus bertanggal 29 Mei 2017

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 69/PUU-XI/2013 Pemberian Hak-Hak Pekerja Disaat Terjadi Pengakhiran Hubungan Kerja

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 86/PUU-XIV/2016 Pemidanaan Bagi Penyedia Jasa Konstruksi Jika Pekerjaan Konstruksinya Mengalami Kegagalan Bangunan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21 TAHUN 2000 TENTANG SERIKAT PEKERJA / SERIKAT BURUH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2016, No Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2003 tentang Pengesahan ILO Convention Nomor 81 Concerning Labour Inspection in Industry and Commerce

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 74/PUU-XV/2017

MOGOK KERJA DAN LOCK-OUT

Serikat Pekerja/Serikat Buruh

Pada dasarnya, tujuan utama hukum ketenagakerjaan MAKNA PHK BAGI PEKERJA

PERATURAN - PERATURAN PENTING DALAM UU KETENAGAKERJAAN NO 13 TAHUN 2003

PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA (1)

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 43/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

UNDANG-UNDANG NO. 21 TH 2000

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 40/PUU-XIII/2015 Pemberhentian Sementara Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XV/2017 Pembubaran Ormas yang bertentangan dengan Pancasila Dan Undang-Undang Dasar Negara Tahun 1945

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

HUKUMAN MATI dari SISI HAK ASASI MANUSIA. Roichatul Aswidah, Jakarta, 18 Agustus 2016

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 76/PUU-XV/2017

UNDANG-UNDANG KETENAGAKERJAAN DI INDONESIA

Kuasa Hukum Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk, berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 2 Maret 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 99/PUU-XIII/2015 Tindak Pidana Kejahatan Yang Menggunakan Kekerasan Secara Bersama-Sama Terhadap Barang

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Membuka Ruang Kritis. Menolak Lupa

RINGKASAN PUTUSAN. Darmawan, M.M Perkara Nomor 13/PUU-VIII/2010: Muhammad Chozin Amirullah, S.Pi., MAIA Institut Sejarah Sosial Indonesia (ISSI), dkk

Perihal: Mohon Perlindungan Hukum dan Hak Buruh Dalam Berserikat

BAB I PENDAHULUAN. pekerja terus berlanjut, yakni melalui pemberlakuan Peraturan Pemerintah

Suatu hal yang aneh jika Presiden SBY sampai tidak tahu kebijakan negara yang begitu besar.

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 32 TAHUN 1997 TENTANG PERDAGANGAN BERJANGKA KOMODITI

Pemutusan Hubungan Kerja

Surat Edaran Kapolri Tentang Ujaran Kebencian (Hate Speech), Akankah Membelenggu Kebebasan Berpendapat? Oleh: Zaqiu Rahman *

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 018/PUU-IV/2006 Perbaikan Permohonan Secara on the Spot Tanggal 09 Oktober 2006

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Termasuk dalam kompensasi tidak langsung adalah berbagai macam bentuk tunjangan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS. Program Studi MANAJEMEN.

K29 KERJA PAKSA ATAU WAJIB KERJA

Wacana Pasal Penghinaan Presiden atau Wakil Presiden Dalam RUU KUHP Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 28 Agustus 2015; disetujui: 31 Agustus 2015

BAB. VI PENUTUP. 1. Perkembangan pengaturan upah di Indonesia. sekaran telah mengalami empat masa. Dimulai dari masa Pasca

Menunaikan Janji TAK HILANG DITELAN ZAMAN

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA TERORISME

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

ANCAMAN ATAS KEBEBASAN BERORGANISASI

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 2 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

Transkripsi:

Bagian 1 Demokrasi Makin Mundur Bagian ini menjelaskan perjuangan kaum buruh dalam menegakkan demokrasi. Kaum buruh bersuara ketika sejumlah aktivis dituduh melakukan makar. Buruh juga bersikap ketika pemerintah menerbitkan Perppu Ormas, ada penyerangan terhadap LBH Jakarta/ YLBHI, hingga blokade dan larangan aksi. Kaum buruh percaya, ketika ruang demokrasi terbuka, perjuangan untuk mewujudkan keadilan, kesetaraan, kemanusiaan, dan kesejahteraan bisa dilakukan tanpa ancaman dan ketakutan.

Bungkam Aktivis Kritis, Pasal Makar Dihidupkan Lagi Presiden KSPI yang juga Presiden FSPMI Said Iqbal seusai diperiksa sebagai saksi dalam kasus terkait dugaan makar. Foto: koranperdjoeangan.com Pada 2 Desember 2016, di Indonesia ada aksi besarbesaran yang melibatkan 7,5 juta orang peserta. Aksi ini dikenal sebagai Aksi 212. Pada saat yang bersamaan dengan Aksi 212, kaum buruh juga melakukan aksi nasional, yang salah satu tuntutannya adalah menuntut upah layak: Cabut PP No. 78 Tahun 2015. Setidaknya ada lima alasan mengapa kaum buruh mendesak agar PP No. 78 Tahun 2015 dicabut. Pertama, PEMERINTAH GAGAL MENYEJAHTERAKAN BURUH? # 3

serikat pekerja tidak dilibatkan dalam kenaikan upah minimum padahal keterlibatan serikat pekerja dalam menentukan kenaikan upah merupakan sesuatu yang sangat prinsip. Di seluruh dunia, kenaikan upah selalu melibatkan serikat pekerja. Dengan menetapkan formula kenaikan upah sebatas inflasi ditambah pertumbuhan ekonomi maka pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla telah merampas hak serikat pekerja untuk terlibat dalam menentukan kenaikan upah minimum. Ini bertentangan dengan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/ Serikat Buruh dan Konvensi ILO Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat. Sejak 1982, di zaman Orde Baru, serikat pekerja selalu dilibatkan dalam survei pasar untuk menentukan nilai Kebutuhan Fisik Minimum (KFM). Baru kemudian berunding untuk menentukan besarnya upah minimum, yang salah satu acuannya adalah hasil survei yang dilakukan secara bersama-sama. Dengan adanya PP No. 78 Tahun 2015, yang mana penetapan upah minimum berdasarkan besarnya inflasi dan pertumbuhan ekonomi, telah mengancam demokrasi dalam hal kebebasan berserikat. Artinya, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla lebih buruk dibandingkan dengan masa pemerintahan Orde Baru dalam hal mekanisme penetapan upah minimum. Pada masa Orde Baru saja serikat pekerja dilibatkan dalam kenaikan upah minimum melalui mekanisme tripartit (buruh-pengusaha-pemerintah). Kedua, upah minimum di Indonesia masih lebih rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain di Asia. Sebagai 4 # SAID IQBAL DAN KAHAR S. CAHYONO

perbandingan, pada 2015, upah minimum di Thailand 3,5 juta, bahkan Filipina mencapai 4,2 juta, sedangkan China 3,9 juta. Sementara itu, upah minimum rata-rata di Indonesia hanya berada dalam kisaran 2 juta. Di Jakarta saja, sebagai ibu kota negara, pada 2015 upahnya hanya 2,7 juta. Apabila kenaikan upah ditentukan hanya sebatas inflansi + pertumbuhan ekonomi maka setiap tahun penyesuaian upah di Indonesia hanya dalam kisaran 10 persen (bahkan bisa lebih kecil). Padahal, harga kebutuhan pokok di Indonesia penuh dengan ketidakpastian. Dengan kenaikan seperti ini, bisa dipastikan upah buruh Indonesia akan selalu lebih murah jika dibandingkan dengan negaranegara lain. Ketiga, PP No. 78 Tahun 2015 didalangi pengusaha hitam yang serakah dan rakus. Hal ini bisa dilihat dalam paket ekonomi, pengusaha selalu mendapatkan berbagai kemudahan. Dalam hal ini, serikat pekerja mendukung langkah pemerintah untuk melindungi dunia usaha dengan penurunan tarif listrik untuk industri, gas untuk industri, dan memberikan bantuan/kemudahan bagi pengusaha yang tidak melakukan PHK terhadap pekerja. Akan tetapi, dalam paket ekonomi jilid IV, yang diterima kaum pekerja seperti susu dibalas air tuba. Kenaikan upah dibatasi hanya sebatas inflasi dan pertumbuhan ekonomi. Dengan kata lain, pemerintah telah membuat kebijakan yang berorientasi terhadap upah murah. Kebijakan seperti ini curang dan tidak adil bagi buruh, di saat berbagai kemudahan diberikan kepada pengusaha. Keempat, formula kenaikan upah minimum yang diatur dalam PP No 78 Tahun 2015 bertentangan dengan konstitusi. Berdasarkan UUD 1945 Pasal 27 ayat (2), Tiap-tiap PEMERINTAH GAGAL MENYEJAHTERAKAN BURUH? # 5

warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusian. Dalam Pasal 28D ayat (2) Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan yang adil dan layak dalam hubungan kerja. Hal yang sama juga ditegaskan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan, Setiap pekerja/buruh berhak memperoleh penghasilan yang memenuhi penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Berdasarkan ketentuan tersebut, instrumen untuk memenuhi hidup layak itu adalah KHL. Namun, dengan adanya PP No. 78 Tahun 2015, KHL tidak lagi dipakai sebagai salah satu acuan untuk menetapkan kenaikan upah minimum. Memang, besarnya KHL akan ditinjau setiap 5 tahun sekali. Namun, karena kenaikan upah minimum sudah diikat hanya sebesar inflasi + pertumbuhan ekonomi maka keberadaan KHL (meskipun ditinjau setiap 5 tahun sekali) tidak akan berarti. Kebijakan seperti ini hanya akal-akalan. Ketika kemudian dalam PP No. 78 Tahun 2015 memuat formula kenaikan upah minimum ditetapkan berdasarkan inflasi dan pertumbuhan ekonomi, hal ini mengakibatkan penetapan upah minimum tidak lagi berdasarkan hidup layak, sebagaimana yang dimaksud dalam konstitusi. Berdasarkan isu besar sebagaimana yang diuraikan, kaum buruh kemudian memutuskan untuk melakukan aksi nasional pada 2 Desember 2016. Beberapa jam sebelum Aksi 212 digelar, beberapa aktivis yang terkenal kritis ditangkap. Mereka dituduh melakukan makar dan ditetapkan sebagai tersangka. Beberapa aktivis tersebut adalah Adityawarman, Ratna Sarumpaet, Firza Husein, Eko, Alvin Indra, Kivlan Zein, dan Rachmawati Soekarnoputri. Namun demikian, 6 # SAID IQBAL DAN KAHAR S. CAHYONO

mereka dipulangkan setelah menjalani pemeriksaan 24 jam di Mako Brimob Kelapa Dua, Depok. Sementara tiga lainnya, yakni Sri Bintang Pamungkas, Jamran, dan Rizal Kobar ditahan di Polda Metro Jaya. Ketiganya dijerat dengan Pasal 28 ayat 2 UU ITE dan juga Pasal 107 Jo Pasal 110 KUHP tentang Makar dan Permufakatan Jahat. Pimpinan KSPI Diperiksa dalam Kasus Terkait Makar Kasus dugaan melakukan makar dan permufakatan jahat juga menyasar pimpinan serikat buruh. Presiden KSPI yang juga Presiden FSPMI Said Iqbal dan Sekjen KSPI yang saat itu masih dijabat oleh Muhammad Rusdi dipanggil sebagai saksi terkait dengan dugaan tindak pidana makar meskipun kemudian keduanya hanya diposisikan sebagai saksi terhadap beberapa tersangka makar tersebut. Anehnya, sebelum dilakukan pemeriksaan terkait dengan dugaan makar, di media sosial ramai beredar bagan aktor dan penerima aliran dana tentang makar yang melibatkan para pimpinan FSPMI dan KSPI, seperti Said Iqbal, Muhamad Rusdi, dan Baris Silitonga. Memang, bertepatan dengan Aksi 212, kaum buruh juga melakukan aksi nasional. Namun demikian, berbeda dengan Aksi 212, tuntutan buruh dalam aksi nasional tersebut adalah meminta agar pemerintah mencabut PP No. 78 Tahun 2015. Terkait dengan tuduhan makar, kaum buruh berpendapat bahwa isu makar hanyalah akal-akalan untuk menggagalkan Aksi 212. Oleh karena itu, buruh meminta pemerintah dan aparat penegak hukum tidak menjadikan pasal makar sebagai alat untuk membungkam para aktivis yang kritis terhadap kebijakan pemerintah. PEMERINTAH GAGAL MENYEJAHTERAKAN BURUH? # 7

Pasal makar sudah tidak relevan lagi digunakan di era demokrasi dan keterbukaan publik. Apalagi jika pasal makar disangkutkan dengan perjuangan kaum buruh yang menuntut upah layak. Karena itulah, di media sosial, buruh melakukan campaign dengan hastag #PerjuanganUpahBukanMakar. Perjuangan buruh tidak memiliki kekuatan senjata, dana, dan logistik untuk menggulingkan pemerintahan. Buruh tidak mempunyai peralatan yang cukup untuk melakukan sebuah makar sehingga tidak tepat jika perjuangan buruh dikaitkan dengan makar. 8 # SAID IQBAL DAN KAHAR S. CAHYONO

Perppu Ormas: Kembalinya Rezim Otoriter Buruh Menolak Perppu Ormas. Foto: koranperdjoeangan.com Pada pertengahan 2017, pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (Perppu Ormas). Melalui Perppu Ormas, pemerintah memangkas mekanisme pembubaran ormas sehingga tidak lagi melalui proses pengadilan. Dalam Perppu Ormas juga diatur bahwa PEMERINTAH GAGAL MENYEJAHTERAKAN BURUH? # 9

pemerintah bisa memidana anggota Ormas yang dianggap mengganggu ketertiban umum dan menyampaikan ujaran kebencian terhadap pemerintah. Masalahnya adalah, pemerintah mempunyai kewenangan secara sepihak dalam menafsirkan apa saja yang dianggap mengganggu ketertiban umum dan ujaran kebencian. Tidak perlu lagi diputuskan melalui pengadilan. Dalam hal ini, asas praduga tak bersalah diabaikan. Di tengah situasi saat ini, di mana Indonesia sedang giat-giatnya menggenjot pembangunan dan menarik investor, kaum buruh menilai bahwa Perppu Ormas diterbitkan untuk membungkam suara-suara kritis. Tujuannya adalah agar para pemodal tidak terganggu oleh aksi buruh dan rakyat yang menuntut kesejahteraan. Pada saat yang sama, Indonesia mempunyai masalah dengan ketimpangan sosial atau kesenjangan pendapatan (gini ratio). Tentu saja elemen gerakan sosial seperti buruh, mahasiswa, petani, kaum miskin kota, dan sebagainya tidak akan tinggal diam ketika melihat adanya ketimpangan sosial. Dalam konteks itulah, bukan tidak mungkin organisasi yang mengkritisi ketimpangan ekonomi dianggap menyebarkan kebencian terhadap pemerintah; dan atas nama Perppu Ormas bisa dibubarkan. Sekarang HTI, Pada Gilirannya Bisa Saja Serikat Buruh Hizbut Tahrir Indonesia adalah Ormas pertama yang dibubarkan dengan Perppu Ormas; tanpa melalui mekanisme pengadilan untuk membuktikan apa kesalahan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir Indonesia. Meskipun serikat buruh kebal dari Perppu Ormas (karena bukan 10 # SAID IQBAL DAN KAHAR S. CAHYONO