BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Dalam undang-undang sistem pendidikan nasional No.20 Tahun 2003, disebutkan bahwa pendidikan adalah :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Riska Dwi Herliana, 2013

85. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN. tinggi, agar menjadi manusia dewasa dan bertanggung jawab. Pendidikan jasmani

PENDIDIKAN LUAR KELAS SEBAGAI KURIKULUM PENJAS

: Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan (PJOK)

D. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Kelas X, Semester 1

2015 KESULITAN-KESULITAN MENGAJAR YANG DIALAMI GURU PENJAS DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF DI SEKOLAH LUAR BIASA SE-KABUPATEN CIREBON

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

A. Latar Belakang Pendidikan Jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran

62. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

BAB I PENDAHULUAN. investasi jangka panjang dalam upaya pembinaan mutu sumber daya manusia.

BAB I PENDAHULUAN. jasmani yang direncanakan secara sistematik untuk mencapai suatu tujuan yang

57. Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)

untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. aspek kepribadian dan kehidupannya. Hal ini sesuai dengan isi Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. Perbandingan Model Pendekatan Taktis Dan Pendekatan Tradisional Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN. dianggap belum memenuhi tujuan utama pembelajaran. Tujuan utama pembelajaran dalam pendidikan jasmani tidak hanya untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEDOMAN BENTUK LATIHAN GERAK DASAR LOKOMOTOR (LOMPAT DAN LONCAT) MELALUI PERMAINAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA TINGKAT SMALB- C

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. di sekolah. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan merupakan salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

melakukan segala aktivitasnya untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional, (Depdiknas, 2003: 30). Karanggambas sesuai silabus adalah: atletik, senam, renang, kesehatan dan

BAB I PENDAHULUAN. Mudzakkir Faozi, 2014

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia untuk bersaing dalam membangun taraf hidup

BAB I PENDAHULUAN. dari pendidikan, karena pendidikan memiliki peran penting bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tentu di dalamnya ada proses pembelajaran. Apabila

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ridwan Firdaus, 2014

Mahendra (2009:10) juga memaparkan bahwa secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:

TUJUAN DAN FUNGSI PENJAS

Pendidikan Jasmani Berbasis Masalah Gerak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cukup digemari dan diminati serta seringkali dipertandingkan antar kelas maupun

Pendapat lain diutarakan oleh Rosdiani (2013, hlm. 72)yang menyatakan

2015 PERBANDINGAN TINGKAT DISIPLIN SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKULIKULER BULUTANGKIS DAN KARATE DALAM PEMBELAJARAN PENJAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

IMPLEMENTASI AKTIVITAS BERMAIN DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dan bermakna. Menurut Morse (1964) dalam Suherman (2000: 5) membedakan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter bangsa dari suatu negara. Pendidikan jasmani

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS IV - SEMESTER 2

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING ATAS BOLA VOLI MELALUI BANTUAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS VIII DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 5 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. hingga dewasa manusia terus di didik agar mendapat kondisi terbaik yang berguna

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dea Wulantika Utami, 2013

I. TINJAUAN PUSTAKA. jasmani dan pendidikan melalui aktivitas jasmani. Pendidikan untuk

BAB I PENDAHULUAN. nilai (sikap, mental, emosional, spiritual, sosial), dan pembiasaan pola hidup sehat

Prof. Wawan S. Suherman, M.Ed. FIK UNY 2010

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Donny Suhartono, 2013

PERBANDINGAN PENDEKATAN TAKNIS DAN PENDEKATAN TEKNIS TERHADAP HASIL BELAJAR PERMAINAN BOLA BASKET

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wahyu Tristian Pribadi, 2013

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Seperti halnya

I. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Soepartono (2000:6) sarana olahraga adalah terjemahan dari facilities, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. bangsa tersebut. Hal itulah yang merupakan asumsi secara umum terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan upaya untuk meningkatkan kwalitas setiap

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dijelaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003 dalam (Haryanto 2012) disebutkan bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan aspek penting dalam pelaksanaan pembangunan

PENDEKATAN BERMAIN PADA POKOK BAHASAN LEMPAR CAKRAM UNTUK KETUNTASAN HASIL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI. Munzir*)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

GALIH PERMANA, 2015 PENGARUH PENGGUNAAN ALAT BANTU MODIFIED SMARTER SPOTTER TERHADAP HASIL BELAJAR KETERAMPILAN SIKAP KAYANG

I. Pendahuluan. berlangsung seumur hidup. Berdasarkan undang-undang No.20 tahun. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

GUMELAR ABDULLAH RIZAL,

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS VI - SEMESTER 1

PROGRAM PEMBELAJARAN P J O K KELAS V - SEMESTER 2

BAB I PENDAHULUAN. Perbedaan Jumlah Wakatu Aktif Belajar Saat Proses Belajar Mengajar Permainan Bola

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Enjang Risan Solehudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah KTSP Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

PROGRAM TAHUNAN (PROTA)

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial, penalaran, stabilitas emosional,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Zulia Rachim, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah usaha sadar yang dapat menumbuhkan potensi sumber

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. (human movement) yang dapat berupa aktivitas jasmani, permainan atau

KRITIK TERHADAP PENDEKATAN TRADISIONAL

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Hakikat Sarana dan Prasarana Pendidikan Jasmani. sesuatu yang diperlukan dalam pendidikan jasmani, mudah dipindahkan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan salah satu mata

I. PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan pendidikan melalui. aktivitas jasmani yang dijadikan sebagai media untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. individu secara menyeluruh. Namun, perolehan keterampilan dan

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MELAKUKAN TOLAK PELURU GAYA MENYAMPING DENGAN PERMAINAN MODIFIKASI SISWA KELAS VIII A MTs NEGERI JOMBANG KAUMAN TAHUN 2015

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang. dengan menggunakan tenaga manusia kini sudah banyak diganti dengan

I. PENDAHULUAN. proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Dari uraian diatas jelas pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting, bahwa pendidikan jasmani memiliki nilai-nilai yang positif untuk

1. PENDAHULUAN. pembinaan warga masyarakat dan peserta didik melalui pendidikan jasmani dan. pembangkitan motivasi harus dimulai pada usia dini.

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pada zaman yang semakin maju saat ini pendidikan terus mengalami perkembangan yang sangat pesat dan sudah banyak dirasakan oleh masyarakat. Didalam undang-undang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003, disebutkan bahwa Pendidikan adalah usaha sadar dan berencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Soegarda poerbakawatja (1982:257) menyebutkan bahwa pengertian pendidikan dapat diartikan secara luas dan sempit meliputi : Secara luas, semua perbuatan dan usulan dari generasi tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya (orang menamakan ini juga mengalihkan kebudayaan atau culturoverdracht) kepada generasi muda sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah. Dalam arti sempit pendidikan sama halnya dengan pengajaran, walaupun demikian didalam proses pendidikan akan tercakup pula pengajaran sebagai salah satu bentuk kegiatan pendidikan. Dalam arti luas menurut Suparlan (2009:79) pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung sepanjang zaman dalam segala situasi kegiatan kehidupan. Pendidikan berlangsung disegala jenis, bentuk, dan tingkat lingkungan hidup, yang kemudian mendorong pertumbuhan segala potensi yang ada didalam diri individu. Dalam arti sempit, pendidikan adalah seluruh kegiatan belajar yang direncanakan dengan materi terorganisasi, dilaksanakan secara terjadwal, dalam sistem pengawasan, dan diberikan evaluasi berdasar pada tujuan yang telah ditentukan. Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, patas, benar, dan indah untuk kehidupan. Tujuan

2 pendidikan memiliki dua fungsi yaitu memberikan arah kepada segenap kegiatan pendidikan dan merupakan sesuatu yang ingin dicapai oleh segenap kegiatan pendidikan. Pelajaran Pendidikan Jasmani, merupakan mata pelajaran wajib dan penting yang diterima disekolah, seperti yang dikatakan oleh Mahendra (2009:21) Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran pendidikan jasmani tidak kalah penting dibandingkan dengan pelajaran lain. Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Satuan Pendidikan (KTSP) SMA/Ma, terdapat ruang lingkup pembelajaran pendidikan jasmani disekolah yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a). Permainan dan olahraga meliputi: Olahraga tradisional, permainan eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, nonlokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, rounders, kippers, sepak bola, bola basket, bola voli, tenis meja, tenis lapangan, bulu tangkis, dan beladiri, serta aktivitas lainnya, b). Aktivitas pengembangan meliputi: Mekanika sikap tubuh, komponen kebugaran jasmani, dan bentuk postur tubuh serta aktivitas lainnya, c). Aktivitas senam meliputi: Ketangkasan sederhana, ketangkasan tanpa alat, ketangkasan dengan alat, dan senam lantai, serta aktivitas lainnya, d). Aktivitas ritmik meliputi: Gerak bebas, senam pagi, SKJ, dan senam aerobic serta aktivitas lainnya, e). Aktivitas air meliputi: Permainan di air, keselamatan air, keterampilan bergerak di air, dan renang serta aktivitas lainnya, f). Pendidikan luar kelas, meliputi: Piknik/karyawisata, pengenalan lingkungan, berkemah, menjelajah, dan mendaki gunung, g). Kesehatan meliputi : Penanaman budaya hidup sehat dalam kehidupan sehari-hari, khususnya yang terkait dengan perawatan tubuh agar tetap sehat, merawat lingkungan yang sehat, memilih makanan dan minuman. Pendidikan jasmani memiliki tujuan agar siswa memiliki kemampuan seperti : a). Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih, b). Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik, c). Meningkatkan kemampuan

3 dan keterampilan gerak dasar, d). Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan, e). Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis, f). Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan, g). Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif. Mahendra (2009:3) mengatakan bahwa Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial serta mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. Menurut Jesse Feiring Williams (dalam Freeman :2001) dikutip oleh Abduljabar (2009:5) bahwa pendidikan jasmani adalah sejumlah aktivitas jasmani manusiawi yang terpilih sehingga dilaksanakan untuk mendapatkan hasil yang diinginkan. Pendidikan melalui aktivitas jasmani tujuannya mencakup semua aspek perkembangan kependidikan, termasuk pertumbuhan mental, sosial siswa. Ketika tubuh sedang ditingkatkan secara fisik, mental juga harus dibelajarkan dan dikembangkan, dan selain itu perlu berdampak pada perkembangan sosial, seperti bekerjasama dengan siswa lain. Dalam proses pendidikan jasmani ada tiga aspek yang menjadi bahan penilaian, yaitu: aspek kognitif (pengetahuan intelektual), afektif (sikap sosial) dan psikomotor (keterampilan gerak). Ketiga aspek tersebutlah yang menjadi bahan kajian dalam kegiatan belajar mengajar pendidikan jasmani yang selanjutnya akan digabungkan dan diberi penilaian sebagai hasil dari proses belajar siswa di

4 sekolah. Guru harus berusaha agar kegiatan jasmani yang dilakukan berpengaruh positif terhadap prilaku siswa. Menurut Subroto (2009:42) Permainan merupakan salah satu cabang dari pendidikan olahraga. Setiap orang khususnya anak-anak sangat menggemari permainan, karena permainan mendatangkan kesenangan dan kepuasan terhadap masing-masing individu. Permainan memiliki fungsi salah satunya adalah fungsi permainan terhadap pengembangan social karena permainan melatih kerjasama, dan mempunyai andil yang sangat besar dalam membentuk rasa bermasyarakat. Idianto mengemukakan dalam ilmu sosial (2004:65) bahwa : kerjasama adalah usaha bersama antara orang perorangan atau berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Ditegaskan lagi dalam Depdiknas (2004:7-8) bahwa : Kecakapan bekerjasama sangat diperlukan karena sebagai mahluk sosial, dalam kehidupan sehari-hari manusia akan selalu bekerjasama dengan manusia lain. Kerjasama bukan sekedar kerja bersama tetapi kerjasama yang disertai dengan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu. Menurut Cooley dalam Soekanto (1986:61) dalam skripsi Subagja dikemukakan mengenai proses timbulnya kerjasama adalah sebagai berikut : Kerjasama timbul apabila orang menyadarai bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengetahuan diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan yang sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama yang berguna. Berdasarkan pemikiran beberapa ahli diatas, maka kerjasama dapat diartikan sebagai suatu usaha yang dilakukan bersama-sama dalam sebuah kelompok, organisasi atau masyarakat dalam upaya untuk mencapai tujuan bersama yang diharapkan. Dengan menggabungkan atau menyatukan kemampuan yang dimiliki oleh setiap individu dengan bergotong royong dan saling pengertian, saling menghargai, dan saling membantu maka kerjasama akan dapat dicapai dengan baik. Dalam konteks pendidikan disekolah formal kegiatan kerjasama secara umum dapat menjadikan siswa, a). Merasa sadar diri sebagai anggota kelompok, b). Merasa sadar diri memiliki tujuan bersama yaitu tujuan kelompok, c).

5 Memiliki rasa saling membuntuhkan dan saling ketergantungan, d). Memiliki kemampuan berinteraksi dan berkomunikasi dengan siswa lainnya, e). Memiliki tindakan bersama sebagai perwujudan tanggung jawab kelompok atau tim (Dimiyanti, 2002). Manfaat lain yang diperoleh siswa sebagai mahluk individu adalah seperti : a). Terpenuhinya kebutuhan bersosialisasi, b). Menyadari bahwa dengan kerjasama masalah yang terjadi dapat dipecahkan atau diselesaikan, c). Menjadi motivasi lebih untuk melakukan kerjasama dan berbagi serta merasa lebih kompak dalam mencapai tujuan. Didalam permainan tidak ada peran karakteristik perbedaan ekonomi, status sosial, latar belakang budaya, ras, jenis kelamin, atau karakteristik lainnya. Penampilan dan partisipasi adalah kriteria keberhasilan. Di dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sering ditemui permasalahan dalam perilaku sosial siswa. Masalah yang sering timbul dalam segi perilaku sosial yaitu siswa sering kali melakukan perilaku atau perbuatan yang tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, seperti berkata-kata kotor atau kasar, kurang sopan kepada teman atau guru, tidak mentaati perintah guru, melawan guru, individualis, saling bermusuhan antar teman, bahkan sampai ada yang berkelahi dengan temannya sendiri. Pada umumnya, di dalam aktivitas pembelajaran pendidikan jasmani terdapat aspek-aspek sosial yang sangat dibutuhkan siswa sebagai warga masyarakat dalam mempertahankan keberadaannya ditengah-tengah masyarakat. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani adalah sebuah aktivitas jasmani yang dilakukan oleh siswa dan memiliki tujuan kognitif, afektif dan psikomotor yang diharapkan dapat merubah prilaku sosial pribadi dari siswa sehingga siswa dapat merasakan hasil dari aktivitas jasmani yang dilakukannya baik dilingkungan pendidikan maupun masyarakat. Bola tangan merupakan salah satu cabang olahraga yang diselenggarakan dalam pembelajaran pendidikan jasmani dan merupakan bagian dari aspek permainan dan olahraga. Permainan handball atau bola tangan merupakan olahraga permainan baru yang kini mulai di ajarkan dalam pembelajaran

6 pendidikan jasmani di sekolah dan dalam standar kompetensi, permainan bola tangan meliputi mempraktikkan berbagai keterampilan permainan olahraga dalam bentuk sederhana dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, kompetensi dasar yang akan dicapai meliputi mempraktikkan keterampilan bermain salah satu permainan dan olahraga beregu bola besar serta nilai kerjasama. Seperti yang dikemukakan oleh Mahendra (2000:6) dalam skripsi Hoerunnisa (2013:5) tentang pengertian bola tangan, bahwa Permainan bola tangan dapat diartikan sebagai permainan beregu yang menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan menggunakan satu atau kedua tangan. Bola tangan merupakan salah satu cabang olahraga permainan yang sangat dikenal masyarakat didunia dan dikalangan setiap umur. Hampir semua orang bisa bermain bola tangan, karena cabang olahraga permainan ini tidak sulit untuk dimainkan, sederhana dan menyenangkan untuk dimainkan. Bahkan disekolahsekolah pun permainan bola tangan sudah diberikan dari bagian mata pelajaran pendidikan jasmani. Permainan bola tangan sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1890, akan tetapi baru dikenal oleh masyarakat indonesia beberapa tahun yang lalu. Permainan bola tangan adalah suatu permainan beregu dan dapat dimainkan oleh putra maupun putri serta dapat dimainkan oleh semua orang dari segala usia. Bentuk permainan bola tangan dapat dikatakan modifikasi dari permainan sepak bola dan bola basket. Peralatan utama yang dibutuhkan untuk permainan ini adalah sebuah bola dan dua buah gawang. Namun, pada dasarnya permainan bola tangan ini dapat dimainkan oleh siapa saja dan kalangan mana saja apapun tingkat keterampilan mereka. Ada dua jenis permainan bola tangan yaitu indoor dan beach handball. Bola tangan indoor dimainkan oleh 7 orang setiap regu nya. Permainan bola tangan ini berjalan dengan tempo yang cepat. Keterampilan dasar permainan bola tangan terdiri dari berlari, melompat, menangkap bola, mengoper bola, menggiring bola dan menembak. Di Indonesia, penerapan permainan bola tangan dalam pendidikan jasmani masih tergolong baru, sehingga pada saat pembelajaran bola tangan diterapkan di

7 sekolah siswa kurang paham dan mengetahui tentang aktivitas permainan bola tangan serta mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran dan siswa tidak dapat melaksanakan tugas gerak nya dengan baik, seperti mengoper bola, menggiring bola, menembak bola dan melakukan permainan bola tangan itu sendiri. Hal ini berdampak pada kurangnya kerjasama pada tim saat melakukan permainan dilapangan. Permainan bola tangan merupakan permainan tim sehingga membutuhkan nilai kerjasama yang tinggi antar anggota tim, tetapi dalam melakukan permainan bola tangan, kemampuan dan keterampilan siswa yang berbeda-beda membuat siswa sulit untuk bekerjasama, sehingga nilai kerjasama terasa sangat kurang ketika permainan berlangsung. Permainan akan mendasari kerjasama, taat kepada peraturan permainan, pembinaan watak jujur dalam bermain, dan semuanya ini akan membentuk sifat fairplay dalam bermain. Sekalipun manusia merupakan mahluk individu tapi manusia tidak akan bisa hidup sendirian, tak akan mungkin hidup sendirian, dan tidak mungkin hidup hanya untuk dirinya sendiri, melainkan manusia juga hidup dalam keterpautan dengan sesamanya. Dalam kebersamaannya manusia memiliki kedudukan atau status tertentu, mempunyai tujuan hidup dan dunianya masing-masing, namun demikian manusia memiliki dunia bersama dan tujuan hidup bersama dengan sesamanya. Dalam upaya mencapai tujuan yang akan dicapai, manusia berinteraksi atau berkomunikasi yaitu salah satunya secara horizontal, yaitu dengan alam, dan sesama manusia serta budayanya. Dengan menggunakan latihan 3 lawan 3 atau dengan menggunakan permainan handball like games, dapat melatih cara untuk bekerjasama dalam mencetak point. Jika dirasakan dengan 3 lawan 3 dengan mudah bisa dilakukan, latihan dapat di ubah dengan yang lebih sulit yaitu 5 lawan 5, 6 lawan 6, dan 7 lawan 7 sehingga siswa dapat merasakan permainan yang sesungguhnya. Dengan melakukan modifikasi permainan bola tangan akan dirasakan sangat mudah sekali untuk dilakukan, karena dengan menggunakan modifikasi permainan dapat menumbuhkan nilai kerjasama yang sangat baik dalam permainan. Siswa harus mencetak point dengan berusaha untuk mengoperkan bola kepada temannya yang lain agar tidak terjadinya perpindahan serangan maka

8 dibutuhkanlah sebuah kerjasama dari tim tersebut agar mereka dapat menghasilkan point yang banyak. Tentunya kerjasama ini akan terlaksana apabila setiap anggota tim saling memiliki rasa kepercayaan terhadap kemampuan teman tim nya atau sekelompoknya, tanpa didukung oleh rasa saling percaya itu maka bisa terjadi tidak adanya kerjasama tim yang baik. Karena dari setiap permainan yang dimodifikasi siswa merasa tertantang dan merasakan permainan semakin hidup dan membuat siswa merasa harus berusaha semakin keras untuk dapat memenangkan permainan tersebut. Untuk mendapatkan nilai kerjasama yang baik dalam permainan, maka dibutuhkan latihan-latihan sosial untuk membiasakan diri siswa dalam berinteraksi dan bersikap positif terhadap teman sehingga siswa menunjukan pengembangan untuk sikap afektif seperti yang diharapkan. Seperti siswa harus menghargai kemampuan teman, saling membantu dalam berlatih baik itu dalam teknik permainan ataupun dalam permainan dilapangan. Dalam permainan Bola tangan, nilai kerjasama sangat dibutuhkan sekali dalam permainan ini. Selain merupakan permainan tim, permainan bola tangan ini merupakan permainan cepat setelah permainan hockey es. Maka dari itu nilai kerjasama dalam permainan ini sangat sekali dibutuhkan oleh kelompok. Setiap individu harus memiliki nilai kerjasama didalam dirinya, agar dapat memenangkan permainan. Selain nilai kerjasama, setiap individu diharapkan memiliki rasa percaya diri, saling percaya kepada teman sekelompok, dan menghargai kemampuan teman kelompok karena kemampuan setiap individu pasti berbeda. Begitu pula dengan aspek sosial yang terdapat dalam permainan bola tangan yaitu nilai kerjasamanya, setiap individu memiliki tingkat kerjasama yang berbeda dan hal ini adalah yang menjadi permasalahan utama dalam aktivitas permainan bola tangan karena permainan bola tangan merupakan permainan beregu dan memerlukan kerjasama tim, dan kerjasama tim sangat dibutuhkan sekali untuk mempercepat strategi dalam membuat point banyak. Kerjasama merupakan salah satu aspek sosial yang termasuk kedalam permainan bola tangan, semakin bagus kerjasama sebuah tim maka semakin cepat dan banyak

9 tim tersebut mencetak point. Tetapi, saat ini kurang sekali terlihat nilai kerjasama yang seharusnya ada dalam permainan. Hal inilah yang membuat penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul Penelusuran Nilai Kerjasama dalam Permainan Bola Tangan. B. IDENTIFIKASI MASALAH Dari latar belakang yang telah diuraikan, dapat diidentifikasi masalah yang terjadi 1. Bagaimana permainan bola tangan di kelas VIII-5 SMP Negeri 53 Kota Bandung. 2. Bagaimana kerjasama siswa dalam permainan bola tangan di kelas VIII-5 SMP Negeri 53 Kota Bandung. 3. Mengapa penelusuran nilai kerjasama dalam permainan bola tangan perlu dilakukan. C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian masalah diatas, masalah penelitian yang penulis rumuskan adalah Bagaimana nilai-nilai kerjasama dalam permainan bola tangan di kelas VIII-5 SMP Negeri 53 Kota Bandung? D. TUJUAN Sesuai dengan pendapat sugiyono (2013:386) bahwa :...tujuan disini berkenaan dengan tujuan peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan penelitian berkaitan erat dengan rumusan masalah yang dituliskan. Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai kerjasama dalam permainan bola tangan di kelas VIII-5 SMP Negeri 53 Kota Bandung.

10 E. MANFAAT Penulis berharap hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut : 1. Secara teoritis Secara teoritis manfaat yang ingin dicapai adalah ingin memberikan pengetahuan baru bagi guru disekolah mengenai pentingnya nilai kerjasama tim dalam olahraga permainan yang beregu. 2. Secara praktis Dapat dijadikan pedoman untuk penelusuran nilai kerjasama dalam permainan tim dan dapat menjadi sebuah upaya dalam meningkatkan mutu dan kualitas pembelajaran penjas di sekolah. F. BATASAN PENELITIAN Agar penelitian ini tidak menyimpang dari permasalahan serta memperoleh data yang akurat dan spesifik, maka peneliti berupaya membuat batasan penelitian, yaitu peneliti hanya memfokuskan penelitian pada nilai kerjasama dalam permainan bola tangan.